PENDAHULUAN
1
Adapun permasalahan yang harus dipahami dalam hal keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
2. Apa yang menjadi dasar pemberlakuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di Indonesia?
3. Apa fokus dan tujuan dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
4. Apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan?
5. Apa saja usaha untuk mencapai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
6. Apa saja yang menjadi masalah kesehatan karyawan?
7. Bagaimana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bidang kelistrikan?
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari
resiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan resiko yang relatif sangat kecil
dibawah nilai tertentu. Sedangkan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi
yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja.
3
Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja
adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi
pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
pabrik atau tempat kerja tersebut.
Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni,
2003: 138).
4
emphysema,serta arthritis. Kondisi- kondisi lain yang diketahui sebagai akibat dari
tidak sehatnya lingkungan pekerjaan meliputih penyakit paru-paru putih, penyakit
paru-paru coklat, penyakit paru-paru hitam, kemandulan, kerusakan sistem syaraf
pusat dan bronghitis kronis.
Ada minimal 53 dasar hukum tentang K3 dan puluhan dasar hukum tentang
Lingkungan yang ada di Indonesia. Tetapi, ada 4 dasar hukum yang sering menjadi
acan mengenai K3, yaitu:
5
Tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat 1 berbunyi: “Setiap Pekerja/ Buruh
mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan atas (a) Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.”
Aspek Ekonominya adalah Pasal 86 ayat 2: ”Untuk melindungi keselamatan
Pekerja/ Buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.”
Sedangkan Kewajiban penerapannya ada dalam pasal 87: “Setiap Perusahaan wajib
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.”
Tentang Sistem Manajemen K3. Dalam Permenakertrans yang terdiri dari 10 bab
dan 12 pasal ini, berfungsi sebagai Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K-3
(SMK3), mirip OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris
6
Dalam kerja bengkel, kita pasti akan menjumpai alat-alat berat yang sistem
kerjanya juga mengikuti postur atau fungsi alat tersebut. Seringkali alat yang
kita gunakan dalam kerja praktek tersebut tidak berfungsi secara maksimal, atau
adanya human error yang menyebabkan terhambatnya kerja bengkel. Hal ini
sering kali disebut sebagai kecelakaan kerja.
Kecelakaan ialah suatu kejadian yang tak terduga dan yang tidak diharapkan
,karena dalam peristiwa tesebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih- lebih
dalam bentuk perencanaan.
Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan
fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress
emosi atau gangguan fisik (Mangkunegara, 2000:161).
1. Kurangnya prosedur/aturan
7
2. Kurangnya sarana dan prasarana
3. Kurangnya kesadaran
4. Kurangnya kepatuhan
5. Faktor manusia/personal (personal factor)
Faktor manusia antara lain yaitu:
1) Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi
2) Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill
3) Stres
4) Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan banyak mempengaruhi tindakan
seseorang dalam bekerja. Orang yang memiliki pendidikan yang
lebih tinggi cenderung berpikir lebih panjang atau dalam
memandang sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai segi.
Misalnya dari segi keamanan alat atau dari segi keamanan diri. Lain
halnya dengan orang yang berpendidikan lebih rendah, cenderung
akan berpikir lebih pendek atau bisa dikatakan ceroboh dalam
bertindak. Misalnya Ketika kita melakukan pekerjaan yang sangat
beresiko terhadap kecelakaan kerja tetapi kita tidak memakai
peralatan safety dengan benar. Hal ini yang tentunya dapat
menimbulkan kecelakaan.
5) Keterampilan
Keterampilan disini bisa diartikan pengalaman seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan. Misalnya melakukan start/stop pada
sebuah peralatan, memakai alat-alat keselamatan, dsb. Pengalaman
sangat dibutuhkan ketika melakukan pekerjaan untuk menghindari
kesalahan-kesalahan yang berakibat timbulnya kecelakaan kerja.
6) Fisik
Lemahnya kondisi fisik seseorang berpengaruh pada
menurunnya tingkat konsentrasi dan motivasi dalam bekerja.
Sedangkan kita tahu bahwa konsentrasi dan motivasi sangat
dibutuhkan ketika bekerja. Bila sudah terganggu, kecelakaan sangat
mungkin terjadi. Contoh faktor fisik ini adalah : kelelahan,
menderita suatu penyakit
6. Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor)
8
1) Factor fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim dll.
2) Factor kimia yaitu debu, uap logam, asap, gas dst
3) Factor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga
4) Ergonomi dan psikososial
Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah
lemahnya manajemen dan pengendaliannya, kurangnya sarana dan prasarana,
kurangnya sumber daya, kurangnya komitmen, dsb.
7. Kelemahan pengawasan oleh manajemen (lack of control management).
Pengawasan ini diartikan sebagai fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian kepemimpinan (pelaksana) dan pengawasan. Partisipasi
aktif manajemen sangat menetukan keberhasilan usaha pencegahan
kecelakaan seorang pimpinan unit disamping memahami tugas operasional
tapi juga harus mampu :
- memahami program pencegahan kecelakaan
- memahami standard, mencapai standard
- membina, mengukur, dan mengevaluasi performance bawahannya.
Inilah yang dimaksud dengan control
9
b) Suasana kerja yang tidak kondusif.
c) Adanya pertengkaran dengan teman sekerja.
3. Takdir/nasib dan lain-lain.
10
f. Pencahayaan yang kurang.
11
procedure (SOP) dan Instruksi kerja yang baku juga peraturan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) yang diterapkan perusahaan.
2. Tenaga kerja yang tidak terampil dalam mengoperasikan suatu peralatan atau
mesin, mengemudikan kendaraan dan menggunakan perangkat kerja lainnya.
3. Kekacauan system manajemen K3 perusahaan itu sendiri misal, tidak
komitmennya manajemen dalam pelaksanaan K3, penegakan peraturan yang
lemah, tanggung jawab K3 tidak jelas, tidak adanya audit K3, anggaran yang
tidak mendukung dan lain lain.
Dalam kecelakaan kerja, dampak terbesar dialami oleh korban atau pelaku
praktek kerja. Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu
sampai mengakibatkan ia sampai cacat tetap atau bahkan meninggal dunia.
Akibat atau dampak lain dari terjadinya kecelakaan adalah dapat merugikan
secara finansial, baik langsung maupun tak langsung. Misalnya saja merugikan
terhadap investasi atau modal kerja, peralatan, bahan baku, dan lingkungan
kerja setempat.
Kita harus melaksanakan keselamatan kerja, karena dimana saja, kapan saja,
dan siapa saja manusia normal, tidak menginginkan terjadinya kecelakaan
12
terhadap dirinya yang dapat berakibat fatal. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada
pekerja atau karyawan dapat dilakukan dengan dua cara: (Soeprihanto,1996:48)
yaitu:
• Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas
respirator, dust respirator, dan lain-lain). • Petunjuk dan peringatan ditempat
kerja.
Untuk mencapai tujuan keselamatan kerja, perlu adanya beberapa usaha yang
terencana dan sitematis, yang dilaksanakan dengan sepenuhnya. Usaha-usaha itu
tergambarkan dalam uraian berikut:
13
a. Peraturan-peraturan dan perundangan, yaitu serangkaian ketentuan yang
mengikat dan wajib dilaksanakan oleh para unsur dari suatu proses pekerjaan.
Peraturan-peraturan ini mengatur baik proses kerja secara teknis dan alat-alat
kerja serta tenaga kerjanya. Peraturan-peraturan dapat bersifat mencegah
terjadinya kecelakaan kerja (preventip) maupun tindakan-tindakan yang harus
dilakukan bila telah terjadi kecelakaan (kuratif). Di samping itu, ada pula
serangkaian peraturan yang menyangkut tentang kesejahteraan pekerja.
b. Pengawasan, yaitu usaha-usaha yang bertujuan untuk dapat dipatuhinya
peraturan-peraturan yang telah diberlakukan. Dengan adanya pengawasan,
maka para pekerja maupun perusahaan yang ada dapat dibina dan diarahkan
untuk dapat menyelenggarakan usaha-usaha keselamatan kerja.
c. Standardisasi, yaitu penetapan keseragaman dan standart tertentu mengenai
suatu peralatan, tempat kerja, kekuatan bahan, dan lain sebagainya, agar
memenuhi syarat keselamatan. Standardisasi pada suatu mesin misalnya akan
sangat penting artinya karena para operator yang sdah terbiasa pada mesin
yang satu akan tidak menemui kesulitan bila harus mengoperasikan mesin
yang lain yang berarti keselamatan kerja akan lebih terjamin.
d. Penelitian, yaitu usaha-usaha untuk menyelidiki factor-faktor yang
berhubungan dengan keselamatan kerja dan kesehatan kerja. Penelitian dapat
bersifat teknik, yang melputi penelitian terhadap kemampuan dapat bersifat
teknik, yang meliputi penelitian terhadap kemampuan suatu mesin, pengujian
alat peindung diri, pengaruh penggunaan suatu alat terhadap keselamatan
kerja dan sebagainya. Ada pula penelitian yang bersifat
medis, yaitu yang biasanya berhubungan dengan keselamatan kerja, misalnya
penelitian pengaruh suatu pekerjaan terhadap kesehatan kerja, dan penelitian
tentang keberhasilan suatu alat untuk mencegah penyakit akibat kerja. Di
samping itu ada penelitian yang bersifat psikologis, yang menyelidiki
pengaruh kejiwaan terhadap kerja, misalnya hubungan antara
semangat kerja dengan prestasi kerja dan pengaruh jam istirahat terhadap
keselamatan kerja.
e. Catatan-catatn statistik, yaitu kumpulan data kecelakaan yang pernah terjadi,
yang digolongkan menurut jenis kecelakaan, jenis penyebabanya dan usaha--
usaha penanggulangan pada waktu yang akan datang.
14
f. Pendidikan dan pelatihan, yaitu usaha-usaha menanamkan prinsip-prinsip
keselamatan kerja kepada pekerja dan calon pekerja. Pendidikan biasanya
diperuntukkan bagi siswa-siswa yang dipersiapkan sebagai tenaga kerja (pre
service training). Kepada mereka dilatih mengenai prinsip-prinsip
keselamatan kerja, terutama yang berhubungan erat dengan bidang tugasnya.
g. Kampanye keselamatan kerja, merupakan usaha yang terpadu dari setiap
unsur pemerintah maupun swasta yang terkait untuk memasyarkatkan
keselamatan kerja kepada para pekerja.
h. Asuransi, yaitu ganti kerugian kepada pekerja atau perusahaan yang telah
terjadi pengikut asuransi. Hal ini didasarkan bahwa kecelakaan tetap dapat
terjadi sewaktu waktu.
b) Stress
Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang diberikan
kepada tubuh tersebut. Banyak sekali yang menjadi penyebab stress, namun
beberapa diantaranya adalah:
1. Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan itu sendiri, dan
kondisi kerja
2. Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah finansial
15
c) Burnout
"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis maupun
fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung
atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Burnout mengakibatkan
kelelahan emosional dan penurunan motivasi kerja pada pekerja. Biasanya
dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens
(beban psikologis berpindah ke tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak
dapat berkonsentrasi, gampang sakit) dan biasanya bersifat kumulatif
16
2.7.2 Aspek Pencegahan pada Kecelakaan kerja di Bidang Kelistrikan
17
Instalasi listrik harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak ada risiko
tersulutnya bahan yang mudah terbakar karena tingginya suhu atau busur
api listrik. Demikian pula tidak akan ada risiko luka bakar pada manusia
maupun ternak selama perlengkapan listrik beroperasi secara normal.
C. Proteksi dari arus lebih.
Manusia atau ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari cedera, dan
harta benda diamankan dari kerusakan karena suhu yang berlebihan atau
stres elektromekanis karena arus lebih yang sangat mungkin timbul pada
penghantar aktif. Proteksi ini dapat dicapai dengan salah satu cara di
bawah ini:
a) pemutusan secara otomatis pada saat terjadi arus lebih sebelum arus
lebih itu mencapai nilai yang membahayakan dengan memperhatikan
lamanya arus lebih bertahan;
b) pembatasan arus lebih maksimum, sehingga nilai dan lamanya yang
aman tidak terlampaui.
18
2.7.3 Efek Arus Listrik Terhadap Tubuh Manusia
Arus akan berbahaya jika arus yang melewati tubuh memiliki ambang sekitar
5 sampai 10 mA (milliampere) untuk tegangan DC di 60 Hz
Arus akan berbahaya jika arus yang melewati tubuh memiliki ambang sekitar
1 sampai 10 mA untuk AC di 60 Hz
19
Tabel 2.2 Pengaruh Arus Listrik Pada Tubuh Manusia
Efek kaget biasanya terjadi karena ada tegangan yang tinggi namun tidak
berarus besar. Akan tetapi bila menyebabkan kematian atau efek serius lainnya
biasanya karena tegangan tinggi dan arus besar . Tersengat arus DC atau AC
Arus AC (alternating current) merupakan arus yang bolak-balik sedangkan arus
DC (direct current) merupakan arus yang searah. Sebenarnya baik AC maupun
DC dapat mengalirkan aliran listrik dan tentunya dapat membuat seseorang
tersengat aliran listrik yang membedakan hanyalah seberapa besarnya. Apakah
tegangannya tinggi dan arusnya besar.
20
dapat membuat tangan kaku. Sedangkan DC biasanya menyebabkan adanya
kejang / kontraksi, yang sering memaksa korban menjauhi dari sumber. Menurut
sumber, tegangan pada DC=1,4 tegangan pada AC. Untuk besar hambatan yang
sama, dan arus yang besar, maka, akan lebih berbahaya tegangan 100 V DC
dibanding 100 V AC.
Tetany adalah kondisi dimana terjadi involuntarily otot karena ada petikan
dari luar arus listrik melalui badan. Ketika involuntary kontraksi otot
mengendalikan jari menyebabkan seorang korban untuk tidak dapat melepaskan
dari sebuah konduktor energized, maka korban tersebut dikatakan “frozen”.
Arus searah (DC) lebih cenderung menyebabkan otot mengalami tetany
dibandingkan alternating current (AC). Sehingga DC lebih cenderung
menyebabkan “frozen” pada korban ketika kesetrum. Namun, AC lebih
cenderung menyebabkan korban fibrillate ke jantung, yang merupakan kondisi
yang lebih berbahaya bagi korban setelah kesetrum dihentikan.
2.7.5 Faktor yang Menentukan Efek Arus Listrik pada Tubuh Manusia
Semakin besar dan luas bidang kontak antara tubuh dan perlengkapan listrik,
semakin rendah hambatan instalasinya, semakin banyak arus listrik yang
mengalir melewati tubuh dan akibatnya semakin parah.
2. Kondisi tubuh
21
Ketika kulit manusia dalam kondisi kering, tahanan tubuh menjadi tinggi dan
cukup untuk melindungi bahaya sengatan listrik. Namun, kondisi kulit benar-
benar kering sangat jarang dijumpai, kecendrungannya setiap orang akan
mengelurkan keringat walaupun hanya sedikit. Oleh karena itu tubuh dianggap
selalu basah sehingga tahanan menjadi rendah dan kemungkinan terkena
sengatan menjadi tinggi.
Tahanan tubuh ini dipengaruhi pula oleh jenis kelamin wanita dewasa
memiliki tahanan tubuh yang berbeda dengan laki-laki dewasa. Tahanan tubuh
wanita dewasa lebih rendah dibandingkan tahanan tubuh laki-laki dewasa. Oleh
karena itu arus listrik yang mengalir ke tubuh wanita dewasa cenderung lebih
besar dan akibatnya tentu lebih parah.
4. Jumlah miliampere
Ketika tubuh tersengat listrik, arus listrik akan mengalir melewati tubuh.
Apabila arus listrik tersebut melewati bagian-bagian vital seperti jantung,
sengatan listrik akan sangat berbahaya dan menyebabkan kematian.
22
Bungkuslah dengan pita isolasi (electrical tape) jika kawat terluka.
23
Alat/mesin tegangan 1 fase 220 V dan 3 fase tanpa kontak tanah (ground),
akan membahayakan.
Tetapi di sisi lain, sering kita dengar juga berita mengenai kebakaran yang
terjadi akibat korsleting listrik dan beberapa korban akibat dari sengatan listrik.
Kali ini kita mencoba melihat teknik pertolongan pertama pada korban sengatan
listrik.
Tipe arus listrik, tinggi tegangan listrik, tipe material penghantar listrik ke
tubuh korban dan kondisi korban akan menentukan tingkat keseriusan korban
dan apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan efek yang lebih
buruk.
1. Bila memungkinkan matikan terlebih dahulu sumber listrik atau bila tidak
memungkinkan, singkirkan penghantar listrik dengan menggunakan
material yang tidak menghantarkan listrik seperti kayu dan plastic.
2. Sebelum menolong korban, terlebih dahulu perhatikan apakah masih ada
kontak antara tubuh korban dengan sumber listrik. Karena apabila kita
24
sentuh, maka listrik akan mengalir ke tubuh kita dan korban akan
bertambah.
3. Baringkan tubuh korban dengan posisi kepala sedikit lebih rendah.
4. Periksa tanda-tanda korban mulai dari kesadaran, gerakan, pernafasan dan
detak. Segera hubungi 118.
25
dan dapat di implementasikan dengan baik dan konsisten oleh pelaku.
Implementasi SOP yang baik akan menunjukkan konsistensi hasil kerja, hasil
produk dan proses pelayanan seluruhnya dengan mengacu kepada kemudahan,
pelayanan dan pengaturan yang seimbang.
26
2.8.3 Contoh SOP dalam ketenagalistrikan
PERALATAN KERJA :
Toll Set lengkap
Stik 20 KV
Fuse Puller
Tangga
Tali
Single Line Diagram
PERLENGKAPAN K3 :
a. Sarung tangan isolasi . e. Kotak P3K Standart.
b. Helm Pengaman Standart. f. Kaca mata pengaman.
c. Sepatu isolasi .
d. Pakaian Kerja ( Werk pak).
ALAT UKUR :
Avo meter.
Megger
Earth Tester
Phase SquenceTester
PROSEDUR KERJA :
1. Memriksa keadaan di sekitar trafo dan yakinkan trafo aman dioperasikan.
2. Melaporkan kepada pihak yang berwenng bahwa pengoperasian siap dilaksanakan, dan tunggu konfirmasi untuk proses pengoperasian.
3. Memasukkan Fuse Cut Out
4. Memeriksa urutan fasa menggunakan squence tester.
5. Mengatur tegangan sisi outgoing dari trafo (tegangan rendah) bahwa setelan sadapan trafo sudah sesuai.
6. Mengoperasikan saluran jurusan dengan cara :
- Untuk pelanggan umum masukkan saklar utama,menyusul kemudian NH fuse satu persatu sambil ditest kemugkinan adanya hubung
singkat pada saluran jurusan.
- Untuk pelanggan industri masukkan seluruh NH fuse, menyusul kemudian saklar utama.
7. Melaporkan pada pengatur kejadian yang diakibatkan karena proses pengoperasian.
8. Membuat berita acara sejak terima operasi mengenai, kondisi alat, posisi peralatan dan temuan-temuan klaim operasi.
9. Membuat Laporan Pekerjaan.
SINGLE LINE DIAGRAN
BAB III
PENUTUP
29
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
- Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
- Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
- Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
- Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
- Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
- Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
- Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
3.2 Saran
1. Penerapan K3 akan berjalan dengan baik apabila pemilik usaha dan pekerja
menerapkan dasar-dasar K3 dan prinsip-prinsip K3, namun dalam
kenyataannya seringkali kita temui pemilik usaha dan pekerja yang tidak
menerapkan dasar-dasar K3 dan prinsip-prisip K3. Oleh karena itu diperlukan
peran pemerintah untuk menindak tegas perihal tersebut.