Anda di halaman 1dari 1

- RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI UTSMANI 1924

Riwayat Kerajaan Utsmani yang telah berdiri kurang lebih selama 625 tahun harus berakhir pada 3
Maret 1924. Majelis Nasional Agung dalam sidang sejak Februari 1924 memutuskan untuk

menghapus jabatan khalifah pada 93 tahun lalu. Abdul Majid II yang menjabat khalifah dipersilakan
meninggalkan Turki. Ia bersama keluarganya menuju Swiss.

Dinasti Ustmani berkuasa lebih dari enam abad. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian Asia,
Afrika, dan Eropa. Puncak kejayaan Utsmani berlangsung pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-
1566). Setelah itu, Utsmani semakin lemah karena pemertakan internal dan kalah perang melawan
bangsa Eropa. Kerajaan Utsmani akhirnya diganti dengan Republik Turki.

Dalam buku Ensiklopedi Islam dijelaskan, Kerajaan Ottoman mulai melemah setelah wafatnya
Sulaiman al-Qanuni. Sultan-sultan yang menggantikannya umumnya lemah dan tidak berwibawa.
Penyebab lainnya adalah kehidupan mewah dan berlebih-lebihan di kalangan pembesar istana,
sehingga banyak terjadi penyimpangan dalam keuangan negara.

Pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1640-1648) suasana dalam negeri Kerajaan Ottoman
menjadi semakin kacau. Para wanita (ibu suri dan permaisuri) turut campur dalam mengendalikan
roda pemerintahan. Ibrahim adalah seorang sultan yang sangat lemah, sehingga ia hanya dijadikan
boneka oleh wazirnya (perdana menteri) yang bernama Mustafa.

Pada hakikatnya Mustafalah yang memegang tampuk kekuasaaan. Akan tetapi, kepemimpinan
Mustafa tidak mampu menentramkan suasana, bahkan mengundang banyak permusuhan di
kalangan pembesar istana. Pada 1876 Sultan Hamid II naik takhta.

Pemerintahannya bersifat absolut dan penuh kekerasan. Karena itu, timbul rasa tidak senang baik di
kalangan sipil maupun di kalangan militer. Gerakan-gerakan oposisi terhadap pemerintah absolut
Sultan Abdul Hamid II inilah yang kemudian dikenal dengan nama Gerakan Turki Muda dengan
pelopornya, antara lain, Ahmad Riza (1859-1931), Muhammad Murad (1853-1912), dan pangeran
Sahabuddin (1877-1948).

Sementara itu, kelompok militer semakin memperketat usaha mereka untuk menggulingkan Sultan
dengan membentuk komite-komite rahasia, seperti komite perkumpulan persatuan dan kemajuan.
Salah seorang pemimpin komite itu adalah Mustafa Kemal yang kemudian populer dengan panggilan
Kemal Ataturk (Bapak Bangsa Turki).

Pada 1908 perkumpulan Persatuan dan Kemajuan dapat mendesak Sultan Abdul Hamid II untuk
menghidupkan kembali Konstitusi 1876. Akibat desakan itu, pemilihan umum diadakan dan
terbentuklah parlemen baru yang diketuai oleh Ahmad Riza dari perkumpulan Persatuan dan
Kemajuan. Di dalam parlemen baru itu, Turki muda juga turut memegang kekuasaan

Anda mungkin juga menyukai