Anda di halaman 1dari 5

LOGIN

 EXPLORE
 TRENDING
 VIRAL
 GAMBAR
TRENDING

• Bikin Baper, Cowok Ini Nekat Merombak Kamar Ceweknya Walaupun Udah Dilarang.
Hasilnya Mengejutkan• Di PHP-in Rektor Gara-gara Nggak Mau Disalamin, Mahasiswa ini
Langsung Balas Dendam Super 'Epic' Saat Wisuda• Gini Nih Kalau Orang Medan Pengen
Beli Celana Jeans Di Online Shop. Pertanyaan Yang Seharusnya Simpel Malah Kemana-
Mana• Ramai Penampakan Kuntilanak di Siang Bolong, Bocah ini Langsung Kaget Saat
Tahu Siapa Sosok Itu Sebenarnya• Nggak Cuma Centang Biru, Ternyata Ini Juga
Menandakan Bahwa Pesanmu di Whatsapp Udah Dibaca

63.4K
 
views
 

13
 
shares
7 Tradisi Masyarakat Maluku Yang Menjadi Daya Tarik
Pariwisata
 BY ROY WARELLA
 POSTED ON 01 OCTOBER 2014
 

 ·
 

 SOURCE
Maluku adalah provinsi kepulauan terbesar di Indonesia yang berdiri di timur NKRI. Maluku sudah
dikenal sejak masa penjajahan dengan rempah-rempah khas yaitu pala dan cengkih juga tanaman
yang menjadi makanan pokok masyarkat Maluku sagu. Maluku kaya akan kekayaan alam yang
melimpah menjadikan Maluku memiliki aset alam yang luar biasa mulai dari laut hingga daratan.
Seni budaya serta adat istiadat tradisinya juga menjadi daya tarik sendiri bagi Maluku. Tradisi-tradisi
berikut merupakan daya tarik pariwisata Maluku yang akan sangat disayangkan bila tak sempat
menikmatinya bila sedang berlibur di tanah Raja-raja.
1. Makan Patita

Makan Patita adalah tradisi yang rajin dilakukan dalam setahun. Makan Patita diselenggarakan untuk
merayakan hari-hari penting seperti 17-an, HUT kota dll. Makan  Patita adalah tradisi makan bersama
sekelompok masyarakat dengan menyajikan menu makanan khas Maluku seperti ikan asar, kokohu,
patatas rebus, singkong rebus dll. Setiap rumah akan memasak menu khas Maluku dalam jumlah
banyak kemudian, menu-menu itu akan dibawa ke lokasi makan patita untuk dimakan bersama-sama.
Makan Patita biasanya berlokasi ditempat terbuka seperti lapangan, jalan-jalan desa dan ada juga
yang didalam gedung. Meja Patita adalah sebutan untuk tempat meletakan makanan. Biasanya meja
patita ada yang terbuat dari daun kelapa atau daun pisang yang ditata disepanjang jalan/lokasi sebagai
alas, ada juga yang menggunakan meja kayu yang ditutupi daun pisang sebagi meja. Tradisi ini
bertujuan untuk mengenalkan menu khas Maluku juga meningkatkan kekerabatan dan kebersamaan
dalam kehidupan masyrakat. 
 
2. Pukul Sapu

Pukul Sapu adalah tradisi berikutnya. Pukul Sapu merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh
masyarakat desa Mamala sebuah desa yang berada di pulau Ambon.Tradisi ini dilakukan setiap 7
Syawal atau sepekan setelah hari raya Idul Fitri, tradisi ini dilakukan oleh para lelaki. Mereka
bertelanjang dada dengan menggunakan celana pendek dan ikat kepala. Sebelum mereka melakukan
aktraksi pukul memukul mereka akan dikumpulkan di rumah adat untuk mengikuti serangkaian acara
adat dan meminta doa kepada leluhur agar diberkati. Pemain pukul sapu berjumlah 10 sampai 15
orang yang terbagi dalam 2 kelompok dengan warna celana berbeda. Mereka memegang sapu lidi
yang terbuat dari tulang daun pohon mayang (Pohon Enau) dengan panjang sekitar 1,5 meter dengan
diameter pangkal lidi 1-3 cm. Mereka akan mulai saling memukul sampai tubuh mereka luka-luka
dan bengkak, namun para pemain pukul sapu mengatakan bahwa mereka tidak pernah merasa sakit
pada tubuh mereka, mereka hanya mereasa nyaman dan geli ketika setiap lidi dari sapu itu dipukulkan
ke badan mereka.
 
3. Bambu Gila

Berikut ini adalah tradisi yang punya kaitan dengan hal mistis. Bambu Gila adalah tradisi Maluku
yang erat dengan hal mistis. Di pulau Ambon, pertunjukan Bambu Gila bisa ditemukan di desa Liang
dan desa Mamala. Tradisi ini dimulai dengan menebang batang bambu, batang bambu yang
digunakan tidak sembarang dipili,sang pawang haruslah melakukan serangkaian adat untuk meminta
izin penebangan batang bambu dihutan bambu. Bambu yang dipakai untuk tradisi ini adalah bambu
dengan ruas ganjil, panjang bambu bisa mencapai 2,5 meter dengan diameter 8-10 cm. Setelah
mendapatkan bambu, berikut yang harus disediakan adalah kemenyaan, mantra dan para lelaki yang
berjumlah ganjil sebagai penahan bambu. Hal yang terpenting dalam tradisi ini adalah semua
keperluan harus berjumlah ganjil. Para lelaki penahan bambu biasanya bertubuh tegap atletis dengan
tenaga yang kuat, hal ini dikarenakan mereka harus mampu menahan bambu yang akan meronta
dengan sangat ganas, mereka pun hanya memakai celana pendek merah atau hitam dengan ikat
kepala tanpa mengenakan sehelai baju untuk menutup dada namun, dengan beberapa alasan
terkadang para pemain bambu gila diharuskan mengenakan baju menutup dada. Setelah semua
persiapan baik adat maupun tidak siap disediakan, maka atraksi akan dimulai. Sang pawang akan
mengarahkan roh yang ada didalam bambu sambil memegang wadah berisi kemenyaan sambil
membacakan mantra. Roh itu akan merontah dan membuat para penahan bambu terlempar kesana-
kemari, namun para penahan harus mampu menahan bambu sampai roh itu bisa ditenangkan oleh
sang pawang. 
 
4. Malam Badendang
Badendang dalam bahasa Ambon berarti berdansa/bergoyang. Tradisi Malam Badendang merupakan
sarana untuk berkumpul keluarga dan membangun kebersamaan dalam hidup bermasyarakat. Dalam
acara ini para peserta acara akan menarikan tari-tarian daerah seperti katerji dan orlapei. Acara yang
berlangsung semalam suntuk ini juga dimeriahkan dengan karoke dan makanan khas Maluku. Selain
dilaksanakan untuk acara kumpul keluarga, malam badendang juga diselenggarakan untuk
memeriahkan acara seperti pernikahan,sidi,wisuda, dll. Acara ini digelar setelah jam 12 malam saat
para tamu undangan telah pulang dan yang tinggal hanya keluarga dan kerabat. Lagu-lagu yang
dimainkan adalah lagu-lagu yang energik dan yang slow. Tarian dalam acara seperti ini adalah tarian
bebas layaknya sedang dugem di club malam. 
 
5. Tradisi Timba Laor
Laor adalah sebutan untuk hewan laut mirip cacing yang hidup dikarang. Biasanya masyarakat akan
pergi ke pantai pada malam hari untuk mengambil hewan ini. Hewan ini dimakan dengan mentah
atau digoreng. Laor mentah hanya dicampur dengan cuka dan garam ditambah irisan bawang merah
sedangkan laor yang digoreng tentunya digoreng seperti biasa. Namun tradisi ini tidak setiap
tahunnya ada karena laor tidak muncul setiap tahunnya. 
 
6. Tradisi Cuci Negeri
Negeri adalah sebutan untuk desa-desa di Maluku. Orang Maluku lebih kenal negeri daripada desa.
Negeri-negeri ini dipimpin oleh seorang kepala desa yang disebut Bapa Raja. Tradisi cuci negeri
sendiri adalah tradisi rutin yang dilakukan masyarakat pedesaan untuk membersihkan lokasi-lokasi
yang diyakini menjadi tempat mistis pada leluhur atau nenek moyang. Cuci negeri dilaksanakan
setiap akhir tahun sekitar tanggal 27-29 Desember tiap tahunnya. Masyarakat satu desa akan
berkumpul didepan Baileo sebelum melaksanakan kegiatan dengan membawa peralatan adat yang
diperlukan, setelah itu masyarakat akan berbondong-bondong bergerak menuju tempat-tempat seperti
sumur dan tempat bertapah nenek moyang dan membersihkan lokasi itu. Setelah itu pada sore
harinya, masyarakat akan kembali ke depan Baileo untuk makan bersama da menyaksikan
penampilan seni dan budaya Maluku. 
 
7. Pela Gandong
 
Pela Gandong adalah tradisi yang sudah melekat dalam diri tiap masyarakat Maluku dan tradisi ini
masih bertahan hingga sekarang. Oleh karena tradisi inilah Maluku disebut Negeri Pela Gandong.
Pela Gandong sendiri ada tradisi yang berbeda satu sama lain namun bertujuan sama yaitu untuk
kebersamaan dan kekeluargaan. Pela dilaksanakan untuk mengikat kekeluargaan antar dua desa
beragam sama sedangkan Gandong untuk yang  berbeda agama. Pela dan Gandong dilaksanakan
untuk mengikat kekeluargaan dan hidup aman saling menghargai dan menghormati sesama
masyarakat Maluku.
 
Nah itu 7 tradisi Maluku yang hingga sekarang masih dipertahankan dan menjadi daya tarik
pariwisata Maluku. Anda berminat untuk melihat langsung tradisi ini? berkunjunglah ke Maluku.
Semoga info ini menambah wawasan anda tentang budaya negeri kita Indonesia
Roy Warella
Rank #0

 Tech savy

Mencintai matematika sebagai tujuan untuk apa saya belajar

Comments
 Share


Anda mungkin juga menyukai