Kelompok 6 Laba Atas Transaksi Antar Perusahaan-Persediaan
Kelompok 6 Laba Atas Transaksi Antar Perusahaan-Persediaan
OLEH :
KELOMPOK 6
KELAS D
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada Kami. Sehingga Kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Laba Atas Transaksi Antar
Perusahaan- Persediaan”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu Kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
sebagai sumber materi dari makalah ini serta Kami sangat berharap agar makalah ini
memberi banyak manfaat bagi para pembaca sehingga mereka dapat memahaminya.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1 Transaksi Persediaan Antar Perusahaan.................................................
2.2 Laba yang belum direalisasi dari Penjualan
Downstream (Arus Ke Bawah)..............................................................
2.3 Laba Yang Belum Direalisasi
Dari Penjualan Upstream (Arus Katas)..................................... .........
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pada akhir tahun 2006, penjualan Fren termasuk yang dijual ke Smart, adalah Rp
24.000.000 dan harga pokok penjualannya termasuk harga barang dagangan yang ditransfer
ke Smart sebesar Rp 20.000.000. Penjualan Smart termasuk penjualan barang dagang kepada
entitas lain, Rp 30.000.000 dan harga pokok penjualannya sebesar Rp 24.000.000. Karena
Fren dan Smart dianggap sebagai entitas tunggal untuk tujuan pelaporan, penjualan dan harga
pokok penjualan gabungan disajikan terlalu besar sejumlah Rp 24.000.000.Kelebihan tersebut
dieliminasi dalam kertas kerja konsolidasi.
Contoh Kasus 2
Selama tahun 2007 Fren membeli barang dagang dari entitas lain sebanyak Rp
30.000.000 dan menjual barang dagang senilai Rp 30.000.000 tersebut kepada Smart
sehargaRp 36.000.000. Smart menjual barang dagangnya sebanyak Rp 30.000.000 kepada
para pelanggannya dengan harga Rp 37.500.000. Ayat jurnal yang berhubungan dengan
transfer barang dagang antar perusahaan selama tahun 2007 adalah sebagai berikut:
Penjualan Fren tahun 2007 kepada Smart Rp 36.000.000 dan harga pokok
penjualannya mencerminkan harga pokok dagangan yang ditransfer kepada Smart sebesar Rp
30.000.000, Penjualan Smart tahun 2007 sebesar Rp 37.500.000 terdiri dari barang dagang
yang diperoleh dari Fren, dan harga pokok penjualannya sebesar Rp 30.000.000 dari Rp
36.000.000 harga transfer barang dagangan yang diperoleh Fren. Hal ini sama dengan Rp
30.000.000/Rp 36.000.000 atau 5/6. Sisa barang dagang yang diperoleh dari Fren tahun 2007
tetap ada dalam persediaan Smart pada tanggal 31 Desember 2007 dengan harga transfer Rp
6.000.000, termasuk laba yang belum direalisasi sebesar Rp 1.000.000 ( berasal dari sisa laba
1/6 x Rp 6.000.000).
Jurnal eliminasi dalam kertas kerja oleh Fren Corporation adalah sebagai berikut :
a. Penjualan resiprokal (dari Fren ke Smart), yaitu penjualan sebesar Rp 36.000.000
Jurnal eliminasi yang dibuat :
Penjualan Rp 36.000.000
Harga pokok penjualan Rp 36.000.000
b. Laba yang belum direalisasi, pada persediaan akhir tahun masih tersisa sebesar Rp
1.000.000 ( 1/6 dari harga transfer Rp 6.000.000)
Jurnal eliminasi yang dibuat :
Harga pokok penjualan Rp 1.000.000
Persediaan Rp 1.000.000
Kertas kerja eliminasi yang dibuat oleh Fren tahun 2007 sebagai berikut : (dalam ribuan)
100% Penyesuaian dan
Fren Konsolidasi
Smart Eliminasi
Laporan laba
rugi Rp 36.000 Rp 37.500 a. 36.000 Rp 37.500
Penjualan 30.000 b. 1.000 a. 36.000 25.000
H.pokok 30.000 Rp 7.500 Rp 12.500
penjualan Rp 6.000
Laba kotor Rp 6.000 b. 1.000 Rp 5.000
Neraca
Persediaan
Debit harga pokok penjualan pada jurnal eliminasi diatas mengurangi laba dengan
peningkatan harga pokok penjualan konsolidasi, dan kredit mengurangi nilai persediaan dari
harga transfer antar perusahaan menjadi harga perolehan. Dari sudut pandang entitas yang
dikonsolidasikan, persediaan akhir Smart disajikan terlalu besar sejumlah laba yang belum
direalisasi Rp 1.000.000 Oleh karena persediaan akhir yang disajikan terlalu besar
menyebabkan harga pokok penjualan terlalu rendah dan laba bruto menjadi terlalu tinggi,
kesalahan tersebut diperbaiki dengan ayat jurnal kertas kerja b, yang menambah (debit) harga
pokok penjualan dan mengurangi (kredit) persediaan akhir yang disajikan terlalu besar
tersebut. Ayat jurnal eliminasi ini mengurangi laba bruto konsolidasi sebesar Rp 1.000.000
( pengaruh pada laporan laba rugi) dan persediaan akhir konsolidasi sebesar Rp 1.000.000
(pengaruh pada neraca).
METODE EKUITAS
Pada tanggal 31 Desember 2007, Fren menghitung pendapatan investasinya dengan
cara yang biasa kecuali bahwa laba antar perusahaan sebesar Rp 1.000.000 harus
ditangguhkan. Dalam ayat jurnal konsolidasi satu baris Fren, pendapatan dari Smart akan
dikurangi dengan laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir sebesar Rp 1.000.000,
karenanya , akun investasi pada Smart juga akan dikurangi sebesar Rp 1.000.000.
2.1.3 Pengakuan Laba yang Belum Direalisasi dalam Persediaan Awal
Laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir akan direalisasi ketika barang
dagang dijual kepada pihak diluar entitas konsolidasi. Realisasi terjadi pada periode fiskal
berikutnya, sehingga pengakuan ditunda sampai tahun berikutnya. Pengakuan laba yang
belum direalisasi mengharuskan kredit pada harga pokok penjualan pada kertas kerja karena
jumlah persediaan tercermin dalam harga pokok penjualan jika sistem perpetual yang
digunakan. Berikut ini contoh kasus untuk transaksi pengakuan laba yang belum direalisasi
pada persediaan awal.Contoh transaksi masih melanjutkan kasus 1 dan 2 diatas.
Contoh kasus 3,
Selama tahun 2008 Fren Corporation menjual barang dagang senilai Rp 40.000.000
kepada Smart Company dengan harga Rp 48.000.000 dan Smart menjual 75% dari barang
dagang tersebut dengan harga Rp 45.000.000, Smart juga menjual barang dagang dari
persediaan awalnya (harga perolehan Rp 6.000.000) kepada para pelanggannya dengan harga
Rp 7.500.000. ayat jurnal yang berhubungan dengan barang dagang yang ditransfer.
Transaksi penjualan dan pembelian oleh Fren dan Smart sebagai entitas konsolidasi
berakibat pada akhir tahun 2008, Smart masih memiliki persediaan akhir sebesar 25% yaitu
sebesar Rp 12.000.000 (Rp 48.000.000 x 25%) karena Smart baru menjual barang dagangan
yang dibeli dari Fren sebanyak 75%. Persediaan akhir Smart tahun 2008 termasuk laba yang
belum direalisasi sebesar Rp 2.000.000 {Rp 12.000.000 – (Rp 12.000.000/1,2 harga
transfer)} atau nilai persediaan akhir harga transfer (fren) Rp 10.000.000.
Ayat jurnal yang dibuat oleh Fren untuk mengeliminasi transaksi resiprokal dan
mengakui laba yang sebelumnya ditangguhkan dari persedian awal tahun adalah sebagai
berikut :
a. Mengeliminasi transaksi penjualan dan pembelian antarperusahaan
Jurnal yang dibuat :
Penjualan Rp 48.000.000
Harga pokok penjualan Rp 48.000.000
b. Mengakui laba dari persediaan awal yang sebelumnya ditangguhkan
Jurnal yang dibuat :
Investasi dalam Smart Rp 1.000.000
Harga pokok penjualan Rp 1.000.000
c. Mengeliminasi laba antarperusahaan pada persediaan akhir (laba yang belum direalisasi
dalam persediaan akhir
Jurnal yang dibuat :
Harga pokok penjualan Rp 2.000.000
Persediaan Rp 2.000.000
Kertas kerja eliminasi yang dibuat oleh Fren tahun 2008 sebagai berikut : (dalam ribuan)
100% Penyesuaian dan
Fren Konsolidasi
Smart Eliminasi
Laporan laba rugi
Penjualan Rp 48.000 Rp 52.500 a. 48.000 Rp 52.500
H.pokok penjualan 40.000 42.000 c. 2.000 a. 48.000
b. 1.000 35.000
Laba kotor Rp 8.000 Rp 10.500 Rp 17.500
Neraca
Persediaan Rp 12.000 c. 2.000 Rp 10.000
Investasi dalam
Smart XXX b. 1.000
Ayat jurnal kertas kerja a dan c pada dasarnya sama seperti ayat jurnal untuk tahun
2007. Tujuannya adalah untuk mengeliminasi pembelian dan penjualan antar perusahaan dan
menangguhkan laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir. Dari sudut pandang
konsolidasi, kelebihan persediaan awal sebesar Rp 1.000.000 menyebabkan harga pokok
penjualan dalam tahun 2008 menjadi terlalu besar. Ayat jurnal b mengakui laba yang
sebelumnya ditangguhkan (tahun 2007) dengan mengurangi harga pokok penjualan
konsolidasi dan karenanya meningkatkan laba bruto konsolidasi. Debit akun investasi dalam
Smart merupakan penyesuaian untuk ayat jurnal konsolidasi satu baris yang mengurangi
akun investasi pada Smart tahun 2007 untuk menangguhkan laba yang belum direalisasi
dalam persediaan akhir tersebut. Contoh tersebut diatas tidak mencakup pengaruh transaksi
persediaan antar perusahaan terhadap perhitungan hak minoritas atau terhadap akuntansi
perusahaan induk menurut metodee ekuitas.
2.2 Laba yang belum direalisasi dari Penjualan Downstream (Arus Ke Bawah)
Ayat jurnal kedua pada pembukuan Park mengurangi laba dari Sori yaitu dari Rp
9.000 menjadi Rp 6.500.Oleh karena bagian Park hanya sebesar Rp 9.000 (kepemilikan 90%)
maka beban hak minoritas pada kertas kerja Park dicatat sebesar Rp 1.000.
Jurnal elimasi yang dibuat oleh Park per 31 Desember 2006 untuk mengeliminasi
akun resiprokal adalah sebagai berikut :
Jurnal eliminasi :
a. Mengeliminasi penjualan dan pembelian resiprokal
Jurnal :
Penjualan Rp 15.000
Harga pokok penjualan Rp 15.000
b. Mengeliminasi laba antarperusahaan dari harga pokok penjualan dan persediaan
Jurnal :
Harga pokok penjualan Rp 2.500
Persediaan Rp 2.500
c. Mengeliminasi laba investasi dan menyesuaikan akun investasi dalam Sori per 1 Januari
2006 (dalam laporan konsolidasi tidak boleh ada laba atas transaksi antarperusahaan
afiliasi)
Jurnal :
Laba dari Sori Rp 6.500
Investasi dalam Sori Rp 6.500
Contoh Kasus 5,
Barang dagang yang diperoleh dari park selama tahun 2006 dijual oleh Sori pada
tahun 2007, asumsi tidak ada transaksi antarperusahaan antara Park dan Sori selama tahun
2007. Laporan laba rugi terpisah tahun 2007 sebelum mempertimbangkan laba yang belum
direalisasi dalam persediaan awal Sori sebesar Rp 2.500 adalah sebagai berikut :
Park Corp Sori Corp
Penjualan Rp 120.000 Rp 60.000
Harga pokok penjualan (80.000) (40.000)
Laba Kotor 40.000 20.000
Beban 20.000 5.000
Laba Operasi 20.000 15.000
Laba dari Sori 13.500 -
Laba Bersih 33.500 15.000
Laba operasi Park tahun 2007 tidak dipengaruhi oleh laba yang belum direalisasi
dalam persediaan Sori per 31 Desember 2006. Namun laba Sori tahun 2007 terpengaruh
karena persediaan awal Sori lebih saji Rp 2.500 demikian pula untuk harga pokok penjualan.
Dari sudut pandang Park laba investasinya akan dicatat dan disesuaikan sebagai berikut ;
Investasi dalam Sori Rp 13.500
Laba dari Sori Rp 13.500
(Mencatat laba investasi dari Sori )
Investasi dalam Sori Rp 2.500
Laba dari Sori Rp 2.500
( Untuk mencatat realisasi laba dari penjualan antarperusahaan tahun 2006 kepada
Sori)
Pada akhir tahun 2007 ayat jurnal diatas akan meningkatkan investasi dalam Sori dari
Rp 13.500 menjadi Rp 16.000 dan laba bersih Park dari Rp 33.500 menjadi Rp 36.000.
Berikut ini jurnal eliminasi dan kertas kerja konsolidasi Park dan Sori :
a. Menyesuaikan atau mengakui laba dari persediaan awal yang sebelumnya ditangguhkan.
Jurnal :
Investasi dalam sori Rp 2.500
Harga pokok penjualan Rp 2.500
b. Mengeliminasi laba investasi dan menyesuaikan akun investasi ke dalam saldo awal.
Jurnal :
Laba dari Sori Rp 16.000
Investasi dalam Sori Rp 16.000
Penyesuaian dan
Laporan
Park Sori eliminasi
Konsolidasi
Debet Kredit
Laporan laba rugi
Penjualan Rp 120.000 Rp 60.000 Rp 180.000
Laba dari Sori 16.000 b. 16.000
H.pokok penjualan (80.000) (40.000) a. 2.500 (117.500)
Beban (20.000) ( 5.000) ( 25.000)
Beban hak minoritas
(Rp 15.000x10%)
( 1.500)
Laba bersih Rp 36.000 Rp 15.000 Rp 36.000
Neraca
Investasi dlm Sori XXX a. 2.500 b. 16.000
2.3 Laba Yang Belum Direalisasi Dari Penjualan Upstream (Arus Keatas)
2.3.1 Penangguhan Laba Antar Perusahaan Dalam Periode Penjualan Antar Perusahaan
Diasumsikan bahwa Salt Corporation (perusahaan anak) menjual barang dagang, yang
dibeli seharga Rp 7.500.000, kepada Park Corporation (perusahaan induk) dengan harga Rp
20.000.000 selama tahun 2006 dan menjual 60% dari barang dagang tersebut kepada pihak
luar dengan harga Rp 15.000.000 pada akhir tahun laba persediaan yang belum direalisasi
sebesar Rp 5.000.000 (harga perolehan sebesar Rp 3.000.000 tetapi dimasukkan dalam
persediaan Park sebesar Rp 8.000.000). Jika Salt melaporkan laba bersih tahun 2006 sebesar
Rp 50.000.000, bagian Park diakui seperti dalam Peraga dibawah ini.Peraga tersebut
membandingkan konsolidasi satu baris atas kepemilikan 100% dan kepemilikan sebesar 75%
pada perusahaan anak.
Seperti diilustrasikan, Jika Park mencatat 100% dari pendapatan/laba Salt berdasarkan
metode ekuitas, Park harus mengeliminasi 100% dari setiap laba yang belum direalisasi yang
termasuk dalam laba tersebut. Jika Park hanya mencatat 75% dari laba Salt berdasarkan
metode ekuitas, Park harus mengeliminasi hanya 75% dari laba yang belum direalisasi yang
termasuk dalam laba Salt tersebut. Pada kedua kasus, semua laba yang belum direalisasi yang
dicatat oleh Park dieliminasi dari akun laba dan investasi.
(dalam ribuan)
Bagian A
Jika Salt adalah anak perusahaan yang dimiliki 100%
Bagian B
Jika Salt adalah anak perusahaan yang dimiliki 75%
Investasi pada Salt (+A) 37.500
Laba dari Salt (R,+SE) 37.500
Untuk mencatat 75% pendapatan/laba Salt yang dilaporkan
sebagai pendapatan/laba dari anak perusahaan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam suatu entitas perusahaan, transaksi antar entitas induk perusahaan dan entitas
anak perusahaan seringkali terjadi transaksi baik itu transaksi dari entitas induk perusahaan
ke entitas anak perusahaan (Downstream) atau transaksi dari entitas anak perusahaan ke
entitas induk perusahaan (Upstream). Untuk itu diperlukan sebuah Laporan Keuangan
Konsolidasi yang digunakan untuk menunjukkan kinerja dan kondisi keuangan entitas induk
perusahaan dan entitas anak perusahaan. Selain itu Laporan Keuangan Konsolidasi dibuat
untuk mengeliminasi trnasaksi – transaksi yang terjadi antara entitas induk perusahaan dan
entitas anak perusahaan. Hal ini dikarenakan entitas induk perusahaan dan entitas anak
perusahaan merupakan satu entitas tunggal yang tidak dapat dipisahkan.
Di dalam jurnal eliminasi, transaksi yang dilakukan oleh entitas induk perusahaan dan
entitas anak perusahaan tergantung pada posisi persediaan diakhir periode. Pada saat seluruh
persediaan telah terjual pada periode yang sama ketika seluruh persediaan tersebut diperoleh,
maka jurnal eliminasi akan dibuat untuk menghapus angka penjualan dan beban pokok
penjualan sebesar jumlah penjualan persediaan tersebut. Tetapi, ketika pada akhir periode
seluruh persediaan tersebut belum terjual, maka entitas induk perusahaan harus
mengeliminasi keuntungan atau kerugian atas penjualan persediaan tersebut dengan
mengurangi nilai persediaannya. Dan ketika seluruh persediaan tersebut telah terjual, maka
keuntungan dan kerugian atas penjualan persediaan yang belum teralisasi harus dieliminasi
DAFTAR PUSTAKA
Alva. 2014. Laba atas transaksi antar perusahaan. [Online]. Tersedia dalam:
http://aetherians.blogspot.co.id/2014/11/laba-atas-transaksi-antar-perusahaan.html.
[ 12 Maret 2020].
Martani, Dwi dkk. 2017. Akuntansi Keuangan Lanjutan 1. Jakarta: Salemba Empat.
Purba, Chandra. 2014. Penjualan ( Transfer ) Dengan Arus Upstream dan Downstream.
[Online]. Tersedia dalam: http://candraekonom.blogspot.co.id/2014/11/penjualan-
transfer-dengan-arus-upstream.html. [ 13 Maret 2020].