Oleh :
Hetty Hirfawaty
NIM. 1508438060
PEMBIMBING :
dr. R. Handoko Pratomo, Sp.M (K)
BAB I
0
PENDAHULUAN
Posterior capsular opacity (PCO) adalah komplikasi yang paling sering dari
operasi katarak.1 PCO disebut sebagai katarak sekunder atau setelah katarak, kapsul
posterior yang jernih hingga menjadi keruh berkembang beberapa bulan sampai
beberapa tahun setelah operasi katarak. PCO merupakan hasil dari pertumbuhan dan
proliferasi abnormal sel epitel lensa dari kapsul pada saat operasi katarak. Sel-sel ini
bermigrasi ke kapsul posterior yang mendekati sumbu visual sentral dan
mengaburkan aksis penglihatan, sehingga terjadi gangguan penglihatan. PCO
memiliki dua bentuk, yaitu fibrous dan pearl. Kadang-kadang kombinasi keduanya
juga ditemukan.2
Kekeruhan pada visual aksis akibat PCO mempunyai insidensi yang lebih
tinggi pada pasien anak dibanding dewasa, studi-studi melaporkan angka kejadian
berkisar dari 44%-100%. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian PCO
diantaranya adalah usia pasien saat dioperasi, manajemen dari kapsul posterior dan
vitreous anterior, maupun pemilihan jenis dan desain IOL.3
Insiden PCO terjadi pada hingga 50% pasien selama 2 bulan hingga 5 tahun
post operasi katarak. Pada pasien anak 43,5% mengalami hal ini setelah 3 bulan
operasi dan setelah 2 tahun angka kejadiannya mendekati 100%. Sedangkan pada
dewasa kejadiannya bervariasi dari 3,3-50%, hal ini bergantung dari teknik operasi
dan jenis IOL yang digunakan.4
Gejala klinis dari PCO adalah penglihatan kabur (seperti berkabut atau
berasap), fotofobia, dan tajam penglihatan menurun. Kekeruhan pada kapsul posterior
dapat diatasi dengan disisio atau kapsulotomi posterior.4
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Posterior Capsule Opacity atau Posterior Capsule Opacification (PCO)
atau dikenal juga sebagai katarak sekunder adalah katarak yang terjadi akibat
terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal. 6 PCO merupakan
komplikasi jangka panjang yang paling utama setelah dilaksanakannya operasi
katarak.7 Pada anak-anak, PCO dapat timbul setelah dilakukan operasi katarak
pada kasus-kasus katarak pediatrik.3
II. Etiologi
Katarak sekunder merupakan fibrin sesudah suatu operasi EKEK. PCO
paling cepat dapat terlihat setelah 2 hari prosedur Ekstraksi Katarak Ekstra
Kapsular (EKEK). PCO terjadi akibat proliferasi, pertumbuhan, migrasi dan
trandiferensiasi dari sisa lensa yang terdapat pada kapsul posterior. Bentuk lain
yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder berupa mutiara
Elsching dan cincin Soemmering.6,7
Cincin Soemmering mungkin akan bertambah besar oleh karena daya
regenerasi epitel yang terdapat di dalamnya. Cincin Soemmering terjadi akibat
kapsul anterior yang pecah dan traksi kearah pinggir-pinggir melekat pada
kapsula posterior meninggalkan daerah yang jernih di tengah, membentuk
gambaran cincin. Pada cincin ini tertimbun serabut lensa epitel yang
berproliferasi.6
Mutiara Elschnig adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan
membesar sehingga tampak sebagai busa sabun atau telur kodok, Elsching
pearl ini mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh karena pecah
dindingnya.6 Katarak sekunder merupakan fibrin sesudah suatu operasi
Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK). PCO paling cepat dapat terlihat
setelah 2 hari prosedur EKEK. PCO terjadi akibat proliferasi, pertumbuhan,
migrasi dan trandiferensiasi dari sisa lensa yang terdapat pada kapsul posterior.
2
Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder
berupa mutiara Elsching dan cincin Soemmering.6,7
III. Patogenesis
Pada lensa yang normal, sel epitel lensa terbatas pada permukaan anterior
didaerah pertengahan lensa (Gambar 2.1). Baris tunggal sel kuboid ini dibagi
dalam 2 zona biologis yang berbeda, yaitu:8,9
3
Gambar 2.1Anatomi lensa dan kapsul lensa
(Suresh K Pandey et al, 2004) 10
Meskipun kedua tipe sel (sel zona anterior-sentral dan sel pada daerah
busur equatorial) sama-sama berpotensi menghasilkan kekeruhan visual, namun
kasus PCO klasik tersering disebabkan oleh proliferasi dari sel equatorial.
Epitel anterior atau sel A kemungkinan berperan dalam patogenesis dari fibrosis
PCO, oleh karena respon primer dari tipe sel ini adalah mengalami metaplasia
fibrosa. Meskipun pertumbuhan dari sel E lebih kearah pembengkakan, pembentukan
4
sel serupa bulosa (sel wedl), sel ini juga dapat berkontribusi dalam pembentukan
fibros PCO dengan mengalami metaplasia fibrosa.
Berbeda dengan lesi dari kapsul anterior (sel A) yang disebabkan oleh
fenomena yang berhubungan dengan fibrosis, sel E cenderung membentuk sel
yang berdiferensiasi menjadi mutiara (sel bladder) dan korteks. Sel E juga
berperan dalam pembentukan cincin soemmering’s. Cincin soemmering’s
merupakan lesi berbentuk donat yang biasanya terbentuk akibat ruptur dari
kapsul anterior, yang pertama kali dijelaskan dalam kaitannya terhadap trauma
okular. Dasar patogenesis dari cincin soemmering’s adalah ruptur kapsul
anterior lensa diikuti keluarnya nukleus dan sebagian material pusat lensa. Sisa-
sisa dari korteks yang dikeluarkan berubah menjadi mutiara Elsching. Cincin
soemmering’s sebenarnya terbentuk setiap kali dilakukan EKEK baik secara
manual maupun secara otomatis atau denganfakoemulsifikasi. Material ini
berasal dari proliferasi sel E di daerah busur lensa pada garis
pertengahan(equatorial). Sel ini mampu untuk berproliferasi dan bermigrasi ke
posterior melalui axis visual sehingga menimbulkan kekeruhan pada kapsul
posterior.
Jenis sel lain selain sel epitel lensa bisa jadi berperan dalam PCO, seperti
halnya EKEK selalu berhubungan dengan kerusakan beberapa sawar darah
aqueous, sel inflamasi, eritrosit, dan banyak mediator inflamasi lainnya yang
dilepaskan ke cairan aqueous/aqueous humor. Keparahan dari respon inflamasi
ini dapat dieksaserbaasi oleh IOL. Benda asing ini memicu respon imun tipe 3
yang melibatkan banyak tipe sel berbeda, termasuk leukosit polimorfonuklear,
sel giant, dan fibroblast. Deposit kolagen pada IOL dan kapsul dapat
menyebabkan kekeruhan dan juga kerut halus pada kapsul posterior. Namun
demikian pada kebanyakan kasus, respon inflamasi ini tidak signifikan secara
klinis.
5
IV. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien setelah menjalani operasi EKEK
ataupun setelah suatu trauma pada mata, yang mengakibatkan penglihatan
menjadi semakin kabur, juga rasa silau bila melihat cahaya. Dan jika dilakukan
pemeriksaan, melalui pupil yang didilatasikan dengan menggunakan
oftalmoskop, kaca pembesar, atau slit lamp, akan tampak gelembung-
gelembung kecil pada daerah belakang lensa, atau dapat ditemukan gambaran
mutiara Elsching maupun cincin Soemmering pada kapsul posterior lensa. Pada
tes tajam penglihatan didapatkan visus yang menurun.11
V. Terapi
6
1. Kapsulotomi dengan pisau dan jarum, sebelum munculnya laser
penatalaksanaan PCO telah dilakukan menggunakan prosedur
pembedahan dimana sebuah irisan dibuat pada kapsul posterior dengan
pisau Ziegler atau jarum bent . Kapsulotomi posterior sekunder dibuat
untuk PCO mengikuti EKEK dan mungkin juga dilakukan pada PCO yang
sangat tipis.
7
ketergantungan dan munculnya faktor resiko yang berhubungan dengan
penyakit seperti myopia, riwayat detachment retina, resiko tinggi udem
cystoid macular dan hanya sebelah mata yang berfungsi untuk melihat.
Bhargava dan kawan-kawan memperkirakan tingkat kebutuhah energi
rata-rata untuk subtype PCO dan menemukan bahwa rata-rata energi yang
dibutuhkan untuk membentuk kapsulotomi pada jaringan fibrosa dan
mutiara untuk membentuk PCO sangat signifikan. Berbeda PCO fibrosa
lebih tipis dan membutuhkan lebih banyak energi jika dibandingkan
dengan PCO membranosa yang lebih tipis.
8
atau keduanya pada pasien. Kontraindikasi capsulotomy laser Nd YAG
dibagi menjadi kontraindikasi absolut dan relatif. Kontraindikasi
absolutnya yaitu skar pada kornea, iregularitas atau udem diperberat
dengan visualisasi target atau gangguan optic yang tidak dapat
diprediksikan dan stabilita inadekuat pada mata. Sedangkan
kontraindikasi relative nya adalah lensa intraokuler kaca dicurigai adanya
udem macular cystoid, inflamasi intraokuler aktif, risiko tinggi terjadi
lepasnya retina. 15
9
iii. Meningkatkan diameter sinar pada kornea dan retina
2. Gunakan energi seminimal mungkin ( jika mungkin 1 mJ )
3. Identifikasi dan potong melewati tension line
4. Lakukan cruciate opening dimulai dari arah jam 12 pada perifer
lanjutkan dengan melewati arah jam 6 dan potong dari arah jam 3 dan
9.
5. Bersihkan semua sisa-sisanya.
6. Hindari potongan-potongan bebas yang mengambang
10
setelah operasi (p = 0.001). Satu mata pada pasien dengan uveitis menyebabkan
terbentuknya PCO rekuren dan kapsulotomi kedua dilakukan kembali
menggunakan sistem TSV dan jarum 25-gauge. Lam dan kawan-kawan
menyimpulkan operasi PCO menggunakan jarum 25 G sistem TSV adalah
salah satu cara yang paling aman dan evektif. Keuntungan tindakan ini meliputi
manipulasi yang mudah dengan peralatan yang sangat kecil di mata anak-anak.
11
dan rata-rata kehilangan sel endothelial secara keseluruhan adalah sebesar
3.4%.1
VI. Pencegahan
Dr. Apple telah mengidentifikasi enam faktor penting dalam pencegahan
PCO : 16
1. Tiga faktor bedah :
a. Pembersihan kortikal dengan peningkatan hydrodissection
b. Diameter curvilinear capsulorhexis lebih kecil dibandingkan
dengan optic IOL
c. Fiksasi posterior chamber IOL
2. Tiga faktor terkait IOL :
a. Geometri IOL: bentuk persegi, tepi terpotong
b. Biokampatibilitasa dari biomaterial IOL (stimulasi dari
proliferasi IOL)
c. Kontak maksimal antara IOL dengan kapsul posterior
VII. Komplikasi
Terkadang ada bagian dari katarak yang jatuh ke dalam vitreus sehingga
harus dilakukan operasi ulang untuk mengambilnya. Perdaraha di dalam vireus
sat operasi dapat menyebabkan hilangnya penglihatan permanen. Infeksi dapat
terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah operasi. Berikan
12
antibiotik untuk mencegahnya. Udem kornea sering terjadi akibat operasi
katarak.17
VIII. Prognosis
Operasi katarak umumnya aman. Tetapi bagimanapun hasil dan
komplikasi operasi tidak dapat dipastikan. Penglihatan setelah operasi
tergantung dengan kondisi kesehatan mata. Umumnya pasien merasa puas
karena penglihatan membaik, tetapi sebagian kecil pasien merasa terganggu
dengan adanya efek samping pada lensa intraokular yang ditanam karena
adanya halo, merasa ada banda asing yang berterbangan, atau bayangan.16
13
RAHASIA
IDENTITAS PASIEN
3.1 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Penglihatan buram pada mata kiri
14
3.2 PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit, reguler
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 21 x/menit
STATUS OFTALMOLOGI
OD OS
Visus Tanpa
20/400 20/100
Koreksi
Visus Dengan
Tidak terkoreksi Tidak terkoreksi
Koreksi
Ortoforia Posisi Bola Mata Ortoforia
Gerakan Bola
Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Mata
Tekanan Bola
normal dengan palpasi normal dengan palpasi
Mata
Tidak ada kelainan Palpebra Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan Konjungtiva Tidak ada kelainan
Edema, bulosa keratopati (+) Kornea Jernih
Tidak ada kelainan Sklera Tidak ada kelainan
Dalam COA Dalam
Bulat, sentral, Ø 3 mm,
Bulat, sentral, Ø 5 mm,
refleks cahaya langsung dan
refleks cahaya langsung dan tidak
Iris/Pupil tidak langsung +/+ , persepsi
langsung +/+ , persepsi cahaya
cahaya baik
baik
IOL (+)
IOL (+) Lensa
PCO (+)
Detail sulit dinilai Fundus Detail sulit dinilai
15
Dokumentasi
3.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan PCO yaitu :
Laser YAG OS
3.6 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
DAFTAR PUSTAKA
16
2. Vasavada AR, Raj SM, Shah GD, Nanavaty MA. Posterior Capsule
Opacification after Lens Implantation. Medscape. 2013 june:8(2);141-149.
3. Papilaya MR, Memed FK, Knoch AM. Additional Intraocular Surgery after
Pediatric Cataract Surgery. Ophthalmol Ina. 2015;41(3):294-8.
4. Shaikh A, Shaikh F, Adwani JR, Shaikh ZA. Prevalence of different
Nd:YAG Laser induced complication in patients with significant posterior
capsule opacification and their correlation with time duration after standard
cataract surgery. International Journal of Medicine and Medical Sciences.
2010 Jan. 2(1);012-017.
5. Hazra S, Palui H, Vemuganti GK. Comparison of Design of Intraocular Lens
Verus the Material for PCO Prevention. Int J Ophthalmol. 5(1);59-63.2012
6. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed 5. Jakarta; 2015. h.220.
7. Duman R, et al. Effect of Four Different Intraocular Lenses on Posterior
Capsule Opacification. Int J Ophthalmol. 2015;8(1):118-21.
8. Font RL, Brownstein S. A light and electron microscopic study of anterior
subcapsular cataracts. Am J Opthalmol 1974;78:972-84.
9. Peng Q, Hening A, Vasavada AR, Apple DJ. Posterior capsular plaque: a
common feature of cataract surgery in the developing world. Am J Opthalmol
1998;125:621-26.
10. Pandey SK, Apple DJ, Werner L, Maloof AJ, Milveton EJ. Posterior Capsule
Opacifacion: A review of the aetipathogenesis, experimental and clinical
studies and factors for prevention. Indian Journal of Ophtalmlogy 204; 52;
99-112
11. (Secondary Cataract. http://www.atlasofophthalmology.com. Diunduh
tanggal 15 Oktober 2016.)
12. (James, B. Chew, C. Bron, A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Penerbit
Erlangga. Jakarta. 2005. Hal : 82.)
13. Bhargava R. A review of posterior capsule opacification. Int J Ophthalmic
Pathol 2014 July, 3:4.p.5-6. Diakses tanggal 16 Oktober 2016.
17
14. Gopinath G S, Satish K , Srivastava N , Patil S , Afshan R. Visual outcome
and complications of YAG Laser therapy for posterior capsular opacification
following cataract surgery. International Journal of Scientific Study. 2015
June ; 3(3).p. 65-8. Diakses tanggal 16 Oktober 2016.
15. Steinert RF. Nd: YAG laser posterior capsulotomy. American Academy of
Ophtalmology 2013 Nov. diakses tanggal 18 Oktober 2016.
16. Trubo R. Six keys to preventing PCO. American Academy of Ophtalmology
2004. diakses tanggal 18 Oktober 2016. Apple DJ et al: Eradication of
posterior capsule opacification: Documentation of a marked decrease in Nd:
YAG laser posterior capsulotomy rates noted in an analysis of 5416
pseudophakic human eyes obtained post-mortem. Ophtalmology 2001; 108:
505. [PMID: 11237905]
18