Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIOSTATISTIK

“UJI PERINGKAT DAN UJI WILCOXON”

Disusun Oleh:

1 Ashferin Marbah Abdullah (P27824417004)


2 Novi Rahmawati (P27824417016)
3 Hanifah Wahyuningsih (P27824417024)
4 Maharani Wanda Nur Islami (P27824417025)
5 Ulin Nikmah Khuluq (p27824417029)
6 Nanda Akhtsarul Hikmah (P27824417037)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA


KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN SURABAYA

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uji sensori merupakan uji pertama penentu penerimaan produk pangan dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat ukur. Penilaian pertama konsumen
terhadap produk pangan adalah berdasarkan karateristik sensorinya, seperti aroma,
tekstur, kenampakan (appearence), dan rasa. Konsumen hanya akan mengkonsumsi
makanan yang karateristik sensorinya baik dan memenuhi syarat. Penilaian cara ini
banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung.
Istilah nonparametrik pertama kali digunakan oleh Wolfowitz, pada tahun 1942.
Metode statistik nonparametrik merupakan metode statistik yang dapat digunakan
dengan mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi penggunaan metode statistik
parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal. Istilah lain yang sering
digunakan untuk statistik nonparametrik adalah statistik bebas distribusi (distribution-
free statistics) dan uji bebas asumsi (assumption-free test). Statistik nonparametrik
banyak digunakan pada penelitian-penelitian sosial. Data yang diperoleh dalam
penelitian sosial pada umunya berbentuk kategori atau berbentuk rangking.
Statistik nonparametrik adalah prosedur statistik yang tidak mengacu pada
parameter tertentu. Itulah sebabnya, statistik nonparametrik sering disebut sebagai
prosedur yang bebas distribusi (free-distibution procedures). Banyak orang
berpendapat, jika data yang dikumpulkan terlalu kecil maka prosedur statistik
nonparametrik lebih baik digunakan. Statistik nonparametrik biasanya digunakan
untuk melakukan analisis pada data nominal atau ordinal karena pada umumnya data
berjenis nominal dan ordinal tidak menyebar normal.
Uji statistik nonparametrik ialah suatu uji statistik yang tidak memerlukan adanya
asumsi-asumsi mengenai sebaran data populasi. Dari segi jumlah data, pada umumnya
statistik nonparametrik digunakan untuk data berjumlah kecil (n < 30).
Contoh metode statistik nonparametrik diantaranya adalah Uji Wilcoxon (Signed-
rank Test), Uji Tanda (sign Test), Uji Mann-Whitney (Mann-Whitney Test), Uji
Kruskal-Wallis (K-W Test), Uji Kolmogorov-Smirnov(K-S Test), dan Uji McNemar
(McNemar Test).

1.2 Rumusan Masalah


1 Bagaimanakah konsep tentang statistika non parametrik melalui uji Wilcoxon?
2 Bagaimanakah langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan statistika non parametrik m/elalui uji Wilcoxon?
3 Bagaimana konsep Uji Peringkat atau Rangking ?
4 Bagaimana kelebihan uji Ranking ?
5 Bagaimana matriks Uji Peringkat ?
6 Bagaimana langkah-langkah uji peringkat ?
7 Bagaimana keuntungan uji peringkat ?
8 Bagaimana penilaian uji peringkat ?
9 Bagaimana proses pengujian ?
10 Bagimana contoh sampel uji peringkat ?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui konsep tentang statistika non parametrik melalui uji Wilcoxon.
2 Untuk mengetahui langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan statistika non parametrik melalui uji Wilcoxon.
3 Untuk mengetahui bagaimana uji Peringkat/Rangking
4 Untuk mengetahui kelebihan uji Ranking
5 Untuk mengetahui matriks uji peringkat
6 Untuk mengetahui langkah- langkah uji Ranking
7 Untuk mengetahui keuntungan uji peringkat
8 Untuk mengetahui penilaian uji peringkat
9 Untuk mengetahui proses pengujian
10 Untuk mengetahui contoh sampel menggunakan uji peringkat
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Uji Wilcoxon


Pada tahun 1945 Frank Wilcoxon mengusulkan suatu cara nonparametrik yang
sangat sederhana untuk membandingkan dua populasi kontinu bila hanya tersedia
sampel bebas yang sedikit dan kedua populasi asalnya tidak normal. Cara ini
dinamakan uji Wilcoxon atau uji jumlah rang Wilcoxon.
Hipotesi nol Ho bahwa µ1 = µ2 akan diuji lawan suatu tandingan yang sesuai
pertama-tama ambillah sampel acak dari tiap populasi. Misalkan n1 banyaknya
pengamatan dalam sampel yang lebih kecil, dan n2 banyaknya pengamatan dalam
sampel yang lebih besar. Bila sampelnya berukuran sama, maka n 1 dan n2 dapat
dipertukarkan. Urutkanlah semua n1 + n2 pengamatan dengan urutan membesar dan
berikan rang 1, 2, . . . , n 1 + n2 pada tiap pengamatan. Bila terdapat seri (pengamatan
yang besarnya sama), maka pengamatan tersebut diganti dengan rataan rang nya.
Jumlah rang yang berasal dari ke n1 pengamatan dalam sampel yang lebih
kecil dinyatakan dengan w1. Begitu juga, w2 menyatakan jumlah rang yang berasal
dari n2 pengamatan dalam sampel yang lebih besar. Jumlah n 1 + n2 hanya bergantung
pada banyaknya pengamatan dalam kedua sampel dan sama sekali tidak dipengaruhi
oleh hasil percobaan. Jadi, bila n1=3 dan n2=4, maka w1+w2=1+2+…+7=28
( n1 +n2 ) ( n1+ n2 +1)
Secara umum: w1+w2=
2
Dari rumus w1 didapat rumus untuk w2, yaitu:
( n1 +n2 ) ( n1+ n2 +1)
w2 = - w1
2
Bila sampel ukuran n1 dan n2 diambil beberapa kali, maka dapat diharapkan
bahwa w1 dan w2 akan berubah. Jadi w1 dan w2 masing-masing di pandang sebagai
nilai peubah acak W1 dan W2.
Untuk lebih mudah dalam menghitung peluangnya, kita menggunakan tabel. Tabel ini
didasarkan pada statistika U, minimum U1 dan U2, dengan:
n1 (n1 +1) n2 (n2 +1)
U1 = W1- dan U2 = W2-
2 2
Untuk uij ekaarah, Bila P(U ≤ u  Ho benar) ≤ α, uji tersebut berarti dan Ho ditolak.
Untuk uji dwiarah, uji tersebut berarti bila 2P(U ≤ u  Ho benar) ≤ α, dalam hal ini
hipotesis tandingan bahwa µ1 ≠ µ2 diterima.
( 8 ) (9)
Bila, n1 = 3, n2 = 5, dan w1 = 8, sehingga w2 = - 8 = 28, jadi
2
( 3 ) (4 ) ( 5 ) (6)
u1 = 8 – =2 u2 = 28 – = 13
2 2
dengan menggunakan tabel, untuk u = 2, diperoleh:
P(U ≤ 2 Ho benar) = 0,071

2.2. Langkah – Langkah Uji Wilcoxon


Untuk menguji hipotesis nol, bahwa rataan dua populasi yang tak normal adalah
sama bila hanya tersedia sampel acak yang terkecil (ukurannya), maka dikerjakan
melalui langkah-langkah berikut:
1. Ho : µ1 = µ2
2. H1 : Tandingannya adalah µ1 < µ2 , µ1 > µ2 , atau µ1 ≠ µ2
3. Pilih taraf keberartian
4. Daerah kritis:
a) Semua nilai u yang memenuhi P(U ≤ u  Ho benar) < α bila n2 ≤ 8 dan ujinya
ekaarah;
b) Semua nilai u yang memenuhi 2P(U ≤ u  Ho benar) < α bila n2 ≤ 8 dan
ujinya dwiarah;
c) Semua nilai u yang lebih kecil atau sama dengan nilai kritis yang sesuai
dalam table bila 9 ≤ n2 ≤ 20
5. Hitung w1, w2, u1, u2dari sampel bebas berukuran n1 dan n2, dengan n1≤n2.
Dengan menggunakan yang terkecil diantara u1 dan u2 sebagai u, tentukanlah
apakah u jatuh pada daerah penerimaan atau pada daerah kritis.
6. Kesimpulan: tolak Ho bila u jatuh dalam daerah kritis; jika sebaliknya, terima Ho.

Contoh 1:
1. Untuk mengetahui apakah suatu serum baru akan menyembuhkan leukemia,
dipilih Sembilan tikus yang penyakit leukemianya sudah cukup parah. Lima tikus
mendapat pengobatan sedangkan empat tidak. Lamanya tikus hidup, dalam tahun
sejak permulaan percobaan adalah
Perlakuan 2,1 5,3 1,4 4,6 0,9
Tanpa perlakuan 1,9 0,5 2,8 3,1
Pada tarif keberartian 0,05, dapatkah dikatakan serum tersebut manjur?
Jawab: n1 = 4 dan n2 = 5, diperoleh:
1. Ho : µ1 = µ2
2. H1 : µ1 < µ2
3. α = 0,05
4. Daerah kritis: semua nilai u yang memenuhi P(U ≤ u  Ho benar)<0,05
5. Perhitungan: semua pengamatan diurutkan membesar dan diberi rang 1 sampai
9.
Data Asli 0,5 0,9 1,4 1,9 2,1 2,8 3,1 4,6 5,3
Rang 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rang pengamatan dari sampel perlakuan digarisbawahi.
w1 = 1 + 4 + 6 + 7 = 18
( 9 ) (10)
w2 = [ 2 ]- 18 = 27

( 4 ) (5) ( 5 ) ( 6)
Jadi, u1 = 18 – [ 2 ]
=8 u2 = 27 – [ ] 2
= 12

sehingga u = 8. Karena P(U ≤ 8  Ho benar) = 0,365 < 0,05, maka nilai u = 8 jatuh
pada daerah penerimaan.
6. Kesimpulan: terima Ho dan simpulkan bahwa serum tidaklah memperpanjang
usia dengan cara mengobati leukemia.

Contoh 2:

2. Kadar nikotin dua merek rokok, diukur dalam miligram, sebagai berikut:
Merek A 2,1 4,0 6,3 5,4 4,8 3,7 6,1 3,3
Merek B 4,1 0,6 3,1 2,5 4,0 6,2 1,6 2,2 1,9 5,4
Ujilah hipotesis, pada taraf keberartian 0,05, bahwa rata-rata kadar nikotin kedua merek
rokok sama.
Jawab: n1 = 8 dan n2 = 10
1. Ho : µ1 = µ2
2. H1 : µ1 < µ2
3. α = 0,05
4. Daerah kritis: semua nilai u yang memenuhi P(U ≤ u  Ho benar)<0,05
5. Perhitungan: semua pengamatan diurutkan membesar dan diberi rang 1 sampai 18
Data Asli Rang Data Asli Rang
0,6 1 4,0 10,5
1,6 2 4,0 10,5
1,9 3 4,1 12
2,1 4 4,8 13
2,2 5 5,4 14,5
2,5 6 5,4 14,5
3,1 7 6,1 16
3,3 8 6,2 17
3,7 9 6,3 18

Rang pengamatan dari sampel yang lebih kecildigarisbawahi.

w1 = 4 + 8 + 9 + 10,5 + 13 + 14,5 + 16 + 18 = 93

( 18 ) (19)
w2 = [ 2 ]– 93 = 78

( 8 ) (9) ( 10 ) (11)
Jadi, u1 = 93 – [ ] 2
= 57 u2 = 78 – [ 2 ]= 23

Sehingga u = 23

6. Kesimpulan : terima Ho dan simpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam kadar
nikotin kedua merek rokok

2.3. Konsep Uji Peringkat/ Rangking


Kartika (1988) mengemukakan bahwa uji rangking dapat digunakan untuk
mengurutkan intensitas mutu dan kesukaan konsumen dan dalam rangka memilih
yang terbaik dan menghilangkan yang terjelek. Uji rangking dapat menggunakan
penelis terlatih untuk uji rangking pembedaan dan panelis tidak terlatih untuk uji
rangking kesukaan.
Ranking adalah suatu proses pengurutan dua sampel atau lebih berdasarkan
intensitas atau derajat atribut yang dirancang atau menurut tingkat kesukaan produk
dalam rangka memilih yang terbaik atau menghilangkan yang terjelek,dengan maksud
untuk menambah atau mengurangi jumlah suatu atribut, kualitas secara keseluruhan
atau respon pada saat yang sama (Nur Aini dkk, 2013).
Uji ranking pada umumnya dilakukan untuk menentukan urutan sejumlah
komoditas atau produk yang berbeda intensitas sifatnya. Selain itu juga, uji ranking
dapat digunakan untuk memperbaiki mutu produk dan memilih contoh yang terbaik.
Dalam uji ranking, panelis diminta untuk mengurutkan sampel yang diuji menurut
intensitas mutu sensorik. Sampel diberi nomor urut dari intensitas mutu sensorik. Dari
segi jumlah contoh yang disajikan, uji peringkat mirip dengan uji skor dan uji skala,
namun dari segi penginderaan mirip dengan uji pembandingan (Anonim, 2013).

2.4. Kelebihan Uji Peringkat/Ranking


Uji ranking mempunyai kemudahan bagi panelis yaitu dalam memahami
instruksi dan merespon, setelah panelis mengenal sifat indrawi yang diujikan.
Kelebihan lainnya yaitu bahwa data responnya sudah merupakan data kuantitatif yang
kemudian dapat dilakukan berbagai cara menurut keperluan akuasinya. Uji ranking
mempunyai kelemahan yaitu terbatasnya jumlah contoh yang dapat diuji. Membuat
peringkat sampai 6 sampel masih mudah bagi panelis, tetapi apabila jumlah sampel
lebih dari 6, panelis akan mengalami kesulitan (Nur Aini dkk, 2013).

2.5. Matriks Uji Peringkat


Respon rangsangan hasil pengujian ranking kemudian ditabulasi menjadi
matriks peringkat. Berdasarkan matriks peringkat dapat dilakukan beberapa cara
analisis data, yaitu:
1 Metode rata-rata
2 Metode tabel Krammer
3 Metode tabel fisher-yates
4 Metode analisis perbandingan frekuensi
5 Metode analisis perbandingan ganda
6 Metode analisis komposit. (Nur Aini dkk, 2013)

2.6. Langkah-Langkah Uji Peringkat/Ranking


1 Tiga atau lebih sampel disajikan secara simultan/ bersamaan.
2 Panelis diperbolehkan untuk mencicip ulang.
3 Jumlah sampel sebaiknya berkisar dari 4-6 sampel yang disajikan.
4 Panelis diminta untuk mengurutkan sampel menurut tingkat kesukaannya
Menurt Supriyatna (2007), uji ranking termasuk pada uji skalar karena hasil
pengujian oleh panelis telah dinyatakan dalam besaran kesandengan jarak (interval)
tertentu. Dalam uji ini panelis diminta membuat urutan contoh-contohyang diuji
menurut perbedaan tingkat mutu tingkat sensorik. Jarak atau interval antara jenjang
(ranking) ke atas dan ke bawah tidak harus sama, misalnya jenjang no. 1 dan 2 boleh
berbeda dengan jenjang nomor 2 dan nomor 3.

Dalam pengujian penjenjangan, komoditi diurutkan atau diberi nomor urut.


Urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi, dan makin kebawah nomor
urut semakin besar. Angka-angka ini tidak menyatakan besar skalar melainkan nomor
urut. Dalam uji ranking, contoh pembanding tidak ada. (Supriyatna, 2007)

Pada besaran skala datanya diperlakukan sebagai nilai pengukuran, karena itu
dapat diambil rata-ratanya dan dianalisis sidik ragam. Data uji rangking sebagaimana
adanya tidak dapat diperlakukan sebagai nilai besaran dan tidak dapat dianalisis sidik
ragam, tetapi mungkin dibuat rata-rata.

2.7. Keuntungan Uji Peringkat/Ranking


Keuntungan dari uji rangking adalah cepat, dapat digunakan untuk bermacam-
macam contoh, prosedur sederhana, dapat menggunakan contoh baku atau tidak, dan
memaksa adanya keputusan relatif karena tidak ada dua contoh pada rank yang sama.
Sedangkan kelemahannya adalah mengabaikan jumlah atau tingkat perbedaan.
Contoh, nilai satu set data tidak dapat dibandingkan langsung dengan nilai yang sama
pada set data lain dan bilaterdapat perbedaan yang kecil panelis merasa harus
membedakan contoh yang dianggap identik, sehingga dapat menyebabkan
inkonsistensi pada uji rangking (Oktrafina, 2010).
Uji ranking ini bisa mengukur pengaruh proses baru terhadap mutu produk,
yaitu untuk mengetahui apakah produk barusama atau lebih baik dari produk lama.
Selain itu juga untuk menentukan contoh terbaik atau produk yang paling digemari
konsumen, tujuan utama pemasaran produk itu.
Dengan menggunakan uji ranking, uji penjenjangan atau pengurutan ini maka
mutu produk dapat diketahui dan diurutkan. Produk kesukaan konsumen juga bisa
diketahui sehingga untuk selanjutnya jenis atau tingkat mutu produk inilah yang
dijadikan patokan dalam proses pembuatan suatu produk. Angka-angka atau nilai
hasil uji ranking yang dilakukan hanyalah nomor urut, tidak menyatakan
besaranskalar. Uji ini juga tidak menyatakan contoh pembanding sebagai komoditi
yang paling tinggi nilainya tetapi hanyalah alat atau sarana untuk pedoman dalam
membandingkan berbagai komoditi yang sama jenisnya, sedangkan kualitasnya
berbeda (Gissel, 1985).
Uji ranking dapat diterapkan untuk memecahkan permasalahan yang ditemui
tersebut. Dalam uji rangking, tidak disertakan contoh pembanding seperti uji Duo-
Trio. Jumlah sampel yang diujikan harus minimal 2 sampel atau lebih biasanya 2-7
sampel. Pada pengujian dapat dipakai panelis terlatih atau panelis agak terlatih
ataupun tidak terlatih. Cara penilaian atau pengujian ranking dalam praktiknya
memerlukan suatu formulir pernyataan atau kuesioner untuk mendapatkan data atau
informasi yang diperlukan dalam analisis data statistiknya agar hasil pengujian dapat
disimpulkan secara pasti (Anonim, 2014).

2.8. Cara Penilaian Uji Peringkat/Ranking


Uji ranking dalam praktiknya memerlukan suatu formulir pernyataan atau
kuesioner/questionnaire untuk mendapatkan data/informasi yang diperlukan dalam
analisis data statistiknya agar hasil pengujian dapat disimpulkan secara pasti.
Untuk menguji tingkat kerenyahan atau rasa asin produk keripik singkong,
dapat dilakukan uji ranking pembedaan terhadap 3 contoh produk keripik singkong.
Panelis diminta untuk mengurutkan/memberi nomor urut terhadap kerenyahan dan
rasa asin produk keripik singkong yang diuji.
Contoh yang paling renyah atau yang paling asin diminta diberi nomor urut
tertinggi (misalnya 5) sedangkan makin ke bawah manunjukkan contoh yang kurang
renyah atau asin dibanding yang lainnya.

2.9. Proses Pengujian


1 Penyajian Cuplikan
Penyajian cuplikan dilakukan di dalam ruang uji lengkap dengan prianti pengujian
yaitu air, tissue, wadah cuplikan, format uji, alat tulis dan sarana komunikasi.
2 Format Uji
Sebagai sarana komunikasi para panelis terhadap perbedaan yang dirasakan.
3 Penyiapan Panelis
Sebelum para panelis memasuki ruang pengujian sampel terlebih dahulu para
panelis di berikan briefing mengenai tata cara melakukan uji Ranking.
2.10 contoh sampel
1 Tujuan
Tujuan dilakukan uji rangking adalah untuk membuat urutan contoh-contoh
produk yang diuji menurut perbedaan tingkat mutu sensorik, sehingga dapat
diketahui mutu produk tersebut.
2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan :
 Piring kecil
 Nampan kecil
 Tissue
 Format uji
Bahan yang digunakan :
 Keripik I (Keripik singkong Dua Kelinci)
 Keripik II (Kusuka)
 Keripik III (Qtela rasa Original)
3 Cara Kerja
Cara kerja sebagai Penyaji :
 Atribut mutu yang akan dianalisis ditentukan, misalnya kerenyahan,
warna, bau susu, rasa asin, dan rasa gurih.
 Disiapkan tiga buah keripik berbeda sebagai contoh yaitu Keripik I
(Keripik singkong Dua Kelinci),Keripik II (Kusuka), Keripik III
(Qtela rasa Original.
 Pada wadah sampel berkode 413 diberi contoh Keripik I, wadah
sampel berkode 422 diberi contoh Keripik II dan wadah sampel
berkode 439 diberi contoh Keripik III. Cara menyajikan sampel yaitu,
sampel disimpan di atas piring kecil (wadah) yang sudah ada kodenya
masing-masing (diusahakan besarnya masing-masing sampel sama).
 Ketiga sampel tersebut disajikan kepada panelis secara bersamaan,
panelis diminta untuk mengisi formulir isian dengan memberi
peringkat dari angka 1 sampai dengan 3 berdasarkan tingkat
kerenyahan dan rasa asin.
Cara Kerja sebagai Panelis :
 Mempersiapkan diri di ruang tunggu sambil menunggu panggilan dari
Penyaji.
 Masuk ke ruang pengujian dan mendengarkan arahan dari penyaji
dengan baik.
 Panelis mendengarkan dan menyimak instruksi yang disampaikan oleh
penyaji.
 Melakukan pengujian, yaitu dengan cara mencicipi sampel. Kesan
yang diperoleh dituangkan di atas kertas fotmat uji sesuai dengan
arahan penyaji dengan jujur dan konsisten.
 Mengumpulkan format uji yang telah diisi.

4 Contoh kuesioner
UJI RANKING
Nama
Tanggal
Produk
Ujilah keempukan sample-sampel di bawah ini. Kemudian urutkan tingkat
keempukannya. Sample yang paling empuk diberi ranking satu, yang
mempunyai keempukan kedua diberi ranking 2 dan sample yang paling keras
diberi ranking ketiga. Tempatkan nomor kode sample di dalam kotak-kotak di
bawah ini.

1 2 3

5 Analisa data
Misalnya hasil pengujian menggunakan uji ranking adalah sebagai berikut :
B1 B2 B3
p1 2 1 3
p2 2 1 3
p3 2 1 3
p4 1 2 3
p5 1 3 2
p6 2 1 3
p7 2 1 3
p8 1 2 3

Tot 13 12 23
P = Panelis
B = Daging angsa
Untuk menganalisa hasil tersebut di atas, nilai ranking di transformasikan
kenilai skor menurut prosedur Fischer dan Yates (1942). Sample yang
mempunyai ranking pertama dari tiga tingkatan ranking menghasilkan nilai
0.85. Jika mengkonversi ranking selanjutnya maka ranking kedua (sari 3
tingkatan) akan mempunyai nilai 0 dan tingkat ketiga akan mempunyai nilai
negative dari nilai ranking pertama. Contoh lain, jika mempunyai 6 tingkatan
ranking maka nilai-nilai yang diperoleh adalah
Pertama = 1.27
Kedua = 0.64
Ketiga = 0.20
Keempat = - 0.20
Kelima = -0.64
Keenam = -1.27
Table hasil di atas dapat dikonversi menjadi table nilai skor, menjadi sebagai
berikut :
BA BB BC Total
P1 0 0.85 -0.85 0
P2 0 0.85 -0.85 0
P3 0 0.85 -0.85 0
P4 0.85 0 -0.85 0
P5 0.85 0 -0.85 0
P6 0 0.85 -0.85 0
P7 0 0.85 -0.85 0
P8 0.85 0 -0.85 0
Tot 2.55 3.40 -5.95 0
Table nilai skor tersebut kemudian dianalisis sidik ragamnya.
FK = 0
JK sample = ( (2.552 + 3.102 + (-5.95)2 )/8 – FK
= (53.465/8) – 0
= 6.68
JK panelis = 0/3 – 0 = 0
JK Total (JKT) = ( (02 + 02 + 02 + 0.852 + ….. + (-0.85)2 ) - FK
= 11.56
Tabel sidik ragam :
Variable df JK JKR F
Sample 2 6.68 3.34 9.54**
Panelis 7 0
Error 14 4.88 0.35
Total 23 11.56

Sample BH Bp BC
2.55 3.40 -5.95
Mean sample 0.32 0.43 -0.74
A B C
+0.43 0.32 -0.74

Standar error = √ (0.35/8) = √ 0.04375


= 0.209
2 3
rp (5 persen) 3.03 3.18
Rp 0.63 0.66
A – C = 0.43 – (-0.74) = 1.17 > 0.66 (R3)
A – B = 0.43 – 0.32 = 0.11 < 0.63 (R2)
A B C
B – C = 0.32 – (-0.74) = 0.06 > 0.63 (R2)
C secara nyata berbeda dengan A dan B.
Kesimpulan yang harus diambil adalah : daging angsa C secara nyata kurang
empuk dibandingkan dengan daging angsa A dan B pada tingkat atau level
5%.
6
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Uji statistik nonparametrik ialah suatu uji statistik yang tidak memerlukan adanya
asumsi-asumsi mengenai sebaran data populasi
2. uji Wilcoxon atau uji jumlah rang Wilcoxon adalah suatu cara nonparametrik yang
sangat sederhana untuk membandingkan dua populasi kontinu bila hanya tersedia
sampel bebas yang sedikit dan kedua populasi asalnya tidak normal
3. enam langkah pengujian Wilcoxon, yaitu:
1. Ho : µ1 = µ2
2. H1 : Tandingannya adalah µ1 < µ2 , µ1 > µ2 , atau µ1 ≠ µ2
3. Pilih taraf keberartian
4. Daerah kritis:
a. Semua nilai u yang memenuhi P(U ≤ u  Ho benar) < α bila n2 ≤ 8 dan
ujinya ekaarah;
b. Semua nilai u yang memenuhi 2P(U ≤ u  Ho benar) < α bila n2 ≤ 8 dan
ujinya dwiarah;
c. Semua nilai u yang lebih kecil atau sama dengan nilai kritis yang sesuai
dalam table bila 9 ≤ n2 ≤ 20
5. Hitung w1, w2, u1, u2dari sampel bebas berukuran n1 dan n2, dengan n1≤n2.
Dengan menggunakan yang terkecil diantara u1 dan u2 sebagai u, tentukanlah
apakah u jatuh pada daerah penerimaan atau pada daerah kritis.
6. Kesimpulan: tolak Ho bila u jatuh dalam daerah kritis; jika sebaliknya, terima
Ho.

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa Pengujian organoleptik


dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu kelompok uji pembedaan (different
test), kelompok uji pemilihan (preference test), kelompok uji deskriptif (uji
analitik), dan kelompok uji skalar (Soekarto, 1985). Salah satu contoh dari
kelompok uji skalar adalah uji rangking. Uji ranking pada umumnya dilakukan
untuk menentukan urutan sejumlah komoditas atau produk yang berbeda
intensitas sifatnya. Selain itu juga, uji ranking dapat digunakan untuk
memperbaiki mutu produk dan memilih contoh yang terbaik. Dan cara analisis
data uji rangking dapat menggunakan metode antara lain:
1. Metode rata-rata
2. Metode tabel Krammer
3. Metode tabel fisher-yates
4. Metode analisis perbandingan frekuensi
5. Metode analisis perbandingan ganda
6. Metode analisis komposit. (Nur Aini dkk, 2013)

3.2 Saran
Dalam mempelajari statistika nonparametrik kita telah tahu banyak mengenai
uji Wilcoxon tetapi belum tahu tentang pengaplikasiannya. Untuk itu saran dari
penulis, diharapkan kepada pembaca agar sudi kiranya untuk menelaah lebih
mendalam mengenai pengaplikasian statistika nonparametrik khususnya mengenai uji
Wilcoxon dan Uji Peringkat/ Ranking.
DAFTAR PUSTAKA

Walpole, Ronald E. 1986.Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung:
ITB

Mangkuatmodjo, Soegyarto. 1999. Statistika Lanjutan. Jakarta: Rineka cipta

Boedijoewono, Noegroho. 2007. Pengantar Statistika. Yogykarta: UGM

Aini, Nur dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Evaluasi Sensori. Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan, Purwokerto.
Anonim. 2013. “Ranking” (on-line).
http://en.wikipedia.org/wiki/Ranking, diakses pada 30 Maret 2013.

Anonim. 2014. “Uji Ranking” (on-line).

http://www.scribd.com/doc/96109695/Uji-Ranking. Di akses pada 29 April 2014.

Jellinek, Gissel. 1985. Evaluation of Food. Bills Howard Limitted. England.

Anda mungkin juga menyukai