Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani.
Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja
tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan
nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan
merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek. 
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan
kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan
tingkat kesehatan yang tinggi.
Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk
menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur
yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik,
tetapi juga mental, emosional, dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah
diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan.
Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan
kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak
perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja.
Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah
ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan
kerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.

1.2 Rumusan Masalah

1
Adapun permasalahan yang harus dipahami dalam hal keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
2. Apa yang menjadi dasar pemberlakuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di Indonesia?
3. Apa fokus dan tujuan dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
4. Apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan?
5. Apa saja usaha untuk mencapai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
6. Apa saja yang menjadi masalah kesehatan karyawan?
7. Bagaimana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bidang kelistrikan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan
tugas akhir dari Mata Kuliah Keselamtan dan Kesehatan Kerja serta untuk
mengetahui lebih lanjut tentang keselamatan dan kesehatan kerja. 
Diharapkan manfaat dari pembahasan ini adalah dapat menambah
pengetahuan kita tentang syarat dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja,
sehingga dalam mengerjakan suatu pekerjaan di bengkel atau di industri kita
sebagai pekerja sudah mengetahui pedoman tentang keselamatan dan kesehatan
kerja. Diantaranya yaitu:
1. Mengetahui pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
2. Mengetahui dasar pemberlakuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
Indonesia.
3. Mengetahui tujuan dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
4. Mengetahui apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan.
5. Mengetahui apa saja usaha untuk mencapai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
6. Mengetahui apa saja yang menjadi masalah kesehatan karyawan.
7. Mengetahui Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bidang kelistrikan.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari
resiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan resiko yang relatif sangat kecil
dibawah nilai tertentu. Sedangkan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi
yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja


adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu
proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta
benda, serta gangguan lingkungan.

OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


sebagai kondisi dan factor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor),
tamu atau orang lain di tempat kerja.

Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah
suatu program yangmenjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat
kerja.

Selain itu, menurut para ahli. Pengertian K3 adalah sebagai berikut:

 Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
 Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
 Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja

3
 Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum.
 Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja
adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi
pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
pabrik atau tempat kerja tersebut.
 Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
 Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni,
2003: 138).

Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik


kesimpulan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah
setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan
kecelakaan. 

Keselamatan dan kesehatan kerja menuju pada kondisi fisiologis-fisikal dan


psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan
oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan
keselamatan dan kesehatan yang efektif, maka lebih sedkit pekerja yang menderita
cedera atau penyakit jangka pendek maupun jangka panjang sebagai akibat dari
pekerjaan mereka di perusahaan tersebut. 

Kondisi fisiologis-fiskal meliputi penyakit-penyakit kecelakaan kerja seperti


kehilangan nyawa atau anggota badan, cidera yang diakibatkan gerakan yang
berulang, sakit punggung, sindrom karpaltunnel, penyakit-penyakit
kardiovaskular, berbagai jenis kanker seperti kanker paru-paru dan leukemia,

4
emphysema,serta arthritis. Kondisi- kondisi lain yang diketahui sebagai akibat dari
tidak sehatnya lingkungan pekerjaan meliputih penyakit paru-paru putih, penyakit
paru-paru coklat, penyakit paru-paru hitam, kemandulan, kerusakan sistem syaraf
pusat dan bronghitis kronis. 

Kondisi-kondisi fisikologis diakibatkan oleh stress pekerjaan dan kehidupan


kerja yang berkualitas rendah. Hal ini meliputih ketidak puasan, sikap apatis,
penarikan diri, penonjolan diri, pandangan sempit, menjadi pelupah, kebingungan
terhadap peran dan kewajiban, tidak mempercayai orang lain, bimbang dalam
mengambil keputusan, kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan
dan kecenderungan untuk mudah putus asah terhadap hal-hal yang remeh.

2.2 Dasar Hukum Pemberlakuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Ada minimal 53 dasar hukum tentang K3 dan puluhan dasar hukum tentang
Lingkungan yang ada di Indonesia. Tetapi, ada 4 dasar hukum yang sering menjadi
acan mengenai K3, yaitu:

1) Dalam Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970

Tentang Keselamatan Kerja, disana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat


Keselamatan Kerja, Pengawasan, Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang
Kecelakaan, Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat
Kerja, Kewajiban Pengurus dan Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana). Inti dari
UU ini adalah, Ruang lingkup pelaksanaan K-3 ditentukan oleh 3 unsur:
a. Adanya Tempat Kerja untuk keperluan suatu usaha,
b. Adanya Tenaga Kerja yang bekerja di sana
c. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

2) UU No. 21 tahun 2003

Tentang Pengesahan ILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection in


Industry and Commerce (yang mana disahkan 19 Juli 1947). Saat ini, telah 137
negara (lebih dari 70%) Anggota ILO meratifikasi (menyetujui dan memberikan
sanksi formal) ke dalam Undang-Undang, termasuk Indonesia.

3) UU No. 13 tahun 2003

5
Tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat 1 berbunyi: “Setiap Pekerja/ Buruh
mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan atas (a) Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.”
Aspek Ekonominya adalah Pasal 86 ayat 2: ”Untuk melindungi keselamatan
Pekerja/ Buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.”
Sedangkan Kewajiban penerapannya ada dalam pasal 87: “Setiap Perusahaan wajib
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.”

4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996

Tentang Sistem Manajemen K3. Dalam Permenakertrans yang terdiri dari 10 bab
dan 12 pasal ini, berfungsi sebagai Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K-3
(SMK3), mirip OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris

2.3 Tujuan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja diantaranya adalah sebagi berikut: 


1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
3. Mencegah/ mengurangi kematian.
4. Mencegah/mengurangi cacat tetap.
5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-
alat kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.
6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya.
7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumbersumber produksi
lainnya.
8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta
pembangunan

2.4 Kecelakaan Kerja

2.4.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

6
Dalam kerja bengkel, kita pasti akan menjumpai alat-alat berat yang sistem
kerjanya juga mengikuti postur atau fungsi alat tersebut. Seringkali alat yang
kita gunakan dalam kerja praktek tersebut tidak berfungsi secara maksimal, atau
adanya human error yang menyebabkan terhambatnya kerja bengkel. Hal ini
sering kali disebut sebagai kecelakaan kerja.

Kecelakaan ialah suatu kejadian yang tak terduga dan yang tidak diharapkan
,karena dalam peristiwa tesebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih- lebih
dalam bentuk perencanaan.

Dalam Permenaker No. Per 03/Men/1994 mengenai Program JAMSOSTEK,


pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja daan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.
(Bab I pasal 1 butir 7 ).

Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997), adalah suatu kejadian yang tak


terduga dan yang tidak dikehendaki yang mengacaukan suatu proses aktivitas
yang telah diatur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka – sangka dalam sekejap
mata , dan setiap kejadian tersebut terdapat empat faktor bergerak dalam satu
kesatuan berantai yakni: lingkungan ,bahaya, peralatan, dan manusia.

Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan
fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress
emosi atau gangguan fisik (Mangkunegara, 2000:161).

2.4.2 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja

Penyebab kecelakaan kerja dikategorikan menjadi 3 sebab, yaitu: penyebab


dasar, penyebab langsung, dan penyebab tidak langsung.

2.4.2.1 Penyebab Dasar

1. Kurangnya prosedur/aturan

7
2. Kurangnya sarana dan prasarana
3. Kurangnya kesadaran
4. Kurangnya kepatuhan
5. Faktor manusia/personal (personal factor)
Faktor manusia antara lain yaitu:
1) Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi
2) Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill
3) Stres
4) Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan banyak mempengaruhi tindakan
seseorang dalam bekerja. Orang yang  memiliki pendidikan yang
lebih tinggi cenderung berpikir lebih panjang atau dalam
memandang sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai segi.
Misalnya dari segi keamanan alat atau dari segi keamanan diri. Lain
halnya dengan orang yang berpendidikan lebih rendah, cenderung
akan berpikir lebih pendek atau bisa dikatakan ceroboh dalam
bertindak. Misalnya Ketika kita melakukan pekerjaan yang sangat
beresiko terhadap kecelakaan kerja tetapi kita tidak memakai
peralatan safety dengan benar. Hal ini yang tentunya dapat
menimbulkan kecelakaan.
5) Keterampilan
Keterampilan disini bisa diartikan pengalaman seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan. Misalnya melakukan start/stop pada
sebuah peralatan, memakai alat-alat keselamatan, dsb. Pengalaman
sangat dibutuhkan ketika melakukan pekerjaan untuk menghindari
kesalahan-kesalahan yang berakibat timbulnya kecelakaan kerja.
6) Fisik
Lemahnya kondisi fisik seseorang berpengaruh pada
menurunnya tingkat konsentrasi dan motivasi dalam bekerja.
Sedangkan kita tahu bahwa konsentrasi dan motivasi sangat
dibutuhkan ketika bekerja. Bila sudah terganggu, kecelakaan sangat
mungkin terjadi. Contoh faktor fisik ini adalah : kelelahan,
menderita suatu penyakit
6. Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor)

8
1) Factor fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim dll.
2)   Factor kimia yaitu debu, uap logam, asap, gas dst
3)   Factor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga
4)   Ergonomi dan psikososial
Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah
lemahnya manajemen dan pengendaliannya, kurangnya sarana dan prasarana,
kurangnya sumber daya, kurangnya komitmen, dsb.
7. Kelemahan pengawasan oleh manajemen (lack of control management).
Pengawasan ini diartikan sebagai fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian kepemimpinan (pelaksana) dan pengawasan. Partisipasi
aktif manajemen sangat menetukan keberhasilan usaha pencegahan
kecelakaan seorang pimpinan unit disamping memahami tugas operasional
tapi juga harus mampu :
- memahami program pencegahan kecelakaan
- memahami standard, mencapai standard
- membina, mengukur, dan mengevaluasi performance bawahannya.
Inilah yang dimaksud dengan control

2.4.2.2 Penyebab Tidak Langsung


Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah:
1. Faktor pekerjaan
Misalnya: pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan tidak sesuai
sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan beresiko tinggi namun belum
ada upaya pengendalian di dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai, dst.
2. Faktor pribadi (personal)
Termasuk dalam faktor pribadi antara lain : mental/kepribadian tenaga kerja
tidak sesuai dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai.
Psikologis juga sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Psikologis
seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan suatu
pekerjaan. Bila konsentrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi
tindakan-tindakan yang akan dilakukan ketika bekerja. Sehingga kecelakaan
kerja sangat mungkin terjadi. Contoh faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi konsentrasi adalah :
a) Masalah-masalah dirumah yang terbawa ke tempat kerja.

9
b) Suasana kerja yang tidak kondusif.
c) Adanya pertengkaran dengan teman sekerja.
3. Takdir/nasib dan lain-lain.

2.4.2.3 Penyebab Langsung (Immediate Causes)


Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa
dilihat dan di rasakan langsung, yang di bagi 2 kelompok:
1. Tindakan tidak aman/TTA (unsafe acts) yaitu perbuatan berbahaya dari
manusia yang dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi antara lain:
a. Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD).
Kecelakaan kerja yang tinggi akan mengakibatkan kerugian yang sangat
besar bagi perusahaan dan tenaga kerja. Untuk menurunkan angka
kecelakaan kerja perlu adanya upaya penanggulangan berupa pemakaian alat
pelindung diri agar risiko kecelakaan kerja yang ada tidak meningkat
menjadi kecelakaan kerja.
b. Bekerja tanpa perintah, mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi
rambu-rambu di tempat kerja, tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin
ataupun APD, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai
pekerjaan dengan resiko/bahaya tinggi.
2. Kondisi tidak aman/KTA (unsafe condition) yaitu keadaan yang akan
menyebababkan kecelakaan, terdiri dari:
a. Mesin, mesin sudah rusak karena kurangnya perawatan dan tidak diganti.
b. Peralatan, kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua
kemungkinan rusak itu ada. Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja dapat
mengakibatkan kecelakaan. Contohnya adalah: Perpipaan yang sudah tua.
c. Bahan
d. Lingkungan tidak dipasang (terpasangnya) pengaman (safeguard) pada
bagian mesin yang berputar, tajam ataupun panas, terdapat instalasi kabel
listrik yang kurang standar (isolasi terkelupas, tidak rapi), alat
kerja/mesin/kendaraan yang kurang layak pakai, tidak terdapat label pada
kemasan bahan (material) berbahaya.
e. Tempat kerja yang licin, berceceran oli, berserakan barang-barang, dan
berdebu.

10
f. Pencahayaan yang kurang.

Menurut Suma’mur faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor


tindakan tidak aman (unsafe acts) 85 % dan kondisi yang tidak aman (unsafe
condition) 15 %.
Menurut Hastuti dan Adiatma faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh
faktor tindakan tidak aman (unsafe acts) 85 % dan kondisi yang tidak aman
(unsafe condition) 10% dan faktor alam (act of god) 5%.          
Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi terbesar
penyebab kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor kelalaian manusia
yaitu sebesar 88%. Sedangkan 10% lainnya adalah dari faktor ketidaklayakan
properti/aset/barang dan 2% faktor lain-lain, takdir dan nasib.  
Menurut Phoon (1988), penyebab kecelakaan sangat banyak, beraneka
ragam, dan kompleks. Faktor utama yang menyebabkan kecelakaan adalah:
a. Lingkungan kerja
b. Metode kerja
c. Pekerja sendiri
Namun pada akhirnya semua kecelakaan baik langsung maupun tidak
langsung, diakibatkan kesalahan manusia. Secara umum penyebab kecelakaan
di tempat kerja adalah sebagai berikut:
a. Kelelahan (fatigue)
b. Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman
(unsafe working condition)
c. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab
awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training
d. Karakteristik pekerjaan itu sendiri, kecepatan kerja (paced work), pekerjaan
yang dilakukan secara berulang (short-cycle repetitive work), pekerjaan-
pekerjaan yang harus diawali dengan “pemanasan prosedural”, beban kerja
(workload), dan lamanya sebuah pekerjaan dilakukan (workhours).
Dari beberapa sumber yang saya dapati ada beberapa factor yang
menyebabkan seseorang melakukan tindakan tidak aman dalam melakukan
pekerjaan :
1. Ketidaktahuan tenaga kerja tentang bahaya bahaya ditempat kerja
dikarenakan tidak adanya prosedur kerja standar atau system operating

11
procedure (SOP) dan Instruksi kerja yang baku juga peraturan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) yang diterapkan perusahaan.
2. Tenaga kerja yang tidak terampil dalam mengoperasikan suatu peralatan atau
mesin, mengemudikan kendaraan dan menggunakan perangkat kerja lainnya.
3. Kekacauan system manajemen K3 perusahaan itu sendiri misal, tidak
komitmennya manajemen dalam pelaksanaan K3, penegakan peraturan yang
lemah, tanggung jawab K3 tidak jelas, tidak adanya audit K3, anggaran yang
tidak mendukung dan lain lain.

2.4.3 Akibat Kecelakaan Kerja

Dalam kecelakaan kerja, dampak terbesar dialami oleh korban atau pelaku
praktek kerja. Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu
sampai mengakibatkan ia sampai cacat tetap atau bahkan meninggal dunia.
Akibat atau dampak lain dari terjadinya kecelakaan adalah dapat merugikan
secara finansial, baik langsung maupun tak langsung. Misalnya saja merugikan
terhadap investasi atau modal kerja, peralatan, bahan baku, dan lingkungan
kerja setempat.

2.4.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Untuk mencegah kecelakaan kerja sangatlah penting diperhatikannya


“Keselamatan Kerja”. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta tata cara dalam
melakukan pekerjaan yang bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan
kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia, yang tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan pekerja pada khususnya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja pada hakekatnya adalah usaha
manusia dalam melindungi hidupnya dan yang berhubungan dengan itu,dengan
melakukan tindakan preventif dan pengamanan terhadap terjadinya kecelakaan
kerja ketika kita sedang bekerja.

Kita harus melaksanakan keselamatan kerja, karena dimana saja, kapan saja,
dan siapa saja manusia normal, tidak menginginkan terjadinya kecelakaan

12
terhadap dirinya yang dapat berakibat fatal. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada
pekerja atau karyawan dapat dilakukan dengan dua cara: (Soeprihanto,1996:48)
yaitu:

Pertama, melalui usaha preventif atau mencegah. Preventif atau mencegah


berarti mengendalikan atau menghambat sumber-sumber bahaya yang terdapat
di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi
para karyawan. Adapun langkah-langkah pencegahan itu dapat dibedakan,
yaitu :

• Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya)

• Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya)

• Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.

• Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas
respirator, dust respirator, dan lain-lain). • Petunjuk dan peringatan ditempat
kerja.

• Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja.

Kedua, usaha represif atau kuratif. Artinya, kegiatan untuk mengatasi


kejadian atau kecelakaan yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang
terdapat ditempat kerja. Pada saat terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya
sangat dirasakan arti pentingnya persiapan baik fisik maupun mental para
karyawan sebagai suatu kesatuan atau team kerja sama dalam rangka mengatasi
dan menghadapinya. Selain itu terutama persiapan alat atau sarana lainnya yang
secara langsung didukung oleh pimpinan bengkel.

2.5 Usaha untuk Mencapai Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Untuk mencapai tujuan keselamatan kerja, perlu adanya beberapa usaha yang
terencana dan sitematis, yang dilaksanakan dengan sepenuhnya. Usaha-usaha itu
tergambarkan dalam uraian berikut:

13
a. Peraturan-peraturan dan perundangan, yaitu serangkaian ketentuan yang
mengikat dan wajib dilaksanakan oleh para unsur dari suatu proses pekerjaan.
Peraturan-peraturan ini mengatur baik proses kerja secara teknis dan alat-alat
kerja serta tenaga kerjanya. Peraturan-peraturan dapat bersifat mencegah
terjadinya kecelakaan kerja (preventip) maupun tindakan-tindakan yang harus
dilakukan bila telah terjadi kecelakaan (kuratif). Di samping itu, ada pula
serangkaian peraturan yang menyangkut tentang kesejahteraan pekerja.
b. Pengawasan, yaitu usaha-usaha yang bertujuan untuk dapat dipatuhinya
peraturan-peraturan yang telah diberlakukan. Dengan adanya pengawasan,
maka para pekerja maupun perusahaan yang ada dapat dibina dan diarahkan
untuk dapat menyelenggarakan usaha-usaha keselamatan kerja.
c. Standardisasi, yaitu penetapan keseragaman dan standart tertentu mengenai
suatu peralatan, tempat kerja, kekuatan bahan, dan lain sebagainya, agar
memenuhi syarat keselamatan. Standardisasi pada suatu mesin misalnya akan
sangat penting artinya karena para operator yang sdah terbiasa pada mesin
yang satu akan tidak menemui kesulitan bila harus mengoperasikan mesin
yang lain yang berarti keselamatan kerja akan lebih terjamin.
d. Penelitian, yaitu usaha-usaha untuk menyelidiki factor-faktor yang
berhubungan dengan keselamatan kerja dan kesehatan kerja. Penelitian dapat
bersifat teknik, yang melputi penelitian terhadap kemampuan dapat bersifat
teknik, yang meliputi penelitian terhadap kemampuan suatu mesin, pengujian
alat peindung diri, pengaruh penggunaan suatu alat terhadap keselamatan
kerja dan sebagainya. Ada pula penelitian yang bersifat
medis, yaitu yang biasanya berhubungan dengan keselamatan kerja, misalnya
penelitian pengaruh suatu pekerjaan terhadap kesehatan kerja, dan penelitian
tentang keberhasilan suatu alat untuk mencegah penyakit akibat kerja. Di
samping itu ada penelitian yang bersifat psikologis, yang menyelidiki
pengaruh kejiwaan terhadap kerja, misalnya hubungan antara
semangat kerja dengan prestasi kerja dan pengaruh jam istirahat terhadap
keselamatan kerja.
e. Catatan-catatn statistik, yaitu kumpulan data kecelakaan yang pernah terjadi,
yang digolongkan menurut jenis kecelakaan, jenis penyebabanya dan usaha--
usaha penanggulangan pada waktu yang akan datang.

14
f. Pendidikan dan pelatihan, yaitu usaha-usaha menanamkan prinsip-prinsip
keselamatan kerja kepada pekerja dan calon pekerja. Pendidikan biasanya
diperuntukkan bagi siswa-siswa yang dipersiapkan sebagai tenaga kerja (pre
service training). Kepada mereka dilatih mengenai prinsip-prinsip
keselamatan kerja, terutama yang berhubungan erat dengan bidang tugasnya.
g. Kampanye keselamatan kerja, merupakan usaha yang terpadu dari setiap
unsur pemerintah maupun swasta yang terkait untuk memasyarkatkan
keselamatan kerja kepada para pekerja.
h. Asuransi, yaitu ganti kerugian kepada pekerja atau perusahaan yang telah
terjadi pengikut asuransi. Hal ini didasarkan bahwa kecelakaan tetap dapat
terjadi sewaktu waktu.

2.6 Masalah Kesehatan Karyawan

Beberapa kasus yang menjadi masalaha kesehantan bagi para karyawan


adalah:
a) Kecanduan alkohol & penyalahgunaan obat-obatan
Akibat dari beban kerja yang terlalu berat, para karyawan terkadang
menggunakan bantuan dari obata-obatan dan meminum alcohol untuk
menghilangkan stress yang mereka rasakan. Untuk mencegah hal ini,
perusahaan dapat melkaukan pemeriksaan rutin kepada karyawan tanpa
pemberitahuan sebelumnya dan perusahaan tidak memberikan kompromi
dengan hal-hal yang merusak dan penurunan kinerja (misal: absen, tidak rapi,
kurang koordinasi, psikomotor berkurang)

b) Stress
Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang diberikan
kepada tubuh tersebut. Banyak sekali yang menjadi penyebab stress, namun
beberapa diantaranya adalah:
1. Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan itu sendiri, dan
kondisi kerja
2. Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah finansial

15
c) Burnout
"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis maupun
fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung
atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Burnout mengakibatkan
kelelahan emosional dan penurunan motivasi kerja pada pekerja. Biasanya
dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens
(beban psikologis berpindah ke tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak
dapat berkonsentrasi, gampang sakit) dan biasanya bersifat kumulatif

2.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Bidang Kelistrikan

2.7.1 Tujuan Khusus K3 di Bidang Kelistrikan

Tujuan khusus K3 di bidang kelistrikan antara lain adalah:

a. Menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai penggunaannya


Dalam peraturan instalasi listrik dikenal 3 prisip dasar instalasi listrik yaitu
handal, aman, dan ekonomis. Handal artinya sistem instalasi dirancang dengan
baik, sehingga jarang terdapat gangguan; atau saat ada gangguan dari luar,
sistem dapat mengatasinya dengan baik. Aman artinya tidak membahayakan
bagi manusia, instalasi itu sendiri, dan lingkungan sekitar. Dengan
menerapkan keamanan dan keselamatan kerja tanpa mengabaikan nilai
ekonomis suatu instalasi listrik, maka ketiga prinsip tadi akan terpenuhi.
b. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik, diantaranya adalah:
- Bahaya sentuhan langsung, yaitu bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal bertegangan.
- Bahaya sentuhan tidak langsung, yaitu bahaya akibat sentuhan pada
bagian konduktif yang secara normal tidak bertegangan, menjadi
bertegangan karena kegagalan isolasi.
- Bahaya kebakaran, biasanya terjadi akibat adanya percikan api dari
hubung singkat. Namun dalam beberapa kasus, kebakaran juga timbul
akibat efek thermal dari sebuah penghantar dengan tingkat resistansi
tinggi yang dialiri arus dalam waktu yang cukup lama.

16
2.7.2 Aspek Pencegahan pada Kecelakaan kerja di Bidang Kelistrikan

Mencegah terjadinya kecelakaan adalah hal yang lebih penting dibandingkan


dengan mengatasi terjadinya kecelakaan hal ini disebabkan karena kecelakaan
dapat merugikan berupa material dan dapat menimbulkan kematian.oleh sebab
itu pencegahan jauh lebih penting di bandingkan mengatasi kecelakaan.

Dengan demikian kecelakaan dapat dicegah dengan cara sebagai berikut:

A. Proteksi dari kejut listrik


- Proteksi dari sentuhan langsung
Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang
bisa timbul karena sentuhan dengan bagian aktif instalasi (sentuh
langsung) dengan salah satu cara di bawah ini:
a) mencegah mengalirnya arus melalui badan manusia atau ternak;
b) membatasi arus yang dapat mengalir melalui badan sampai suatu nilai
yang lebih kecil
- Proteksi dari sentuh tak langsung
Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang
bisa timbul karena sentuhan dengan bagian konduktif terbuka dalam
keadaan gangguan (sentuh tak langsung) dengan salah satu cara di bawah
ini:
a) mencegah mengalirnya arus gangguan melalui badan manusia atau
ternak;
b) membatasi arus gangguan yang dapat mengalir melalui badan sampai
suatu nilai yang lebih kecil dari arus kejut listrik;
c) pemutusan suplai secara otomatis dalam waktu yang ditentukan pada
saat terjadi gangguan yang sangat mungkin menyebabkan mengalirnya
arus melalui badan yang bersentuhan dengan bagian konduktif terbuka,
yang nilai arusnya sama dengan atau lebih besar dari arus kejut listrik.
CATATAN:
Untuk mencegah sentuh tak langsung, penerapan metode ikatan penyama
potensial adalah salah satu prinsip penting untuk keselamatan.
B. Proteksi dari efek termal.

17
Instalasi listrik harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak ada risiko
tersulutnya bahan yang mudah terbakar karena tingginya suhu atau busur
api listrik. Demikian pula tidak akan ada risiko luka bakar pada manusia
maupun ternak selama perlengkapan listrik beroperasi secara normal.
C. Proteksi dari arus lebih.
Manusia atau ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari cedera, dan
harta benda diamankan dari kerusakan karena suhu yang berlebihan atau
stres elektromekanis karena arus lebih yang sangat mungkin timbul pada
penghantar aktif. Proteksi ini dapat dicapai dengan salah satu cara di
bawah ini:
a) pemutusan secara otomatis pada saat terjadi arus lebih sebelum arus
lebih itu mencapai nilai yang membahayakan dengan memperhatikan
lamanya arus lebih bertahan;
b) pembatasan arus lebih maksimum, sehingga nilai dan lamanya yang
aman tidak terlampaui.

D. Proteksi dari arus gangguan.


Penghantar, selain penghantar aktif, dan bagian lain yang dimaksudkan
untuk menyalurkan arus gangguan harus mampu menyalurkan arus
tersebut tanpa menimbulkan suhu yang berlebihan.
CATATAN :
a) Perhatian khusus harus diberikan pada arus gangguan bumi dan arus
bocoran;
b) Untuk penghantar aktif yang memenuhi 2.1.4.1, terjamin proteksinya
dari arus lebih yang disebabkan oleh gangguan.
E. Proteksi dari tegangan lebih.
Manusia atau ternak harus dicegah dari cedera dan harta benda harus
dicegah dari setiap efek yang berbahaya akibat adanya gangguan antara
bagian aktif sirkit yang disuplai dengan tegangan yang berbeda. Manusia
dan ternak harus dicegah dari cedera dan harta benda harus dicegah dari
kerusakan akibat adanya tegangan yang berlebihan yang mungkin timbul
akibat sebab lain (misalnya, fenomena atmosfer atau tegangan lebih
penyakelaran).

18
2.7.3 Efek Arus Listrik Terhadap Tubuh Manusia

Persepsi mengenai tersengat aliran listrik itu bias berbeda-beda, tergantung


dari tegangan, durasi, arus, frekuensi, dsb. Besarnya arus dan arah arus yang
melewati tubuh akan sangat mempengaruhi efek arus tersebut terhadap tubuh
terutama ketika melewati organ-organ vital tubuh. Umumnya, arus yang
mendekati 100 mA akan berbahaya atau bahkan mematikan.

 Arus akan berbahaya jika arus yang melewati tubuh memiliki ambang sekitar
5 sampai 10 mA (milliampere) untuk tegangan DC di 60 Hz

 Arus akan berbahaya jika arus yang melewati tubuh memiliki ambang sekitar
1 sampai 10 mA untuk AC di 60 Hz

 Shock berkurang dengan adanya peningkatkan frekuensi, dan pada akhirnya


akan menghilang pada frekuensi di atas 15-20 kHz.

Semakin kecil resistor yang terkandung di dalam tubuh manusia semakin


mudah arus listrik mengalir sehingga semakin mudah kesetrum. Umumnya
besarnya resistor yang terdapat di dalam tubuh adalah 1500 ohm. Maka jika
kurang dari nilai tersebut akan semakin mudahtersengat listrik.Durasi ketika kita
kesetrum atau tersengat listrik akan sangat mempengaruhi efeknya terhadap
tubuh.  Semakin lama arus mengalir melewati bagian tubuh maka semakin besar
resiko terhadap tubuh kita. Terutama jantung.

Tabel 2.1 Besar dan Lama Tegangan Sentuh Maksimum

19
Tabel 2.2 Pengaruh Arus Listrik Pada Tubuh Manusia

2.7.4 Perbedaan Tersengat Arus AC dan DC

Efek kaget biasanya terjadi karena ada tegangan yang tinggi namun tidak
berarus besar. Akan tetapi bila menyebabkan kematian atau efek serius lainnya
biasanya karena tegangan tinggi dan arus besar .  Tersengat arus DC atau AC
Arus AC (alternating current) merupakan arus yang bolak-balik sedangkan arus
DC (direct current) merupakan arus yang searah. Sebenarnya baik AC maupun
DC dapat mengalirkan aliran listrik dan tentunya dapat membuat seseorang
tersengat aliran listrik yang membedakan hanyalah  seberapa besarnya. Apakah
tegangannya tinggi dan arusnya besar.

AC akan mempengaruhi tubuh sangat tergantung pada tingkat frekuensinya.


Frekuensi rendah (50 – to 60-Hz) AC biasanya digunakan pada rumah tangga.
AC yang dapat lebih berbahayaadalah AC dengan frekuensi tinggi dan 3 sampai
5 kali lebih berbahaya daripada DC dengan tegangan dan amperage sama.
Frekuensi rendah AC menyebabkan kontraksi otot yang panjang (tetany)yang

20
dapat membuat tangan kaku. Sedangkan DC biasanya menyebabkan adanya
kejang / kontraksi, yang sering memaksa korban menjauhi dari sumber. Menurut
sumber, tegangan pada DC=1,4 tegangan pada AC. Untuk besar hambatan yang
sama, dan arus yang besar, maka, akan lebih berbahaya tegangan 100 V DC
dibanding 100 V AC.

Tetany adalah kondisi dimana terjadi involuntarily otot karena ada petikan
dari luar arus listrik melalui badan. Ketika involuntary kontraksi otot
mengendalikan jari menyebabkan seorang korban untuk tidak dapat melepaskan
dari sebuah konduktor energized, maka korban tersebut dikatakan “frozen”.
Arus searah (DC) lebih cenderung menyebabkan otot mengalami tetany
dibandingkan alternating current (AC). Sehingga DC lebih cenderung
menyebabkan “frozen” pada korban ketika kesetrum. Namun, AC lebih
cenderung menyebabkan korban fibrillate ke jantung, yang merupakan kondisi
yang lebih berbahaya bagi korban setelah kesetrum dihentikan.

2.7.5 Faktor yang Menentukan Efek Arus Listrik pada Tubuh Manusia

Beberapa faktor yang mengakibatkan beraneka ragam dampak sengatan listrik


adalah :

1. Ukuran fisik bidang kontak

Semakin besar dan luas bidang kontak antara tubuh dan perlengkapan listrik,
semakin rendah hambatan instalasinya, semakin banyak arus listrik yang
mengalir melewati tubuh dan akibatnya semakin parah.

2. Kondisi tubuh

Kondisi tubuh korban maksudnya kondisi kesehatan korban. Apabila yang


terkena sengatan listrik tersebut dalam keadaan sakit akibatnya tentu akan lebih
parah dari korban yang dalam kondisi prima.

3. Hambatan / tahanan tubuh

21
Ketika kulit manusia dalam kondisi kering, tahanan tubuh menjadi tinggi dan
cukup untuk melindungi bahaya sengatan listrik. Namun, kondisi kulit benar-
benar kering sangat jarang dijumpai, kecendrungannya setiap orang akan
mengelurkan keringat walaupun hanya sedikit. Oleh karena itu tubuh dianggap
selalu basah sehingga tahanan menjadi rendah dan kemungkinan terkena
sengatan menjadi tinggi.

Tahanan tubuh ini dipengaruhi pula oleh jenis kelamin wanita dewasa
memiliki tahanan tubuh yang berbeda dengan laki-laki dewasa. Tahanan tubuh
wanita dewasa lebih rendah dibandingkan tahanan tubuh laki-laki dewasa. Oleh
karena itu arus listrik yang mengalir ke tubuh wanita dewasa cenderung lebih
besar dan akibatnya tentu lebih parah.

4. Jumlah miliampere

Miliampere adalah satuan yang digunakan untuk mengukur arus listrik.


Semakin besar arus listrik yang melewati tubuh manusia, semakin besar pula
resiko sengatan yang ditimbulkan bagi tubuh manusia.

5. Bagian tubuh yang dialiri arus

Ketika tubuh tersengat listrik, arus listrik akan mengalir melewati tubuh.
Apabila arus listrik tersebut melewati bagian-bagian vital seperti jantung,
sengatan listrik akan sangat berbahaya dan menyebabkan kematian.

6. lamanya arus mengalir.

Semakin lama tubuh manusia tersengat listrik tentu bahaya yang


ditimbulkan akan semakin parah pula.

2.7.6 Langkah Aman Bekerja pada Instalasi Listrik

 Bekerja tanpa memutus/mencabut arus yang masuk, akan sangat berbahaya.

22
 Bungkuslah dengan pita isolasi (electrical tape) jika kawat terluka.

 Mencabut steker dengan menarik kabel tidak dibenarkan.

 Instalasi tanpa hubungan/kontak tanah dapat membahayakan.

23
 Alat/mesin tegangan 1 fase 220 V dan 3 fase tanpa kontak tanah (ground),
akan membahayakan.

2.7.7 Langkah-langkah P3K Untuk Pekerjaan pada Bidang Kelistrikan

Listrik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian orang, seolah-olah


mereka tidak bisa hidup tanpa adanya listrik. Hal ini terjadi listrik telah
menggerakkan banyak peralatan-peralatan yang membuat hidup kita menjadi
lebih nyaman.

Tetapi di sisi lain, sering kita dengar juga berita mengenai kebakaran yang
terjadi akibat korsleting listrik dan beberapa korban akibat dari sengatan listrik.
Kali ini kita mencoba melihat teknik pertolongan pertama pada korban sengatan
listrik.

Tipe arus listrik, tinggi tegangan listrik, tipe material penghantar listrik ke
tubuh korban dan kondisi korban akan menentukan tingkat keseriusan korban
dan apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan efek yang lebih
buruk.

1. Bila memungkinkan matikan terlebih dahulu sumber listrik atau bila tidak
memungkinkan, singkirkan penghantar listrik dengan menggunakan
material yang tidak menghantarkan listrik seperti kayu dan plastic.
2. Sebelum menolong korban, terlebih dahulu perhatikan apakah masih ada
kontak antara tubuh korban dengan sumber listrik. Karena apabila kita

24
sentuh, maka listrik akan mengalir ke tubuh kita dan korban akan
bertambah.
3. Baringkan tubuh korban dengan posisi kepala sedikit lebih rendah.
4. Periksa tanda-tanda korban mulai dari kesadaran, gerakan, pernafasan dan
detak. Segera hubungi 118.

Dengan pertolongan pertama ini diharapkan korban dapat di tolong dan


tidak menjadi parah atau menambah korban lagi. Semua korban sengatan listrik
harus diperiksa oleh dokter untuk memeriksa apakah terjadi luka dalam.

2.8 SOP ( Standard Operasional Standart )

2.8.1 Pengertian SOP

SOP (Standard Operating Procedures) adalah panduan hasil kerja


yang diinginkan serta proses kerja yang harus dilaksanakan. SOP dibuat dan di
dokumentasikan secara tertulis yang memuat prosedur (alur proses) kerja secara
rinci dan sistematis. Alur kerja (prosedur) tersebut haruslah mudah dipahami

25
dan dapat di implementasikan dengan baik dan konsisten oleh pelaku.
Implementasi SOP yang baik akan menunjukkan konsistensi hasil kerja, hasil
produk dan proses pelayanan seluruhnya dengan mengacu kepada kemudahan,
pelayanan dan pengaturan yang seimbang.

Tujuan dan manfaat SOP


SOP yang baik haruslah mendasarkan pada tujuan dan manfaat sebagaimana poin-
poin berikut dibawah ini:
 Memudahkan proses pemberian tugas serta tanggung jawab kepada pegawai
yang menjalankannya.
 Memudahkan proses pemahaman (penguasaan tugas) staff secara sistematis
dan general.
 Menghindari “error” dalam proses kerja.
 Mempermudah dan mengetahui terjadinya kegagalan, inefisiensi proses
dalam prosedur kerja, serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya
penyalahgunaan kewenangan oleh pegawai yang menjalankan.
 Memudahkan dalam hal monitoring dan menjalankan fungsi kontrol dari
setiap proses kerja.
 Menghemat waktu dalam program training, karena dalam SOP tersusun secara
sistematis.

26
2.8.3 Contoh SOP dalam ketenagalistrikan

SOP Kode Unit :

PENGOPERASIAN GARDU TRAFO TIANG DIS HAR Trafo


PT PLN Persero

PETUGAS YANG TERLIBAT :


Supervisor Distribusi
 Pelaksana Pekerjaan (Minimal 2 Orang)
 Pengawas pekerjaan

PERALATAN KERJA :
 Toll Set lengkap
 Stik 20 KV
 Fuse Puller
 Tangga
 Tali
 Single Line Diagram

PERLENGKAPAN K3 :
a. Sarung tangan isolasi . e. Kotak P3K Standart.
b. Helm Pengaman Standart. f. Kaca mata pengaman.
c. Sepatu isolasi .
d. Pakaian Kerja ( Werk pak).
ALAT UKUR :
 Avo meter.
 Megger
 Earth Tester
 Phase SquenceTester

PROSEDUR KERJA :
1. Memriksa keadaan di sekitar trafo dan yakinkan trafo aman dioperasikan.
2. Melaporkan kepada pihak yang berwenng bahwa pengoperasian siap dilaksanakan, dan tunggu konfirmasi untuk proses pengoperasian.
3. Memasukkan Fuse Cut Out
4. Memeriksa urutan fasa menggunakan squence tester.
5. Mengatur tegangan sisi outgoing dari trafo (tegangan rendah) bahwa setelan sadapan trafo sudah sesuai.
6. Mengoperasikan saluran jurusan dengan cara :
- Untuk pelanggan umum masukkan saklar utama,menyusul kemudian NH fuse satu persatu sambil ditest kemugkinan adanya hubung
singkat pada saluran jurusan.
- Untuk pelanggan industri masukkan seluruh NH fuse, menyusul kemudian saklar utama.
7. Melaporkan pada pengatur kejadian yang diakibatkan karena proses pengoperasian.
8. Membuat berita acara sejak terima operasi mengenai, kondisi alat, posisi peralatan dan temuan-temuan klaim operasi.
9. Membuat Laporan Pekerjaan.
SINGLE LINE DIAGRAN

SISTEM PENGOPERASIAN GARDU TRAFO TIANG

BAB III
PENUTUP

29
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
- Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
- Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
- Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
- Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
- Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
- Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
- Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

2. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan


kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
kerja daan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.

3.2 Saran
1. Penerapan K3 akan berjalan dengan baik apabila pemilik usaha dan pekerja
menerapkan dasar-dasar K3 dan prinsip-prinsip K3, namun dalam
kenyataannya seringkali kita temui pemilik usaha dan pekerja yang tidak
menerapkan dasar-dasar K3 dan prinsip-prisip K3. Oleh karena itu diperlukan
peran pemerintah untuk menindak tegas perihal tersebut.

2. Dengan memperhatikan kecelakaan apa saja yang dapat terjadi di bidang


kelistrikan serta penanganan maupun pencegahannya dapat mengurangi rasa
trauma bagi para pekerja yang telah mengalami kecelakaan maupun dapat
menenangkan para pekerja yang dapat bekerja dengan aman sehingga dapat
mengoptimalkan waktu kerja dan mengefisiensikan hasil kerja dengan baik
serta dapat menunjang karir para pekerja terutama pekerjaan yang menyangkut
bidang kelistrikan.
30

Anda mungkin juga menyukai