Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “Pendidikan Anak Tunanetra & Pendidikan anak Tunarungu dan Anak
dengan Gangguan Komunikasi”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan normal.Banyak di
antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau
memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan
penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak
berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan adanya
pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang
terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan
mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan atau
kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila dibandingkan dengan nak yang
normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat
perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik
motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi
social, serta kreatifitasnya.Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan
khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan
dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-
aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara
besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu
perubahan perilaku kearah pendewasaan.
B. Tujuan
PEMBAHASAN
MODUL 5
Anak tuna rungu merupakan anak berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan dalam
pendengarannya, sehingga berdampak negatif bagi perkembangannya.Oleh karena itu perlu
mendapatkan layanan pendidikan khusus pada sekolah khusus, sekolah reguler maupun pendidikan
inklusi.
Kegiatan Belajar 1
A. Definisi
1. Definisi Tunarungu
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu artinya
pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu
mendengar suara yang pada umumnya ada pada ciri fisik orang tunarungu.
2. Klasifikasi Tunarungu
2) tunarungu sedang
3) Tunarungu berat
· Banyak bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran untuk proses menerima
informasi
2. Ketunarunguan pasca bahasa, Yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan
bicara dan bahasa berkembang
1. Tunarungu tipe konduktif , Yaitu tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan telinga bagian luar
dan tengah
2. Tunarungu tipe sensorineural , Yaitu tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan telinga bagian
dalam serta syaraf pendengaran
3. Tunarungu tipe campuran , Yaitu tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan telinga bagian
luar dan tengah dan dalam/syaraf pendengaran
Penyebab : Benturan keras pada telinga karena jatuh, Peradangan/infeksi telingan bag tengah,
Otosclerosis terjadi pertumbuhan tulang pada kaki tulang stapes
a. Ketunarunguan disebabkan faktor genetik , Yaitu tunarungu yg disebbkan oleh keturunan dari
orang tua kepada anaknya.
· Trauma akustik
1. Sebelum nikah
b. Jika ibu ada virus pada vagina maka lahirkan dng caesar
Yaitu gangguan yang dialami seseorang dalam penyampaian informasi baik melalui verbal,non
verbal, tekanan, intonasi, kualitas suara dsb.
E. Klasifikasi
3. Gangguan Suara (Kelainan kualitas suara , Kelainan pada titi nada suara , Kelainan intensitas
suara, Fleksibelitas suara)
Kemampuan berbicara dan berbahasa diperoleh melalui proses peniruan bunyi-bunyi bahasa.
Kemampuan berbicara tersebut diperoleh melalui tahapan-tahapan tertentu, tahapan normal
( Robert M. Smith, & John T. Neiswork) tersebut adalah sebagai berikut :
Kesulitan berkomunikasi yang dialami anak tunarungu, mengakibatkan mereka memiliki kosakata
yang terbatas, sulit mengartikan ungkapan bahasa yang mengandung kiasan, kata-kata abstrak, serta
kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
Perkembangan kecerdasan anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan mereka yang mendengar.
Disamping itu , bahasa merupakan kunci masuknya berbagai ilmu pengetahuan sehingga
keterbatasan dalam kemampuan berbahasa menghambat anak tunarungu untuk memahami
berbagai pengetahuan lainnya.
Anak tunarungu cenderung memiliki prestasi akdemik yang rendah, disbanding anak yang
mendengar seusianya pada mata pelajaran yang bersifat verbal seperti Bahasa Indonesia, IPA, IPS
PKn, Matematika dan seni rupa.
Pada umumnya, keluarga yang mempunyai anak tunarungu mengalami banyak kesulitan untuk
melibatkan anak tersebut dalam keadaan dan kejadian sehari-hari agar ia tahu dan mengerti apa
yang terjadi dilingkungannya. Apabila keluarga memberikan perhatian dan dukungan yang penuh
serta melaksanakan intervensi dini, anak tunarungu dapat lebih menyesaikan diri dengan
lingkungannya. Sikap yang dimaksud adalah :
Pada aspek fisik, anak tunarungu tidak banyak mengalami hambatan. Namun pada sebagian
tunarungu ada pula yang mengalami gangguan keseimbangan sehingga cara berjalannya kaku dan
agak membungkuk.
Pada aspek kesehatan, umumnya anak tunarungu dapat merawat diri sendiri.
Ilmu pengetahuan disampaikan melalui bahasa, sehingga untuk memahami pengetahuan tersebut,
seseorang harus memahami bahasa terlebih dahulu. Gangguan dalam kemampuan berbahasa dapat
menghambat seseorang dalam mengembangkan kemampuan akademiknya.
Kegiatan Belajar 3
Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunarungu dan Anak dengan Gangguan Komunikasi
Masalah utama akibat ketunarunguan bukan terletak pada ketidskmampuannya berbicara sebagai
sarana komunikasi lisan, melainkan terhambatnya kemampuan berbahasa secara keseluruhan.oleh
karena itu anak tunarungu membutuhkan layanan untuk mengembangkan kemampuan
kebahasaannya, melalui layanan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) adalah layanan
khusus yang merupakan suatu kesatuan antara pembinaan komunikasi dan optimalisasi sisa
pengendaran untuk mempersepsi bunyi dan irama.
1) Sekolah khusus
b. System integrasi
2. Metode komunikasi
a. Metode oral-aural
a. Apabila anda sedang memberikan penjelasan kepada siswa, hendaknya posisi anda selalu
berhadapan dengan siswa (face to face)
b. Siswa tunarungu ditempatkan di bagian depan untuk mempermudah siswa membaca ujaran
guru
4. Strategi Pembelajaran
a. Strategi individualisasi
b. Strategi kooperatif
5. Media pembelajaran
Media visual yang dapat digunakan antara lain gambar, grafik, realita, model atau tiruan, slides.
Media audio yang dapat digunakan antara lain anata lain seperti program kaset suara seperti
membedakan suara binatang.
6. Fasilitas pendukung
Adanya sumber yang dilengkapi dengan berbagai media, seperti mengembangkan layanan
kemampuan berkomunikasi oral.
7. Penilaian (assessment)
Penilaian terhadap anak tunarungu dapat dilakukan dengan cara tes, pengamatan, pemberian tugas,
wawancara, portofolio,
C. Profil Pendidikan Anak Dengan Gangguan Komunikasi
Pendidikan untuk anak dengan gangguan komunikasi tergantung jenis gangguan komunikasi dan
hambatan lain yang dialami anak tersebut, karena banyak gangguan komunikasi yang merupakan
hambatan utama yang dialami anak. Mereka memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan
hambatan utamanya serta layanan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai anak yang
memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka
secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan
bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.
Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus,
dukungan sosial yang kuat dari tetangga dan lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus tersebut,
dan yang terakhir adalah peran aktif pemerintah dalam menjadikan pelayanan kesehatan dan
konsultasi bagi anak berkebutuhan khusus.