Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM”


TEORI EKONOMI PEMBANGUNAN,STRATEGI PEMBANGUNAN DAN
PEMBANGUNAN EKONOMI
Dosen Pengampu : Nurfitri Martaliah,SE,M.E.K

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1


KELAS : 6A
1. ERNITA
2. RATNA JUWITA
3. TITO WARDANA

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAUFUDDIN JAMBI TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ TEORI EKONOMI
PEMBANGUNAN,STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBANGUNAN
EKONOMIPenulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan mata kuliah
“EKONOMI PEMBANGUNAN “. Semester 6 jurusan Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam meyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Ibu
Nurfitri Martaliah,SE,M.E.Kselaku dosen mata kuliah . Kami berharap semoga Allah
SWT memberikan keberkahan kepada kita semua khususnya kepada mereka yang telah
memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan itu sebagai ibadah, Aminyaa
Robbal’alamain.

Jambi, 16 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...ii
BAB I………………………………………………………………………………..iii
PENDAHULUAN…………………………………………………………………..iii
A.Latar Belakang……………………………………………………………iii
B.Rumusan Masalah…………………………………………………………iii
C. Tujuan…………………………………………………………………….iv
BAB II………………………………………………………………………………..1
A.Pembangunan Ekonomi Dalam Islam……………………………………..1
1. Pengertian Pembangunan Ekonomi Dalam Islam…………………1
2.Paradigma Pembangunan Ekonomi Dalam Perspektif Islam………2
B.Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi di Indonesia……………3
C.Strategi Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi dalam Islam………….5
D.Perencaan Pembangunan Ekonomi…………………………………………7

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dari jaman dahulu sampai sekarang, perekonomian terus dan terus mengalami perubahan dan
perkembangan. Diharapkan perkembangan itu menjadi lebih baik, namun dalam realitanya
perkembangan ekonomi tidak bisa berjalan semulus yang diharapkan. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi pengembangan perekonomian, hal tersebutlah yang kadang menjadi kendala
dalam menciptakan perekonomian yang lebih bagus. Selain karena perekonomian sifatnya sangat
mengglobal dan perekonomian satu daerah kedaerah lain maupun dari satu negara ke negara lain
saling mempengaruhi maka tidak hanya satu atau dua negara saja yang memikirkan bagaimana
cara mengembangkan perekonomian menuju arah yang lebih baik, bahkan seluruh dunia
memikirkannya.
Pemikiran tersebut biasanya merupakan penyempurnaan pemikiran tokoh sebelumnya atau
pembenahan apabila ada pemikiran tokoh yang setelah diuji ada suatu kesalahan. Walaupun
berbagai pemikiran bermunculan, namun pada dasarnya pemikiran-pemikiran tersebut
merngharapkan adanya pengembangan perekonomian menuju yang lebih baik. Dan dari berbagai
macam pemikiran dan teori-teori dari para tokoh inilah kita bisa mengambil suatu tindakan
ekonomi yang tepat guna meningkatkan perekonomian. Sebelum kita bisa mengambil tindakan
itu, timbul pertanyaan baru yaitu bagaimana awal dari teori-teori pengembangan ekonomi itu dan
bagaimanakah proses perkembangan teori-teori itu?.

B.     Rumusan masalah


Dari latar belakang masalah diatas kami selaku penyusun ingin menyampaikan beberapa
rumusan masalah, sebagai berikut :
1.    Memahami Ekonomi Pembangunan Dan Paradigma Ekonomi Dalam Perspektif Islam ?
2.  Memahami Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi di Indonesia ?
3.   Memahami Strategi Pertumbuhan dan Pembanguna Ekonomi Dalam Islam?
4. Memahami Perencanaan Pembangunan Ekonomi?

C.     Tujuan Penulisan

iii
Makalah ini disusun guna menyampaikan gagasan yang telah kami buat tentang "Teori
Ekonomi Pembangunan" untuk memperdalam dan mempertegas ilmu yang selama ini kita
pelajari bersama dalam perkuliahan

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembangunan Ekonomi Dalam Islam


1. Pengertian Pembangunan Ekonomi Dalam Islam
Pembangunan ekonomi dalam Islam adalah pembangunan umat manusia dan peningkatan
taraf hidup serta kualitas hidup mereka dalam rangka menunjukkan ketaataanya pada Tuhan yang
menciptakannya. Pembangunan Ekonomi dalam Islam harus selaras dengan tujuan-tujuan syar’iah,
yakni komitmen Islam yang mendalam terhadap persaudaraan dan keadilan menyebabkan konsep
kesejahtraan (falah) bagi semua umat manusia sebagai suatu tujuan pokok Islam. Kesejahtraan ini
meliputi kepuasan fisik sebab kedamaian mental dan kebahagiaan hanya dapat dicapai melalui
realisasi yang seimbang antara kebutuhan materi dan rohani dari personalitas manusia. Karena itu,
memaksimumkan output total semata-mata tidak menjadi tujuan dari sebuah masyarakat muslim.
Memaksimumkan output, harus dibarengi dengan menjamin usaha-usaha yang ditujukan kepada
kesehatan rohani, yang terletak pada batin manusia, keadilan, serta permainan yang fair pada semua
peringkat intraksimanusia. Hanya pembangunan semacam inilah yang akan selaras dengan tujuan-
tujuan syari’ah ( maqasid asy-syari’ah).1
Ekonomi pembangunan merupakan cabang dari ilmu ekonomi yang bersifat terapan
(applied economics). Cabang ilmu Ekonomi ini lahir setelah terjadinya perang dunia kedua atau dua
abad setelah lahirnya ilmu ekonomi pada tahun 1776 Masehi. Ilmu ini diperlukan dalam rangka
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Negara-negara yang baru merdeka. Pada
umumnya negara-negara ini adalah negara yang sedang berkembang dan menghadapi masalah
kemiskinan, kebodohan, pengangguran, keterbelakangan, dan ketertinggalan dalam semua aspek
kehidupan. Oleh karenanya mereka bermaksud mengatasi masalah-masalah tersebut hingga cepat,
tepat, dan tuntas. Sementara itu, istilah pembangunan ekonomi (economic development) biasanya
dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang. Sebagian ahli ekonomi
mengartikan istilah ini sebagai ”economic development is growth plus change” (pembangunan
ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahanperubahan dalam struktur dan
corak kegiatan ekonomi). Dengan kata lain, dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi,
ekonom bukan saja tertarik kepada masalah perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga
kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha perombakan sektor pertanian yang
tradisional, mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan2

1
M. Umar capra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri: Islam dan pembangunan Ekonomi,
Gema insane Press dan tazkia institute, Jakarta, 2000, hlm, 7
2
Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam -Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016

1
2.Paradigma Pembangunan Ekonomi Dalam Perspektif Islam

Para ahli ekonomi pembangunan, ahli kependudukan, dan ahli sumber daya manusia
merumuskan pembangunan yang berfokus pada pengembangan sumber daya manusia. Paradigma ini
menganggap bahwa pembangunan harus berorientasi pada manusia sebagai obyek dan subyek sekaligus.
Paradigma ini menghilangkan dikotomi antara manusia sebagai pelaksana pembangunan dan manusia
sebagai target yang harus ditingkatkan kesejahteraanya.
Paradigma ini membangun manusia secara utuh dan totalitas. Hal ini disebabkan sumber daya
manusianya dibangun sesuai dengan kebutuhan psikis (sikap mental). Oleh karenanya SDM menjadi
penentu keberhasilan pembangunan. Mulai dari perencanaan. monitoring, dan evaluasi hasil
pembangunan, yakni: jumlah penduduk, struktur umur, komposisi, penyebaran penduduk, pendapatan
dan distribusinya, tingkat pendidikan, mobilitas, dan kesempatan kerja dan kesehatan melibatkan
sumber daya manusia (Aedy, 2011). Wirausaha merupakan kunci dalam proses pertumbuhan ekonomi
dan sangat determinan. Wirausaha dianggap memiliki fungsi dinamis yang sangat dibutuhkan dalam
suatu pertumbuhan ekonomi. Nabi Muhammad Saw, dalam beberapa hadits menekankan pentingnya
wirausaha. Dalam hadits riwayat Ahmad beliau bersabda, ”Hendaklah kamu berdagang (berbisnis),
karena di dalamnya terdapat 90 persen pintu rezeki”. Dalam hadits yang lain beliau bersabda,
”Sesungguhnya sebaikbaik pekerjaan adalah perdagangan (bisnis)”.Menurut Chapra (1992) salah satu
cara yang paling konstruktif dalam mempercepat pertumbuhan yang berkeadilan adalah dengan
membuat masyarakat dan individu untuk mampu semaksimal mungkin mengunakan daya kreasi dan
artistiknya secara profesional, produktif dan efisien.
Dengan demikian, semangat entrepreneurship (kewirausahaaan) dan harus ditumbuhkan dan
dibangun dalam jiwa masyarakat. Menumbuh kembangkan semangat jiwa kewirausahawan akan dapat
mendorong pengembangan usaha kecil secara signifikan. Usaha kecil, khususnya di sektor produksi
akan menyerap tenaga kerja yang luas dan jauh lebih besar. Beberapa studi menunjukkan secara jelas
konstribusi yang besar dari industri kecil dan usaha mikro dalam memberikan lapangan pekerjaan dan
pendapatan. Mereka mampu menciptakan lapangan kerja bahkan secara tidak langsung mereka berarti
mengembangkan pendapatan dan permintaan akan barang dan jasa, peralatan, bahan baku, dan ekspor.
Mereka adalah industri padat karya yang kurang memerlukan bantuan dana luar (asing), bahkan
kadang tidak begitu tergantung kepada kredit pemerintah dibanding industri berskala besar (Mutairi,
2002). Karena itu, tidak mengherankan apabila saat ini muncul kesadaran yang meluas bahwa strategi
industrialisasi modern yang berskala besar pada dekade terdahulu secara umum telah gagal
memecahkan masalah-masalah keterbelakangan global dan kemiskinan.
Dari paparan di atas dapat ditegaskan bahwa peran wirausaha dalam menggerakkan
pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang tak terbantahkan. Kelangkaan seseorang yang ingin
menciptakan peluang pekerjaan sendiri kurang disadari bahwa tidak adanya wirausaha bahkan bisa
menyebabkan kurangnya pertumbuhan ekonomi walaupun faktor-faktor lain banyak tersedia. Dalam
hal ini Islam sangat mendorong pengembangan semangat bagi wirausaha untuk menggalakan dan
menyukseskan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.3

3
Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam -Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016

2
B. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi dalam ekonomi modern adalah perkembangan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat meningkat yang selanjutnya
diiringi dengan peningkatan kemakmuran masyarakat. Dalam kegiatan ekonomi yang sebenarnya,
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fiskal yang terjadi di suatu negara seperti
pertambahan jumlah dan produksi barang industri, infra struktur, pertambahan jumlah sekolah,
pertambahan produksi kegiatan-kegiatan ekonomi yang sudah ada dan beberapa perkembangan
lainnya. Dalam analisis makro ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara
diukur dengan perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai oleh suatu negara yaitu Produk
Nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik Bruto.4
Dalam kajian ekonomi Islam, persoalan pertumbuhan ekonomi telah menjadi perhatian para
ahli dalam wacana pemikiran ekonomi Islam klasik.12 Pembahasan ini diantaranya berangkat dari
firman Allah Swt. surat Hud ayat 61:“Dia yang telah menjadikan kamu dari tanah dan menjadikan
kamu pemakmurnya”. Artinya, bahwa Allah Swt. menjadikan kita sebagai wakil untuk memakmurkan
bumi. Terminologi ‘pemakmuran bumi’ ini mengandung pemahaman tentang pertumbuhan ekonomi,
sebagaimana yang dikatakan Ali bin Abi Thalib kepada seorang gubernurnya di Mesir: “Hendaklah
kamu memperhatikan pemakmuran bumi dengan perhatian yang lebih besar dari pada orientasi
pemungutan pajak, karena pajak sendiri hanya dapat dioptimalkan dengan pemakmuran bumi. Barang
siapa yang memungut pajak tanpa memperhatikan pemakmuran bumi, negara tersebut akan hancur.”
Islam mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai perkembangan yang terus-menerus dari
faktor produksi secara benar yang mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia.Dengan
demikian, maka pertumbuhan ekonomi menurut Islam merupakan hal yang sarat nilai. Suatu
peningkatan yang dialami oleh faktor produksi tidak dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi jika
produksi tersebut misalnya memasukkan barang-barang yang terbukti memberikan efek buruk dan
membahayakan manusia.5Dalam Islam pertumbuhan ekonomi mempunyai pengertian yangberbeda.
Pertumbuhan ekonomi harus berdasarkan nilai-nilai iman, takwadan konsisten serta ketekunan untuk
melepasakan segala nilai-nilaikemaksiatan dan perbuatan dosa. Hal tersebut tidak menafikan
eksistensiusaha dan pemikiran untuk mengejar segala ketinggalan yang disesuaikandengan prinsip
syariah.
Secara umum teori tentang pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu
teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teoripertumbuhan ekonomi modern. Pada teori pertumbuhan
ekonomi klasik,analisis di dasarkan pada kepercayaan dan efektivitas mekanisme pasar bebas.Teori ini
merupakan teori yang dicetuskan oleh para ahli ekonom klasik antaralain Adam Smith, David
Ricardo.Teori lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah teoriekonomi modern. Teori
pertumbuhan Harrod-Domar merupakan salah satuteori pertumbuhan ekonomi modern, teori ini
menekankan arti pentingnyapembentukan investasi bagi pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi
investasimaka akan semakin baik perekonomian, investasi tidak hanya memilikipengaruh terhadap
4
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 199, h 413-414
5
Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol.1. No.2 November2018

3
permintaan agregat tetapi juga terhadap penawaran agregatmelalui pengaruhnya terhadap kapasitas
produksi. Dalam perspektif yang lebih panjang investasi akan menambah stok kapital6
Perkembangan ekonomi mengandung arti yang lebih luas serta mencakup perubahan pada
susunan ekonomi masyarakat secaramenyeluruh. Pembangunan ekonomi pada umunya didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapitapenduduk suatu negara
dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikansistem kelembagaan.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berartiperubahan yang terjadi terus
menerus, usaha untuk menaikkan pendapatanperkapita, kenaikan pendapatan perkapita harus terus
berlangsung dalamjangka panjang dan yang terakhir perbaikan sistem kelembagaan disegalabidang
(misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya). Sistem inibisa ditinjau dari dua aspek yaitu:
aspek perbaikan dibidang organisasi(institusi) dan perbaikan dibidang regulasi baik legal formal
maupun informal. Dalam hal Ini, berarti pembangunan ekonomi merupakan suatuusaha tindakan aktif
yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangkameningkatkan pendapatan perkapita. Dengan
demikian, sangat dibutuhkanperan serta masyarakat, pemeritah, dan semua elemen yang terdapat
dalamsuatu negara untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan.
Dari berbagai teori pertumbuhan yang ada yakni teori Harold Domar, Neoklasik, dari Solow,
dan teori endogen oleh Romer, bahwasanyaterdapat tiga faktor atau komponen utama dalam
pertumbuhan ekonomi.
Ketiganya adalah:
a) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baruyang ditanamkan pada
tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumberdaya manusia.
b) Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selajutnya akanmemperbanyak jumlah angkatan kerja.
c) Kemajuan teknologiPembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tiga tujuanpenting, yaitu
mencapai pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), dan keberlanjutan (sustainability).
1. Pertumbuhan (growth), tujuan yang pertama adalah pertumbuhanditentukan sampai dimana
kelangkaan sumber daya dapat terjadi atassumber daya manusia, peralatan, dan sumber daya alam
dapatdialokasikan secara maksimal dan dimanfaatkan untuk meningkatkankegiatan produktif.
2. Pemerataan (equity), dalam hal ini mempunyai implikasi dalampencapaian pada tujuan yang ketiga,
sumber daya dapat berkelanjutanmaka tidak boleh terfokus hanya pada satu daerah saja sehingga
manfaat
yang diperoleh dari pertumbuhan dapat dinikmati semua pihak dengan
adanya pemerataan.

6
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Volume 9, Nomor 1, April 2008, hlm. 44-45.

4
3. Berkelanjutan (sustainability), sedangkan tujuan berkelanjutan,pembangunan daerah harus
memenuhi syarat-syarat bahwa penggunaansumber daya baik yang ditransaksikan melalui sistem pasar
maupundiluar sistem pasar harus tidak melampaui kapasitas kemampuanproduksi.
Teori pembangunan yang ada sekarang ini tidak mampu untuk menjelaskan kgiatan-kegiatan
pembangunan ekonomi daerah secara tuntas dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pendekatan
alternatif terhadap teori pembangunan dirumuskan di sini untuk kepentingan perencanaan
pembangunan ekonomi daerah. Pendekatan ini merupakan sintesa dan perumusan kembali konsep-
konsep yang telah ada. Pendekatan ini memberikan dasar bagi kerangka pikir dan rencana tindakan
yang akan diambil dalam konteks pembangunan ekonomi daerah. Pendekatan ini dapat disajikan pada
tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 Paradigma baru teori pembangunan ekonomi daerah

KOMPONEN KONSEP LAMA KONSEP BARU


Kesempatan kerja Semakin banyak perusahaan= Perusahaan harus
semakin banyak peluang kerja mengembangkan pekerjaan
yang sesuai dengan ”kondisi”
penduduk daerah
Basis pembangunan Pengembangan sektor ekonomi Pengembangan
lembagalembaga ekonomi baru
Aset-aset lokasi Keunggulan komparatif Keunggulan kompetitif
didasarkan pada aset fisik didasarkan pada kualitas
lingkungan
Sumberdaya pengetahuan Ketersediaan angkatan kerja Penegetahuan sebagai
pembangkit ekonomi

C. Strategi Pertumbuhan dan Pembanguna Ekonomi Dalam Islam

Strategi pembangunan ekonomi merupakan unsur penting dalam melaksanakan pembangunan


yang seutuhnya, pembangunan yang tidak hanya mengejar kemajuan lahir. Namun lebih dari itu,
pembangunan pada semua aspek kehidupan yang diiringi dengan keserasian dan
keseimbangansehingga usaha pembangunan baru dapat dikatakan berhasil jika hasil-hasil
pembangunan berupa keadilan dan kesejahtraan mampu dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, tak
terkecuali penduduk miskin sekalipun. Halini sesuai dengan tujuan kemerdekaan sebagaimana terdapat
dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang secara jelas menyatakan bahwa kemerdekaan
Indonesia didorong atas keinginan untuk merdeka, 7bersatu, berdaulat, adil dan makmur.Strategi ini
mengasumsikan perlunya memprioritasikan pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu, baru kemudian
dilakukan pemerataan dengan harapan pertumbuhan yang terjadi akan secara otomatis mengalir pada
7
Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam Dan format keadilan ekonomi Indonesia, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, hlm, 141.

5
lapisan masyarakat sehingga seluruh masyarakat akan merasakan kesejahtraan. Oleh sebab itu,
pertumbuhan sedapat mungkin dipacu dengan harapan akan ada efek yang akan dirasakan masyarakat
luas terutama masyarakat miskin.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan dapat dicapaikanmelalui peningkatan investasi


dan perdagangan dalam dan luar negeri. Pembangaunan ekonomi juga ditujukan untuk menciptakan
lapangan kerja dan menggerakan sektor riil, dan bersamaan dengan itu, pembangunan ekonomi
difokuskan untuk mengurangi kemiskinan melalui kebijakan revalitas pertanian dan pedesaan, serta
program-program pro-rakyat lainnya.Strategi pembangunan yang digunakan untuk mencapai sasaran
ini ditekankan kepada pembangunan sector-sektor modern yang lebih bersifat padat modal. Mengingat
investasi dalam sektor ini memerlukan pembiayaan yang besar maka bentuk luar negri diperlukan
untuk mengisi kesenjangan yang terjadi antara tabungan dan investasi. Dalam hal ini bantuan luar negri
diharapkan akan dapat mencapai setika-tidaknya satu persen dari produk Nasional Bruto negara-negara
maju.Oleh karena itu strategi pembangunan yang bersifat kerakyatan haruslah strategi yang
memuaskan perhatian pada pembangunan daerah pedesaan. Hal ini akan dapat lebih dimengerti jika
kita paham bahwa pada hakekatnya pembangunan di Indonesia sekarang ini dilandasi oleh strategi
pembangunan yang berorientasi pada daerah perkotaan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PPB) pada tahun 1961 menetapkan


suatu program kerjasama ekonomi internasional yang dikenal dengan dasawarsa pembangunan, untuk
menunjang pembangunan ekonomi pada negara-negara yang sedang berkembang. Menjelang akhir
dasawarsa tersebut orang kecewa dengan hasilnya dan mulai mempersoalkan reklevansi strategi
pembangunan yang dianut sejauh itu. Para ahli umumnya sependapat bahwa kegagalan pembangunan
seperti diuraikan di atas terutama adalah akibat adanya dua kesalahan yang pokok.8 yaitu:
a. Pembangunan semula memang dimaksudkan untuk secepat mungkin mencapai GDP yang tinggi.

b. Strategi pembangunan itu didasarkan atas asumsi bahwa pembagian dapat dipisahkan dari
pertumbuhan dan dilakukan kemudian.60 Menurut teori sistem dunia, pada hakekatnya hanya dikenal
tiga strategi pembangunan, yaitu sebagai berikut:

a) Strategi pembangunan dengan memanfaatkan peluang pasar Luar negeri. Dalam strategi ini,
pemerintah berperan aktif (statecapitalism) dalam memanfaatkan keunggulan komparatifnya untuk
memanfaatkan peluang pasar luar negri, meskipun harus diakui tidak semua Negara memiliki
kemampuan untuk memenfaatkan peluang
tersebut.

b) Strategi pembangunan dengan mengundang investasi luar negeri. Strategi pembangunan dengan
mengundang investasi luar negeri dilakukan dengan memanfaatkan keunggulan komparaqtif, seperti

8
Subandi, Ekonomi Pembangunan, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm. 28.

6
upah buruh Yang murah serta kemudahan-kemudahan lainya. Ini disebut juga sebagai model liberal
open door.

c) Strategi pembagunan mandiri (self-reliance) menekankan pada kemampuan dalam negeri dan
sesedikit mungkin bantuan dari pihak luar. Strategi ini kurang berhasil diterapkan pada negara-negara
dunia ketiga karena keterbataan sumber daya alam ataupun manusia.

Pentingnya koordinasi kebijakan berkaitan dengan masih adanya beberapa permasalahan


mendasar dalam perekonomian yang belum dapat diatasi dengan segera, seperti permasalahan
struktural di sisi penawaran dan pembinaan UMKM. Koordinasi kebijakan Bank Indonesia dengan
Pemerintah akan diprioritaskan pada upaya untuk mendukungpenguatan kelembagaan ekonomi guna
mendukung percepatan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan kapasitas produksi dan
kegiatan perekonomian secara luas.
Disamping koordinasi kebijakan moneter dan fiskal untuk stabilisasi makroekonomi, sejumlah langkah
koordinasi tersebut dilakukan untuk meningkatkan hubungan investor luar negeri dan perangkat
Indonesia, dukungan intermediasi perbankan, dan memperdalam sektor keuangan domestik. Kajian
sektor-sektor ekonomi dan komoditas -komoditas unggulan melalui hasil survei maupun Kajian
Ekonomi Regional (KER) juga terus dilakukan oleh Kantorkantor Bank Indonesia di berbagai daerah.4
Berbagai upaya oleh semua pihak, baik itu pemerintah, industri, maupun para pengusaha adalah
bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Namun tujuan kesejahteraan ini dalam
pelaksanaannya tidaklah mudah tercapai. Banyak kendalakendala yang menghadang jalannya proses
pembangunan yang menjadi sarana untuk mencapai kesejahteraan. Pada akhirnya ada sebagian
masyarakat yang dapat menikmati hasil-hasil pembangunan dan ada sebagian yang belum
mendapatkannya. Dalam kehidupan memang akan terjadi perbedaan dan kesenjangan ekonomi atau
rezeki diantara pelaku ekonomi, karena hal tersebut merupakan sunnatullah. Kondisi inilah yang
secara religius akan menciptakan mekanisme ekonomi, yang berkelebihan menolong yang kekurangan
sehingga kesenjangan akan semakin menyempit walaupun tidak bisa dihilangkan sama sekali. Dengan
demikian hanya dengan tolong menolong dan saling memberilah, maka kebutuhan manusia itu dapat
terpenuhi, karena yang kaya membutuhkan yang miskin dan sebaliknya yang miskin membutuhkan
yang kaya.

1. Paradigma dengan Pertumbuhan Maksimal (Maximal Growth Paradigm)

7
Pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya adalah orientasi dari paradigma ini. Dengan
memanfaatkan investasi dan teknologi, paradigma ini berharap dapat memperluas lapangan kerja,
meningkatkan produksi, meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Ukuran yang digunakan untuk merencanakan atau menghitung pertumbuhan adalah produk
nasional bruto (Gross National Product /GNP). Sedangkan asumsi yang dipakai adalah tetesan
kebawah (Trickle Down Effect), yakni pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan diikuti
oleh pemerataan. Pada perkembanganya, konsep tetesan kebawah yang diharapkan oleh negara-negara
yang menggunakan paradigma ini tidak terjadi. Paradigma ini justru meningkatkan ketimpangan
(inequality) yang makin mendalam antara
kelompok yang kaya dengan kelompok yang miskin. Dengan kata lain, paradigma ini dapat
memaksimalkan pertumbuhan ekonomi tetapi gagal dalam pemerataan. Padahal yang diharapkan tidak
sekedar memaksimalkan produktivitas, tetapi juga mengatasi masalah ketimpangan antar kelompok.

2. Paradigma Pertumbuhan dengan Pemerataan (Distribution with Growth Paradigm)

Paradigma ini muncul untuk merespon kegagalan paradigma yang pertama dengan
memasukkan unsur pemerataan di dalamnya agar tidak terjadi kesenjangan antara golongan kaya dan
miskin. Dengan memanfaatkan investasi, teknologi, dan pengukuran yang sama, paradigma ini juga
telah dilaksanakan oleh Negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pada masa pemerintahan orde
baru, paradigma ini dikenal dengan delapan jalur pemerataan. Pada pelaksanaannya, paradigma ini juga
tidak
berhasil menyelesaikan masalah-masalah pembangunan di negara-negara berkembang. Hal ini diduga
diakibatkan oleh pendekatan makro dan ketidaksiapan sumber daya manusianya yang tidak sungguh-
sungguh berorientasi pada kelompok sasaran (penduduk miskin). Budaya korupsi menjadi salah satu
faktor dominan penyebab bocornya anggaran pembangunan yang diperuntukkan rakyat kecil atau
miskin. Disisi lain masyarakat miskin juga belum siap memperbaiki sikap mentalnya, sehingga
berapapun modal yang diberikan, akan habis dan tidak merubah nasib mereka. Oleh karenanya
pendekatan makro yang bertujuan memperbaiki ekonomi rakyat kecil tanpa mempersiapkan SDMnya,
maka akan menemui kegagalan juga.

3. Paradigma dengan Pendekatan Kebutuhan Pokok (Basic


Needs Approach)

Paradigma dengan kebutuhan pokok sebagai pendekatannya merupakan upaya untuk mengatasi
kemiskinan dan
ketimpangan kelompok sosial. Paradigma ini berharap bahwasemua semua kelompok target dapat
terpenuhi kebutuhannya, seperti pangan, papan (rumah), dan pendidikan, dan kesehatan. Anggaran
yang dikucurkan oleh pemerintah dapat mengatasi kebutuhan masyarakat dengan baik.

8
D. Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Usaha-usaha oleh Negara untuk memformulasikan keputusan terkait alokasi faktor-faktor


produksi terhadap penggunaan atau sektor-sektor ekonomi yang beragam, sehingga menentukan
seberapa besar produksi total barang dan jasa dalam sebuah periode. Untuk meningkatkan
perikehidupan rakyat dari segala macam penderitaan, adalah menjadi kewajiban kita bersama,
khususnya pemerintah negara untuk berusaha semaksimal mungkin mengarah pada berhasilnya sasaran
pembangunan dalam wujud yang nyata. Kita menyadari sepenuhnya bahwa tahap pembangunan negeri
kita melalui Pelita 1 dan Pelita 2 yang kemudian disambung dengan PELITA III yang setelah dimulai 1
April 1978 yang lalu, telah jelas kita lihat adanya kemajuan kemajuan di bidang pembangunan
IPOLEKSOS-BUDMIL
Perencanaan pembangunan ekonomi memiliki cirri-ciri tersendiri. Diantaranya adalah adanya
usaha yang didalamnya mencerminkan usaha untuk tujuan perkembangan dari sisi social dan ekonomi
yang lebih baik. Adapun aktualisasi dalam hal ini adalah adanya upaya pertumbuhan ekonomi yang
progresif dan positif. Cirri lain dari perencanaan pembangunan ekonomi adalah adanya usaha untuk
melakukan perubahan dalam hal struktur ekonomi dan juga adanya perluasan dalam sisi kesempatan
kerja. Dan didukung oleh adanya pemerataan pembangunan dan juga pembinaan kepada lembaga-
lembaga ekonomi.
meskipun harus diakui bahwa disana-sini masih ada kelemahan dan kekurangan kekurangan.
Ukuran keberhasilan suatu pembangunan tidak dapat dinilai karena menjulang tingginya bangunan-
bangunan di kota-kota, akan tetapi harus diukur dari ada tidaknya perubahan kehidupan dari rakyat kita
yang berada di pelosok pelosok desa, di lereng gunung yang jauh dari kota, pada waktu
waktu yang lampau dari sekarang dan seterusnya.
Tujuan REPELITA III sebagai digariskan GBHN adalah untuk:
1. Meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil
serta
2. Meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.
Dalam melaksanakan Repelita III dilandaskan pada trilogi pembangunan yang meliputi.
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
REPELITA III jelas-jelas mengalah bukan saja untuk meningkatkan produk melainkan sekaligus
mencegah melebarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin (the have and the have not), untuk
mana perlu ditumbuhkan asas hidup sederhana dan wajar. Kreativitas dan untuk aktivitas yang
mendukung cita-cita pembangunan dari kalangan rakyat perlu diciptakan. Delapan jalur pemerataan
sebagai unsur pertama dari Trilogi Pembangunan dituangkan pada sasaran-sasaran sebagai berikut:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan sandang dan perumahan
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja.5. Pemerataan kesempatan berusaha
9
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan. Khususnya
bagi generasi muda dan kaum wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Dengan dipadukannya unsur kedua dan ketiga dari Trilogi Pembangunan seperti yang tersurat
dalam REPELITA III sesungguhnya dilihat dari segi sasaran pembangunan untuk 5 tahun mendatang
sudah cukup lengkap, sehingga yang paling dipentingkan, Iyalah bagaimana
mentransformasikan unsur-unsur tersebut dalam mencapai tujuan, ke dalam realisasi pelaksanaan yang
didukung oleh APBN setiap tahunnya, kemudian yang lebih penting lagi yaitu fakta tentang
pelaksanaan, mekanisme pengawasan, penyertaan masyarakat dalam pembangunan, pembiayaan dan
lain sebagainya.Oleh karna itu, konsep pembangunan yang dapat diharapkan membawa masyarakat
kearah cita-cita adil dan makmur juga harus mengandung hal-hal yang dapat sekaligus mengadakan
prubahan-prubahan structural, baik dalam pelaksanaan maupun perkembanganya (baik secara ekonomi,
sosialis, maupun polotik).
Kokohnya pembangunan kemakmuran ditopang oleh kualitas dari tiga pilar yang melandasinya,
yaitu: pertumbuhan, stabilitas, dan efisiensi. Pilar pertumbuhan merupakan sisi penawaran (supply
side) yangberkelangsunganya di tentukan oleh tiga faktor utama, yakni: modal, tenaga kerja, dan
teknologi. Ketiga faktor ini diramu oleh pengusaha untuk menggerakkan roda produksi. Mereka terdiri
dari pengusaha kecil, menengah, maupun besar. Bangunan usaha bisa berupa koprasi, swasta, ataupun
badan usaha milik negara (BUMN)9
Pilar kedua dari kemakmuran adalah stabilitas ekonomi. Rezim Orde baru jug menekankan
pentingnya stabilitas sebagaimana tergambar pada trilogy pembangunan, namun penekanany lebih
pada stabilitas keamanan. Pilar ketiga yaitu efisiensi, merupakan proses nyang menentukan apakah
proses interaksi antara sisi penawaran dan permintaan berlangsung secara optimal. Agar ketiga pilar
tersebut menghasilkan suatu bangunan ekonomi yang kokoh, dibutuhkan suatu arena kelembagaaan
(Institutional Arena) yang memungkinkan seluruh elemen dari sisi penawaran berinteraksi dalam suatu
irama yang harmonis.

9
Faisal Basri, Perekonomian Indonesia, Elangga, Jakarta, 2002, hlm, 113.

10
BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Tujuan dari ekonomi pembangunan adalah untuk menelaah faktor-faktor yang menimbulkan ketiadaan
pembangunan, atau pembangunan yang lambat di negara-negara berkembang dan selanjutnya
mengemukakan cara pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi sehingga dapat memperlaju jalannya pembangunan ekonomi.
Dengan bertambah besarnya perhatian yang diberikan dalam membangun negara-negara
berkembang maka makin meluas pula kesadaran bahwa tugas membangun negar-negara itu bukanlah
tugas yang sederhana dan mudah. Masalah pembangunan ekonomi negara-negara berkembang
merupakan suatu persoalan yang sangat kompleks dan sangat berlainan sifatnya dengan masalah
pembangunan yang pernah di hadapi oleh negara-negara maju. Sifat permasalahannya yang sangat
berbeda itu menyebabkan satu pendekatan baru untuk memecahkannya perlu diciptakan.

B.      SARAN
Kami tahu dalam penyusunan makalah ini tentu memiliki banyak kekurangan dalam berbagai aspek.
Namun hal yang perlu kita ketahui bahwa untuk meningkatkan pengembangan ekonomi perlu
memperhatikan faktor-faktornya secara seimbang, karena antara faktor yang satu dengan yang lain
saling berkaitan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Subandi, Ekonomi Pembangunan, Alfabeta, Bandung, 2011


Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam Dan format keadilan ekonomi
Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Faisal Basri, Perekonomian Indonesia, Elangga, Jakarta, 2002
M. Umar capra, Islam and Economic Development, terjemah Ikhwan Abidin Basri: Islam dan
pembangunan Ekonomi, Gema insane Press dan tazkia institute, Jakarta, 2000
Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam -Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016
Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol.1. No.2 November2018
https://jagad.id

12

Anda mungkin juga menyukai