Anda di halaman 1dari 2

Merajut karir sebagai tentara

Selama Revolusi Fisik (1946-1948), A.H. Nasution mempelajari arti dukungan rakyat


dalam perang gerilya ketika memimpin Divisi Siliwangi. Dari perang itu lahir gagasannya
tentang metode perang gerilya sebagai bentuk perang rakyat. Metode perang ini kemudian
dikembangkan menjadi Perintah Siasat No. I ketika terjadi Agresi Militer II (1948-1949).
Perintah itu berisi tentang persiapan perang gerilya yang kemudian dikenal sebagai doktrin
pertahanan rakyat total. Sampai saat ini Doktrin itu masih dianut oleh TNI.

 Pada tahun 1940, Nasution mendaftar sebagai calon perwira cadangan Belanda.
 Tahun 1942 pertama kali Nasution perang melawan Jepang di Surabaya tetapi
pasukannya kalah telak dan ia melarikan diri ke Bandung.
 Tahun 1943 ia masuk militer lagi dan menjadi Wakil Komandan Barisan Pelopor di
Bandung.
 Tahun 1945, setelah Jepang kalah perang, Nasution turut terlibat mendirikan Badan
Keamanan Rakyat.
 Bulan Maret 1946,  Nasution diangkat menjadi Panglima Divisi III/Priangan
 Bulan Mei 1946, Nasution dilantik Presiden Soekarno menjadi Panglima Divisi
Siliwangi.
 Bulan Februari 1948, diangkat menjadi Wakil Panglima Besar TNI (orang kedua
setelah Jenderal Soedirman).
 Akhir 1949, diangkat menjadi KSAD.  

Sebagai tentara, Nasution merupakan sosok yang berusaha menjauhkan diri dari pusat
kekuasaan. Meski mengagumi Soekarno, namun ia sering terlibat perselisihan dengan
Sukarno. Permusuhan dengan Sukarno mencapai puncaknya ketika Nasution tidak bisa
menerima intervensi politisi sipil dalam persoalan internal militer. Kemudian Nasution
mengajukan petisi agar Sukarno membubarkan Parlemen pada 17 Oktober 1952. Tetapi dari
petisi yang dilayangkanya Nasution dicopot dari jabatannya karena dianggap menekan
Sukarno.

Melangkah ke dunia politik


Sukarno sadar dia tidak dapat menengahi konflik internal Angkatan Darat yang tak
kunjung reda, sehingga tahun 1955 Sukarno memberikan jabatan yang sama KSAD kepada
Nasution. Pengangkat menjadi KSAD saat itu  mencairkan hubungan keduanya yang sempat
menegang. Bahkan saat itu Nasution ditunjuk sebagai cofonnateur dalam pembentukan
Kabinet Karya dan Kabinet Kerja.
Tahun 1957, di Sulawesi terjadi pemberontakan PRRI Permesta. Sukarno menyatakan
negara dalam keadaan perang. Kemudian Nasution dilibatkan kedalam konflik terebut untuk
mematahkan aksi pemberontakan PRRI Permesta dengan hasil yang menggembirakan.
Tetapi, di konstitusi, anggota parlemen terus berdebat tentang UUD baru yang nampaknya
tidak sesuai dengan keadaan politik RI saat itu.
Pertengahan 1959, perdebatan menjurus pada perpecahan. Sebagai orang yang
bertanggungjawab atas kelangsungan Republik Indonesia, Nasution mengajukan gagasan
pada Presiden untuk ‘menghidupkan kembali ke UUD 1945’.  Sehingga pada tangga1 5 Juli
1959, keluarlah Dekrit Presiden.
Persahabatan Nasution dan Sukarno tidak berlangsung lama sebab sejak awal 1960-
an, hubungan kedua tokoh itu mulai renggang. Nasution tidak bisa menerima sikap Bung
Kamo yang dekat dengan PKI. Pertentangan tersebut berubah menjadi persaingan terbuka
setelah peristiwa G30S.

Hampir menjadi korban Kudeta Gagal PKI


Nasution nyaris menjadi korban G30S. Namanya masuk dalam daftar penculikan.
Beruntung, Nasution dapat lolos dari sergapan Pasukan Untung, walaupun puterinya, Ade
Irma Suryani harus menjadi korban.  Karakter Nasution yang berani terang-terangan
menentang komunis sebelumnya pernah ia lakukan pada tahun 1948 ketika memimpin
pasukan Siliwangi menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Maka tidak mengherankan
ketika geger PKI tahun 60-an, Nasution ikut ke dalam pertentangan arus politik tersebut.

Nasution disingkirkan
Nasution setidaknya pernah menjalin kedekatan dengan Suharto pasca pengangkatan
Suharto menjadi Presiden. Namun hubungan romantis itu tidak berlangsung lama. Setelah
Soeharto berkuasa, Nasution malah disingkirkan karena ativitas politiknya dalam Petisi 50
yang dianggap merongrong kekuasaan Suharto, sehingga pada tahun 1972, Nasution
dipensiunkan dini dari dinas militer. Sejak saat itu Nasution tersingkir dari panggung politik.

Akhir hayat Nasution


Masa kejayaan Nasution telah redup. Kehidupan Nasution semakin kacau ketika
sempat dibelit persoalan hidup. Rumahnya di JI. Teuku Umar Jakarta, tampak kusam dan
tidak pernah direnovasi bahkan pasokan air bersih ke rumahnya diputus, tak lama setelah
Nasution dipensiunkan.
Setelah 21 tahun dikucilkan, tiba-tiba Nasution dirangkul lagi oleh Soeharto. Pada
tanggal 5 Oktober 1997, bertepatan dengan hari ABRI, prajurit yang telah tua dan dikenal taat
beribadah itu dianugerahi pangkat Jenderal Besar bintang lima. Di Indonesia hanya ada dua
jenderal yang menyandang bintang lima selain dirinya yaitu Soedirman dan Soeharto.
Pada tanggal 6 September 2000, pukul 07.30 WIB, Abdul Haris Nasution tutup usia di RS
Gatot Soebroto.

Anda mungkin juga menyukai