Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. bahan interseluler adalah cairan
yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat yaitu sel darah. Volume darah
secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter.
Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini
dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara
40 sampai 47. Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh
tekanan osmotic dalam pembuluh darah dan dalam jaringan (Pearce 2008,h.133).
Susunan darah terdiri dari serum darah atau plasma yang terdiri dari air (90%), protein
(80% terdiri dari albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen), mineral (0,9% terdiri dari
natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dan kalsium, fosfor, magnesium, dan besi), Gas
(oksigen dan karbondioksida), hormon-hormon, enzim dan antigen (Alwy 2004,h.69).
Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan atas rongga
perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada dan perut). Bentuk hati
seperti prisma segitiga dengan sudut siku-sikunya membulat, beratnya sekitar 1,25-1,5 kg dengan
berat jenis 1,05. Ukuran hati pada wanita lebih kecil dibandingkan pria dan semakin kecil pada
orang tua, tetapi tidak berarti fungsinya berkurang. Hati mempunyai kapasitas cadangan yang
besar dan kemampuan untuk regenerasi yang besar pula. Jaringan hati dapat diambil sampai tiga
perempat bagian dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran dan bentuk yang normal.
Jika hati yang rusak hanya sebagian kecil, belum menimbulkan gangguan yang berarti
(Wijayakusuma, 2008,h.50).
Fungsi utama hati yaitu untuk pembentukan dan eksresi empedu, metabolisme
karbohidrat, metabolisme protein, metabolisme lemak, penimbunan vitamin dan mineral,
metabolisme steroid, detoksifikasi, gudang darah dan filtrasi (Evelyn 2013,h.104). Adanya
kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan rangka bisa dideteksi dengan mengukur kadar
SGOT. Pada kasus seperti alkoholik, radang pankreas, malaria, infus lever stadium akhir, adanya
penyumbatan pada saluran empedu. Kerusakan otot jantung, orang-orang yang selalu
mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan obat TBC, kadar SGOT bisa meninggi, bahkan
bisa menyamai kadar SGOT pada penderita hepatitis (Bastiansyah 2008,h.56).
Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan reversible satu gugus amino antara suatu
asam amino dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase, atau transaminase oleh tata nama
lama yang masih populer (Saucher dan McPherson, 2002).
Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah alanine aminotransferase (ALT),
yang dahulu disebut “glutamate-piruvat transaminase” (GPT), dan aspartate
aminotransferase (AST), yang dahulu disebut “glutamate-oxaloacetate transaminase” (GOT).
Baik ALT maupun AST memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini
sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini
seandainya terjadi defisiensi vitamin b6 (missal, hemodialysis, malnutrisi) (Saucher dan
McPherson, 2002).
Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase adalah enzim yang
mengkatalisis reaksi transaminasi. Terdapat dua jenis enzim serum transaminase yaitu serum
glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) dan serum glutamat piruvat transaminase (SGPT).
Pemeriksaan SGOT adalah indikator yang lebih sensitif terhadap kerusakan hati dibanding
SGPT. Hal ini dikarenakan enzim GOT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim GPT banyak
terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak (Cahyono, 2009).
Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi sel-sel hati. Adanya
peningkatan enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin tinggi
peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati
(Cahyono 2009). Kerusakan membran sel menyebabkan enzim Glutamat Oksaloasetat
Transaminase (GOT) keluar dari sitoplasma sel yang rusak, dan jumlahnya meningkat di dalam
darah. Sehingga dapat dijadikan indikator kerusakan hati . Penelitian yang dilakukan oleh Lee, et
al pada tahun 2010 di Turki menyatakan peningkatan kadar enzim SGOT/SGPT secara
bermakna pada trauma hepar. Nilai peningkatan enzim SGOT yang bermakna adalah lebih dari
100 U/L dengan nilai p<0,001 dan kadar enzim SGPT yang bermakna lebih dari 80 U/L dengan
p<0,001.
Konsentrasi enzim ALT yang tinggi terdapat pada hati. ALT juga terdapat pada jantung,
otot dan ginjal. ALT lebih banyak terdapat dalam hati dibandingkan jaringan otot jantung dan
lebih spesifik menunjukkan fungsi hati daripada AST. ALT berguna untuk diagnosa penyakit
hati dan memantau lamanya pengobatan penyakit hepatik, sirosis postneurotik dan efek
hepatotoksik obat. SGPT dalam darah meningkat biasanya karena ada hepatitis yang disebabkan
oleh virus, nekrosis sel hati karena keracunan, dan shock atau hipoksemia. Nilai normal SGPT
adalah pada laki-laki 5-23 U/L, pada perempuan 5-19 U/L. (Darmanto 2001,h.132).
Enzim aspartat aminotransferase (AST) disebut juga serum glutamat oksaloasetat
transaminase (SGOT) merupakan enzim mitokondria yang berfungsi mengkatalisis pemindahan
bolak-balik gugus amino dari asam aspartat ke asam α- oksaloasetat membentuk asam glutamat
dan oksaloasetat (Price dan Wilson,1995). Dalam kondisi normal enzim yang dihasilkan oleh sel
hepar konsentrasinya rendah. Fungsi dari enzim-enzim hepar tersebut hanya sedikit yang
diketahui. Nilai normal kadar SGOT < 35 U/L dan SGPT < 41 U/L. (Daniel S. Pratt, 2010).
AST adalah enzim yang memiliki aktivitas metabolisme yang tinggi, ditemukan di
jantung, hati, otot rangka, ginjal, otak, limfa, pankreas dan paru-paru. Penyakit yang
menyebabkan perubahan, kerusakan atau kematian sel pada jaringan tersebut akan
mengakibatkan terlepasnya enzim ini ke sirkulasi. SGOT dalam darah meninggi biasanya karena
ada hemolisis dan pada bayi baru lahir. Kenaikan 10-100 kali lipat dari normal bila terjadi Infark
yang disebabkan oleh otot jantung, Hepatitis yang disebabkan oleh virus, Nekrosis yang
disebabkan oleh sel hati karena keracunan dan sirkulasi darah terganggu sehingga dapat terjadi
shock atau hipoksemia. Nilai normal adalah laki-laki 5-17 U/L, pada perempuan 5-15 U/L.
(Darmanto 2001,h.132).
Masalah-masalah klinisnya yaitu penurunan kadar : kehamilan, diabetik ketoasidosis,
beri-beri. Peningkatan kadar : Infark miokard akut (IMA), ensefalitis, nekrosis hepar, penyakit
dan trauma muskuloskeletal, pankreatitis akut, ekslampsia, gagal jantung kongestif (GJK). Obat-
obat yang dapat meningkatkan nilai AST : Antibiotik, narkotik, vitamin (asam folat, piridoksin,
vitamin A), antihipertensi (metildopa [Aldoment], guanetidin), teofilin, golongan digitalis,
kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indocin), isoniazid (INH), rifampisin, kontrasepsi
oral, salisilat, injeksi intramuskular (IM) (Kee 2001,h.15).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli yang berhubungan dengan nilai
SGOT/SGPT, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar SGOT/SGPT, yaitu
Istirahat tidur
Penderita hepatitis yang tidak tercukupi kebutuhan istirahat tidurnya atau waktu tidurnya
kurang dari 7 atau 8 jam setelah dilakukan pemeriksaan terjadi peningkatan kadar
SGOT/SGPT.
Kelelahan
Kelelahan yang diakibatkan oleh aktivitas yang terlalu banyak atau kelelahan yang
diakibatkan karena olahraga juga akan mempengaruhi kadar SGOT/SGPT.
Konsumsi obat-obatan
Mengkonsumsi obat-obatan tertentu dapat meningkatkan kadar SGOT/SGPT.
Alat
Bahan
Alwy, MK. 2004. Buku Ajar Biomedik. Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Bastiansyah, E. 2008. Panduan Lengkap : Membaca Hasil Tes Kesehatan. Penebar Plus. Jakarta.
Sacher, R. A., dan McPherson, R. A., 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Edisi 11, EGC : Jakarta.
Wijayakusuma, H., 2008, Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal, Pustaka Bunda : Jakarta.