Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

keutamaan seorang akademisi adalah penyampaian kebenaran secara

gamblang dan rinci (clara et distincta). Itulah kenapa ada julukan intelektual

pelacur bilamana seorang akademisi telah berani memanipulasi kebenaran

ilmiah untuk memperkaya diri[ CITATION Sai10 \l 1057 ]

Tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran teknologi internet saat ini, dengan

cepat membuat hampir semua orang beralih ke dunia online1. Hal ini semata-

mata karena banyaknya kemudahan yang didapatkan melalui internet, sekaligs

juga dengan pemanfaatannya yang efisien dalam melakuan kegiatan dapat

dengan mudah diwujudkan.

Dalam dunia pendidikan internet menawarankan beragam informasi

bahkan bisa menjadi sarana dalam memperoleh ilmu pendidikan.Namun

disamping adanya dampak positif yang di bawa oleh internet ini, ada pula

dampak negatifnya. Salah satu dampak negatif yang muncul adalah maraknya

budaya plagiarisme.

Plagiarisme sudah tidak asing lagi di kalangan Mahasiswa. Banyak

mahasiswa yang menjiplak karya orang lain lalu mengubah redasi kata tanpa

menyebutan sumber karya tersebut.

1
terhubung dengan internet atau dunia maya

1
Seiring dengan itu pula maka kini telah ada undang-undang yang mengatur

tentang plagiarisme di Indonesia yang bertujuan untk melindungi hak cipta

dari pemilik karya tersebut.

B. Rumusan masalah

a. Apa pengertian plagiarisme?

b.Apa huum yang mengatur tentang plagiarisme?

C. Tujuan

a.Untuk mengetahui pengertian plagiarisme

b.Untuk mengetahui huum yang mengatur tentang plagiarisme

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian plagiarisme

Sekarang adalah era “paperless”, ditandai dengan proses penyebaran hasil-

hasil penelitian melalui internet secara terbuka atau open access menggunakan

tulisan digital atau tanpa harus melalui media yang dicetak pada kertas buku.

[ CITATION Muh192 \l 1057 ]

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

17 Tahun 2010 dikatakan:

“Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh

atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan

mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang

diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan

memadai”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan:

“Plagiat adalah pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang

lain dan menjadikannya seolah‐olah karangan (pendapat) sendiri”.2

Menurut Oxford American Dictionary plagiarisme adalah “to take and

use another person’s ideas or writing or inventions as one’s own”.[ CITATION

Rei14 \l 1057 ]

2
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)

3
Plagiarisme tidak hanya diakibatkan oleh perilaku dari pelaku.

Kurangnya kontrol yang ketat terhadap penulisan karya ilmiah oleh otoritas

pendidikan juga memungkinkan suburnya plagiarisme di Indonesia. Pada

institusi pendidikan, dosen dan mahasiswa dapat menjadi pela-ku plagiarisme,

para pemimpin institusi pendidikan harus membuat aturan tegas untuk

mengurangi kecenderungan melakukan plagiarisme. Plagiarisme dapat pula

terjadi dikarenakan pengelolaan jurnal yang buruk. Editor dan reviewer sebagai

pihak otoritas jurnal hendaknya secara konsisten menerapkan standar yang

ketat pada naskah, dimulai dengan melakukan uji plagiarisme, melakukan

pengecekan awal naskah yang masuk, melakukan proses review (double blind

review: penulis dan review sama-sama tidak saling tahu identitas masing-

masing, single blind review: penulis tidak tahu siapa reviewer-nya, atau open

review: kedua pihak saling tahu), dan mengomunikasikan secara aktif proses

pengelolaan naskah kepada penulis.

Tipe plagiarisme dapat dijelaskan melalui bagaimana cara

melakukannya. Terdapat tiga jenis plagiarisme, yaitu pathwriting,

inappropriate praraphasing, dan summaries. Titik poin dari ketiga jenis

plagiarisme ini adalah apakah penulis menyalin, mengu-bah, dan menyingkat

tulisan orang lain dengan menggunakan kaidah pengutipan dan parafrase

secara baik.

1. Patchwriting adalah menyalin teks yang pernah ada sebelumnya

tanpa menyebutkan sumber orisinal (Roig, 2003).

4
2. Inappropriate praraphrasing, mirip patchwriting, tetapi sumber

orisinal tetap disebutkan, hanya saja sedikit dilakukan perubahan

tanpa diberi tanda petik yang mengindikasikan bentuk kutipan

langsung (Cooper, 2016a).

3. Summaries adalah menyingkat tulisan orang lain tanpa menyebut

sumber atau tidak menggunakan pengutipan secara baik (Cooper,

2016a).

Mengapa Melakukan Plagiarisme?

Debnath (2016) merangkum setidaknya ada 8 alasan mengapa plagiarisme

dilaku-kan, yaitu

1. Informasi yang tersedia dengan mudah, terlebih lagi dengan adanya

internet.

2. tekanan publikasi dari tuntutan akademik, baik bagi dosen atau

mahasiswa yang sedang mengejar target akademik.

3. Kurang percaya diri dan kurang terampil menulis, sering kali terjadi

pada penulis pemula.

4. Menulis artikel terburu-buru dan di bawah tekanan.

5. Menulis artikel terburu-buru dan di bawah tekanan.

6. Kurangnya kesadaran bahwa sekalipun orang lain memberikan teks

orisinal tetap tidak diperkenankan melakukan usaha penyalinan tanpa

menyebutkan sumber orisinal.

7. Beberapa penulis meyakini bahwa tidak masalah menulis ulang

konsep/data/teks yang mereka miliki (self-plagiarisme) dan

5
publikasikan sebelum-nya tanpa melakukan penulisan sumber (self-

citation), asalkan tidak menyalin karya orang lain.

8. Telah terbiasa melakukan plagiarisme, dipermudah dengan adanya

komputer dan internet, serta pernah melakukan plagiarisme di masa

lalu atau belum pernah tertangkap hingga seka-rang.[ CITATION Muh191

\l 1057 ]

B. Hukum yang mengatur plagiarisme

Sanksi Plagiarisme

Undang‐Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 25 ayat 2 dan pasal 70 mengatur sanksi bagi masyarakat yang

melakukan plagiat, khususnya yang terjadi di lingkungan akademik. Sanksi

tersebut adalah sebagai berikut :

(Pasal 25) ayat 2:

Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh

gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut

gelarnya.

(Pasal 70):

Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar

akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Ayat (2)

terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua

6
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah).

Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 telah mengatur sanksi bagi

mahasiswa yang melakukan tindakan plagiat. Jika terbukti melakukan plagiasi

maka seorang mahasiswa akan memperoleh sanksi sebagai berikut:

1. Teguran

2. Peringatan tertulis

3. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa

4. Pembatalan nilai

5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa

6. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa

7. Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan.[ CITATION Pur16

\l 1057 ]

Pasal 44 Undang-Undang Hak Cipta membuat rumusan secara negatif

dengan kata-kata sebagai berikut: “Penggunaan, pengambilan, penggandaan,

dan/atau pengubahan suatu ciptaan dan/atau produk hak terkait secara

seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran

hak cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk

keperluan: (a) pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan

laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan

kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta; (b) dst…”

Rumusan Pasal 44 huruf a ini perlu dicermati. Dari bunyi ketentuan

tersebut jelas, bahwa syarat mencantumkan sumber adalah sebuah syarat

7
mutlak untuk dapat terbebas dari tindak pelanggaran. Artinya, jika tidak

dicantumkan sumbernya, pasal ini otomatis mengkategorikan tindakan itu

sebagai pelanggaran hak cipta, sekalipun dalam sanksi pidana tidak disebut-

sebut secara eksplisit tentang ancaman sanksi jika terjadi pelanggaran atas

Pasal 44 Undang-Undang Hak Cipta.[ CITATION SHI15 \l 1057 ]

8
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Kemajuan teknologi informai membawa dampak positif yang sangat

mendukung segala aktivitas manusia terutama di kalangan mahasiswa untuk

mendapatkan informasi lebih lanjut. Adapun dampak negatifnya itu tergantung

dari konsumen itu sendiri bagaimana mempergunakan. Plagiarisme misalnya

salah satu dari dampak negatif tersebut, nmun untuk menghindari hal-hal tersebut

semua telah diatur dalam undang- undang tentang hukum dan sanksi

plagiarisme.oleh karena itu sebagai manusia yang bijak, kita sudah harus tahu cara

memanfaatkan teknologi informasi tanpa menjiplak karya orang lain.

B.Saran

Saya sngat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dalam

makalah selanjutnya lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography

Istiana, P. (2016). PANDUAN ANTI PLAGIARISME. PERPUSTAAAN

UNIVERSITAS GAJAH MADA, 7.

Reitz, J. M. (2004-2014). Online Dictionary for Library and Information Science.

Retrieved from ABC-CLIO: https://www.abc-

clio.com/ODLIS/odlis_p.aspx

Rohman, S. (2010, Februari 12). Penjiplakan dan Kultur Akademik. Diambil

kembali dari kompas.coml:

https://nasional.kompas.com/read/2010/02/12/04143030/penjiplakan.dan.k

ultur.akademik?page=all

Shadiqi, M. A. (2019). Memahami dan Mencegah Perilaku Plagiarisme. buletin

psikologi, 36-37.

Shadiqi, M. A. (2019). Memahami dan Mencegah Perilaku Plagiarisme. buletin

psikologi, 36-37.

SHIDARTA. (2015, april). PLAGIARISME: PELANGGARAN HAK CIPTA

(Bagian 3 dari 3 tulisan). Diambil kembali dari business law:

https://business-law.binus.ac.id/2015/04/01/plagiarisme-pelanggaran-hak-

cipta-bagian-3-dari-3-tulisan/

10
11

Anda mungkin juga menyukai