A.H Nasution
A.H Nasution
Pada tahun 1940, Nasution mendaftar sebagai calon perwira cadangan Belanda.
Tahun 1942 pertama kali Nasution perang melawan Jepang di Surabaya tetapi
pasukannya kalah telak dan ia melarikan diri ke Bandung.
Tahun 1943 ia masuk militer lagi dan menjadi Wakil Komandan Barisan Pelopor di
Bandung.
Tahun 1945, setelah Jepang kalah perang, Nasution turut terlibat mendirikan Badan
Keamanan Rakyat.
Bulan Maret 1946, Nasution diangkat menjadi Panglima Divisi III/Priangan
Bulan Mei 1946, Nasution dilantik Presiden Soekarno menjadi Panglima Divisi
Siliwangi.
Bulan Februari 1948, diangkat menjadi Wakil Panglima Besar TNI (orang kedua
setelah Jenderal Soedirman).
Akhir 1949, diangkat menjadi KSAD.
Sebagai tentara, Nasution merupakan sosok yang berusaha menjauhkan diri dari pusat
kekuasaan. Meski mengagumi Soekarno, namun ia sering terlibat perselisihan dengan
Sukarno. Permusuhan dengan Sukarno mencapai puncaknya ketika Nasution tidak bisa
menerima intervensi politisi sipil dalam persoalan internal militer. Kemudian Nasution
mengajukan petisi agar Sukarno membubarkan Parlemen pada 17 Oktober 1952. Tetapi dari
petisi yang dilayangkanya Nasution dicopot dari jabatannya karena dianggap menekan
Sukarno.
Nasution disingkirkan
Nasution setidaknya pernah menjalin kedekatan dengan Suharto pasca pengangkatan
Suharto menjadi Presiden. Namun hubungan romantis itu tidak berlangsung lama. Setelah
Soeharto berkuasa, Nasution malah disingkirkan karena ativitas politiknya dalam Petisi 50
yang dianggap merongrong kekuasaan Suharto, sehingga pada tahun 1972, Nasution
dipensiunkan dini dari dinas militer. Sejak saat itu Nasution tersingkir dari panggung politik.