KELOMPOK : 5 A2 SHIFT : A2
b. Dapar
β= 2,303 x C x Ka ¿¿
6,309 x 10−8[3,981 x 10−8]
0,01 = 2,303 x C x
(6,309 x 10−8+[3,981 x 10−8]) 2
C = 0,018 M
Perbandingan [Garam]
M Garam = xC
Perbandingan Total
1,584
= x 0,018
6,584
= 4,33 x 10-3 M
Perbandingan [ Asam ]
M = xC
Perbandingan Total
1
= x 0,018
6,584
= 2,733 x 10-3 M
Gr Garam 1000
M garam = x
Mr Garam V
Gr Garam 1000
4,33 x 10-3 = x
141,96 10
4,33 x 10−3 x 141,96
Gr Garam = =6,146 mg
100
Gr Asam 1000
M Asam = x
Mr Asam V
Gr Garam 1000
0,028 = x
214 10
2,733 x 10−3 x 119,98
Gr Asam = =3,279 mg
100
V. Persiapan Alat/Wadah/Bahan
a. Alat
b. Wadah
Ruang Prosedur
Grey Area Permukaan meja dilap dengan Alkohol 70 % sebelum disterilisasi
ruangan.
Sterilisasi ruangan dengan lampu UV selama 12 jam
Grey Area Alat – alat yang hendak digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu.
(Ruang Bahan bahan ditimbang diatas gelas arloji dalam timbangan analitik.
Penimbangan)
White Area -Dikalibrasi wadah tetes mata dengan aqua pro injeksi tepat 10 ml
Grade C -Dilarutkan dapar Na2HPO4 dan NaH2PO4 dengan aqua pro injeksi
-Dilarutkan natrium diklofenak dalam aqua pro injeksi hingga larut,
tambahkan benzalkonium klorida dan larutkan hingga homogen
-Dicek pH, jika telah 7,4 maka tambahkan dapar untuk mempertahankan
pH sediaan
-Ditambahkan NaCl yang telah dibuat untuk menjaga tekanan osmosis
sediaan agar sesuai dengan tekanan osmosis dalam tubuh
-Disaring sediaan dengan kertas saring
-Dimasukkan sediaan pada wadah yang telah dikalibrasi
-Dimasukkan sediaan ke dalam vial, dan disterilisasi akhir dengan
filtrasi
Kesimpulan :
Sediaan memenuhi syarat
IX. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang sediaan tetes mata natrium diklofenak. Sediaan
tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola
mata. Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan
yangdibuat dan dikemas sedikian rupa sehingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan
larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai
isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan
pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat.
Natrium diklofenak termasuk ke dalam obat NSAIDs (Obat Anti Inflamasi Non
Steroid). Natrium diklofenak bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin
dengan menginhibisi sintesis enzim siklooksigenase-1(COX-1) dan siklooksigenase-2
(COX-2) sehingga memiliki aktivitas analgesik, antipiretik dan anti inflamasi. Natrium
diklofenak memiliki kemampuan melawan COX-2 lebih baik dibanding indometasin,
naproxen dan beberapa NSAIDs lainnya. Natrium diklofenak digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri, pembengkakan akibat peradangan, selain itu juga dapat
digunakan untuk mengobati kekakuan sendi yang disebabkan oleh peradangan sendi.
Dosis Natrium diklofenak yang digunakan sebanyak 1% karena merupakan dosis yang
tepat untuk memberikan efek anti inflamasi.
Langkah kerja dalam proses pembuatan tetes mata natrium diklofenak yang pertama
kali dilakukan yaitu dengan sterilisasi alat. Sterilisasi alat menggunakan 3 metode yaitu
metode autoklaf, oven dan perendaman dengan alkohol 70%. Alat yang disterilisasi
dengan autoklaf yaitu erlenmeyer, gelas ukur, dan vial yang telah ditara sebelumnya.
Sterilisasi dengan autoklaf dilakukan pada suhu 121°C selama 15 menit. Alat yang
disterilisasi dengan oven yaitu batang pengaduk, pipet tetes, corong dan gelas arloji dan
gelas beaker. Alat yang disterilisasi dengan alkohol yaitu tutup vial dan karet pipet tetes.
Sterilisasi dengan oven dilakukan pada suhu 170°C selama 2 jam. Alat-alat yang
disterilisasi dengan alkohol 70% yaitu tutup botol vial dan karet pipet tetes. Sterilisasi
dengan alkohol 70% dilakukan dengan cara direndam alat-alat dalam alkohol 70%
selama 24 jam. Langkah selanjutnya dilakukan penimbangan bahan, bahan yang
ditimbang dilebihkan 5% untuk mencegah kehilangan bobot. Bahan yang digunakan
yaitu natrium diklofenak sebanyak 10,5 mg sebagai zat aktif, Na 2HPO4 sebanyak 6,45mg
sebagai pendapar yang bersifat garam, NaH 2PO4 sebanyak 3,44 mg sebagai pendapar
yang bersifat asam, benzalkonium klorida sebanyak 0,002 mg sebagai pengawet, NaCl
sebanyak 6,3 mg sebagai pengisotonis, HPMC sebanyak 52,5 mg sebagai peningkat
viskositas, dan aqua pro injeksi ad 10,5 ml sebagai pelarut. Proses sterilisasi alat dan
penimbangan bahan dilakukan di grey area.
Langkah kerja selanjutnya yaitu pembuatan larutan dapar dengan cara melarutkan
NaH2PO4 dan Na2HPO4 sesuai penimbangan. Masukan natrium diklofenak dan HMPC ke
dalam gelas beaker dan larutkan dengan aqua pro injeksi hingga larut sempurna.
Tambahkan benzalkonium klorida dan diaduk hingga homogen. Cek pH sediaan
menggunakan pH universal, pH sediaan 7 sesuai dengan target pH sediaan yaitu 7,4.
Maka selanjutnya tambahkan larutan dapar yang telah dibuat untuk mempertahankan pH
sediaan. Tambahkan larutan pendapar sebanyak ± 5 tetes. Langkah selanjunya
ditambahkan NaCl lalu diaduk hingga homogen. Tujuan penambahan HMPC sebagai
agen peningkat viskositas agar dihasilkan sediaan yang kental agar diharapkan dapat
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorbsi serta aktivitas obat. HPMC
lebih dipilih karena HPMC menghasilkan larutan cair yang memiliki kejernihan yang
lebih baik. Tujuan penambahan benzalkonium klorida yaitu untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin ada dalam sediaan obat tetes mata dan juga
sediaan tetes mata merupakan sediaan volume kecil multiple dose sehingga diperlukan
penambahan pengawet, dalam sediaan preparat mata, benzalkonium klorida digunakan
sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,01%-0,02%. Tujuan penambahan dapar yaitu
untuk mempertahankan pH sediaan agar tidak terlalu asam dan basa dimana idealnya,
sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Tujuan
penambahan NaCl yaitu untuk meningkat tonisitas agar diperoleh sediaan tetes mata
yang isotonis karena cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan osmotik
yang sama dengan 0,9% larutan NaCl. Langkah selanjutnya, saring sediaan
menggunakan kertas saring. Tujuan penyaringan ini adalah untuk menghilangkan
partikulat. Selanjutnya masukan larutan dalam vial yang telah ditara dan disterilisasi.
Tambahkan aquadest hingga tepat tanda batas pada vial yang telah ditara (10mL).
Langkah selanjutnya yaitu sterilisasi akhir dengan filtrasi. Alasan dilakukannya sterilisasi
akhir dengan filtrasi yaitu untuk menghilangkan partikulat.
Sediaan tetes mata natrium diklofenak ini bersifat hipotonis, sehingga dalam proses
pembuatannya perlu ditambahkan NaCl untuk meningkatkan tonisitas agar tonisitas
sediaan tetes mata natrium diklofenak setara dengan tonisitas 0,9% NaCl. Setelah proses
pembuatan sediaan maka dilakukan evaluasi terhadap sediaan. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui apakah sediaan yang dibuat memenuhi persyaratan atau tidak. Syarat dari
sediaan injeksi volume kecil yaitu sediaan steril, bebas pirogen dan endotoksin, bebas
dari bahan partikulat, jernih, isotonis dan isohidris. Evaluasi yang dilakukan pada sediaan
yaitu Uji pH, uji partikulat, uji kejernihan, dan uji volume terpindahkan. Uji pH yang
dilakukan menggunakan pH universal. Alasan dilakukannya uji pH yaitu untuk
mengetahui pH sediaan yang akan memperngaruhi kestabilan dari sediaan. Jika sediaan
tidak stabil (pH sediaan diluar rentang pH zat aktif) maka akan menyebabkan perubahan
zat aktif ataupun dapat menyebabkan pertumbuhan mikroba. Misalnya pH sediaan awal 5
namun karena suatu hal tertentu menyebabkan pH berubah menjadi 8, dan kebanyakan
mikroba dapat tumbuh pada pH basa, maka hal tersebut akan mempengaruhi kestabilan
sediaan. Hasil dari uji pH didapatkan sediaan mempunyai pH 7 yang telah sesuai dengan
target pH yaitu 7,4. Cara untuk mempertahankan pH sediaan selama penyimpanan dapat
dilakukan dengan penambahan dapar. Dapar yang digunakan yaitu dapar fospat kerena
pH fospat yaitu pH 6-8,2 sehingga berada pada rentang pH stabilitas natrium diklofenak
(pH 7 – 8,5).
Evaluasi selanjutnya yaitu uji pertikulat. Uji partikulat dilakukan untuk mencegah
adanya partikulat pada sediaan tetes mata. Alasannya karena syarat sediaan tetes mata
harus bebas dari bahan partikulat karena jika terdapat bahan partikulat akan mengiritasi
mata pasien mengingat sediaan tetes mata diteteskan langsung pada mata. Uji partikulat
yang dilakukan hanya dengan mengamati secara kasat mata apakah ada tidaknya
partikulat. Uji ini tidak menggunakan sistem elektronik penghitung partikel sehingga
hasil nya kurang akurat. Namun dari hasil pengamatan menunjukan tidak adanya
partikulat. Evaluasi selanjutna yang dilakukan yaitu uji kejernihan. Uji kejernihan
dilakukan dengan wadah sediaan akhir disinari dari samping dengan latar belakang
warna hitam untuk melihat partikel berwarna putih dan latar belakang putih untuk
melihat partikel berwarna. Hasil menunjukan bahwa sediaan jernih karena tidak terdapat
pertikel saat dilakukan uji. Maka dari evaluasi yang telah dilakukan sediaan tetes mata
natrium diklofenak ini memenuhi persyaratan dari sediaan injeksi.
X. Daftar Pustaka
Depkes RI., 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hlm:855-863, 982-985,998,1039,1089.
Depkes RI., 2014. Farmakope Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hlm: 330.
Sweetman, Sean C., 2009. Martindale : The Complate Drug Reference. 3-6nd Edition.
London: Pharmaceutical Press. Hlm: 44.