I. Kajian Teori
A. Pengertian
Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulasi eksternal; persepsi palsu (Maramis, 1998). Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan
gejala halusinasi adalah gangguan maniak depresif dan delirium (Muhith,2015).
B. Dimensi Halusinasi
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-
obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berat karena masalah yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa
dan menakutkan.
c) Dimensi intelektual
Seorang individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego walaupun pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk
melawan impuls yang menekan. Namun hal tersebut menimbulkan kewaspadaan
yang dapat mengambil seluruh perhatian individu dan tidak jarang akan mengontrol
semua perilakunya.
d) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan
sehingga klien asyik dengan halusinasinya. Oleh karena itu, aspek penting dalam
melaksanakan intervensi keperawatan yaitu mengupayakan suatu proses interaksi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal bagi klien sehingga halusinasi tidak
berlangsung.
e) Dimensi spiritual
1
Secara spiritual, individu yang mengalami halusinasi mulai merasakan kehampaan
hidup dan merasakan asyik dengan halusinasinya. Sehingga hal ini dapat
menimbulkan suatu kondisi dimana halusinasi tersebut menguasai dirinya dan
individu kehilangan kontrol kehidupan.
C. Jenis – Jenis halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi, Stuart dan Larara 1908 membagi halusinasi menjadi
7 jenis yaitu :
1. Halusinasi Pendengaran
Karakteristinya meliputi mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering
suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata
yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap antara
2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh melakukan
sesuatu yang kadang-kadang dapat membahayakan.
2. Halusinasi Penglihatan
Karakteristiknya meliputi stimulus visual dalam bentuk kuatan cahaya, gambar
geometrik, gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3. Halusinasi Penghidu
Karakteristiknya meliputi membaui bau tertentu seperti bau darah, kemenyan
atau faeces yang umumnya tidak menyenangkan.
4. Halusinasi Pengcapan
Merasa mengecap, seperti rasa darah, urine, dan faeces
5. Halusinasi Derabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan berupa stimulus yang jelas, rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang.
6. Halusinasi Cenesthehe
Dimana klien merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinestetic
Merasakan pergerakan sementara, berdiri tanpa bergerak
D. Proses terjadinya Halusinasi
Halusinasi berkembang menjadi 4 fase (Habes, dkk, 1902):
2
1. Fase pertama (conforting)
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah,
kesepian klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang
menyenangkan untuk menglilangkan kecemasan dan stres. Cara ini menolong
untuk sementara.
2. Fase kedua (condeming)
Pencemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal. Klien berada pada tingkat “ Listening” pada halusinasi. Pemikian
internal menjadi menonjol. Gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila orang lain mendengar dan klien
tidak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan
halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang
lain atau tempat lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan
tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa
aman yang sementara.
4. Fase Keempat (conquerting)
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien mungkin berada
dalam dunia yang menakutkan dalam waktu yang singkat, beberapa jam atau
selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
E. Pohon masalah
4
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien halusinasi :
1. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi
2. Perubahan sesnsori persepsi halusinasi berhubungan menarik diri
3. isolasi sosial menarik diri berhubungan diri rendah.
5
Strategi pelaksanaan bagi klien
SP1 Identifikasi jenis halusinasi Klien
Identifikasi isi halusinasi Klien
Identifikasi waktu halusinasi Klien
Identifikasi frekuensi halusinasi Klien
Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
Identifikasi respons Klien terhadap halusinasi
Ajarkan Klien menghardik halusinasi
Anjurkan Klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian