Anda di halaman 1dari 24

E MODUL

METODE PENGUJIAN

BALAI PENGUJIAN MUTU DAN SERTIFIKASI PAKAN


BEKASI
Metode Pengujian
Kadar Air
Pengujian Kadar Air (SNI)
1. Pustaka
SNI 01-2891-1992 butir 5.1.

2. Prinsip
Kehilangan bobot pada pemanasan 105oC dianggap sebagai kadar air yang terdapat
pada sampel.

3. Ruang Lingkup
Metode ini dapat diterapkan untuk pengujian bahan baku pakan dan pakan jadi.

4. Cara Kerja

a. peralatan
1. Botol Timbang Tertutup (Vochdost)
2. Eksikator
3. Oven
4. Neraca Analitik

b. Cara Kerja
1. Timbang dengan seksama 1 – 2 g cuplikan pada sebuah botol timbang bertutup yang
sudah diketahui bobotnya. Untuk sampel berupa cairan, botol timbang dilengkapi
dengan pengaduk dan pasir kwarsa/ kertas saring berlipat.
2. Keringkan pada oven suhu 105oC selama 3 jam.
3. Dinginkan dalam eksikator.
4. Timbang, ulangi pekerjaan ini hingga diperoleh bobot tetap dimana selisih yang
diperoleh maksimal 0.0020 gram.

c. Perhitungan

(A + B - D)
Kadar Air = __________ x 100%
B

Keterangan:
A = berat vochdost kosong setelah oven
B = berat sampel, dalam gram
D = berat vochdost + sampel setelah oven, dalam gram
Pengujian Kadar Air (AOAC)
1. Pustaka
AOAC 2012, Bab 4 Butir 4.1.06 Metode 930.15.

2. Ruang Lingkup
• Penghilangan Kadar air (Moisture) dan penghitungan bahan kering pada suhu 1350C
selama 2 jam untuk hijauan.
• Metode ini tidak dapat digunakan ketika penetapan kadar lemak dilakukan pada
sampel yang sama.
• Metode ini tidak dapat diterapkan pada pakan yang mengandung urea, kadar gula
yang tinggi, bahan hasil fermentasi, produk susu dengan kandungan gula > 4%, atau
pada pakan yang mengandung produk-produk tersebut di atas.

3. Cara Kerja

a. peralatan
1. Botol Timbang Tertutup (Vochdost)
2. Eksikator
3. Oven
4. Neraca Analitik

b. Cara Kerja
1. Atur Oven udara pada suhu 135 ± 2ºC.
2. Gunakan cawan alumunium yang rendah dengan diameter 50 mm dan tinggi 40
mm.
3. Timbang sampel 2 g.
4. Masukkan sampel ke dalam masing-masing cawan alumunium dan atur hingga
isi cawan terdistribusi merata.
5. Masukkan cawan alumunium ke dalam oven sesegera mungkin dengan cawan
dalam keadaan tidak tertutup.
6. Panaskan sampel selama 2 jam ± 5 menit.
7. Tutup cawan alumunium dan pindahkan ke dalam desikator untuk didinginkan.
8. Timbang dan hitung kehilangan berat dari pengeringan sebagai perkiraan dari
H2O.

c. Perhitungan

(A + B - D)
Kadar Air = __________ x 100%
B

Keterangan:
A = berat cawan alumunium kosong setelah oven
B = berat sampel, dalam gram
D = berat cawan alumunium + sampel setelah oven, dalam gram
Metode Pengujian
Kadar Abu
Pengujian Kadar Abu (SNI)
1. Pustaka
SNI 01-2891-1992 butir 6.

2. Ruang Lingkup
Metode ini merupakan proses pengabuan zat-zat organik yang diuraikan menjadi air dan CO2,
tetapi bahan anorganik tidak.

3. Cara Kerja

a. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian kadar abu metode SNI yaitu
1. Cawan Porselein/Platina.
2. Tanur Listrik.
3. Neraca Analitik.
4. Desikator.

b. Cara Kerja
1. Timbang dengan seksama 2-3 g contoh ke dalam sebuah cawan porselein (atau platina) yang
telah diketahui bobotnya, untuk contoh cairan uapkan di atas penangas air sampai kering.
2. Arangkan di atas nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik pada suhu maksimum 550°C
sampai pengabuan sempurna (sesekali pintu tanur dibuka sedikit agar oksigen bisa masuk).
3. Dinginkan dalam desikator, lalu timbang hingga bobot tetap.

c. Perhitungan
Perhitungan Hasil Uji Lab

w1 - w 2
Kadar Abu = x 100 %
w

keterangan:
w = Bobot cuplikan (g)
w1 = Bobot contoh + cawan sesudah diabukan (g)
w2 = Bobot cawan kosong (g)
Pengujian Kadar Abu (AOAC)
1. Pustaka
AOAC 2012, Bab 4 Butir 4.1.10 Metode 942.05.

2. Ruang Lingkup
Metode ini dapat diterapkan untuk pengujian pakan jadi dan bahan baku pakan secara umum.

3. Cara Kerja

a. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian kadar abu metode AOAC yaitu
1. Cawan Porselein/Platina.
2. Tanur Listrik.
3. Neraca Analitik.
4. Desikator.

b. Cara Kerja
1. Timbang 2 g sampel.
2. Masukkan ke dalam cawan porselein dan tempatkan di dalam alat Tanur dengan suhu yang
sudah diatur pada 600°C.
3. Pertahankan suhu tersebut selama 2 jam.
4. Setelah 2 jam pindahkan cawan langsung ke dalam desikator, dinginkan dan segera timbang.
5. Tuliskan Persentase abu sampai 1 desimal di belakang koma.

c. Perhitungan
Perhitungan Hasil Uji Lab

w1 - w 2
Kadar Abu = x 100 %
w

Keterangan:
w = Bobot cuplikan (g).
w1 = Bobot contoh + cawan sesudah diabukan (g).
w2 = Bobot cawan kosong (g).
Metode Pengujian
Kadar Protein
Pengujian Kadar Protein Kasar Secara Kjeldahl

1. Pustaka
AOAC 2012, Bab 4 Butir 4.2.11. Metode 2001.11.

2. Ruang Lingkup
Metode ini dapat digunakan untuk penentuan dari kadar 0,5-50% N Kjeldahl (setara
dengan 3 – 300% kadar protein kasar) pada hijauan, pakan ternak, pakan hewan, biji-bijian,
dan minyak asal biji-bijian.

3. Prinsip
• Contoh di digesti dalam larutan H2SO4 untuk merubah bentuk protein N ke bentuk (NH4)
2SO4 pada titik didih tertentu yang diubah dengan adanya penambahan katalis K2SO4
dan Cu untuk mempercepat reaksi. Ammonia dibebaskan oleh adanya destilasi uap
alkaline dan dihitung secara titrimetri dengan asam yang sudah distandardisasi. Block
pemanas alumunium menambah efisiensi digesti.
• Hasil digesti harus mengandung residu H2SO4 untuk mempertahankan NH3. Air
ditambahkan secara manual atau automatis ke dalam hasil digesti untuk menghindari
tercampurnya konsentrasi alkali dan konsentrasi asam selain itu juga untuk mencegah
pengerasan hasil digesti. NaOH dengan konsentrasi tertentu ditambahkan untuk
menetralkan asam dan membuat dasar digesti, serta membebaskan NH3 ke dalam
larutan asam borak, yang kemudian dititrasi hingga mencapai titik akhir (end point) atau
perubahan warna, dengan larutan asam kuat HCl yang sudah distandarisasi. Sistem
deteksi titik akhir seperti indikator harus dapat digunakan untuk standarisasi HCl dan
pengujian contoh.
• Hasil dari pengujian contoh disebut sebagai protein kasar karena metode ini mendeteksi
kadar N, yaitu komponen dari semua protein. Jumlah protein hampir seluruh bahan
dikalkulasi dengan % N dengan faktor 6,25, karena hampir seluruh protein mengandung
16% N.
• Larutan H2SO4 dan NaOH yang digunakan adalah dengan konsentrasi tertentu dan
bersifat sangat korosif. Selalu menggunakan sarung tangan dan pelindung mata dalam
menangani bahan-bahan kimia tersebut. Jangan campur antara asam dan NaOH secara
langsung. Apabila terkena cipratan bahan kimia ke kulit atau ke dalam mata, siram
dengan air dengan jumlah yang banyak dan segera cari bantuan medis. Jangan hirup
asap sulfur oksida yang dihasilkan selama proses digesti berlangsung.

4. Cara Kerja

a. Peralatan

1. Block Digestor – dari bahan alumunium dengan pengatur suhu.


2. Tabung digesti – 250 mL.
3. Unit Destilasi – automatic titrasi atau titrasi manual.
4. Labu titrasi – Erlenmeyer 500 mL.
5. Fume exhaust manifold (penutup tabung digesti).
6. Kertas timbang, berkadar N rendah.
7. Dispensing Pipet – 25 mL.

b. Bahan
1. H2SO4 – konsentrasi 95-98%.
2. Katalis – 7.0 g K2SO4 + 0.8 g CuSO4 atau tersedia dalam bentuk tablet secara komersil
(3.5 K2SO4 + 0.4 g CuSO4 per tablet).
3. NaOH, berkadar N rendah (≤ 5 µg N/g).
4. Larutan Methyl Red indikator – larutkan 100 mg methyl red dalam 100 mL Methanol.
5. Larutan Bromocresol green Indikator – larutkan 100 mg bromocresol green dalam 100
mL Methanol.
6. Larutan Asam Borak – 4% (w/v). Larutkan 400 g H3BO3 dalam 5-6 L air terionisasi.
Campur dan tambahkan kembali air terionisasi hingga mencapai volume sekitar 9 L.
Dinginkan hingga mencapai suhu kamar dan tambahkan 100 mL Larutan Bromocresol
green Indikator dan 70 mL Larutan Methyl Red indikator, kemudian di tambah volume
H2O hingga mencapai volume 10 L.
7. Larutan HCl - 0.1000 N, dapat menggunakan larutan yang sudah dikomersilkan dengan
spesifikasi 0.0995-0.1005 M dan 0,1 M sebagai perhitungan atau tabel AOAC official
method 936.15 volume dari konsentrasi HCl yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan
Normalitas yang berbeda.
Perkiraan Normalitas mL HCl dalam 10
(N) l
0,01 8,6
0,02 17,2
0,10 86,0
0,50 430,1
1,00 860,1
Gambar 1. Tabel Perkiraan Normalitas Konsentrasi HCl

8. Larutan standar referensi – Ammonium Sulfate, Tryptophan, lysin, HCl atau glycin p-
toluenesulfonic acid, untuk digunakan sebagai standar 99.9%.
9. Sukrose – Bebas N.

c. Persiapan Pengujian Contoh


Giling contoh kering dengan ukuran mencapai 0.7-1 mm yang memberikan RSD < 2 %
begitu juga terhadap. Contoh diaduk untuk mencapai homogenitas.

d. Penentuan
1. Digesti
Nyalakan kompor digesti sampai mencapai suhu 4200C.
Timbang contoh masing-masing (w
Untuk contoh dengan 3 – 25% protein, timbang kira-kira 1 g contoh. Dengan 25 – 50 %
protein, kira-kira 0,5 g contoh : dan > 50 % protein.
Kira- kira 0,3 g contoh.
• Pakan kering, hijauan, ganelum, biji-bijian.
Timbang 1 g contoh aduk-aduk dan timbang dengan kertas timbang rendah Nitrogen.
Lipat kertas timbang yang berisi contoh dan masukkan ke dalam tabung kjeldahl.
• Contoh cair
Timbang > 1 g contoh yang sudah diaduk-aduk masukkan timbang. Pindahkan ke dalam
tabung kjeldahl dengan < 20 mL air suling. Cara lain, timbang > 1 g contoh ke dalam
beaker kecil. Pindahkan ke dalam tabung kjeldahl. Timbang kembali beaker tersebut.
Perbedaan berat merupakan berat contoh yang dipindahkan ke tabung.

2. Standar
Melakukan analisa kontrol kualitas dan analisa standar pada masing-masing macam-
macam garam ammonium dan glycine p. Toluence sulfonate yang pertama kali sebagai
cek dalam efisiensi distilasi dan akurasi titrasi karena merupakan digesti yang cepat.
Lysin dan nicotinic acid p lovene sulfonate sebagai cek dalam efisiensi digesti karena
sulit untuk digesti.
Timbang %N
Standar
(g) (secara teori)
Tryptophan (sigma T & 659) 0,2 13,72
Diammonium hidrogen 0,2 21,21
phosphate
Ammonium chloride 0,2 26,18
Ammonium dihidrogen 0,3 12,18
phosphate
Urea (NIST 2141) 0,1 46,63

Tabel 2. Standar Protein Kasar

3. Digesti
• Tambah 2 tabel katalis pada masing-masing tabung. Tambahkan 12 mL H2SO4 pada
msing-masing tabung menggunakan pipet dispenser; untuk contoh dengan lemak
tinggi (> 10%), tambahkan 15 mL, campurkan. Jika pencampuran mengeluarkan busa,
pelan-pelan tambahkan 3 mL H2O2 30-35%. Reaksi dilakukan dalam ruang asam atau
sistem exhaust. Simpan rak tabung dalam pemanas, tempatkan penutup tabung dan
nyalakan saluran air. Setelah 10 menit, kecilkan saluran air. Setelah asap asam masuk
dalam exhaust. Daerah kondensasi sebaiknya dalam tabung. Setelah asap
sulfuroxide diproduksi pada awal digesti, kurangi sumber vakum untuk mencegah
hilangnya H2SO4. Digesti ditambah 50 menit. Total digesti kira-kira 60 menit.
• Matikan kompor digesti. Simpan rak tabung dalam tempat exhaust, diamkan sampai
dingin 10 – 20 menit. Pendinginan dapat dilakukan dengan menggunakan blower
udara atau dengan ditempatkan pada saluran air. Ketika sudah tidak berasap,
pindahkan tabung dan matikan blower. Letakkan tabung yang sudah dingin.
• Gunakan sarung tangan dan pelindung mata. Sebelum menambahkan air suling. Hati-
hati menambahkan beberapa mL air suling pada masing-masing tabung. Jika ada
percikan, baung masih panas. Dinginkan beberapa menit lagi. Tambahkan air pada
masing-masing tabung sampai volume total kira-kira 80 mL.

4. Distilasi
• Tempatkan 40% NaOH dalam tangki alkali pada distilasi unit. Tambhakan volume 50
mL. Tempatkan tabung digesti dalam distilasi unit atau menggunakan otomatis jika
memungkinkan. Tempatkan 500 mL erlenmeyer titrasi yang berisi 30mL larutan H3BO3
dengan indikator penerima, dan celupkan kondenser ke sumber larutan H3BO3. (ketika
menggunakan sistem titrasi otomatis, titrasi segera setelah distilasi dimulai 1% H3BO3
dapat digantikan). Uap distilasi menjadi > 150 mL hasil distilasi yang dikumpulkan (
>180 mL volume total ) pindahkan larutan penerima. Titrasi H3BO3 larutan penerima
dengan standar 0,1000 M HCl sampai warna ungu. Catat mL HCl. Sampai terndah
mendekati 0,05 mL.
• Jika dilakukan dengan menggunakan uap distilasi dengan titrasi otomatis. Ikuti
instruksi untuk mengoperaskan distilasi/titrasi.

e. Verifikasi Recovery Nitrogen


Recovery N untuk mengecek akurasi prosedur dan alat
1. Nitrogen yang hilang
Gunakan 0,12 g (NH4)2SO4 dan 0,67 g sukrosa per botol. Tambahkan semua bahan
seperti dalam penentuan kadar protein dan distilasi dengan kondisi yang sama recovery
harus > 99 %.

2. Efisiensi Distilasi dan titrasi


Distilasi 0,12 g (NH4)2SO4 setelah digesti. Recovery harus > 99,5%.
3. Efisiensi digest
Gunakan 0,3 g acetanilide atau 0,18 g tryptlaphan dengan 0,67 g sukrose per botol.
Tambahkan semua reagen dalam E. Digesti dan distilasi dengan kondisi sama yang
digunakan sebagai penentuan. Recovery harus > 98%.

f. Perhitungan
Perhitungan Hasil Uji Lab

% Kjeldahl Nit = (VS – VB) x N x 14,01


W x 10

% PK = % Kjeldahl N x F

Keterangan :
Nit : Nitrogen
VS : Volume titrasi contoh
VB : Volume titrasi blanko
N : Normalitas standar HCl
W : Berat contoh / standar
10 : Faktor konversi mg/g ke persen (%)
14,01 : Berat atom unsur N
F : Faktor koreksi N Protein 5,70 untuk
kedelai dan 6,25 untuk produk
perikanan, peternakan dan hijauan
Metode Pengujian
Kadar Lemak Kasar
Pengujian Kadar Lemak Kasar (SNI)

1. Pustaka
SNI 01-2891-1992 butir 8.1.

2. Ruang Lingkup
Metode ini merupakan ekstraksi lemak bebas dengan pelarut non polar.

3. Cara Kerja

a. Peralatan
1. Kertas Saring.
2. Labu Lemak.
3. Alat Soxhlet.
4. Pemanas Listrik.
5. Oven.
6. Neraca Analitik.
7. Kapas Bebas Lemak.

b. Pereaksi
Heksana atau pelarut lemak lainnya.

c. Cara Kerja
1. Timbang dengan seksama 1-2 g contoh, masukkan ke dalam selongsong kertas yang
dialasi dengan kapas.
2. Sumbat selongsong kertas berisi contoh tersebut dengan kapas, keringkan dalam
oven pada suhu tidak lebih dari 80°C selama lebih kurang 1 jam, kemudian masukkan
ke dalam alat soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak berisi batu didih
yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya.
3. Ekstrak dengan heksana atau dengan pelarut lemak lainnya selama lebih kurang 6
jam.
4. Sulingkan heksana dan keringkan ekstrak lemak dalam oven pengering pada suhu
105° C.
5. Dinginkan dan timbang.
6. Ulangi pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap.

d. Perhitungan
Perhitungan Hasil Uji Lab

W2 – W1
% lemak = x 100%

Keterangan:
W = Bobot contoh (gram).
W1 = Bobot lemak sebelum ekstraksi (gram).
W2 = Bobot labu lemak sesudah ekstraksi (gram).
Pengujian Kadar Lemak Kasar (AOAC)

1. Pustaka
AOAC 2005, Bab 4 Butir 4.5.06 Metode 2003.06.

2. Ruang Lingkup
Metode ini dapat diterapkan untuk pengujian hijauan, sereal dan pakan jadi serta susu
kering atau produk susu, tepung ikan, atau minyak asal biji-bijian mulai konsentrasi kadar
lemak 0,5 - 100%.

3. Prinsip Kerja
Metode ini merupakan modifikasi dari metode ekstraksi yang menggunakan soxhlet,
yaitu menggantikan pemanasan sampel di dalam pelarut dan mengurangi waktu yang
diperlukan untuk ekstraksi. Pelarut organik akan melarutkan lemak, minyak, pigmen-
pigmen, dan bahan lain yang terlarut, yang selanjutnya dikumpulkan dan disebut lemak
kasar.
Karakteristik Solubilitas dari masing-masing pelarut berbeda dan akan menghasilkan
kadar lemak yang berbeda pula, oleh karena itu dalam hasil pengujian harus menyebutkan
jenis pelarut yang digunakan.

4. Cara Kerja

a. Peralatan
Alat ekstraksi beserta timble (selongsong) dan cawan ekstraksi dari foss tecator.

b. Bahan
1. Hexane dengan titik didih 40oC – 68.7oC.
2. Anhydrous diethyl ether.
3. Kapas, tidak berlemak. Rendam kapas medis di dalam hexane selama 24 jam ,
agitating beberapa kali selama perendaman, pindahkan dan keringkan hingga kering
udara. Kapas juga dapat di peroleh dari foss tecator dengan nomor katalog 1529-
0009.
4. Cellite 545- untuk Foss Tecator 1900-0014.

c. Preparasi Sampel
Untuk sampel pakan campuran kering, kehalusan sampel yaitu 0,75-1mm.

D. Cara Kerja
1. Timbang sampel sesuai tabel berikut :

Perkiraan Kadar Lemak Kasar Sampel yang ditimbang


(%) (g)
<2 5
5 2-4
10 1-2
> 20 1
Tabel 1. Penimbangan Kadar Lemak Kasar

2. Hasil penimbangan dicatat hingga 0,1 mg (S), catat juga nomor timbel
(selongsong).
3. Keringkan selogsong yang sudah berisi sampel kemudian dipanaskan pada suhu
102 oC ± 2 oC selama 2 jam, jika tidak langsung diekstraksi, sampel dapat disimpan
di dalam desikator . Baik pelarut dan sampel harus bebas dari kadar air, hal ini
untuk menghindari ekstraksi komponen yang larut air seperti karbohidrat, urea,
asam lactat, dan glicerol, apabila terjadi hal ini dapat menyebabkan adanya
kesalahan berupa tingginya hasil pengujian.
4. Masukkan kapas yang tidak berlemak di atas sampel di dalam selongsong sehingga
sampel tetap terendam selama pemanasan dan untuk mencegah hilangnya bobot
sampel dari selongsong, penambahan kapas ini dapat dilakukan sebelum
pemanasan selongsong pada suhu 102 oC ± 2 oC selama 2 jam.
5. Cup alumunium yang digunakan di keringkan terlebih dahulu selama 30 menit pada
suhu 102 oC ± 2 oC , pindahkan ke desikator dan dinginkan lalu timbang dan catat
beratnya , berat cup dicatat pada ketelitian 0,1 mg (T)
6. Lakukan ekstraksi sesuai manual prosedur alat ekstraksi. Panaskan terlebih dahulu
alat ekstraksi dan nyalakan alat pendingin . Masukkan selongsong timbel yang
sudah berisi sampel. Isi sejumlah pelarut organik ke dalam ekstraksi cup hingga
sampel terendam pada saat pemanasan.
7. Turunkan posisi selongsong hingga masuk ke dalam cup, kemudian panaskan
selama 20 menit. Atur laju alir larutan 3-5 tetes / detik, tergantung dari alat yang
digunakan.
8. Naikkan posisi selongsong hingga keluar dari cup ekstraksi selama 40 menit.
9. Pindahkan cup ekstraksi dari alat ekstraktor kemudian biarkan di dalam lemari
asam hingga seluruh pelarut hilang. Selanjutnya keringkan ekstraksi cup di dalam
oven dengan suhu 102 oC ± 2 oC selama 30 menit untuk menghilangkan kadar air.
Pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan oksidasi lemak dan akan
menyebabkan tingginya hasil pengujian. Dinginkan di dalam desikator hingga
mencapai suhu kamar, kemudian timbang dan catat beratnya dengan skala 0,1 mg
(F).

5. Perhitungan
Perhitungan Hasil Uji Lab

Prosentase (%) kadar lemak kasar, ekstraksi hexane

= (F - T) x 100

Keterangan:
F : Berat cup + residu lemak (gram)
T : Berat cup kosong (gram)
S : Berat sampel (gram)
Metode Pengujian
Kadar Serat Kasar
Pengujian Kadar Serat Kasar
1. Pustaka
SNI 01-2891-1992 butir 11.

2. Ruang Lingkup
Metode ini dilakukan dengan cara mengekstraksi sampel dengan asam dan basa untuk
memisahkan serat kasar dari bahan lain.

3. Cara Kerja

a. Peralatan
1. Neraca Analitik.
2. Pemanas + Pendingin.
3. Corong Buchner.
4. Pompa Vakum.
5. Cawan porselin

b. Cara Kerja
1. Timbang dengan seksama 2-4 g cuplikan. Bebaskan lemaknya dengan cara Soxlet
atau dengan cara mengaduk sampel di dalam larutan organik, setelah sampel
mengendap tuangkan pelarut organik, ulangi sebanyak 3 kali. Keringkan contoh dan
masukan ke dalam Erlenmeyer / beaker glass 500 mL.
2. Tambahkan 50 mL larutan H2SO4 1,25%, kemudian didihkan selama 30 menit
dengan menggunakan pendingin tegak / Kondensor.
3. Tambahkan 50 mL NaOH 3,25%,dan didihkan lagi selama 30 menit.
4. Dalam keadaan panas, saring dengan corong Buchner yang berisi kertas saring
bebas abu Whatman 54 atau 41 atau 541 yang telah dikeringkan dan diketahui
bobotnya.
5. Cuci endapan yang terdapat pada kertas saring berturut-turut dengan H2SO4 1,25%
panas, air panas dan etanol 96%.
6. Angkat kertas beserta isinya, masukkan ke dalam kotak timbang yang telah diketahui
bobotnya, oven pada suhu 105oC selama 3 jam, dinginkan di dalam desikator dan
timbang sampai bobot tetap.
7. Bila ternyata kadar serat kasar lebih besar dari 1%, abukan kertas saring beserta
isinya pada suhu 550oC selama 2 jam, timbang sampai bobot tetap.

c. Perhitungan
Perhitungan Hasil Uji Lab

• Serat kasar < 1%

w2 – w3
% serat kasar = x 100%
w

• Serat kasar > 1%

w2 - w1 – w3
% serat kasar = x 100%
w
Keterangan:
W = Bobot cuplikan (gram)
W1 = Bobot abu (gram)
W2 = Bobot sampel setelah oven (gram)
W3. = Bobot kertas saring (gram)

Catatan:
1. Kehalusan partikel cuplikan harus diperhatikan, disarankan contoh yang halus tersebut
dapat lolos ayakan lebih kurang 1 mm.
2. Pembebasan lemak dari contoh dapat diabaikan bila jumlah lemak dalam contoh
tersebut rendah.
Metode Pengujian
Kalsium
Pengujian Kalsium dengan AAS
1. Pustaka
AOAC 2012, Bab 4 Butir 4.8.02 Metode 968.08.

2. Ruang Lingkup
Metode ini dapat diterapkan untuk pengujian Mineral (Ca,Cu,Mn, dan Mg) dalam pakan
dan pakan hewan peliharaan secara Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS).

3. Cara Kerja

a. Peralatan
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
Beberapa model AAS komersial dapat digunakan. Beberapa tipe AAS memiliki
perbedaan dalam hal sumber cahaya, laju alir pembakaran, dan sensitivitas detektor,
secara umum parameter operasional dapat dilihat pada tabel berikut.

Panjang Kisaran
Unsur Gelombang, Nyala Api konsentrasi, Catatan
Ao g/mL
Ca 4227 Kaya Udara 2 – 20 1%La,1%HCL
-C2H2
4227 Kaya N2O - 2 – 20 Membutuhkan
C2 H2 pembakar khusus
Cu 3247 Udara - 2 – 20
C2 H2
Mg 2852 Kaya Udara 0.2 – 2 Kemungkinan
-C2H2 membutuhkan La
Tabel Parameter AAS

Selain penggunaan bahan bakar-kaya udara- nyala api gas C2H2 untuk Ca dan Mg, kisaran
kerja yang digunakan untuk larutan µg elemen/mL adalah: Ca 2-20, Cu 2-20, Mg 0.3-2.5,
Mn 0.5-2.5, dan Zn 1-5.

b. Reagen
Siapkan larutan standar dalam kisaran 0 – 20 µg/mL yang baru untuk digunakan. Larutan
standar komersial dapat digunakan.
1) Larutan Standar Kalsium
a) Larutan persediaan - 25 µg Ca/mL. Larutkan 1.249 g CaCO3 dalam jumlah
minimum 3N HCl, biarkan hingga 1 L, larutkan 50 mL hingga 1 L.
b) Larutan Kerja standar 0, 5, 10, 15, dan 20 µg Ca/mL yang mengandung 1 % La.
Masukkan ke dalam labu volumetrik ukuran 25 mL, tambahkan 5 mL larutan
persediaan Lanthanum dan encerkan hingga 25 mL.
2) Larutan persediaan Standar tembaga (Cu) 1000 µg Cu/mL. Larutkan 1.000 g Cu
murni dalam sedikit HNO3 dan tambahkan 5 mL HCl. Lakukan evaporasi hingga
hampir mencapai kering dan dilarutkan dengan 0.1 N HCl hingga mencapai 1 L.
3) Larutan persediaan Standar Magnesium (Mg) 1000 µg Mg/mL. Larutkan 1.000 g
logam Mg murni dalam 50 mL H2O dan secara perlahan ditambahkan 10 mL HCl.
Kemudian dilarutkan hingga mencapai 1 L.
4) Larutan persediaan Standar Manganese (Mn) 1000 µg Mn/mL. Larutkan 1.582 g
MnO2 dalam 30 mL 6 N HCl. Panaskan untuk menghilangkan Cl dan dilarutkan
hingga 1 L.
5) Larutan persediaan Standar Zinc (Zn) 1000 µg Zn/mL. Larutkan 1.000 g logam Zn
murni dalam 30 mL 6 N HCl. Panaskan untuk menghilangkan Cl dan dilarutkan
hingga 1 L.
6) Pembuatan larutan standar yang lain- Larutkan sejumlah larutan (5.2; 5.3; 5.4; 5.5)
dengan dengan 0.1 – 0.5 M HCl untuk membuat 4 larutan standar dari masing-
masing elemen di antara kisaran dari penentuan kadar mineral.
7) Pembuatan Larutan Lanthanum: Larutan persediaan Lanthanum 50 g La/L , yaitu :
58.65 g La2O3 dilarutkan dengan menambah secara perlahan-lahan 250 mL HCl
hingga larut, kemudian encerkan hingga 1 L.

b. Preparasi Larutan Contoh


1) Pengabuan Kering (tidak berlaku untuk pakan dengan campuran mineral).
Abukan 2 - 10 gram contoh dalam cawan porselein. Nyalakan tanur hingga 550oC,
abukan selama 4 jam. Dinginkan, kemudian tambahkan 10 mL 3 M HCl, tutup dengan
gelas arloji, dan panaskan dengan hati-hati selama 10 menit. Dinginkan, saring ke
dalam 100 mL labu volumetrik, dan encerkan hingga mencapai batas volume dengan
akuades. Pengenceran selanjutnya yaitu dengan 0.1 - 0.5 M HCl kemungkinan
diperlukan agar larutan uji dapat masuk ke dalam kisaran analisa, kecuali untuk Ca.
Pengenceran akhir Ca harus mengandung cukup larutan La. Pengenceran akhir Ca
mendapatkan konsentrasi 1% La setelah pengenceran dengan aquabidest.
2) Pengabuan Basah
Timbang 2,5 g contoh, masukkan ke dalam 500 atau 800 mL labu kjeldahl.
Tambahkan 20-30 mL HNO3 dan secara perlahan panaskan selama 30-45 menit
agar bahan yang dapat teroksidasi mudah teroksidasi seluruhnya. Dinginkan larutan
beberapa saat dan tambahkan 10 mL 70-72% HClO4. Panaskan dengan perlahan
,bila perlu atur nyala api, hingga larutan menjadi tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna dan muncul asap berwarna putih. Gunakan peralatan khusus agar tidak
terjadi kekeringan dalam pemanasan karena sangat berbahaya. Dinginkan kemudian
tambahkan 50 mL H2O dan panaskan kembali untuk menghilangkan asap NO2.
Dinginkan dan saring ke dalam labu ukuran 250 mL hingga mencapai volume labu
kemudian dikocok hingga larut.

c. Penentuan
1) Pengujian Ca dan Mg yang menggunakan pembakar dengan campuran udara dan
C2H2 sebagai pembakar dapat menimbulkan unsur Fosfor (P) yang muncul sebagai
pengganggu. Untuk menghilangkan faktor pengganggu tersebut maka ditambahkan
larutan persediaan Lantanum (La) ke dalam larutan standar dan larutan contoh,
sehingga larutan akhir mengandung 1% La.

2) Atur instrumen AAS, sehingga instrumen AAS mencapai optimum dan siap
digunakan. Lakukan pembacaan ≥ 4 larutan standar selama pengujian berlangsung
setiap sebelum dan sesudah pembacaan sejumlah contoh sebanyak 6-12 contoh.
Lakukan pembersihan pembakar dengan H2O di antara pembacaan contoh yang
satu dan yang lainnya, dan setiap akan melakukan pembacaan contoh pastikan nilai
absorpsinya sudah kembali ”0”. Ukur absorbansi larutan kerja standar. Plot kurva
kalibrasi menggunakan konsentrasi larutan seri standar sebagai sumbu X dan sesuai
absorbansi sebagai sumbu Y. Sumbu Y untuk masing masing unsur seri standar
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

d. Perhitungan

konsentrasi x volume indukan x volume akhir


% kalsium =
Berat sampel x volume pipet x 10.000
Metode Pengujian
Posfor
Pengujian Posfor (P) Dalam Pakan Secara Photometri

1. Pustaka
AOAC 2012, Bab 4 Butir 4.8.14 Metode 965.17.

2. Ruang Lingkup
Metode ini merupakan metode phothometric dan tidak dapat diterapkan pada bahan
pakan berupa campuran mineral. Pengabuan kering tidak dapat digunakan pada pakan
ternak, makanan hewan peliharaan, atau bahan pakan mineral yang mengandung monobasic
calcium phosphate (mcp).

3. Cara Kerja

a. Peralatan
Spektrofotometer – memiliki panjang gelombang 400 nm dan mempunyai diameter
sel/cuvet 15 mm.

b. Reagen
1. Bahan reaksi molybdovanadate – Larutkan 40 g ammonium molybdate-4 H2O dalam 400
mL H2O panas dan dinginkan. Larutkan 2 g ammonium metavanadate dalam 250 mL
H2O panas dan dinginkan, tambahkan 250 mL 70% HClO4. Secara bertahap tambahkan
larutan molybdate pada larutan vanadate dengan menggunakan pengaduk, lalu
encerkan hingga 2 L.
2. Larutan Fosfor standar- (1) Larutan Persediaan - 2 mg P/mL. Larutkan 8.788 g KH2PO4
dalam H2O dan encerkan sampai 1 L. (2) Larutan kerja- 0.1 mg P/mL. Encerkan 50 mL
hingga 1 L.

c. Persiapan Kurva Standar


Pindahkan larutan kerja standar yang mengandung 0, 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm pada 25 mL
labu volumetrik. Perlakukan seperti penentuan kadar P dalam sampel, yaitu sebagai berikut
: Tambahkan 5 mL bahan reaksi molybdovanadate, encerkan hingga batas dengan
aquades, kocok dengan sempurna. Diamkan selama 10 menit; kemudian baca %T atau
Absorbansi pada panjang gelombang 400 nm terhadap 0.5 mg standar dengan setelan
100%T atau 0,000 Absorbansi. (gunakan cuvet 1 cm).

d. Penentuan Kadar P
Abukan 2 g contoh, dalam beaker ukuran 150 mL, selama 4 jam pada suhu 6000C.
Dinginkan kemudian tambahkan 40 ml HCl (1+3) dan beberapa tetes HNO3 dan panaskan
hingga larutan menjadi berkurang. Dinginkan dan pindahkan pada labu volumetrik ukuran
200 mL, kemudian encerkan hingga batas dengan aquades. Saring dan tempatkan larutan
dengan kandungan 0.5 - 1.5 mg P dalam labu volumetrik ukuran 50 mL. Tambahkan 5 mL
bahan reaksi molybdovanadate, encerkan hingga batas dengan aquades, kocok dengan
sempurna. Diamkan selama 10 menit; kemudian baca %T atau Absorbansi pada panjang
gaelombang 400 nm terhadap 0.5 mg standar dengan setelan 100%T atau 0000
Absorbansi. (gunakan kuvet dengan diameter 1 cm). Tentukan mg P dari kurva standar.

e. Perhitungan
Perhitungan Hasil Uji Lab

P dalam larutan
P (%) =
Berat contoh (g) dalam larutan x 104

Anda mungkin juga menyukai