Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL

KELOMPOK : 5 A2 SHIFT : A2

SOAL : PEMBUATAN SEDIAAN TETES MATA NATRIUM DIKLOFENAK

I. Preformulasi Zat Aktif

Nama Zat Aktif Natrium Diklofenak


Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; higroskopis.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia Edisi V,
2014, hlm 330)
Kelarutan Mudah larut dalam metanol; larut dalam etanol; agak
sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam kloroform
dan eter (Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Edisi V, 2014, hlm 330)
Titik Leleh 283-285°C (Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Edisi V, 2014, ,hlm 330)
Inkompatibilitas -
Stabilitas
 pH 7,0-8,5 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Edisi V, 2014, , hlm 330)
 Suhu Harus disimpan pada suhu dibawah 30°C (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Edisi V,2014, hlm 330)
 Cahaya Harus disimpan pada wadah tidak tembus cahaya
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia Edisi V,
2014, hlm 330)
 Panas Melebur pada suhu 284°C (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Edisi V, 2014, hlm 330)
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : garam (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Edisi V, 2014, hlm 330)
Bentuk sediaan: Tetes Mata (Sweetman, Sean C., 2009, hlm 44 )
Cara Sterilisasi Sediaan : Sterilisasi akhir dengan filtrasi
Kemasan : Vial (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Edisi V, 2014, hlm 330)

II. Perhitungan Tonisitas/Osmilaritas dan Dapar


a. Tonisitas
Metode : Penetapan Ekivalen
Perhitungan :

Bahan Jumlah % E Tonisitas


Natrium diklofenak 1 mg/ml 0,1% 0,101 0,01
Na2HPO4 6,146 mg 0,061% 0,514 0,031
NaH2PO4 3,279 mg 0,032% 0,481 0,015
Benzalkonium 0,002 mg 0,02% 0,18 0,0036
Klorida
HPMC 0,5 g/100ml 0,5% - -
Aqua pro Injeksi Ad 10 ml - - -
NaCl yang dibutuhkan :
0,9 – ( 0,01 + 0,031+ 0,015 + 0,0036)
0,9 – 0,84 = 0,06 (Sediaan Hipotonis)
0,06 g/100ml = 60 mg/100ml=0,6mg/ml
Sehingga penambahan NaCl agar isotonis yaitu 0,6 mg/ml
a. Osmolaritas
Perhitungan :
0,1% Natrium Diklofenak = 0,1 gr/100 ml = 1 gr/L
BM Natrium diklofenak = 381,1 ; jumlah ion(n) = 2
1
mos M/L = x 2 x 1000
381,1
= 5,247 (Hipotonis)
Osmolaritas ideal injeksi Gentamisin Sufat 0,4% adalah 5,247 miliosmol/L.
Kesimpulan :
Sediaan bersifat hipo-iso-Hipertonis : Hipotonis
Perhatian yang harus dicantumkan dalam informasi obat : -

b. Dapar

Jenis Dapar/Kombinasi Na2HPO4 dan NaH2PO4


Target pH 7,4
Kapasitas Dapar 0,01
Perhitungan :
Dapar yaang digunakan : NaH2PO4 sebagai asam dan Na2HPO4 sebagai garam
Dengan pKa NaH2PO4 : 7,2
pKa = 7,2  Ka = Antilog(-pKa) = 6,309 x 10-8
pH =7,4  H+ = antilog (-pH) = 3,981 x 10-8
[Garam]
pH = pKa + log
[ Asam]
[Garam]
7,4 = 7,2 + log
[ Asam]
[Garam]
0,2 = log
[ Asam]
1,584 [Garam]
=  Garam = 0,173[Asam]
1 [ Asam]

β= 2,303 x C x Ka ¿¿
6,309 x 10−8[3,981 x 10−8]
0,01 = 2,303 x C x
(6,309 x 10−8+[3,981 x 10−8]) 2
C = 0,018 M
Perbandingan [Garam]
M Garam = xC
Perbandingan Total
1,584
= x 0,018
6,584
= 4,33 x 10-3 M
Perbandingan [ Asam ]
M = xC
Perbandingan Total
1
= x 0,018
6,584

= 2,733 x 10-3 M

Gr Garam 1000
M garam = x
Mr Garam V
Gr Garam 1000
4,33 x 10-3 = x
141,96 10
4,33 x 10−3 x 141,96
Gr Garam = =6,146 mg
100
Gr Asam 1000
M Asam = x
Mr Asam V
Gr Garam 1000
0,028 = x
214 10
2,733 x 10−3 x 119,98
Gr Asam = =3,279 mg
100

III. Pendekatan Formula

No Bahan Jumlah Fungsi/Alasan penambahan Bahan


(%)
1. Natrium 0,1% Sebagai zat aktif yang berfungsi mengurangi
diklofenak peradagan atau inflamasi pada mata,
menghilangkan gejala kemerahan, nyeri dan perih
2. Na2HPO4 0,061% Sebagai pendapar yang bersifat garam, memiliki
range pH mendekati pH target
3. NaH2PO4 0,032% Sebagai pendapar yang bersifat asam, memiliki
range pH mendekati pH target
4. Benzalkonium 0,02% Sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan
klorida mikroba, selain itu pengawet ditambahkan karena
sediaan ini merupakan sediaan volume kecil
multiple dose dan tidak disterilisasi akhir dengan
autoklaf
5. HPMC 0,5% Sebagai agen pengental (meningkatkan
viskositas) pada pembawa obat tetes mata
6. NaCl 0,06% Sebagai pengisotonis
7. Aqua pro Ad 10 Sebagai pembawa atau pelarut yang cocok dan
Injectione ml inert (tidak bereaksi) untuk sediaan tetes mata
natrium diklofenak

IV. Preformulasi Eksipien

Nama Benzalkonium Klorida (Rowe, 2009)


Pemerian Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuningan,
bersifat higroskopis dan berbau aromatis; rasa sangat
pahit
Kelarutan Sangat larut dalam air dan etanol 95%, bentuk anhidrat
mudah larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam
eter
Stabilitas Bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi oelh
cahaya, udara dan logam. Larutannya stabil pada
rentang pH dan rentang temperatur yang lebar.
Larutannya dapat disimpan pada periode waktu yang
lama dalam suhu kamar
Ph 5-8% untuk 10%w/v larutan
Kegunaan Pengawet, anti mikroba
Wadah Tertutup rapat dan terhindar dari cahaya
Nama Hydroxypropyl Methyl Cellulose (HPMC) (Rowe,
2009)
Pemerian Serbuk berserat atau granul, berwarna putih, tidak
berbau dan tidak berasa
Kelarutan Larut dalam air dingin, membentuk larutan koloid
kental; praktis tidak larut dalam air panas, kloroform,
etanol dan eter, tapi larut dalam campuran etanol dan
diklorometan, campuran metanol dan diklorometan,
serta campuran air dan alkohol.
Kegunaan Agen pengental pada pembawa obat tetes mata
Titik Leleh Berubah menjadi kecoklatan pada suhu 190-200°C,
terbakar hangus pada suhu 225-230°C
pH 5-8 pada 2% w/w larutan berair
Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan beberapa agen pengoksidasi.
Karena HPMC merupakan senyawa non ionik, makan
tidak akan mengompleks dengan garam metalik atau
molekul organik ionik utnuk membentuk endapan yang
tidak larut.
Stabilitas Serbuk HPMC merupakan bahan yang stabil, walaupun
bersifat higroskopis setelah pengeringan.
Mengalami transformais sol-gel terhadap pemanasan
dan pendinginan
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup rapat, dalam keadaan
dingin dan tempat kering
Nama NaH2PO4 (Rowe, 2009)
Pemerian Kristal putih; tidak berbau
Kelarutan Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol
Kegunaan Agen pendapar
pH 4,1-4,5
Stabilitas Dengan pemanasan pada suhu 100°C akan kehilangan
air kristal
Sterilisasi Dalam larutan dapat disterilisasi dengan autoklaf
Nama Na2HPO4 (Rowe, 2009)
Pemerian Serbuk putih atau kristal putih atau hampir putih; tidak
berbau
Kelarutan Mudah larut dalam air, lebih larut dalam air panas,
praktis tidak larut dalam etanol
pH 9,1
Sterilisasi Dengan autoklaf
Stabilitas Higroskopis dengan pemanasan pada suhu 100°C akan
kehilangan air kristal
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering
Nama Natrium Klorida (Rowe, 2009)
Pemerian Hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, rasa asin
Kelarutan Larut dalam 2,8 bagian air; dalam 2,7 bagian air
mendidih; sukar larut dalma etanol (95%) P
Stabilitas Stabil tetapi dapat menyebabkan pemisahan partikel
kaca pada wadah tertentu
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat yang sejuk dan kering
Nama Aqua pro injeksi (Rowe, 2009)
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
Kelarutan Besifat polar
Titik Didih 100°C
Penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau plastik

V. Persiapan Alat/Wadah/Bahan
a. Alat

No Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi (Lengkap)


1. Batang pengaduk 1 Oven, pada suhu 170°C selama 2 jam
2. Beaker glass 2 Autoklaf, pada suhu 121°C selama 15menit
3. Corong 1 Oven, pada suhu 170°C selama 2 jam
4. Erlenmeyer 1 Autoklaf, pada suhu 121°C selama 15menit
5. Gelas ukur 1 Autoklaf, pada suhu 121°C selama 15menit
6. Kaca arloji 1 Oven, pada suhu 170°C selama 2 jam
7. Pipet tetes 2 Oven, pada suhu 170°C selama 2 jam

b. Wadah

No Nama Wadah Jumlah Cara Sterilisasi (Lengkap)


1. Botol vial 1 Tutup botol vial direndam dalam alkohol 70%
selama 24 jam
Botol kaca disterilisasi di autoklaf selama 15
menit dengan suhu 121°C

c. Bahan (hanya untuk cara aseptik)


-

VI. Penimbangan Bahan


Jumlah sediaan yang dibuat:

No Nama Bahan Jumlah yang ditimbang


(dilebihkan 5%)
1 Natrium diklofenak 10,5 mg
2 Na2HPO4 6.453 mg
3 NaH2PO4 3,443 mg
4 Benzalkonium klorida 0,0021 mg
5 NaCl 6,3 mg
6 HPMC 52,5 mg
7 Aqua pro injeksi Ad 10 ml

VII. Prosedur Pembuatan

Ruang Prosedur
Grey Area Permukaan meja dilap dengan Alkohol 70 % sebelum disterilisasi
ruangan.
Sterilisasi ruangan dengan lampu UV selama 12 jam
Grey Area Alat – alat yang hendak digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu.
(Ruang Bahan bahan ditimbang diatas gelas arloji dalam timbangan analitik.
Penimbangan)
White Area -Dikalibrasi wadah tetes mata dengan aqua pro injeksi tepat 10 ml
Grade C -Dilarutkan dapar Na2HPO4 dan NaH2PO4 dengan aqua pro injeksi
-Dilarutkan natrium diklofenak dalam aqua pro injeksi hingga larut,
tambahkan benzalkonium klorida dan larutkan hingga homogen
-Dicek pH, jika telah 7,4 maka tambahkan dapar untuk mempertahankan
pH sediaan
-Ditambahkan NaCl yang telah dibuat untuk menjaga tekanan osmosis
sediaan agar sesuai dengan tekanan osmosis dalam tubuh
-Disaring sediaan dengan kertas saring
-Dimasukkan sediaan pada wadah yang telah dikalibrasi
-Dimasukkan sediaan ke dalam vial, dan disterilisasi akhir dengan
filtrasi

VIII. Evaluasi Sediaan

No Jenis Evalausi Prinsip Jumlah Hasil Syarat


Evaluasi Sampel Pengamatan
1 Volume Sediaan 1 Vawal = 5 ml Rata - rata
Terpindahkan dipindahkan V1 = 5 mL tidak kurang
(Departemen dari ampul ke (100%) dari 100%
Kesehatan dalam gelas V2 = 4,9 ml (98%) dan atau
Republik ukur dan V rata” = 99 % < tidak satu
Indonesia dilakukan 100 % Namun pun kurang
Edisi IV, 1995, pengamatan tidak satupun dari 95%.
hlm 1089) volume yang kurang dari 95%
terpindahkan.

2 Uji Partikulat Memerlukan 1 Tidak dilakukan Jumlah


(Departemen sistem partikel/mL:
Kesehatan elektronik >50 m :
Republik penghitung negative >
Indonesia partikel 25 m:
Edisi IV, 1995, pengotor cairan <1000>10
hlm 982 - 985) yang dilengkapi m: <10000
dengan alat
untuk
memasukkan
contoh yang
sesuai.
3 Uji Kejernihan Wadah sediaan 1 Jernih Tidak
Larutan akhir disinari ditemukan
(Departemen dari samping adanya serat
Kesehatan dengan latar atau
Republik belakang warna pengotor
Indonesia hitam untuk
Edisi IV, 1995, melihat partikel
hlm 998) berwarna putih
dan latar
belakang putih
untuk melihat
partikel
berwarna.
4 Uji pH sediaan Dengan pH 1 7 (sesuai target pH 7-8,5
(Departemen meter. sediaan)
Kesehatan
Republik
Indonesia
Edisi IV, 1995,
hlm 1039

5 Uji Sterilitas Sediaan 1 Tidak dilakukan Steril, tidak


(Departemen diinokulasi pada ada
Kesehatan medium agar pertumbuhan
Republik dan diamati mikroba
Indonesia pertumbuhan
Edisi IV, 1995, mikroba setelah
hlm 855 - 863) inkubasi
beberapa hari.

Kesimpulan :
Sediaan memenuhi syarat
IX. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang sediaan tetes mata natrium diklofenak. Sediaan
tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola
mata. Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan
yangdibuat dan dikemas sedikian rupa sehingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan
larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai
isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan
pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat.
Natrium diklofenak termasuk ke dalam obat NSAIDs (Obat Anti Inflamasi Non
Steroid). Natrium diklofenak bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin
dengan menginhibisi sintesis enzim siklooksigenase-1(COX-1) dan siklooksigenase-2
(COX-2) sehingga memiliki aktivitas analgesik, antipiretik dan anti inflamasi. Natrium
diklofenak memiliki kemampuan melawan COX-2 lebih baik dibanding indometasin,
naproxen dan beberapa NSAIDs lainnya. Natrium diklofenak digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri, pembengkakan akibat peradangan, selain itu juga dapat
digunakan untuk mengobati kekakuan sendi yang disebabkan oleh peradangan sendi.
Dosis Natrium diklofenak yang digunakan sebanyak 1% karena merupakan dosis yang
tepat untuk memberikan efek anti inflamasi.
Langkah kerja dalam proses pembuatan tetes mata natrium diklofenak yang pertama
kali dilakukan yaitu dengan sterilisasi alat. Sterilisasi alat menggunakan 3 metode yaitu
metode autoklaf, oven dan perendaman dengan alkohol 70%. Alat yang disterilisasi
dengan autoklaf yaitu erlenmeyer, gelas ukur, dan vial yang telah ditara sebelumnya.
Sterilisasi dengan autoklaf dilakukan pada suhu 121°C selama 15 menit. Alat yang
disterilisasi dengan oven yaitu batang pengaduk, pipet tetes, corong dan gelas arloji dan
gelas beaker. Alat yang disterilisasi dengan alkohol yaitu tutup vial dan karet pipet tetes.
Sterilisasi dengan oven dilakukan pada suhu 170°C selama 2 jam. Alat-alat yang
disterilisasi dengan alkohol 70% yaitu tutup botol vial dan karet pipet tetes. Sterilisasi
dengan alkohol 70% dilakukan dengan cara direndam alat-alat dalam alkohol 70%
selama 24 jam. Langkah selanjutnya dilakukan penimbangan bahan, bahan yang
ditimbang dilebihkan 5% untuk mencegah kehilangan bobot. Bahan yang digunakan
yaitu natrium diklofenak sebanyak 10,5 mg sebagai zat aktif, Na 2HPO4 sebanyak 6,45mg
sebagai pendapar yang bersifat garam, NaH 2PO4 sebanyak 3,44 mg sebagai pendapar
yang bersifat asam, benzalkonium klorida sebanyak 0,002 mg sebagai pengawet, NaCl
sebanyak 6,3 mg sebagai pengisotonis, HPMC sebanyak 52,5 mg sebagai peningkat
viskositas, dan aqua pro injeksi ad 10,5 ml sebagai pelarut. Proses sterilisasi alat dan
penimbangan bahan dilakukan di grey area.
Langkah kerja selanjutnya yaitu pembuatan larutan dapar dengan cara melarutkan
NaH2PO4 dan Na2HPO4 sesuai penimbangan. Masukan natrium diklofenak dan HMPC ke
dalam gelas beaker dan larutkan dengan aqua pro injeksi hingga larut sempurna.
Tambahkan benzalkonium klorida dan diaduk hingga homogen. Cek pH sediaan
menggunakan pH universal, pH sediaan 7 sesuai dengan target pH sediaan yaitu 7,4.
Maka selanjutnya tambahkan larutan dapar yang telah dibuat untuk mempertahankan pH
sediaan. Tambahkan larutan pendapar sebanyak ± 5 tetes. Langkah selanjunya
ditambahkan NaCl lalu diaduk hingga homogen. Tujuan penambahan HMPC sebagai
agen peningkat viskositas agar dihasilkan sediaan yang kental agar diharapkan dapat
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorbsi serta aktivitas obat. HPMC
lebih dipilih karena HPMC menghasilkan larutan cair yang memiliki kejernihan yang
lebih baik. Tujuan penambahan benzalkonium klorida yaitu untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin ada dalam sediaan obat tetes mata dan juga
sediaan tetes mata merupakan sediaan volume kecil multiple dose sehingga diperlukan
penambahan pengawet, dalam sediaan preparat mata, benzalkonium klorida digunakan
sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,01%-0,02%. Tujuan penambahan dapar yaitu
untuk mempertahankan pH sediaan agar tidak terlalu asam dan basa dimana idealnya,
sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Tujuan
penambahan NaCl yaitu untuk meningkat tonisitas agar diperoleh sediaan tetes mata
yang isotonis karena cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan osmotik
yang sama dengan 0,9% larutan NaCl. Langkah selanjutnya, saring sediaan
menggunakan kertas saring. Tujuan penyaringan ini adalah untuk menghilangkan
partikulat. Selanjutnya masukan larutan dalam vial yang telah ditara dan disterilisasi.
Tambahkan aquadest hingga tepat tanda batas pada vial yang telah ditara (10mL).
Langkah selanjutnya yaitu sterilisasi akhir dengan filtrasi. Alasan dilakukannya sterilisasi
akhir dengan filtrasi yaitu untuk menghilangkan partikulat.
Sediaan tetes mata natrium diklofenak ini bersifat hipotonis, sehingga dalam proses
pembuatannya perlu ditambahkan NaCl untuk meningkatkan tonisitas agar tonisitas
sediaan tetes mata natrium diklofenak setara dengan tonisitas 0,9% NaCl. Setelah proses
pembuatan sediaan maka dilakukan evaluasi terhadap sediaan. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui apakah sediaan yang dibuat memenuhi persyaratan atau tidak. Syarat dari
sediaan injeksi volume kecil yaitu sediaan steril, bebas pirogen dan endotoksin, bebas
dari bahan partikulat, jernih, isotonis dan isohidris. Evaluasi yang dilakukan pada sediaan
yaitu Uji pH, uji partikulat, uji kejernihan, dan uji volume terpindahkan. Uji pH yang
dilakukan menggunakan pH universal. Alasan dilakukannya uji pH yaitu untuk
mengetahui pH sediaan yang akan memperngaruhi kestabilan dari sediaan. Jika sediaan
tidak stabil (pH sediaan diluar rentang pH zat aktif) maka akan menyebabkan perubahan
zat aktif ataupun dapat menyebabkan pertumbuhan mikroba. Misalnya pH sediaan awal 5
namun karena suatu hal tertentu menyebabkan pH berubah menjadi 8, dan kebanyakan
mikroba dapat tumbuh pada pH basa, maka hal tersebut akan mempengaruhi kestabilan
sediaan. Hasil dari uji pH didapatkan sediaan mempunyai pH 7 yang telah sesuai dengan
target pH yaitu 7,4. Cara untuk mempertahankan pH sediaan selama penyimpanan dapat
dilakukan dengan penambahan dapar. Dapar yang digunakan yaitu dapar fospat kerena
pH fospat yaitu pH 6-8,2 sehingga berada pada rentang pH stabilitas natrium diklofenak
(pH 7 – 8,5).
Evaluasi selanjutnya yaitu uji pertikulat. Uji partikulat dilakukan untuk mencegah
adanya partikulat pada sediaan tetes mata. Alasannya karena syarat sediaan tetes mata
harus bebas dari bahan partikulat karena jika terdapat bahan partikulat akan mengiritasi
mata pasien mengingat sediaan tetes mata diteteskan langsung pada mata. Uji partikulat
yang dilakukan hanya dengan mengamati secara kasat mata apakah ada tidaknya
partikulat. Uji ini tidak menggunakan sistem elektronik penghitung partikel sehingga
hasil nya kurang akurat. Namun dari hasil pengamatan menunjukan tidak adanya
partikulat. Evaluasi selanjutna yang dilakukan yaitu uji kejernihan. Uji kejernihan
dilakukan dengan wadah sediaan akhir disinari dari samping dengan latar belakang
warna hitam untuk melihat partikel berwarna putih dan latar belakang putih untuk
melihat partikel berwarna. Hasil menunjukan bahwa sediaan jernih karena tidak terdapat
pertikel saat dilakukan uji. Maka dari evaluasi yang telah dilakukan sediaan tetes mata
natrium diklofenak ini memenuhi persyaratan dari sediaan injeksi.
X. Daftar Pustaka

Depkes RI., 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hlm:855-863, 982-985,998,1039,1089.

Depkes RI., 2014. Farmakope Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hlm: 330.

Sweetman, Sean C., 2009. Martindale : The Complate Drug Reference. 3-6nd Edition.
London: Pharmaceutical Press. Hlm: 44.

Rowe, Raymond C.,Sheskey, P. J., Quinn, M. E., 2009. Handbook of Pharmaceutical


Excipients. 6nd Edition. London: Pharmaceutical Press. Hlm: 56, 326, 637, 656, 659, 766.

Anda mungkin juga menyukai