Anda di halaman 1dari 12

A.

Kurikulum 2013
1. Gambaran Perubahan KTSP menjadi Kurikulum 2013

KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang


dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik
sekolah/daerah sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. 
Kurikulum KTSP yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum yang memberikan
otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya tugas itu akan
diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru. Sehingga seorang guru
disini menurut Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional
yang menuntuk kereatifitasan seorang guru.
Menurut Mulyasa (2009), Kurikulum yang kita pakai sekarang ini masih banyak
kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak lain adalah (1) kurangnya
sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP dengan kata lain masih rendahnya
kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam
menjalankan pendidikan. (2) kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah. (3)
konten kurikulum dalam KTSP masih sangat padat.
Menurut Nasution (2008), Perubahan kurikulum dapat kecil dan sangat terbatas, dapat
pula luas dan mendasar. Perubahan itu dapat berupa :
1. Substitusi : mengganti buku pelajaran
2. Alterasi : menambah atau mengurangi jam pelajaran bidang studi tertentu
3. Variasi : Perubahan metode
4. Restrukturisasi : Penambahan team guru untuk mendapatkan tenaga dan fasilitas baru
5. Orientasi Baru : Perubahan orientasi pengajaran.

Jadi Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-
integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam
menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan
masa depan.
2. Rancangan Kurikulum 2013
a. Landasan Penngembangan Kurikulum 2013

Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan


kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan
dan teknologi. Penyempurnaan Kurikulum 2013 juga memiliki beberapa landasan sebagai
dasar pengembangannya.Diantaranya yaitu (1) landasan yuridis, (2) landasan filosofis, (3)
landasan teoritis dan (4) landasan empiris. Hal tersebut di jelaskan secara rinci di dalam draf
kurikulum 2013 yaitu sebagai berikut:

1) Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum 2013 adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23
tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
2) Landasan Filosofis
Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan
keunggulan budaya di masa lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi
budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik
tersebut hidup dan mengembangkan diri. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan
pada kurikulum 2013 yang dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa kini
perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik menggunakannya bagi
kehidupan masa depan terutama masa dimana dia telah menyelesaikan pendidikan
formalnya.
3) Landasan Teoritis
Pada Kurikulum 2013, kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan yang
di dasarkan pada standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan
standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil
belajar yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai
Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas minimal
lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005).
4) Landasan Empiris
Pada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah bayang-bayang resesi
dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai dengan 2008 berturut-turut 5,7%,
5,5%, 6,3%, 2008: 6,4%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN sebesar 6,5 – 6,9 %
(Agus D.W. Martowardojo, dalam Rapat Paripurna DPR, 31/05/2012). Momentum
pertumbuhan ekonomi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan.

Hasil studi PISA (Program for International Student Assessment), yaitu studi yang
memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA, menunjukkan peringkat Indonesia
baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil studi TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada
ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori,
analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan
(4) melakukan investigasi.

b. Relevansi Kurikulum 2013


Perkembangan kurikulum yang relevan adalah pengembangan kurikulum yang dapat
menghasilkan lulusan yang terlibat dalam proses produksi dengan menggunakan teknologi
tertentu. Soetopo dan Soemanto dan Subandijah mengungkapkan relevansi sebagai berikut :
1.      Relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik

2.      Relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan dating

3.      Relevansi pendidikan dengan dunia kerja

4.      Relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan

Berikut ini analisis relevansi kurikulum 2013 :


1.      Relevansi internal

Antara tujuan, isi, metode, dan evaluasi belum relevan jika dilihat dari metode yang
masih belum jelas dan evaluasi yang tidak dipaparkan dengan lugas. Indikasi yang dominan
dalam pendidikan adalah evaluasi pembelajaran . Evaluasi pembelajaran yang menjadi
budaya pendidikan adalah Ujian Nasional (UN) . Jika kurikulum 2013 sudah diresmikan ,
tentu evaluasi pembelajaran tersebut tidak relevan dengan asumsi dasar penyusunan
kurikulum 2013.
2. Relevansi eksternal
Relevansi dengan hidup siswa
Antara proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum masih kurang relevan dengan
lingkungan hidup siswa karena menurut pemerintah (kemendikbud) seolah-olah
menyamakan lingkungan hidup siswa di sekolah.
Relevansi dengan perkembangan jaman
Penetapan kurikulum 2013 belum sesuai dengan perkembangan jaman.
Relevansi dengan tuntutan dunia kerja
Dilihat dari teorinya, tujuan kurikulum 2013 dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik,
sudah relevan dengan tuntutan dunia kerja namun dalam prakteknya belum bisa dipastikan
karena kurikulum 2013 itu belum di implementasikan.

c. Dampak kurikulum 2013


1) Dampak Positif
a. Meringankan biaya untuk pembelian buku pembelajaran karena dalam kurikulum
2013, pemerintah menyediakan buku gratis bagi setiap siswa
b. Mendorong siswa untuk kreatif
c. Membuat siswa bisa menentukan minat untuk menentukan jurusannya dari awal
masuk sekolah
d. Dengan penambahan dan pengurangan jam mata pelajaran , maka anak justru akan
terkontrol dengan kegiatan di sekolah.
e. Orientasi 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara  kompetensi
sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan
dengan amanat UU No 20 tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal
35 : kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemempuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.
2) Dampak Negatif
a. Kurikulum 2013 ini justru kurang focus karena menggabungkan mata pelajaran IPA
dengan Bahasa Indonesia di SD ini terlalu ideal karena tidak mempertimbangkan
kemampuan guru serta tidak dilakukan uji coba dulu di sejumlah sekolah sebelum
diterapkan.
b. Selain itu dalam perubahan kurikulum dengan langkha pemerintah yang tergesa –
gesa ini, harusnya tidak memberatkan dan meresahkan masyarakat terkait
implementasi dilapangan nanti.
c. Adanya kebijakan menghapus beberapa mata pelajaran di jenjang
SD/SMP/SMA/SMK yang dapat mengakibatkan para guru kehilangan pekerjaan,
kesempatan berkarir, kesempatan mengembangkan pengetahuan, dan kehilangan
tunjangan profesi kependidikan.
d. Kurikulum 2013 justru ada kecenderungan untuk semakin mengkerdilkan peran
guru. Guru tidak dilatih dan dididik untuk kreatif, peka terhadap kebutuhan, dan
mengerti perbedaan masing-masing peserta didik, namun dilatih untuk menjalankan
panduan yang terdapat dalam buku yang dirilis secara nasional.
e. Menghabiskan anggaran pemerintah dengan perkiraan dana 2,94 triliun.
f. Dalam kurikulum 2013, guru tidak lagi diwajibkan untuk membuat silabus atau
bahan ajar . Ini berbeda dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Guru
seakan disuruh terpaku pada isi buku panduan tersebut karena apa yang akan
diajarkan hingga rancangan kegiatan belajar mengajar (KBM) sudah di atur di
dalamnya.
B. Analisis Pengembangan Indikator
1. Pengertian Indikator
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran
(Amir Hamzah, 2019: 99).Pengembangan indikator, kegiatan pembelajaran, materi
pembelajaran, dan penilaian merupakan hal pokok dalam pencapaian kemampuan
minimal penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan..
Kewajiban dalam mengembangkan indikator tertuang dalam Permendiknas Nomor 20
Tahun 2007 tentang Standar Penilaian. Berdasarkan panduan pengembangan indikator,
maka hal-hal yang perlu diperhatikan, adalah:
a. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator.
b. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompotensi yang tertuang dalam kata kerja
yang digunakan dalam KI dan KD.
c. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
d. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat
kompetensi dan materi pelajaran.
e. Indikator harus mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan
kata kerja operasinal yang sesuai.
f. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang
mencakup ranah pegetahuan, sikap, dan/atau keterampilan.
2. Langkah-langkah Pemetaan Indikator
a. Menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan KD
Dengan cara melihat tingkat kompetensi yang terdapatpada KD, kriteria yang dapat
dilakukan dengan menganalisis kata kerja operasional (KKO) yang digunakan oleh
KD. Apabila tingkat kompetensi pada KD sampai pada level C2 (penerapan) maka
indikator yang dikembangkan harus mencapai kompetensi C2., kompetensi
berikutnya sebaiknya C3 dan tidak dibenarkan kembali ke C1.
b. Menganalisis Indikator berdasarkan tingkat UKRK kompetensi pada KD
UKRK (Urgensi, Kontinuitas, Relevansi, Keterpakaian) Urgensi adalah tingkat
kepentingannya; bahwa indikator tersebut penting dikuasai oleh peserta didik.
Kontinuitas adalah berkelanjutan, bermakna bahwa indikator tersebut akan menjadi
dasar bagi indikator selanjutnya atau akan mempunyai hubungan dengan indikator
pada tingkat lanjut. Relevansi bermakna bahwa indikator tersebut mempunyai
hubungan dengan mata pelajaran lain. Keterpakaian berimplikasi bahwa indikator
tersebut memiliki nilai yang aplikatif dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat.
c. Klasifikasikan Indikator dalam tiga tingkatan
1) Indikator Kunci merupakan indikator yang sangat memenuhi kriteria UKRK.
Kompetensi yang dituntut pada indikator kunci adalah kompetensi minimal yang
terdapat pada KD.
2) Indikator Pendukung merupakan indikator yang membantu peserta didik
memahami indikator kunci.
Indikator pengayaan sesuai dengan makna pengayaan, indikator pengayaan
merupakan indikator yang mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari
tuntutan kompetensi standar minimal KD.

C. Pengembangan Indikator dan Tujuan Pembelajaran

Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan


indikator, yaitu: (1) indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator; dan
(2) indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang
di kenal sebagai indikator soal.

Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja


operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat
kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.

Menurut PERMENDIKNAS no.41 tahun 2007 tentang Standar Proses, disebutkan


bahwa Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. Indikator
kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran,
dirumuskan dengan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, mencakup
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.

1. Fungsi Indikator

Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan


pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD. Indikator berfungsi sebagai berikut:

a. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran.

Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang


dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam
pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan.

b. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran.

Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi dapat dicapai
secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator
yang dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan
pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. Pedoman dalam mengembangkan
bahan ajar.

c. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar.

Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi


hasil belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan
jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan indikator
penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan
tuntutan SK dan KD.
2. Manfaat Indikator Penilaian
Untuk melihat ketercapaian kompetensi dasar perlu ditetapkan indikator-indikator
yang lebih spesifik yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk penilaian. Kriteria
untuk menetapkan seseorang sudah mempunyai kompetensi atau tidak adalah dengan
menggunakan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM).Jika belum tuntas maka perlu
diadakan pembelajaran remidial. Oleh karena itu kita dapat menyimpulkan bahwa
penetapan indikator ketercapaian adalah untuk melihat ketercapaian kompetensi secara
individu .

Indikator Penilaian bermanfaat bagi :

a) guru dalam mengembangkan kisi-kisi penilaian yang dilakukan melalui tes (tes
tertulis seperti ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir
semester, tes praktik, dan/atau tes perbuatan) maupun non-tes;
b) peserta didik dalam mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes maupun non-tes.
Dengan demikian siswa dapat melakukan self assessment untuk mengukur
kemampuan diri sebelum mengikuti penilaian sesungguhnya;
c) pimpinan sekolah dalam memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan
pembelajaran dan penilaian di kelas; dan
d) orang tua dan masyarakat dalam upaya mendorong pencapaian kompetensi siswa
lebih maksimal

a. Merumuskan Indikator

Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai


berikut:

1) Indikator dirumuskan dari KD 

2) Menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur

3) Dirumuskan dalam kalimat yang simpel, jelas dan mudah dipahami.

4) Tidak menggunakan kata yang bermakna ganda


5) Hanya mengandung satu tindakan.

6) Memperhatikan karakteristik mata pelajaran, potensi & kebutuhan peserta didik,


sekolah, masyarakat dan lingkungan/daerah;

7) Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator


8) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam
kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai
tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi
kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik.
9) Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
10) Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat
kompetensi dan materi pembelajaran.
11) Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
1) Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian
yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.

b. Mengembangkan Indikator Penilaian

Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari indikator


(indikator pencapaian kompetensi).Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk
dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di
sekolah.Dengan demikian indikator penilaian bersifat terbuka dan dapat diakses
dengan mudah oleh warga sekolah.Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes dan
non-tes harus sesuai dengan indikator penilaian.

Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan


dengan indikator (indikator pencapaian kompetensi).Rumusan indikator penilaian
memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi instrumen
penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya atau
produk, termasuk penilaian diri.
3. Tujuan Pembelajaran
Adapun Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.Kata kunci dalam
tujuan pembelajaran (objective) adalah very specific, outcome based, measurable,
describe student behavior. Tujuan adalah alat untuk menggambarkan hasil siswa, tujuan
mengarahkan pembelajaran agar efektif. Selain itu, tujuan pembelajaran berfungsi
sebagai panduan siswa untuk mengetahui apa yang diharapkan dari belajar siswa. Juga
digunakan untuk dasar pemilihan media pembelajaran dan dasar bagaimana cara
membelajarkan. Tujuan dapat diklasifikasikan menurut hasil pembelajarannya dimana
hasil pembelajaran biasanya digolongkan menjadi kognitif, psikomotor, dan afektif.

Menurut (Suwono,2007) tujuan pembelajaran dapat dirumuskan dalam dua


bentuk, yaitu bentuk apa yang akan dilakukan guru dan apa yang akan dikuasai siswa.
Misalnya: menjelaskan konsep komposisi fungsi melalui menelaah syaratsyarat
terjadinya fungsi komposisi (sisi guru) dan menentukan komposisi fungsi dari dua fungsi
(sisi siswa). Dengan memperhatikan hal tersebut, kita dapat memandang bahwa tujuan
pembelajaran menggambarkan proses belajar yang direncanakan guru untuk
membelajarkan siswa dan hasil belajar siswa yang diharapkan.

.
Terdapat empat unsur pokok dalam perumusan tujuan pembelajaran, diantaranya :
a. Audience
Secara bahasa audience berarti pendengar.Dalam konteks pembelajaran yang
dimaksud audience adalah siswa. Audience merupakan subjek sekaligus objek dalam
pembelajaran.Maka, dalam tujuan pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai
subjek sekaligus objek dalam pembelajaran.
b. Behavior
Behavior adalah tingkah laku atau aktivitas suatu proses. Dalam konteks
pembelajaran, behavior nampak pada aktivitas siswa dalam pembelajaran.Oleh sebab
itu, pembelajaran tanpa adanya tingkah laku atau aktivitas dari siswa tidak mungkin
dilakukan. Dalam perumusan tujuan pembelajaran gambaran behavior aktivitas siswa
ditulis menggunakan kata kerja operasional seperti: menyimak, menyebutkan,
membedakan, menjelaskan, dan masih banyak lagi. Penggunaan kata kerja
operasional dalam suatu tujuan pembelajaran tidak boleh lebih dari satu.Artinya
dalam sebuah aktivitas pembelajaran, siswa tidak boleh melakukan lebih dari satu
perbuatan.Maka, siswa harus fokus pada satu perbuatan agar pembelajaran lebih
optimal.
c. Condition
Condition atau kondisi diartikan sebagai suatu keadaan.Dalam konteks
pembelajaran, condition adalah keadaan siswa sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas pembelajaran, serta persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang
diharapkan dapat tercapai.Dalam perumusan tujuan pembelajaran, condition ditulis
dalam bentuk kata kerja.Kata kerja yang dimaksud adalah aktivitas yang harus
dilakukan siswa agar tercapai suatu perubahan perilaku yang diharapkan.
d. Degree
Dalam konteks ini degree berarti suatu perbandingan.Hal ini dimaksudkan
untuk membandingkan kondisi sebelum dan setelah belajar. Degree juga merupakan
tingkat penampilan yang dapat dilakukan oleh siswa setelah melalui suatu rangkaian
proses pembelajaran. Tingkat degree bergantung pada bobot materi yang akan
disajikan, serta sejauh mana siswa harus menguasai suatu materi atau menunjukan
suatu tingkah laku.
4. Contoh Indikator dan Tujuan Pembelajaran
Kelas 4 Tema 1
KD. 3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan
budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.
4.4 Menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di
Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.

Anda mungkin juga menyukai