Anda di halaman 1dari 28

08.

Interior Bumi

MFS 1810

Salahuddin Husein

Jurusan Teknik Geologi


Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
2007

shddin © 2007
Pendahuluan
• Semenjak lebih dari 200 tahun silam, para ilmuwan melalui perhitungan
densitas (rasio massa terhadap volume) material-material yang ada di Bumi
telah mengetahui bahwa planet ini tidak bersifat homogen.

• Isaac Newton (1642-1727) memperkirakan densitas rerata Bumi sekitar 5,0 –


6,0 gr/cm3.

• Pada tahun 1797 Henry Cavendish menghitung densitas rerata Bumi sebesar
5,5 gr/cm3.

• Perhitungan modern menunjukkan densitas rerata planet ini adalah sebesar


5,52 gr/cm3.

• Volume Bumi dapat dihitung dengan mudah karena radius planet ini telah
lama diketahui secara akurat.
Massa Bumi hanya dapat diperkirakan secara tidak langsung berdasarkan
perbandingan gaya tarik gravitasi antara Bulan dan Bumi dengan bola metal
yang telah diketahui massa-nya.

1
shddin © 2007
Pendahuluan
• Dengan membandingkan densitas rerata Bumi sebesar 5,5 gr/cm3 terhadap
densitas bebatuan yang ada di permukaan Bumi yang hanya berkisar antara
2,5 hingga 3,0 gr/cm3, para ilmuwan memprediksi bahwa interior Bumi harus
tersusun oleh material dengan densitas yang lebih besar daripada yang ada
di permukaan.

• Dewasa ini, Bumi dipandang sebagai sebuah bola yang tersusun oleh
beberapa lapisan konsentris yang saling berbeda komposisi dan densitasnya.

shddin © 2007
Pendahuluan

Pemboran paling dalam yang pernah


dilakukan manusia untuk mempelajari
interior Bumi secara langsung, yang
hanya mampu menjangkau kedalaman
12 km, dilakukan di Semenanjung Kola,
Rusia baratlaut. Bangunan bertingkat 30
pada gambar adalah menara pemboran.

2
shddin © 2007
Pendahuluan
Karena tidak ada
pengamatan langsung
kedalam interior Bumi,
model ini dibuat
berdasarkan bukti-bukti
tidak langsung, sebagian
besar dari studi gelombang
seismik.

shddin © 2007
Gelombang Gempabumi
• Gempabumi adalah getaran Bumi, yang disebabkan oleh (1) peristiwa patah
dan pergerakan mendadak dari suatu tubuh batuan yang mengalami
regangan diluar batas sifat elastisnya, dan (2) oleh letusan gunungapi.

• Jika suatu batuan yang mengalami regangan patah, batuan tersebut akan
berusaha kembali ke posisi semula (proses ini dikenal dengan nama teori
elastic-rebound) seraya menghasilkan getaran yang disebut gelombang
seismik.

3
shddin © 2007
Gelombang Gempabumi

Elastic-rebound theory

shddin © 2007
Gelombang Gempabumi

• Fokus (hiposenter) adalah titik mula patah/pergerakan sesar.


• Gelombang seismik merambat dari fokus ke segala arah.
• Episenter adalah titik proyeksi fokus di permukaan Bumi.

4
shddin © 2007
Gelombang Gempabumi

Diagram balok suatu sesar penyebab gempabumi

shddin © 2007
Gelombang Gempabumi
• Ada dua jenis gelombang seismik:

(1) Gelombang badan (body waves): merambat melalui bagian dalam Bumi
serupa seperti rambatan suara. Dikenal 2 jenis:
(a) Gelombang primer (P): partikel batuan bergerak maju-mundur searah
dengan arah rambatan gelombang,
(b) Gelombang sekunder (S): partikel batuan bergerak ke atas-bawah
tegak lurus dengan arah rambatan gelombang.

(2) Gelombang permukaan (surface waves): hanya merambat di permukaan


Bumi serupa seperti gerakan gelombang air. Dikenal 2 jenis:
(a) Gelombang Love (L): partikel batuan bergerak ke kanan-kiri tegak
lurus arah rambatan gelombang,
(b) Gelombang Rayleigh (R): partikel batuan bergerak eliptis vertikal
berlawanan dengan arah jarum jam (anti-clockwise), berlawanan
dengan arah rambatan gelombang.

5
shddin © 2007
Gelombang Gempabumi

shddin © 2007
Gelombang Gempabumi

6
shddin © 2007
Gelombang Gempabumi

shddin © 2007
Gelombang Gempabumi

7
shddin © 2007
Gelombang Gempabumi

Ketika terjadi gempabumi, gelombang badan dan permukan merambat ke


segala arah dari titik fokus pada saat yang bersamaan. Gelombang P paling
cepat, diikuti oleh gelombang S, dan kemudian oleh gelombang L dan yang
terakhir adalah gelombang R.

Perbedaan antara waktu kedatangan gelombang P dan S adalah fungsi jarak


fokus dengan seismograf.

shddin © 2007
Gelombang Gempabumi
• Kecepatan rambat gelombang seismik P dan S ditentukan oleh sifat densitas
dan elastisitas material yang dilewati, dimana keduanya bertambah besar bila
semakin dalam.

• Kecepatan gelombang seismik berkurang dengan bertambahnya densitas


namun bertambah cepat dengan bertambahnya elastisitas.
Karena semakin dalam elastisitas bertambah lebih cepat daripada densitas,
maka secara umum kecepatan gelombang seismik bertambah sesuai
kedalaman.

• Rambatan gelombang P lebih cepat daripada gelombang S. Namun tidak


seperti gelombang P yang bisa merambat melalui medium cair, gelombang S
tidak bisa dirambatkan karena medium cair tidak memiliki kekuatan geser
(shear strength atau rigidity) – mereka hanya mengalir saja bila terkena gaya
geser.

8
shddin © 2007
Gelombang Gempabumi

(a) Andai Bumi memiliki komposisi dan densitas yang homogen, maka
gelombang seismik merambat melalui garis lurus.
(b) Karena semakin dalam densitas dan elastisitas bertambah, rambat
gelombang seismik akan mengalami pembiasan (refraksi) dan lintasannya
membentuk kurva.
Gelombang seismik hanya akan bergerak secara lurus dan tidak akan
dibiaskan jika arah rambatannya tegak lurus terhadap batas kontak material
yang berbeda densitas dan elastisitas.

shddin © 2007
Gelombang Gempabumi

Selain dibiaskan, gelombang seismik juga mengalami pemantulan (refleksi) jika


menemui batas material yang berbeda densitas dan elastisitasnya. Gambar
diatas memperlihatkan pola rambatan gelombang P.

9
shddin © 2007
Gelombang Gempabumi

Meskipun secara umum diketahui semakin


dalam kecepatan gelombang seismik semakin
bertambah, namun perubahan mendadak
terjadi di beberapa kedalaman (misal pada
dasar kerak Bumi dan pada kedalaman 2.900
km), yang disebut sebagai bidang
diskontinyuitas, yang menandakan adanya
perubahan komposisi material atau sifat
fisiknya.

Bidang-bidang diskontinyuitas tersebut yang


menjadi dasar bagi pembagian lapisan-lapisan
konsentris interior Bumi.

shddin © 2007
Inti Bumi
Beno Gutenberg pada
tahun 1914
menemukan zona
bayangan gelombang P
(P-wave shadow zone).

Berkurangnya
kecepatan gelombang
P secara mendadak
pada batas inti-mantel
(kedalaman 2.900 km)
menyebabkan
gelombang P dibiaskan
sedemikian rupa
sehingga hanya sedikit
saja gelombang P yang
mencapai permukaan
pada zona antara 103o
Pembiasan gelombang P dan ketidakhadiran
dan 143o dari titik pusat
gelombang S, mendukung dugaan bahwa inti Bumi
gempa.
tersusun oleh material cair.

10
shddin © 2007
Inti Bumi
Harold Jeffreys (1926)
menemukan bahwa
gelombang S sama
sekali diblok oleh inti,
sehingga membentuk
zona bayangan
gelombang S (S-wave
shadow zone) yang
lebih besar dari 103o.

Gelombang S tidak
akan melewati material
cair, sehingga
tampaknya inti Bumi
bersifat cair.

shddin © 2007
Inti Bumi
Meski demikian,
sebagian kecil
gelombang P ternyata
masih mencapai
permukaan pada zona
bayangan gelombang P
103o – 143o tersebut.

Inge Lehmann (1938)


menyatakan bahwa
fenomena tersebut
menandakan adanya
inti padat didalam inti
cair yang mampu
memantulkan sebagian
gelombang P.

Penemuan Lehmann tersebut akhirnya membentuk persepsi kita hingga saat


ini, bahwa ada 2 jenis inti Bumi yang berbeda sifat fisiknya, yaitu inti luar yang
cair dan inti dalam yang padat.

11
shddin © 2007
Inti Bumi
• Inti Bumi terletak dibawah Mantel pada kedalaman 2.900 km dari permukaan
dan memiliki diameter 6.960 km (sama dengan diameter Planet Mars).

• Inti Bumi menyumbang 16,4% volume Bumi dan 1/3 massa Bumi.

• Komposisi dan densitas inti Bumi dipelajari dengan cara percobaan


laboratorium dan studi meteorit (yang materialnya tersusun oleh besi dan
nikel, dianggap berasal dari sisa-sisa pembentukan tata surya).

• Densitas inti luar Bumi: 9,9 – 12,2 gr/cm3.


Densitas inti dalam Bumi: 12,6 – 13,0 gr/cm3.
Tekanan di pusat inti Bumi setara dengan 3,5 juta kali tekanan di permukaan
Bumi.

• Inti Bumi tidak mungkin tersusun oleh komposisi mineral-mineral yang ada di
permukaan, karena pada tekanan yang demikian besar mereka masih tidak
akan mencapai densitas yang diharapkan.

• Baik inti luar dan inti dalam keduanya diperkirakan tersusun oleh besi.

shddin © 2007
Inti Bumi
• Tetapi besi murni terlalu besar densitasnya untuk menjadi penyusun inti luar,
sehingga harus ada pengotor dengan densitas lebih kecil. Percobaan
laboratorium dan perbandingan dengan meteorit menunjukkan kemungkinan
12% inti luar tersusun oleh sulfur, serta sedikit silika, oksigen, nikel dan
potassium.

• Sebaliknya dengan inti dalam, besi murni terlalu kecil densitasnya untuk
mencapai densitas yang diharapkan, sehingga harus ada pengotor dengan
densitas lebih besar. Kemungkinan 10-20% inti dalam tersusun oleh nikel.

• Diduga perbedaan komposisi tersebut juga menjelaskan perbedaan sifat fisik


antara inti luar yang cari dan inti dalam yang padat. Pada tekanan yang
sangat tinggi dan temperatur >5.000 oC pada inti Bumi, campuran besi dan
nikel yang menyusun inti dalam masih belum mencapai titik leleh, sedangkan
campuran besi dan sulfur yang menyusun inti luar sudah mencapai titik leleh.

12
shddin © 2007
Mantel Bumi

Pada tahun 1909 Andrija Mohorovičić menemukan bidang diskontinyuitas


seismik pada kedalaman 30 km, dimana gelombang seismik yang lebih dalam
dan mengalami pembiasan ternyata tiba lebih dahulu di stasiun seismograf
dibandingkan dengan gelombang seismik dangkal yang tidak mengalami
pembiasan.

Bidang diskontinyuitas tersebut kini dikenal dengan nama bidang Moho,


memisahkan antara kerak dan mantel Bumi. Diatas bidang tersebut,
gelombang seismik merambat dengan kecepatan 6,75 km/s, sedangkan
dibawahnya mencapai 8 km/s.

shddin © 2007
Mantel Bumi
Meski secara
umum semakin
dalam kecepatan
gelombang P
dan S
bertambah,
namun ada
beberapa bidang
diskontinyuitas
hadir.

100 – 250 km:


zona kecepatan
rendah,
astenosfer
(batuan
mendekati titik
leleh, kurang
elastis, bersifat
plastis)

13
shddin © 2007
Mantel Bumi
Bidang diskontinyuitas pada
mantel atas terkait dengan
perubahan fase mineral yang
diikuti oleh pertambahan
densitas:

400 km: perubahan struktur


mineral olivin dengan kehadiran
Mg spinel

640 – 720 km: Mg spinel


digantikan oleh Mg perovskit.

shddin © 2007
Mantel Bumi
Meskipun densitas mantel dapat diketahui dengan menghitung rambat
gelombang seismik, yaitu berkisar antara 3,3 hingga 5,7 gr/cm3, namun
menduga komposisinya tidak mudah.

Kemungkinan besar penyusun mantel adalah peridotit (60% olivin, 30%


piroksen, 10% feldspar), berdasarkan:
1. Uji laboratorium terhadap densitas dan sifat fisiknya terhadap gelombang
seismik,
2. Studi urutan ofiolit (fragmen kerak samudera) menunjukkan peridotit terletak
paling bawah yang berarti paling dekat dengan mantel,
3. Studi pipa kimberlit (batuan beku dalam pembawa intan yang diduga berasal
dari mantel) menjumpai banyak peridotit sebagai inklusi.

14
shddin © 2007
Mantel Bumi

Pipa kimberlit adalah pipa batuan beku dalam pembawa intan, pertamakali
dijumpai di dekat kota Kimberley, Afrika Selatan.
Pipa kimberlit disusun oleh kimberlit yang berwarna abu-abu kebiruan (olivin,
serpentin, kalsit dan silika) dan seringkali mengandung inklusi peridotit.
Kehadiran intan dan koesit (kuarsa dalam tekanan tinggi) mengindikasikan
kimberlit terbentuk dari magma pada kedalaman 100 – 300 km.
Fakta bahwa kerak benua hanya setebal rerata 35 km menunjukkan magma
kimberlit berasal dari mantel. Sehingga inklusi peridotit merupakan bukti bahwa
mantel tersusun oleh batuan jenis tersebut.

shddin © 2007
Tomografi Seismik
Dalam dekade terakhir, para ahli geofisika mengembangkan metode baru
dalam mempelajari dinamika mantel Bumi, yaitu tomografi seismik (seismic
tomography).

Prinsip dasarnya adalah membangun geometri 3 dimensi sebaran global


variasi kecepatan rambat gelombang seismik dari jutaan data gempabumi.
Berdasarkan uji laboratorium, diketahui bahwa kecepatan gelombang seismik
rendah dipengaruhi oleh material batuan panas dan sebaliknya kecepatan
gelombang seismik tinggi dipengaruhi oleh material batuan dingin. Sepintas,
peta tomografi dapat dianggap sebagai peta temperatur mantel. Selanjutnya,
berdasarkan asumsi bahwa material panas akan bergerak naik karena lebih
kecil densitasnya dan material dingin akan bergerak turun karena lebih besar
densitasnya, maka peta tomografi dapat menunjukkan pola aliran material
mantel.

15
shddin © 2007
Tomografi Seismik

Daerah berwarna merah adalah mantel dengan kecepatan seismik lambat dan
diinterpretasikan disusun oleh material panas dan densitas kecil, umumnya
dijumpai pada kerak samudera yang terkait dengan pergerakan magma ke
permukaan. Daerah berwarna biru adalah mantel dengan kecepatan seismik
cepat dan diduga disusun oleh material dingin dan densitas besar, umumnya
dijumpai pada kerak benua yang memiliki akar jauh kebawah mantel.
Interior Bumi tidak lagi dilihat seperti bola-bola konsentrik kerak, mantel dan
inti.

shddin © 2007
Tomografi Seismik

Model dinamika mantel Bumi yang dibuat berdasarkan studi tomografi.

16
shddin © 2007
Tomografi Seismik
Studi tomografi juga
memperlihatkan bahwa
batas mantel dan inti
bukanlah bidang konsentrik
yang halus. Banyak
tinggian (antimountains)
dan rendahan
(anticontinents) dengan
beda tinggi mencapai 20
km.
Topografi permukaan inti
luar demikian dapat
menyebabkan banyaknya
energi yang hilang dari
perputaran inti luar sebagai
panas dan menggerakkan
arus konveksi pada mantel.

Model dinamika interior Bumi yang dibuat berdasarkan studi tomografi. Inti luar
dianggap homogen untuk memperlihatkan detail inti dalam.

shddin © 2007
Kerak Bumi
• Ada 2 jenis kerak Bumi: kerak benua dan kerak samudera, keduanya memiliki
densitas lebih kecil daripada mantel dibawahnya.

• Kerak benua memiliki densitas antara 2,0 hingga 3,0 gr/cm3 (diluar mineral
logam berat), dengan rerata 2,70 gr/cm3. Kerak samudera memiliki densitas
rerata 3,0 gr/cm3.

• Kecepatan rambat gelombang P pada kerak benua adalah 6,75 km/s, namun
di dasar kerak kecepatannya menjadi 8 km/s. Kecepatan rambat gelombang
P pada kerak samudera adalah 7 km/s.

• Ketebalan kerak benua berbeda-beda, yang dikenal sebagai prinsip isostasi.

17
shddin © 2007
Panas Bumi
• Dari data pemboran pertambangan, diketahui temperatur Bumi semakin
dalam menjadi semakin besar. Di dekat permukaan, gradien geotermal rerata
sekitar 25 oC/km.

• Namun nilai gradien tersebut tidak konstan (karena semua batuan akan
meleleh pada kedalaman 100 km saja!). Diperkirakan temperatur pada dasar
kerak sekitar 800 – 1200 oC.

• Pada batas mantel-inti, temperatur diperkirakan berkisar antara 3500 – 5000


oC. Bila angka tersebut cukup akurat, maka gradien geotermal di mantel

hanya sekitar 1 oC/km saja.

• Temperatur maksimum di pusat inti diperkirakan mencapai 6500 oC


(mendekati nilai temperatur di permukaan matahari!)

• Panas Bumi dihasilkan oleh peluruhan radioaktif. Namun jumlah isotop


radioaktif terus berkurang, menyebabkan panas Bumi akan terus menurun.
Buktinya ditunjukkan oleh aliran lava ultrabasa yang hanya dijumpai pada
kurun 3,8 – 2,5 mtl (Archean) dan tidak pernah ada pada kurun yang lebih
muda. Lava ultrabasa tersebut membutuhkan temperatur kerak >1600 oC.

shddin © 2007
Panas Bumi

Sebagian panas dari dalam batuan kerak Bumi lepas ke atmosfer, dikenal
sebagai fenomena heat flow.
(a) Heat flow pada punggung tengah samudera dimana pemekaran dan
pembentukan kerak samudera tengah berlangsung.
(b) Heat flow pada palung samudera dimana penunjaman kerak samudera
dibawah kerak benua yang memunculkan busur gunungapi tengah
berlangsung.

18
shddin © 2007
Gravitasi Bumi
• Hukum gravitasi universal (ditemukan oleh Isaac Newton): gaya tarik gravitasi
antara 2 obyek berbanding lurus dengan perkalian massa dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak.
F = G((m1 x m2)/D2)

• Berat (weight) adalah gaya gravitasi antara obyek dan pusat massa Bumi.
• Obyek 1 dan 2 terletak pada jarak
yang sama, namun gaya gravitasi 1
lebih besar karena massa-nya lebih
besar.

• Massa 2 dan 3 sama besar, namun


gaya gravitasi 3 lebih kecil empat kali
karena jaraknya terhadap pusat
massa Bumi dua kali lebih jauh.

shddin © 2007
Gravitasi Bumi
• Gaya tarik gravitasi akan sama di semua tempat di permukaan Bumi jika
planet ini sempurna bulatnya, komposisinya homogen, dan tidak berputar
pada porosnya (rotasi).
• Rotasi menghasilkan gaya
sentrifugal yang melawan gaya
gravitasi, sehingga obyek di
ekuator akan memiliki berat lebih
kecil daripada obyek yang identik
di kutub.

19
shddin © 2007
Gravitasi Bumi
• Para ahli kebumian menggunakan gravimeter untuk mengukur variasi/anomali
gaya gravitasi di permukaan Bumi. Prinsipnya alat tersebut menggunakan
beban pada pegas yang bereaksi terhadap perubahan gravitasi. Gravimeter
sangat bermanfaat dalam eksplorasi minyakbumi dan sumberdaya mineral.

(a) anomali gravitasi positif, akibat massa dengan densitas besar (mass
excess)
(b) dan (c) anomali gravitasi negatif, akibat massa dengan densitas kecil (mass
deficiency)

shddin © 2007
Prinsip Isostasi
• Pada awal abad 19, para surveyor di India menemukan error pada alat
pendulum mereka yang dianggap disebabkan oleh gaya tarik Peg. Himalaya.
Namun perhitungan di kemudian hari menunjukkan jika Himalaya merupakan
massa yang lebih tebal atau lebih tinggi densitasnya, error yang dihasilkan
akan lebih besar dari yang teramati.

Kehadiran pegunungan yang memiliki densitas lebih besar (mass excess) akan
menghasilkan anomali gravitasi positif (a), namun ternyata tidak (b).

20
shddin © 2007
Prinsip Isostasi
• J. H. Pratt menjelaskannya bahwa topografi Himalaya menjadi tinggi karena
pegunungan tersebut tersusun oleh batuan dengan densitas lebih rendah
daripada wilayah di sekitarnya.

• George Airy menjelaskannya bahwa Himalaya selain menjulang ke atas, juga


terentang jauh ke bawah dengan akar yang memiliki densitas lebih kecil.
Dengan kata lain, pegunungan mengapung diatas batuan mantel yang lebih
besar densitasnya, dan kelebihan densitas batuan kerak (mass excess)
diatas permukaan diimbangi oleh kekurangan densitas (mass deficiency) di
dasar kerak, yang menyebabkan pergeseran garis pendulum. Kemudian hari
studi seismik menunjukkan adanya lapisan batuan dengan densitas rendah
dibawah pegunungan.

• Penjelasan Airy terbukti benar untuk pegunungan, namun penjelas Pratt juga
benar ketika dipergunakan untuk menerangkan (1) elevasi kerak benua yang
lebih tinggi daripada kerak samudera, dan (2) topografi punggungan tengah
samudera yang lebih tinggi daripada daerah sekitarnya.

• Kini penjelasan Airy dan Pratt tersebut dikenal sebagai prinsip isostasi.

shddin © 2007
Prinsip Isostasi
Prinsip isostasi dapat dianalogikan dengan apungan gunung es.
Gunung es tenggelam
hingga posisi seimbang
sedemikian rupa dengan
10% massanya berada
diatas permukaan air.

Gunung es yang besar


akan tenggelam lebih
dalam dan muncul lebih
tinggi dibandingkan
dengan gunung es yang
berukuran lebih kecil.

Jika es di permukaan mencair, tubuh gunung es akan bergerak naik ke


permukaan untuk mempertahankan kondisi keseimbangan. Fenomena ini
dikenal sebagai isostatic rebound.

21
shddin © 2007
Prinsip Isostasi
Isostatic rebound pada kerak Bumi
umumnya terjadi:
(1) di daerah yang dulunya tertutup oleh
glasiasi (pembentukan es pada
benua), dan

shddin © 2007
Prinsip Isostasi
Isostatic rebound pada kerak Bumi
umumnya terjadi:
(2) di daerah pegunungan yang tererosi
sangat lanjut.

22
shddin © 2007
Prinsip Isostasi: Paradoks
• Jika prinsip isostasi benar, ini membawa implikasi kehadiran mantel yang
bersifat cair/liquid.

• Namun dari sifat seismik mantel yang mampu merambatkan gelombang S


menunjukkan mantel bersifat padat. Bagaimana menjelaskan paradoks ini?

• Untuk waktu yang sangat singkat, yang diperlukan untuk merambatkan


gelombang seismik S, mantel bersifat padat.

• Namun untuk waktu yang sangat panjang, yang diperlukan untuk menahan
gaya tekan (stress) akibat pembebanan batuan kerak diatasnya, mantel akan
mengalir dan bersifat cair dengan viskositas tinggi.

shddin © 2007
Medan Magnet Bumi
• Kerak Bumi mengandung beberapa mineral yang bersifat magnetik, salah
satunya adalah magnetite. Namun medan magnet Bumi tentu saja bukan
karena tubuh magnetite yang besar ada di inti Bumi. Karena semua sifat
kemagnetan pada mineral tersebut akan hilang diatas titik Curie, yaitu sekitar
580 oC. Temperatur di kedalaman 100 km telah cukup tinggi untuk
menghilangkan sifat kemagnetan pada mineral-mineral yang ada.
• Fakta lainnya bahwa lokasi kutub
magnetik Bumi yang terus berpindah di
sepanjang waktu juga menunjukkan
sumber medan magnet Bumi bukanlah
suatu tubuh mineral tertentu.

23
shddin © 2007
Medan Magnet Bumi
Hingga saat ini para ahli beranggapan
bahwa medan magnet Bumi dihasilkan
oleh suatu mekanisme elektromagnetik
pada inti terluar Bumi (seperti prinsip
kerja dinamo). Namun, bagaimana kerja
mekanisme tersebut, belum dipahami
seutuhnya.

shddin © 2007
Medan Magnet Bumi
• Inklinasi magnetis: deviasi medan magnet terhadap bidang horisontal.

24
shddin © 2007
Medan Magnet Bumi
• Deklinasi magnetis: sudut antara garis titik posisi kompas terhadap kutub
magnet Bumi dengan garis titik posisi kompas terhadap kutub geografis Bumi.

• Saat ini sudut antara kutub


geografis dan kutub
magnetis Bumi adalah 11,5o,
dihitung dari titik pusat Bumi.

• Lokasi kutub magnetis saat


ini adalah pada kepulauan
Arktik milik Kanada.

shddin © 2007
Medan Magnet Bumi
• Magnetometer adalah alat untuk mengukur variasi/anomali kemagnetan. Alat
ini sangat bermanfaat terutama dalam eksplorasi sumberdaya mineral.

• Anomali kemagnetan regional diduga disebabkan oleh kompleksitas arus


konveksi di lapisan inti luar Bumi.

• Anomali kemagnetan lokal disebabkan oleh variasi jenis batuan secara lateral
dan horisontal.

25
shddin © 2007
Medan Magnet Bumi: Reversal
• Ketika magma mendingin melewati titik Curie, mineral-mineral yang
mengandung unsur besi akan memperoleh sifat kemagnetannya dan
mengatur orientasi tubuhnya terhadap medan magnet. Fenomena ini mampu
merekam arah dan kekuatan medan magnet Bumi. Selama mineral tersebut
tidak terkena panas melampaui titik Curie, dia akan menyimpan rekaman
informasi kemagnetan tersebut.

• Paleomagnetisme adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari medan


magnet purba, mengandalkan rekaman informasi kemagnetan (arah dan
kekuatan) pada batuan.

• Ahli geologi mengacu kondisi kemagnetan saat ini sebagai polaritas normal,
yaitu kutub utara dan selatan magnet relatif berimpit dengan kutub utara dan
selatan geografis Bumi.

• Sejak tahun 1906, para ahli telah mengetahui bahwa arah medan magnet
pada batuan purba seringkali berlawanan dengan medan magnet Bumi saat
ini. Fenomena ini disebut sebagai pembalikan magnetik (magnetic reversal),
dimana kutub utara magnet relatif berimpit dengan kutub selatan geografis
Bumi (polaritas terbalik).

shddin © 2007
Medan Magnet Bumi: Reversal

26
shddin © 2007
Medan Magnet Bumi: Reversal

shddin © 2007
Medan Magnet Bumi: Reversal

27
shddin © 2007
Medan Magnet Bumi: Reversal
• Penyebab proses pembalikan polaritas kemagnetan (magnetic reversal) tidak
begitu dipahami, meskipun tampaknya mereka terkait dengan perubahan
intensitas/kekuatan medan magnet.

• Perhitungan menunjukkan bahwa medan magnet Bumi telah melemah


sebesar 5% selama 100 tahun terakhir. Jika kecenderungan ini terus
berlangsung, dalam beberapa ribu tahun mendatang akan tiba saatnya
dimana medan magnet Bumi hilang (non-existent) dan kemudian membalik
polaritasnya.

• Setelah pembalikan polaritas kemagnetan terjadi, medan magnet kembali


membangun intensitasnya.

28

Anda mungkin juga menyukai