Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DASAR DAN PERKEMBANGAN

KEWIRAUSAHAAN

Disusun Oleh :

Khumairatus Shalihah NIM 180210204236


Syaifa Humayun NIM 180210204251
Faisal Abdillah NIM 180210204273
Gilang Arif Pratama NIM 180210204285

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmad-Nya
sehingga kami dapat berhasil menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Konsep Dasar dan Perkembangan Kewirausahaan”. Makalah ini kami susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Manajemen dan Kewirausahaan.
Makalah ini dapat menjadi sumber ilmu motivasi dan bahan berkarya
untuk kita semua. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan sarannya dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.

Bondowoso, 6 Maret 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

1.4 Manfaat...........................................................................................................2

BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Konsep Dasar Kewirausahaan Dan Wirausaha..............................................3

2.2 Faktor Geografis Dan Budaya........................................................................5

2.3 Kewirausahaan di Indonesia...........................................................................6

2.4 Sejarah Pengusaha Kecil Indonesia................................................................8

BAB 3. PENUTUP................................................................................................14

3.1 Kesimpulan...................................................................................................14

3.2 Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep entrepreneurship mulai diperkenalkan pada abad ke-18 di


Prancis oleh Richard Cantillon. Pada periode yang sama di Inggris juga
sedang terjadi revolusi industri yang melibatkan sejumlah entrepreneur.
Kemudian, gagasan tersebut dibahas secara lebih mendalam oleh Joseph
Schumpeter, seorang ahli ekonomi Jerman, pada tahun 1911. Melalui teori
pertumbuhan ekonomi dari Schumpeter konsep entrepreneurship telah
didudukkan pada posisi yang sangat penting dalam pelaksanaan
pembangunan. Pengertian entrepreneurship itu sendiri berkembang sejalan
dengan evolusi pemikiran para ahli ekonomi di dunia barat, kemudian
menyebar ke negara-negara lain termasuk ke Indonesia. Di negara kita sendiri
konsep entrepreneurship tersebut dialihbahasakan sebagai kewiraswastaan
atau kewirausahaan. Dari sejumlah definisi yang dikemukakan oleh para ahli
baik dalam maupun luar negeri diketahui bahwa terdapat banyak keragaman
definisi yang terjadi. Hal ini sangat mungkin karena konsep kewirausahaan
itu sendiri merupakan konsep ilmu sosial yang bersifat dinamis dan akan
selalu mengalami perubahan seiring dengan kemajuan yang dicapai oleh
perkembangan ilmu itu sendiri. Sejumlah definisi yang telah disumbangkan
oleh para ahli tersebut merupakan landasan bagi pengembangan studi lebih
lanjut.
Dalam rangka pengembangan kewirausahaan nasional ini telah banyak
upaya yang dilakukan baik oleh instansi-instansi pemerintah di bawah
naungan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 maupun oleh organisasi-
organisasi yang tumbuh dari kalangan masyarakat termasuk lembaga
pendidikan formal dan nonformal. Berbagai upaya dan strategi ditempuh
secara terkoordinasi dengan satu maksud untuk meningkatkan peran
masyarakat serta menciptakan suasana yang menunjang untuk terus
menumbuhkembangkan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan

1
kewirausahaan SDM Indonesia. Salah satu cara yang ditempuh oleh
pendidikan formal pada jenjang pendidikan tinggi adalah dengan menyajikan
materi kewirausahaan tersebut dalam mata kuliah Pendidikan Kewirausahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan konsep dasar kewirausahaan dan
wirausaha?
1.2.2 Bagaimana faktor geografis dan budaya di Indonesia?
1.2.3 Bagaimana kondisi kewirausahaan di Indonesia?
1.2.4 Bagaimana sejarah pengusaha kecil yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:


1.3.1 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan konsep dasar
kewirausahaan dan wirausaha
1.3.2 Untuk mengetahui faktor geografis dan budaya di Indonesia
1.3.3 Untuk mengetahui kondisi kewirausahaan di Indonesia
1.3.4 Untuk mengetahui sejarah pengusaha kecil yang ada di Indonesia

1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan yang ditulis dalam poin 1.3 adapun manfaat penulisan
makalah ini adalah:
1.4.1 Memberikan penjelasan tentang konsep dasar kewirausahaan dan
wirausaha
1.4.2 Memberikan penjelasan tentang faktor geografis dan budaya di
Indonesia
1.4.3 Memberikan penjelasan tentang kondisi kewirausahaan di Indonesia
1.4.4 Memberikan penjelasan tentang pengusaha kecil yang ada di
Indonesia

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kewirausahaan Dan Wirausaha

Istilah kewirausahaan merupakan padanan dari entrepreneurship dalam


bahasa inggris. Kata eterpreneurship sendiri sebenarnya berawal dari bahasa
prancis yaitu ‘enterprende’ yang berarti petualang, pencipta, dam pengelola
usaha. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Rihard Cantillon (1755).
Istilah ini makin popular setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B. Say
(1803) untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan
sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih
tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi.
Tidak sedikit pengertian mengenai kewirausahaan yang muncul seiring
dengan perkembangan bidang ekonomi. Coulter (2003;1) mengungkapkan
bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang. Kao (1997;13)
mendefinisikan wirausaha dengan menekankan pada aspek kebebasan
berusaha yang dinyatakan sebagai berikut: an entrepreneur atau in
interpreneur yang biasanya bukan merupakan pemilik perusahaan, akan tetapi
menjalankan perusahaan sebagaimana halnya pemilik. Oleh sebab itu, ia
melihat tentang kebebasan yang bergerak dari pengusaha perseorangan yang
bebas murni sampai kpada seorang manajer dalam sebuah perusahaan milik
orang lain. Entrepreneur merupakan seseorang yang memiliki kreativitas
bisnis baru dengan berani menanggung risiko dan ketidakpastian yang
bertujuan untuk mencapai laba dan pertumbuhan usaha berdasarkan
identifikasi peluang dan mampu mendayagunakan sumber serta memodali
peluang ini.
Rumusan entrepreneur yang berkembang sekarang ini kebanyakan
berasal dari konsep schumppter (1934), dia menjelaskan bahwa entrepreneur
merupakan pengusaha yang melakukan kombinasi baru dalam bidang teknik

3
4

dan komersial ke dalam bidang teknik dan komersial ke dalam nentuk


praktik. Inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan
kemungkinan baru dalam bidang perekonomian. Kemungkinan baru tersebut
berupa :
a. Memperkenalkan produk baru atau kualitas baru suatu barang yang
belum dikenal oleh konsumen.
b. Pelaksanaan dari suatu metode produksi baru dari suatu penemuan ilmiah
baru dan car-cara baru untuk menangani suatu produk supaya menjadi
lebih mendatangkan keuntungan.
c. Membuka suatu pemasaran baru yaitu pasar yang belum pernah dimasuki
cabang industry yang bersangkutan atau sudah ada pemasaran
sebelumnya.
d. Pembukaan suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi atau sumber-
sumber yang masih harus dikembangkan.
e. Pelaksanaan organisasi baru.
Kecerdasan wirausaha adalah kemampuan dalam mengenali dan
mengelola diri dalam berbagi peluang maupun sumber daya sekitarnya
secara kreatif untuk menciptakan nilai tambah bagi dirinya secara
berkelanjutan. Wirausaha tidak hanya membangun bisnis semata, tetapi
merubah pola pikir dan pola tindak yang menghasilkan kreativitas dan
inovasi.
Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha adalah mereka yang
mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan
miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang dapat menciptakan kerja
bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asusmsi
bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, dapat menjadi
wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha.
Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok yakni (1) peluang dan, (2)
kemampuan menanggapi peluang.
Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa kewirausahaan merupakan
semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang
5

positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan/


atau pelayanan yanglebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu
berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta
menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan
menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil
risiko,kreativitas, dan inovasi, serta kemampuan manajemen.

2.2 Faktor Geografis Dan Budaya

Setiap wilayah di muka bumi memiliki letak astronomis yang berbeda-


beda. Letak astronomis merupakan letak dari suatu wilayah di permukaan
bumi yang berdasarkan atas perbedaan letak garis lintang dan garis bujur.
Berdasarkan letak astronomisnya, wilayah Indonesia di permukaan bumu
terletak antara 6°LU-11°LS dan 95°BT-141°BT. Adapun letak geografis
merupakan posisi atau letaknya suatu wilayah yang sebenarnya di permukaan
bumi. Berdasarkan letak geografisnya kepulauan Indonesia membentang luas
diapit oleh dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia. Indonesia juga
diapit oleh dua samudra, yaitu samudra pasifik dan samudra hindia.
Luas wilayah Indonesia jika dibandingkan dengan Negara-negara lain di
kawasan Asia Tenggara dapat dikatakan jauh lebih luas. Apalagi jika hanya
dibandingkan dengan Negara Singapura yang memiliki luas wilayah sekitar
622 km². luas wilayah Negara Indonesia ini pun menempati posisi kelima
didunia setelah Negara Rusia. Tentunya luas, letak astronomis, dan letak
geografis ini dapat menjadi suatu potensi yang dapat menjadikan sebagai
salah satu Negara maju.
Posisi Indonesia berdasarkan letak geografisnya memiliki berbagai
macam keuntungan. Salah satunya Indonesia diapit oleh beberapa Negara
maju di dunia dan memiliki jalur perdagangan antarwilayah yang lebih luas.
Sebagai Negara yang diapit oleh dua samudra dan dua benua ini, Indonesia
dapat menjadi wilayah yang sangat strategis karena terjadinya lalu lintas
internasional, baik itu di darat maupun di laut. Dengan demikian maka
6

Indonesia memiliki potensi yang besar karena pada umumnya Indonesia


merupakan suatu Negara yang berkembang dan sebagai Negara industri yang
kemudian Negara lain menjadikannya sebagai titik industrinya.
Perekonomian tersebut diantaranya berupa dalam bidang perikanan yang
dimana dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki sumber penghasilan ikan
yang baik yang dapat diekspor kedalam maupun luar negeri. Contoh lainnya
dalam bidang seni dan budaya diantaranya seni membatik yang dapat
dipamerkan kepada mancadunia dan tentunya dapat dijadikan sebagai ciri
khas Negara.

2.3 Kewirausahaan di Indonesia

Sejak masih zaman nusantara Indonesia sudah memulai kewirausahaan


dengan memulai dari perdagangan kecil – kecilan yaitu rempah – rempah
yang mayoritas menjualnya di pelabuhan pelabuhan yang ada di Indonesia
dan tentunya mereka hidup dengan berdagang rempah – rempah yang
membawa masyarakat Indonesia berjelajah di mulai dari Gujarat, Teluk Arab,
hingga ke Madagaskar. Dengan hal tersebut tentunya masyarakat secara tidak
langsung berjelajah ke berbagai dunia yang menyebabkan berbagai ilmu
berdagang mereka meningkat. Hanya beberapa suku masyarakat yang
berdagang sampai mendunia tersebut ialah masyarakat dari suku/penghuni
pantai laut Jawa, Bugis, pantai barat Sumatera, dan Aceh.
Kemudian Indonesia di datangi oleh negara – negara luar seperti
Portugis, lalu belanda yang membawa dagang kongsi atau yang di sebut VOC
yang secara langsung merusak dan melumpuhkan perdagangan lokal yang ada
di Indonesia di mulai dari perdagangan di pelabuhan, di pertanian, maupun di
perdagangan internasional yang menyebabkan penduduk Indonesia merugi
dan tidak dapat mencukupi kehidupan mereka lagi.
Setelah berakhirnya zaman penjajahan, masyarakat Indonesia bangkit
dan memulai sedikit demi sedikit demi mewujudkan ekonomi yang maju
maka dari itu dari dorongan pemerintah masyarakat lebih tertata apa yang
harus di lakukan untuk mencapai suatu tujuan dari perdagangan, dengan hal
7

tersebut masyarakat dapat memahami betul apa itu wirausaha atau wiraswasta
yang di mulai dasarnya yaitu mereka harus mampu melihat suatu peluang dan
memanfaatkannya untuk mencapai keuntungan dan manfaat bagi diri
sendirinya dan dunia sekelilingnya serta kelanjutan usahanya. Mereka harus
mengambil resiko dengan adanya pembaruan (innovation) yang tujuannya
sendiri untuk perkembangan usaha itu sendiri. Wirausaha harus pandai
melihat kedepan dengan mengambil langkah ke depan dengan mengambil
pelajaran yang di dapat baik dan buruk dari pelajaran tersebut, lalu juga di
tambah dengan kemampuan menerima serta memanfaatkan realitas atau
kenyataan yang ada disekelilingnya. Realitas disini bukan hanya di sekedar
ekonomi saja namun juga di bidang lain – lainnya yaitu di bidang Pendidikan,
Agama, dan Sosial sehingga dengan berwiraswasta ini tak hanya fokus dalam
bidang ekonomi tetapi juga bidang lainnya juga dapat terealisasi di
kehidupannya.
Secara tidak langsung mereka yang berwiraswasta mempelajari berbagai
aspek dan tentunya menjadi seorang manajer bagi diri sendirinya dan juga di
sekililingnya dan menggunakannya untuk mencapai tujuannya tersebut.
Tentunya berwiraswasta ini memiliki dorongan untuk mencapai suatu tujuan
yang di inginkannya yaitu :
a. Kebutuhan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan harus selalu
begitu (berprestasi)
b. Kebutuhan akan ketidaktergantungan atau kebebasan
c. Kebutuhan akan pembaruan
d. Mencapai tingkat pendapatan yang lebih baik
e. Kemampuan membahagiakan dan memberikan kenyaman bagi
sekitarnya baik itu keluarga dan masyarakat sekitarnya
Dari beberapa ciri di atas menyimpulkan bahwa hal – hal di atas sejalan
dengan dengan nilai – nilai sosial yang berlaku di Indonesia. Tentunya dalam
berwiraswasta atau wirausaha memiliki penghambat dan pendorong,
pertumbuhan wiraswasta di bagi menjadi 3 yaitu :
a. Ukuran nilai sosiokultur yang berlaku di masyarakat, ukuran baik dan
buruk di masyarakat.
8

b. Kehidupan ekonomi seperti kebijakan pemerintah, praktik bisnis, struktur


pasar
c. Keadaan dunia Pendidikan
Dari ketiga di atas jika secara terperinci cenderung ke arah penghambat
daripada dorongan. Jika dalam masyarakat tradisional nilai nilai di atas
berlaku maka dampaknya akan sangat terasa, contoh halnya yaitu dalam nilai
sosiokultur yang dimana dalam kehidupan masyarakat contohnya dalam
masyarakat jawa para orang tua lebih mengedepankan cita – cita dalam dunia
Pendidikan yang tentunya agar masa depan anak tersebut lebih baik, mereka
kurang setuju bahkan tidak mau anaknya menjadi pengusaha, karena
pengusaha di pandangan mereka erat hubungannya dengan tipu – menipu,
egois, dan ingin menang sendiri, salah satu penyebabnya karena tatanan adat
yang di anutnya menjadikan pandangan terkait pengusaha menjadi kurang di
lihat baik dari segala aspek. Padahal tidak semuanya benar adanya, jika anak
tersebut mempunyai keinginan menjadi pengusaha harusnya hal tersebut di
dorong oleh orang tua dahulu sehingga anak tersebut dapat mengarah dengan
benar dan juga hal tersebut dapat tercapai jika dalam setiap kegiatannya selalu
memberi dampak yang positif dan bermanfaat bagi diri sendiri dan juga
sekelilingnya termasuk keluarga. Tentunya dengan hal tersebut dapat
memberikann solusi pada orang tua yang masih memiliki pandangan jika
pengusaha itu terkesan buruk ataupun tidak dapat memberikan apapun.
Dalam hal ini juga pemerintah Indonesia membantu dengan memberikan
peluang usaha yang dapat di maksimalkan meskipun itu kecil tetapi dengan
arahan dan pembelajaran yang baik tentunya para pengusaha – pengusaha di
Indonesia akan memberikan dampak yang signifikan dan tentunya membawa
negara Indonesia menjadi lebih baik.

2.4 Sejarah Pengusaha Kecil Indonesia

Sejak dahulu hingga proklamasi kehidupan ekonomi Indonesia selain


masih bertumpu pada minyak dan gas bumi juga pada sektor pertanian hingga
berlanjut sampai 1990. Sehingga dari sini dapat terlihat bahwa rakyat
9

Indonesia 80% tinggal dipedesaan dan hidup sebagai petani dan nelayan bagi
yang tinggal di pinggir pantai. Adapun kehidupan usaha atau berdagang
didesa sejak sebelum tahun 1945 tidak selalu setiap harinya ramai karena
kebanyakan diluar Jawa kehidupan ekonomi masyarakat akan terlihat jika
hanya pada hari pasar atau pekan. Sementara itu fungsi-fungsi distribusi dan
pedagang perantara masih dipegang oleh keturunan Cina, Arab atau beberapa
kelompok suku di Indonesia.
Tahun 1945 yaitu proklamasi kemerdekaan dan disusul dengan perang
kemerdekaan pada tahun 1950, memberikan perubahan yang radikal pada
kehidupan dunia usaha di Indonesia. Hal ini terjadi karena situasi perang dan
tuntutan kemerdekaan, sehingga posisi perusahaan Belanda dan peran
perantara orang Cina menjadi kosong dan tergantikan oleh Indonesia.
Keberanian Indonesia dalam menggantikan posisi Cina dan Belanda tanpa
dibekali ilmu atau pengalaman, mereka hanya berbekal dengan rasa
keberanian dan tekad yang dilandasi semangat nasionalisme. Selain itu
masyarakat melakukan pergantian itu juga karena dilandasi oleh keterpaksaan
dan kesadaran bahwa orang Indonesia juga berhak menjadi pengusaha atau
menjalankan birokrasi peninggalan Belanda. Sehingga dalam waktu yang
sangat singkat lahirlah pengusaha Indonesia yang tanpa pendidikan,
pengalaman, bakat dan manajemen.
Sesuai perang kemerdekaan yang dilakukan pada tahun 1950, walaupun
pemerintah masih menangani hampir semua bekas perusahaan Belanda,
pemerintah mendorong peranan pengusaha Indonesia dalam menangani
kehidupan ekonomi berupa memberikan kesempatan yang luar biasa bagi
pertumbuhan dan perkembangan pengusaha Indonesia. Pertumbuhan ini
terlihat pada lahirnya lisensi dan liberalisasi ekonomi serta tekad pemerintah
untuk merealisasi kemerdekaan ekonomi sebagai realisasi janji kemakmuran
setelah merdeka. Akibatnya banyak lahir beribu-ribu pengusaha tanpa latar
belakang pendidikan dan pengalaman yang memdai. Sehingga banyak
perusahaan yang sukses dan bangkrut. Hal ini membuat orang-orang
mendadak kaya dan ada pula yang mendadak menjadi miskin diakibatkan
10

bangkrut. Namun walaupun seperti itu, pada tahun 1950-1960 dianggap


sebagai zaman emas bagi pengusaha pribumi walaupun akhirnya harus
dibayar dengan kegagalan.
Lahirnya dekret 5 Juli 1959 masa liberal berakhir. Indonesia kembali ke
UUD’45 dan diikuti dengan masa bangkitnya PKI yang antikapitalis serta
antiliberalisasi ekonomi. Periode 1959-1965 merupakan awal masa bagi
pertumbuhan dunia usaha swasta karena semuanya ditangani oleh pemerintah.
Tapi kenyataannya Indonesia tidak mengalami ketenangan atau pertumbuhan
yang sesuai karena tidak mendapatkan kesinambungan kebijakan dari
pemerintah. Selain itu hal ini terjadi karena politik dan ekonomi di Indonesia
yang sering berubah-ubah sehingga memberi dampak tidak baik pada bagi
dunia usaha terutama pada pada perusahaan kecil yang tidak memiliki
pengalaman.
Setelah tahun 1965 dunia usaha kembali membawa peran. Pemerintah
mengundang modal asing serta memberi peran pada pengusaha besar dan non
pribumi. Tetapi karena kurangnya pengalaman dan pendidikan maka
kesempatan ini lewat begitu saja sehingga mengubahnya menjadi kredit.
Selanjutnya muncul banyak pengusaha baru yang lebih canggih dimana
sebagian besar dikaitkan dengan koneksi, modal kuat dan fasilitas. Sehingga
berbagai instruksi presiden, keputuhan presiden dan ketentuan lai
dikeluarkan. Pembentukan KUD, BUUD diharapkan menjadi dewa penolong
bagi dunia swasta Indonesia terutama bagi golongan pribumi dan mereka
yang tinggal di pedesaan.
Periode 1965-1996 disebut sebagai era pembangun yang membawa
dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan berhasil
menghasilkan banyak pengusaha baru termasuk pengusaha kecil. Akan tetapi
nasib perusahaan kecil belum begitu baik dan alasannyapun klasik yaitu
kurangnya pengalaman. Dalam usia kemerdekaan yang 51 tahun Indonesia
seharusnya telah melahirkan para pengusaha Indonesia yang tangguh disegala
tingkatan. Pemerintah telah berusaha dengan berbagai peraturan dan bantuan
demi perkembangan dan pertumbuhan pengusaha nasional. Namun kalau kita
11

telusuri lebih mendasar ternyata selama 1945-1996 terdapat keadaan dan


realita sebagai berikut:
a. Asal-Usul Pengusaha Kecil
Pengusaha kecil di negara praindustri umumnya berasal dari kelas
menengah dan rata-rata mempunyai pengalaman serta pendidikan yang
memadai. Mereka mempunyai tradisi berbisnis dalam waktu jangka yang
lama serta kedudukannya cukup terhormat. Sedangkan di Indonesia,
mereka yang terjun ke dunia usaha tidak memiliki pengalaman ataupun
pendidikan. Selain itu mereka juga berasal dari kelas bawah dan umumnya
dianggap rendah serta tidak terhormat. Masyarakat Indonesia kecuali
keturunan Cina, terutama di daerah (beberapa suku seperti Minangkabau
atau Batak) beranggapan bahwa kaum pengusaha termasuk kelas rendah,
kurang jujur, dan tidak terhormat. Hampir orang tua dari kelas menengah
tidak mencita-citakan anaknya menjadi pengusaha kecil. Apalagi
memasukkan anaknya pada sekolah yang menjurus pada perusahaan.
Mereka yang kaum menengah dan kaum feodal menginginkan agar
anaknya kelak berpangkat jadi priayi atau pemuka agama.
b. Sistem Pendidikan dan Permagangan
Pada awal kemerdekaan, Indonesia melanjutkan tradisi pendidikan
Belanda yang sesuai dengan suasana kolonial, akan tetapi sangat berbeda
dengan sistem pendidikan di negara Belanda sendiri. Kebanyakan
disekolah dasar dan menengah dajarkan ilmu-ilmu yang bersifat umum.
Sedangkan untuk sekolah kejuruan hampir tidak ada atau hanya sedikit
keberadaannya. Padahal ada teori mengatakan bahwa sekolah kejuruan
mampu menjadi cikal bakal dan tulang punggung demokrasi. Karena
kurangnya sekolah kejuruan otomatis sistem permagangan yang
merupakan proses pengalihan keterampilan dan pengalaman tidak
dipunyai dan tidak memasyarakat. Bahkan ada orang tua yang mempunyai
perusahaan enggan memagangkan anaknya di perusahaannya, apalagi
diperusahaan orang lain. Kenyataan sedikitnya keberadaan sekolah
12

kejuruan memberikan minimnya kegiatan permagangan dan menghambat


pertumbuhan dan perkembangan serta sinambungan perusahaan kecil.
c. Kebijakan Pemerintahan yang Simpang Siur dan Tumpang Tindih
Selama 64 tahun kemerdekaan, Indonesia mengalami kurangnya
pengalaman dan paksaan situasi politik serta ekonomi, sehingga
melahirkan dan mengakibatkan kesimpangsiuran dalam peraturan dan
kebijakan pemerintah dalam menata kehidupan ekonomi. Dimana selama
64 tahun Indonesia mengalami perubahan UUD sebanyak empat kali
(1945: UUD’45, 1949: UUD RIS, 1949-1959: UUDS, UUD ’45). Selain
itu juga terjadi pergolakan politik yang melatarbelakangj perubahan ini.
Sistem hukum mengatur tata kehidupan ekonomi Indonesia sangat kacau
balau dan sebagian besar masih berasal dari hukum kolonial atau sering
disebut kode napoleon (abad ke-19) yang dinegara asalnya yaitu di Prancis
telah lama ditinggal atau diganti.
Dalam era globalisasi dimana segala sesuatu bergerak cepat dan
keadaan ikut cepat berubah membuat perusahaan kecil semakin
menyempit terutama dikota-kota. Toko yang modern lebih populer dan
menguntungkan dibandingkan toko kecil atau perusahaan kecil.
Perusahaan kecil tidak akan tergusur hanya dalam lingkup wilayah daerah
pinggiran. Akan tetapi walaupun banyak toko swalayan seperti
supermarket bukan menjadi alasan toko kecil menjadi tamat. Di Jerman
Barat, Belanda, Inggris atau Amerika perusahaan kecil ternyata sering
berfungsi sebagai pusat komunikasi lokal dan tempat bertemu muka
sambil belanja. Selain itu juga ada pembeli yang ingin dilayani oleh
pelayan manusia tidak seperti halnya robot. Sedangkan gambaran di
Indonesia terutama di kota besar toko swalayan terus berkembang.
Berbeda halnya dengan nasib perusaahaan kecil dikota besar, perusahaan
kecil dikota kecil dan daerah terpencil merupakan pelengkap dengan
sendirinya. Akan tetapi sebagian besar penduduk kota juga masih suka
belanja di toko kecil karena mereka masih suka melakukan tawar menawar
dengan pedagang tidak seperti di swalayan yang harganya tidak dapat
13

ditawarkan lagi. Dengan kegiatan tawar menawar pembeli akan lebih


merasakan kepuasan dalam berbelanja. Selain toko juga ada tempat makan
yang menyediakan ciri khas dari daerah tersebut, contohnya restoran
Padang yang membuat masyarakat ingin mencoba rasa khas yang keluar
dari makanan tersebut.
Dari pernyataan diatas dapat dipastikan bahwa sampai 2020 ini
eksistensi dan masa depan perusahaan kecil di Indonesia akan masih baik,
terbuka dan potensial. Tetapi hal ini juga tidak menjamin akan terjadinya
pergeseran dan perubahan posisi perusahaan kecil dan perusahaan besar
dengan alasan selera dan tingkat pendapatan masyarakat. Maka dari itu
perusahaan kecil harus terus meningkatkan penampilan, pelayanan dan
praktek manajemennya agar tidak mudah digeserkan oleh perusahaan
besar.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan


dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang. Wirausaha adalah mereka
yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan
miliknya sendiri. Posisi Indonesia berdasarkan letak geografisnya memiliki
berbagai macam keuntungan. Salah satunya Indonesia diapit oleh beberapa
Negara maju di dunia dan memiliki jalur perdagangan antarwilayah yang lebih
luas. Selain itu dalam bidang seni dan budaya diantaranya seni membatik yang
dapat dipamerkan kepada mancadunia dan tentunya dapat dijadikan sebagai ciri
khas Negara. Sejak masih zaman nusantara Indonesia sudah memulai
kewirausahaan dengan memulai dari perdagangan kecil – kecilan yaitu rempah –
rempah yang mayoritas menjualnya di pelabuhan pelabuhan yang ada di
Indonesia. Dengan hal tersebut tentunya masyarakat secara tidak langsung
berjelajah ke berbagai dunia yang menyebabkan berbagai ilmu berdagang mereka
meningkat. Sejak dahulu hingga proklamasi kehidupan ekonomi Indonesia selain
masih bertumpu pada minyak dan gas bumi juga pada sektor pertanian hingga
berlanjut sampai 1990. Sehingga dari sini dapat terlihat bahwa rakyat Indonesia
80% tinggal dipedesaan dan hidup sebagai petani dan nelayan bagi yang tinggal di
pinggir pantai.

3.2 Saran

Sebaiknya kita meningkatkan wawasan tentang kewirausahaan. Sebagai


generasi muda kita setelah lulus dari ranah perkuliahan, tidak hanya berjalan
profesi sesuai jurusan yang diampu saja. Namun juga bisa menciptakan usaha dan
lapangan pekerjaan untuk orang yang membutuhkannya. Tugas kita bukanlah
untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah
kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bayu Kartib, Suryana Yuyus. 2011. Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik


Wirausahawan Sukses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sumiyati S, O Darojat. 2013. “Pendidikan Kewirausahaan”. Universitas Terbuka:
1 (370), 1-53.
Shalahuddin Iwan, dkk. 2018. Prnsip-Prinsip Dasar Kewirausahaan. Sleman: CV
Budi Utama.

15

Anda mungkin juga menyukai