Anda di halaman 1dari 88

Penyelesaian kredit macet dalam perjanjian kredit dengan jaminan

hak tanggungan pada perusahaan daerah bank perkreditan rakyat


(bpr) di kecamatan tirtomoyo kabupaten wonogiri

Penulisan Hukum
(Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk


Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :
Sandi Seno Kartiko
E. 1105021

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

34
35

SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)


PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT
DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH
BPR (BANK PERKREDITAN RAKYAT) DI KECAMATAN TIRTOMOYO
KABUPATEN WONOGIRI

Disusun Oleh :
SANDI SENO KARTIKO
E. 1105021

Disetujui untuk Dipertahankan

Pembimbing

Prof.Dr. JAMAL WIWOHO.SH M,Hum YUDHO TARUNO.SH,Hum


NIP. 196111081987021001 NIP.19770107200511001
36

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)


PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT
DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH
BPR (BANK PERKREDITAN RAKYAT) DI KECAMATAN TIRTOMOYO
KABUPATEN WONOGIRI

Disusun Oleh :
SANDI SENO KARTIKO
NIM : E. 1105021

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 28 April 2010

TIM PENGUJI
1. Ambar Budhisulistyawati.SH.,MHum : ……………………….
NIP. 195711121983032001 ( ketua )

2. Prof.Dr. Jamal Wiwoho.SH,M,Hum : ……………………….


NIP. 196111081987021001 ( anggota )

3. Yudho Taruno.SH.M,Hum : ……………………….


NIP. 197701072005011001 ( sekretaris )
37

MENGETAHUI
Dekan,

(Mohammad Jamin, S.H., M.Hum.)


NIP. 196109301986011001
PERNYATAAN

Nama : Sandi Seno Kartiko


NIM : E1105021

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :


PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT
DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH
BPR (BANK PERKREDITAN RAKYAT) DI KECAMATAN TIRTOMOYO
KABUPATEN WONOGIRI
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya
peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 28 april 2010


yang membuat pernyataan
38

Sandi Seno Kartiko


NIM. E1105021

HALAMAN MOTTO

”Tidak layak bagi seorang Islam laki-laki maupun perempuan apabila Allah dan
Rasul-Nya menetapkan sesuatu peraturan ada pilihan lain bagi mereka”
(QS. Al Ahzab: 36)

”Tinggalkan apa yang meragukanmu, menuju yang tidak meragukanmu”.

(HR At-Tirmidzi)

”Lazimilah kejujuran, sebab kejujuran itu akan menunjukkan kepada kebaikan dan
kebaikan itu akan menunjukkan kepada surga. Seorang laki-laki yang senantiasa
jujur dan melazimi kejujuran akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur”.

(HR Muslim dan At-Tirmidzi)


39

HALAMAN PERSEMBAHAN

LAPORAN SKRIPSI INI, PENULIS


PERSEMBAHKAN KEPADA :

 KEDUA ORANGTUAKU YANG SANGAT SAYA HORMATI


 ADIKU WISNU SENO KARTIKO SERTA TEMAN-TEMAN
FAKULTAS HUKUM 2005
 KELUARGAKU YANG SELALU MENDUKUNG KU SELALU
 ALMAMATERKU
 TEMAN-TEMAN HUKUM ANGKATAN O5 DAN TEMAN
BEDA FAKULTAS YANG MEMBERI SUPORT( POK 05,
EKONOMI 05-06, FISIP05-06, TEHNIK 06-07)
40
41

ABSTRAK

SANDI SENO KARTIKO,E 1105021. PENYELESAIAN KREDIT MACET


DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN
PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI
KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI Fakultas Hukum UNS

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses perjanjian


pembebanan Hak Tanggungan dalam perjanjian kredit di Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri serta
bagaimana penyelesaian kredit macet dalam perjanjian kredit dengan jaminan Hak
Tangungan di Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kecamatan
Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri.
Penelitian hukum ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang bersifat
deskriptif. Lokasi penelitian di PD. BPR BKK Kantor Cabang Tirtomoyo. Jenis data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data
utama, sedangkan data sekunder digunakan untuk mendukung data primer. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara dan studi pustaka.
Analisis data kualitatif dengan model interaktif data.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa proses perjanjian
pembebanan Hak Tanggungan dalam perjanjian kredit di Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri dilakukan
melalui 7 tahap yaitu: tahap diterimannya permohonan kredit, permohonan kredit
dari nasabah dilakukan secara tertulis dalam suatu Surat Keterangan Permohonan
Pinjam (SKKP), analisis kredit, keputusan kredit, tahap penolakan atau persetujuan,
tahap pembuatan perjanjian kredit dan tahap pembuatan peralihan hak jaminan
sebagai barang yang dijamin, serta diperoleh hasil bahwa solusi yang dilakukan
dalam penyelesaian kredit macet perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan di
perusahaan daerah BPR (BANK PERKREDITAN RAKYAT) di kecamatan
Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri adalah : apabila karena debitur usahanya bangkrut
dan tidak bisa melunasi utangnya maka pihak bank memberitahukan agar si debitur
melunasi tunggakanya baik dengan caranya sendiri atau dengan cara pihak bank
(mengaudit atau melelang usaha debitur), jika debitur tidak tepat waktu dalam
melakukan prestasinya pihak bank memberikan denda kepada debitur, apabila debitur
membayar hutang tetapi tidak sesuai dengan kesepakatan pihak bank akan
memberikan toleransi tunggakanya serta dikenakan denda, jika sama sekali tidak
dapat memenuhi utangnya maka pihak bank akan melelang barang jaminan Hak
Tanggungan guna pemenuhan hutang
42

Kata kunci : PERJANJIAN KREDIT MACET, HAK TANGGUNGAN

ABSTRACT

SANDI SENO KARTIKO, E.1105021. SOLUTION OF REPRESHIP IN CREDIT


AGREEMENT THROUGHT ASSURANCE OF DEPENDENCE RIGHT IN
LOCAL COMPANY OF BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) IN SUB
DISTRICT OF TIRTOMOYO, REGENCY OF WONOGIRI, Faculty of law, Sebelas
Maret University.

The purpose of research is to know how the process of giving account


dependence agreement in credit agreement of Bank Perkreditan Rakyat (BPR) in sub
district of Tirtomoyo, regency of Wonogiri and how to accomplish repreship in credit
agreement by dependence of right in local campany of Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) in sub district of Tirtomoyo, regency of Wonogiri.
This law research is kind of descriptive empirical law research. The location
of the research is in PD.BPR BKK Branch office of Tirtomoyo. Kinds of data use
primary data and secondary data. Primary data is the main data, wheres secondary
data used to support primary data. The technique of collecting data was got through
interview and library study. The analysis of qualitative data use data interactive
model.
Based on this research, it can obtain the result that giving account dependence
agreement in credit agreement of Bank Perkreditan Rakyat (BPR) in sub district of
Tirtomoyo, Wonogiri regency was done through seven steps : first, achieving credit
application, second, it was done through filling credit application letter (SKKP),
third, analyzing credit, fourth, decision of credit, fifth refusing or achieving the credit
application, sixth, step of making credit agreement and finally, steps of making
changing of right assurance as guaranteed things. It could be concluded that the
solutions in accomplishing repreship of credit agreement by assurance of company
dependence right in local company of BPR (Bank Perkreditan Rakyat) in sub district
of Tirtomoyo, regency of Wonogiri are : if the business of the debtors is bankrupt and
he couldn‟t pay his debt, the bank would tell the debtors to pay off his debt by his
way to pay or way the bank‟s rule it would done by auditing or auctioning the
debtor‟s business. If the debtor was not on time in paying this debt, the bank would
give penalty for the debtor. If the debtor pay his debt but it is different with
agreement, the bank would give tolerance with his arreas and give penalty. If he
43

couldn‟t pay his debt, the bank would make auction of the assurance given to pay the
debt.

Key word : Agreement of repreship, Rigth of dependence.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan hukum ini dengan baik.

Penulisan hukum ini membahas tentang PENYELESAIAN KREDIT MACET


DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN
PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI
KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput dari
kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisisnya.
Namun penulis berharap bahwa penulisan hukum ini mampu memberikan manfaat
baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya.
44

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih


kepada semua pihak yang telah membantu baik material maupun non material
sehingga penulisan hukum ini dapat diselesaikan, terutama kepada :
1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum UNS.
2. Bapak Prof.Dr.Jamal Wiwoho.SH.M,Hum selaku pembimbing pertama dan
Bapak Yudho Taruno.SH.M,Hum selaku pembimbing penulisan hukum (skripsi),
yang telah menyediakan waktu, arahan dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan bagi tersusunnya penulisan hukum (skripsi) ini.
3. Ibu Erna Dyah Kusumawati S.H., M.Hum, selaku pembimbing akademis.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan Fakultas Hukum UNS.
5. Bapak Arwinto SE, Bapak Slamet Widodo, Bapak Kholidin selaku bagian kredit
yang telah memberikan data kepada penulis selama mengadakan penelitian.
6. Bapak dan Ibu yang telah membantu doa, memberikan semangat dan memberikan
inspirasi, terima kasih bapak ibu.
7. Adiku Wisnu Seno Kartiko terima kasih atas semangat dan doanya serta
semuanya.
8. Sahabatku dan teman-teman Kartiko : Wisnu Seno Kartiko, S.H, Denny Wahyu
Hidayat, S.H, Arifianto Nugroho, S.H, Sutiyono, S.H, Alfian Sanjaya ,S.H, Dodi
Tri Hari, S.H, Ari Kristanto,S.H, Rani Dwi Wati,S.H, Prasasti Dewi Yuliarti,S.H,
Siti Munawaroh,S.H, Rahmat Wibisono,S.H, Denanda Septiana, S.H, Fitha
Erdhina,S.H, Danang Jaya Prahara, S.H, Karuniawan Arif Kuncoro, S.H, Ilham
Yosmiardi, S.H, Adi Surya Wijaya, S.H, Yoga Itut, S.H, Ronggo, S.H yang telah
mememani dan memberi doa serta semangat.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusunan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


45

Surakarta, 28 april 2010

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. iv
HALAMAN MOTTO.......................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... vi
ABSTRAK........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
46

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... .. xii


BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Perumusan Masalah........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 6
E. Metode Penelitian........................................................................... 6
F. Sistematika Skripsi......................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 13
A. Kerangka Teori............................................................................ .. 13
1. Tinjauan Umum Tentang hak tanggungan............................... 13
2. Tinjauan Umum Tentang perjanjian......................................... 15
3. Tinjauan Umum Tentang Kredit............................................... 22
B. Kerangka Pemikiran....................................................................... 32
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ .. 34
A. Gambaran Tentang Kantor PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo....................................................................................... 34
1. Berdirinya PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo.. 34
2. Visi dan Misi PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo.................................................................................
36
3. Kedudukan dan Struktur Organisanisasi PD BPR BKK Wonogiri
kota Cabang Tirtomoyo...................................................................

38
B. Proses-proses Perjanjian Pembebanan Hak Tanggngan dalam perjanjian
kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan di PD BPR BKK Kec
Tirtomoyo Kab
47

Wonogiri…………………......................................................
47
1. Proses Perjanjian kredit di mulai..............................................
49
2. Pembuatan Perjanjian Kredit.....................................................
50
3. Bentuk dan Isi Akta Pembabanan Hak Tanggungannya...........
53
4. Proses pembebanan jaminan Hak Tanggungan..........................
55
C. Penyelesaiaan kredit macet dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak
tanggungan serta permasalahan yang Timbul dalam Pelaksanaan
Perjanjian Pemberian Kredit pada PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo dan Solusi
Mengatasinya................................................................
57
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................
64
A. Kesimpulan....................................................................................
64
B. Saran..............................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran I : Struktur Organisasi PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo.
Lampiran II : Peraturan Pusat tentang Perubahan Cara Pemberian Kredit.
Lampiran III :Pedoman Tata Cara Kerja PD BPR BKK Wonogiri Kota
Cabang Tirtomoyo.
48

Lampiran IV : Sertifikat Tanda Bukti dan Penyerahan Hak Tanggungan.


Lampiran V : Sertifikat Hak Tanggungan.
Lampiran VI : Surat Keterangan Telah Melakukan penelitian.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagan Model Analisis Data ...............................................................


11
Gambar 2 : Bagan Kerangka Pemikiran ...............................................................
32
Gambar 3 : Bagan Struktur Organisasi Kantor PD BPR BKK Wonogiri Kota
Cabang Tirtomoyo ..........................................................................
38
49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari


pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam
rangka memelihara kesinambungan pembangunan tersebut, yang para
pelakunya meliputi baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang
perorangan dan badan hukum, sangat diperlukan dana dalam jumlah yang
besar dan tujuan pembagunan nasioanal yaitu melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (UUD
1945 Alinea Ke IV).

Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam pengadaan


dana tersebut adalah perbankan. Berbagai lembaga keuangan, terutama bank
konvensional, telah membantu pemenuhan kebutuhan dana bagi kegiatan
perekonomian dengan memberikan pinjaman uang antara lain dalam bentuk
kredit perbankan yang telah banyak dimanfaatkan oleh anggota masyarakat
yang memerlukan dana.

Berkaitan dengan upaya peningkatan perekonomian masyarakat, salah


satu program tersebut adalah pemberian kredit kepada masyarakat seperti
halnya yang di lakukan Perusahaan Daerah BPR (BANK PERKREDITAN
RAKYAT) di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri sehingga dapat
memperkuat permodalan yang nantinya dapat meningkatkan taraf hidup
50

masyarakat pada umumnya. Fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun


dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (UU
No 10 Tahun 1998 Pasal 3).

Dalam menjalankan fungsinya tersebut, maka bank melakukan usaha


menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Dalam hal ini bank juga menyalurkan dana yang
berasal dari masyarakat dengan cara memberikan berbagai macam kredit, dari
ketentuan tersebut dapat terlihat bahwa fungsi utama bank sebagai perantara
pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of founds) dengan pihak yang
kekurangan dan yang memerlukan dana sehingga perbankan wajib menjaga
dengan baik dana yang dititipkan masyarakat tersebut. Perbankan harus dapat
menyalurkan dana tersebut ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian
sasaran pembangunan. Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 4 Undang-
Undang Perbankan yang menyebutkan bahwa perbankan Indonesia bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatan
pemerataan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional dalam hal ini
perbankan Indonesia mempunyai tujuan yang sangat strategis dan tidak hanya
berorientasi ekonomis, tetapi juga kepada hal-hal non ekonomis seperti
masalah stabilitas nasional (Hermansyah, 2005 : 19).

Berdasarkan ketentuan kredit perbankan harus didasarkan pada


persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam atau dengan istilah lain harus
didahului dengan adanya perjanjian kredit perjanjian kredit yang diberikan
oleh bank kepada nasabah bukanlah tanpa risiko, karena suatu risiko mungkin
saja terjadi. Risiko yang umumnya terjadi adalah risiko kegagalan atau
kemacetan dalam pelunasan, keadaan tersebut sangatlah berpengaruh kepada
51

kesehatan bank, karena uang yang dipinjamkan kepada debitor berasal atau
bersumber dari masyarakat yang disimpan pada bank itu sehingga risiko
tersebut sangat berpengaruh atas kepercayaan masyarakat kepada bank yang
sekaligus kepada keamanan dana masyarakat tersebut.

Kredit yang diberikan oleh bank tentu saja mengandung risiko


sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas
perkreditan yang sehat dan untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan
pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan
debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank Untuk
memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus
melakukan penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal
agunan, dan prospek usaha dari debitur. Apabila unsur-unsur yang ada telah
dapat meyakinkan kreditur atas kemampuan debitur maka jaminan cukup
hanya berupa jaminan pokok saja dan bank tidak wajib meminta jaminan
tambahan.

Jaminan pokok yang dimaksud dalam pemberian kredit tersebut adalah


jaminan yang berupa sesuatu atau benda yang berkaitan langsung dengan
kredit yang dimohon. Sesuatu yang dimaksud di sini adalah proyek atau
prospek usaha yang dibiayai dengan kredit yang dimohon, sementara itu yang
dimaksud benda di sini adalah benda yang dibiayai atau dibeli dengan kredit
yang dimohon. Jenis tambahan yang dimaksud adalah jaminan yang tidak
bersangkutan langsung dengan kredit yang dimohon. Jaminan ini berupa
jaminan kebendaan yang objeknya adalah benda milik debitur maupun
perorangan, yaitu kesanggupan pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
debitur serta indikator dari pemberian kredit ini adalah kepercayaan moral,
komersial, finansial, dan anggunan.
52

Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit


adalah keadaan dimana debitur lalai untuk melakukan kewajibannya atau yang
biasanya disebut wanprestasi. Fakta yang sering kali terjadi dilapangan adalah
debitur terlambat dalam melakukan pembayaran baik cicilan maupun bunga.
Oleh karena itu setiap pemberian kredit yang disalurkan oleh bank, dalam
prakteknya bank selalu meminta kepada nasabah debitur untuk menyerahkan
jaminan dan hal itu pula yang di lakukan oleh Perusahaan Daerah BPR
(BANK PERKREDITAN RAKYAT) di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten
Wonogiri guna keamanan dalam pengembalian kredit tersebut.

Lembaga jaminan mempunyai tempat yang sangat penting dalam


kegiatan perkreditan, dan penyempurnaan Hukum yang telah ada, seperti telah
diaturnya lembaga jaminan untuk benda-benda bergerak yang telah diatur
dalam Undang-undang No 42 Tahun 1999 tentang Fidusia dan lembaga
jaminan untuk benda-benda tidak bergerak seperti tanah dan benda-benda
yang berkaitan dengan tanah dalam Undang-undang No. 4 tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan. Jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitur kepada
kreditur untuk memberikan keyakinan kepada kreditur bahwa debitur akan
membayar hutangnya sesuai dengan yang di perjanjikan (Muhammad
Djumhana, 1997 : 394).

Dasar pemberian kredit modal usaha di Perusahaan Daerah BPR


(Bank Perkreditan Rakyat) di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri
juga mengisyaratkan adanya jaminan guna pengamanan kredit yang telah
dikucurkan. Jaminan kredit yang di terima Perusahaan Daerah BPR (Bank
Perkreditan Rakyat) di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri dapat
berupa jaminan Fidusia dan jaminan Hak tanggungan. Jaminan Hak
Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak tanah
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 tentang
53

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda


lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang
tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur
tetentu dan terhadap kreditur-kreditur lainya (Hartono Hadisaputro, 1986 :
31).

Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dari segi sudut
pandang mengenai banyaknya penggunaan jaminan Hak Tanggungan atas
tanah dalam mengajukan kredit di Perusahaan Daerah BPR (BANK KREDIT
KECAMATAN) Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri dibandingkan
mengenai jaminan yang lainnya seperti jaminan fidusia. Berdasarkan uraian
tersebut di atas, maka untuk itulah penulis mengangkatnya dalam suatu
penulisan skripsi dengan judul : “PENYELESAIAN KREDIT MACET
DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK
TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BPR (BANK
KREDIT KECAMATAN) KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN
WONOGIRI"

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka


perumusan masalah yang akan di angkat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses perjanjian pembebanan hak tanggungan dalam perjanjian
kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan di perusahaan daerah BPR (BANK
PERKREDITAN RAKYAT) di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri
?
54

2. Bagaimana penyelesaian kredit macet dalam perjanjian kredit dengan jaminan


hak tanggungan di perusahaan daerah BPR (BANK PERKREDITAN
RAKYAT) di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri ?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian hukum mempunyai tujuan yang jelas. Demikian pula


penelitian ini mempunyai tujuan obyektif dan tujuan subyektif yaitu sebagai
berikut :

1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui proses perjanjian pembebanan Hak Tanggungan dalam
perjanjian kredit di Perusahaan Daerah BPR (BANK PERKREDITAN
RAKYAT) di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri.
b. Untuk mengetahui penyelesaian kredit macet dalam perjanjian kredit
dengan jaminan Hak Tanggungan tersebut di Perusahaan Daerah BPR
(BANK PERKREDITAN RAKYAT) di Kecamatan Tirtomoyo
Kabupaten Wonogiri.

2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan, serta pemahaman penulis
terhadap penerapan teori-teori yang telah penulis terima selama
menempuh kuliah dalam mengatasi masalah hukum yang terjadi dalam
masyarakat.
b. Untuk memperoleh data dan informasi yang di perlukan penulis dalam
menyusun penulisan hukum guna memenuhi persyaratan yang di wajibkan
dalam meraih gelar sarjana strata 1 bidang ilmu hukum di Universitas
sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian
55

1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan
dibidang hukum pada umumnya dan hukum perdata pada khususnya.
b. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan
pembendaharaan literatur dan menambah khasanah dunia kepustakaan,
sehingga dapat menjadi bahan acuan untuk mengadakan kajian dan
penelitian mengenai hal sejenis yaitu mengenai proses pemberian kredit
serta penyelesaiannya dengan jaminan hak tanggungan.

2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberi sumbangan pemikiran untuk penyusunan kebijakan atau
program dalam rangka pemberian kredit perbankan.
b. Dengan penelitian ini diharapkan pembaca atau masyarakat mengetahui
lebih jauh mengenai pelaksanaan mekanisme pemberian kredit dengan
jaminan hak tanggungan serta penyelesaianyan di BPR BANK KREDIT
KECAMATAN Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah berdasarkan pada


metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari suatu
atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya (Soerjono
Soekanto, 1986 : 43).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan ini penelitian akan menggunakan jenis penelitian


empiris. Penelitian empiris merupakan penelitian hukum yang menggunakan
56

data primer sebagai data utama dan bersumber pada karyawan bagian
pemberian kredit oleh Bpk Arwinto Adi, Slamet Widodo, Kholidin di BPR
BKK Kec Tirtomoyo Kab Wonogiri mana penulis langsung terjun ke lokasi
penelitian serta juga di bantu dengan data sekunder.

2. Sifat Penelitian

Jenis penelitian dipandang dari tujuannya, dibedakan menjadi:


a) Penelitian fact-finding yaitu penelitian dengan menemukan fakta-fakta di
lapangan.
b) Penelitian problem-identification yaitu penelitian dengan mencari
permasalahan yang ada.
c) Penelitian problem-solution yaitu penelitian untuk mencari solusi atas
suatu permasalahan (Soerjono Soekanto, 2005: 50).

Berdasarkan pengelompokan jenis penelitian menurut Soerjono


Soekanto, maka penelitian ini bersifat penelitian fact-finding yaitu penelitian
yang menemukan fakta-fakta di lapangan dan menjelaskan secara lengkap dan
sistematis keadaan obyek yang diteliti berdasarkan data-data, analisis dan
interpretasi atau dengan kata lain penelitian ini hanya berusaha menemukan
fakta-fakta di lapangan.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.


Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalkan perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa. Pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexy Moleong, 2005:6). Di
57

sini peneliti memahami dan mempelajari permasalahan yang ada di BPR BKK
Kec Tirtomoyo dengan bertanya kepada Debitur dan kreditur dalam suatau
permohonan kredit dengan jaminan pembebanan hak tanggungan serta
meneliti bagaimana proses dari pemberian kredit, pembebanan hak
tanggungan pada kredit, sampai penyelesaiannya kredit dengan jaminan hak
tanggungan bila si debitur melakukan wanprestasi kepada kreditur

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di tentukan dengan maksud untuk mempersempit


serta memperjelas ruang lingkup sehingga orientasi penelitian ini dapat di
batasi dan terarah, dimana untuk memperoleh data-data yang diperlukan,
maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di Perusahaan
Daerah BPR Bank Kredit Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri, karena
disana belum pernah adanya penelitian di bidang hak tanggungan serta
banyaknya masyarakat yang menggunakan hak tanggungan dalam
peminjaman kredit.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung


melalui penelitian di lapangan, berupa sejumlah informasi, keterangan
serta hal yang berhubungan dengan obyek penelitian. Adapun data
penelitian diperoleh di Perusahaan Daerah BPR Bank Kredit Kecamatan
Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri.

b. Data Sekunder
58

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber bahan


kepustakaan, yang meliputi, literatur-literatur, himpunan-himpunan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dokumen-dokumen, artikel-
artikel di media cetak serta literatur-literatur di internet, bahan hukum
primer : dari hasil wawancara dan dari pendapat ahli hukum, dan bahan
hukum tersier : yang meliputi kamus besar bahasa Indonesia.

6. Sumber Data

a. Sumber data Primer

Karyawan bagian pemberian kredit oleh Bapak Budi Purwanto dan


bagian penyelesaian kredit oleh Bapak Arwinto Adi di Perusahaan Daerah
BPR (BANK PERKREDITAN RAKYAT) Kecamatan Tirtomoyo
Kabupeten Wonogiri yang terkait secara langsung dengan permasalahan
yang menjadi obyek penelitian.

b. Sumber data Sekunder

Sumber data sekunder yang tidak secara langsung memberikan


keterangan dan berfungsi untuk melengkapi data-data yang ada yang di
peroleh dari peraturan perundang-undangan, artikel-artikel hukum, bahan
dari internet.

7. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara
59

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, antara


pewawancara (interviewer) dengan terwawancara (interviewee) (lexy
Moeleong, 2005:186). Wawancara di lakukan pada karyawan bagian
pemberian kredit oleh Bapak Arwinto Adi, Bapak Slamet Widodo, Bapak
Kholidin di PD BPR BKK Kec Tirtomoyo Kab Wonogiri

b. Observasi

Observasi yaitu dengan terjun ke lapangan di Perusahaan daerah BPR


Bank Kredit Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri dengan
mengobservasi suatu keadaan yang di teliti.

8. Tehnik Analisis data

Mengingat data yang ada dalam penelitian ini bersifat kualitatif maka
akan dianalisis dengan teknik analisis interaktif di karenakan bersumber di
Perusahaan Daerah BPR Bank Kredit Kecamatan Tirtomoyo Kabupeten
Wonogiri dengan wawancara serta terjun ke lapangan. Analisis interaktif
(interaktif model of analisis) yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisis
melalui tiga tahap, yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menarik
kesimpulan. Selain ini dilakukan suatu proses siklus antara tahap-tahap
tersebut sehingga data yang terkumpul dan berhubungan satu dengan yang
lain secara sistematis (HB Sutopo, 2006: 230). Tiga tahap tersebut adalah:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan bagian dari proses analisis yang mempertegas,


memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting
dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan penelitian dapat
dilakukan.
60

b. Penyajian Data

Penyajian Data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi


dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian yang
dapat dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah
sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti. Selain
berbentuk narasi, sajian data juga bias meliputi berbagai jenis matrik,
gambar/skema, jaringan kerja kegiatan dan juga tabel sebagai pendukung
narasinya.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses


pengumpulan data berakhir. Kesimpulan perlu diverifikasi agar cukup
mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan (H.B. Sutopo, 2006:
114-116)
61

Pengumpulan
Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan
Kesimpulan

Gambar 1. Skema Model Analisis Data

F. Sistematika Skripsi

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan


karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan karya ilmiah, maka
penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan skripsi. Adapun sistematika
penulisan hukum terbagi dalam 4 (empat) bab yang saling berkaitan dan
berhubungan. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis memberikan gambaran mengenai permulaan
sebuah penelitian, meliputi latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, serta sistematika penulisan hukum.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


62

Dalam bab kedua memuat 2 (dua) sub bab, yaitu kerangka teori dan
kerangka pemikiran. Kerangka teori meliputi : Tinjauan umum tentang
pengertian perjanjian, syarat sah perjanjian, akibat perjanjian,
berakirnya perjanjian, jenis-jenis perjanjian, pengertian kredit, unsur-
unsur kredit, syarat-syarat kredit, arti penting jaminan dalam
perjanjian kredit, wanprestasi dalam perjanjian kredit. Sedangkan
dalam kerangka pemikiran penulis akan menampilkan bagan kerangka
pemikiran.

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini penyusun akan membahas dan menjawab akan tentang pokok-
pokok permasalahan yang ingin dikemukakan berdasarkan rumusan
masalah yaitu tentang bagaimana proses perjanjian pembebanan hak
tanggungan dalam perjanjian kredit di perusahan daerah BPR (BANK
KREDIT KECAMATAN) Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten
Wonogiri, bagaimana bentuk dan isi akte pembebanan hak tanggungan
dalam perjanjian kredit, serta bagaimana penyelesaian kredit macet
dalam perjanjain kreditnya.

BAB IV: PENUTUP


Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan dan hasil penelitian dan
pembahasan serta memberikan saran-saran terhadap beberapa
kekurangan yang harus diperbaiki yang penulis temukan dalam
penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
63

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Hak Tanggungan

a. Pengertian Hak Tanggungan

Hak tanggungan menurut ketentuan pasal 1 butir 1 undang-undang No.


4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda
yang berkaitan dengan tanah, adalah:

“Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang


berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya di sebut hak
tanggungan, adalah hak jaminan yang di bebankan pada hak
atas tanah sebagaimana dimaksud dalam undanag-undanag
nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok
agraria, berikut atau tak berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk
pelunasanutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang di
utamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor
lain”

Dan pada butir tersebut dapat di ambil keputusan bahwa hak


tanggungan adalah suatu bentuk jaminan pelunasan utang. menurut
pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.4 Tahun 1996 Tentang Hak
Tanggungan; “Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda
yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutanya disebut Hak
Tanggungan, adalah jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakan kesatuan dengan tanah
64

itu, untuk pelunasan utang tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.”


hak tanggungan yang diatur dalam undang-undang ini pada
dasarnya adalah jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakan kesatuan dengan tanah
itu, untuk pelunasan utang tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.
Namun seiring perkembangan waktu benda yang dijaminkan menjadi
berkembang, dalam hal ini tak hanya tanah namun dapat juga berupa
bangunan, tanaman, dan suatu hasil karya yang secara tetap
merupakan satu kesatuan dengan tanah

b. Asas-asas hak tanggungan

1) hak tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan


bagi kreditur pemegang hak tanggungan.
2) hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi.
3) hak tanggungan hanya dapat dibebankan pada hak atas
tanah yang telah ada.
4) hak tanggungan dapat dibebankan juga atas benda-benda
yang berkaitan dengan tanah yang baru akan ada dikemudian
hari.
5) perjanjian hak tanggungan adalah perjanjian accessoir.
6) hak tanggungan dapat dijadikan jaminan untuk utang yang baru
akan ada.
7) hak tanggungan dapat menjamin lebih dari satu orang.
8) diatas hak tanggungan tidak dapat diletakkan sita oleh
pengadilan.
65

9) hak tanggungan hanya dapat dibebankan atas tanah yang


tertentu.
10) hak tanggungan wajib didaftarkan.
11) hak tanggungan dapat diberikan dengan disertai janji-janji
tertentu.
12) objek hak tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk
dimiliki sendiri oleh pemegang hak tanggungan bila debitur
cidera janji.
13) pelaksanaan eksekusi hak tanggungan mudah dan pasti (Kartini
Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2005 : 15-39).

Dalam kamus bahasa Indonesia sendiri, tanggungan di artikan


sebagai barang yang di jadikan jaminan. Sedangkan jaminan itu
sendiri artinya tanggunagan atas pinjaman yang di terima. Yang di
maksud dalam hak tanggunagn adalah

“ Hak jaminan yang di bebankan pada hakatas tanah


sebagaimana di maksud dalam undang-undang no 5 tahun 1960
tentang peraturan pokok-pokok agrarian berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang di utamakan kepada kreditur
tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya “ ( H. Salim HS,
2005 : 95-96 ).

Istilah hak tanggungan di Indonesia sebagai sinonim dari asuransi


sejalan dengan itu muncul istilah penanggung yang berarti perusahaan
asuransi atau istilah tertanggung atau pihak yang di asuransikan. Hak
tanggungan adalah salah satu jenis dari hak jaminan di samping
Hipotik, Gadai dan Fidusia. Hak jaminan di maksud untuk maenjamin
utang seorang Debitor yang memberi hak utama kepada Kreditor
tertentu apabila debitor cidera janji ( Remy Sjahddeini, 2005 : 4 ).
66

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat di tarik kesimpulan


bahwa hak tanggungan itu adalah suatu bentuk jaminan pelunasan
utang dalam suatu perjanjain kredit yang berupa tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengan tanah atau benda yang tidak bergerak
serta dalam perkembangannya sekarang bisa berupa bangunan,
tanaman dan suatu hasil karya yang secara tetap merupakan satu
kesatuan dengan tanah

2. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang


atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih
(Pasal 1313 KUHperdata). Pengertian perjanjian ini mengandung
unsur :

1) Perbuatan, penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang


perjanjian ini lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum
atau tindakan hukum, karena perbuatan tersebut membawa akibat
hukum bagi para pihak yang memperjanjikan.
2) Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih. Untuk
adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang
saling berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan yang
cocok/pas satu sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan
hukum.
3) Mengikatkan dirinya, di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang
diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam
67

perjanjian ini orang terikat kepada akibat hukum yang muncul


karena kehendaknya sendiri.

Sedangkan perjanjian menurut R.Subekti adalah suatu peristiwa


dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal (Subekti, 2002 : 1).
Peristiwa perjanjian ini, menimbulkan suatu hubungan antara dua
orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian ini menerbitkan
perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya,
perjanjian ini berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung
janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Hubungan
antara perikatan dan perjanjian itu menerbitkan perikatan, disamping
sumber lainnya yaitu Undang-Undang

b. Syarat sahnya Perjanjian

Agar suatu perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak,
perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 1320 KUHperdata yaitu :

1) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; Kata “sepakat” tidak


boleh disebabkan adanya kekhilafan mengenai hakekat barang
yang menjadi pokok persetujuan atau kekhilafan mengenai diri
pihak lawannya dalam persetujuan yang dibuat terutama
mengingat dirinya orang tersebut; adanya paksaan dimana
seseorang melakukan perbuatan karena takut ancaman (Pasal 1324
KUHperdata);adanya penipuan yang tidak hanya mengenai
kebohongan tetapi juga adanya tipu muslihat (Pasal 1328
KUHperdata). Terhadap perjanjian yang dibuat atas dasar
68

“sepakat” berdasarkan alasan-alasan tersebut, dapat diajukan


pembatalan.
2) cakap untuk membuat perikatan; Pasal 1330 KUHperdata
menentukan yang tidak cakap untuk membuat perikatan :
a. Orang-orang yang belum dewasa

Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan, anak di


bawah penganpuan, anak belum cukup umur menurut undang
yang mengaturnya Orang-orang perempuan, dalam hal-hal
yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya
semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang
membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Namun berdasarkan
fatwa Mahkamah Agung, melalui Surat Edaran Mahkamah
Agung No.3/1963 tanggal 5 September 1963, orang-orang
perempuan tidak lagi digolongkan sebagai yang tidak cakap.
Mereka berwenang melakukan perbuatan hukum tanpa bantuan
atau izin suaminya Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh
pihak yang tidak cakap adalah batal demi hukum (Pasal 1446
KUHperdata).

3) Suatu hal tertentu;

Perjanjian harus menentukan jenis objek yang


diperjanjikan Jika tidak maka perjanjian itu batal demi hukum.
Pasal 1332 KUHperdata menentukan hanya barang-barang
yang dapat di perdagangkan yang dapat menjadi obyek
perjanjian, dan berdasarkan Pasal 1334 KUHperdata barang-
barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi
obyek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undang-undang
69

secara tegas. suatu sebab atau causa yang halal. Sahnya causa
dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat.
Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum,
kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Syarat pertama
dan kedua menyangkut subyek, sedangkan syarat ketiga dan
keempatmengenai obyek. Terdapatnya cacat kehendak (keliru,
paksaan, penipuan) atau tidak cakap untuk membuat perikatan,
mengenai subyek mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan.
Sementara apabila syarat ketiga dan keempat mengenai obyek
tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.

4) Suatu sebab yang halal.

Dengan syarat ini di maksudkan adalah tujuan dari


perjanjian itu sendiri. Sebab yang tidak halal adalah yang
berlawanan dengan undang-undang kesusilaan dan
bertentangan dengan ketertiban umum. Adanya kausa yang
halal. Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak
memakai suatu sebab yang halal, atau dibuat dengan suatu
sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan
hukum.

c. Akibat Perjanjian

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang menyatakan bahwa


semua kontrak (perjanjian) yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari Pasal ini dapat
disimpulkan adanya asas kebebasan berkontrak, akan tetapi kebebasan
ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sehingga para pihak
yang membuat perjanjian harus menaati hukum yang sifatnya
70

memaksa. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan


sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian tidak hanya
mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya,
tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian,
diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. Suatu
perjanjian tidak di perbolehkan membawa kerugian kepada pihak
ketiga.

d. Berakhirnya Perjanjian
Perjanjian berakhir karena :
1) Ditentukan oleh para pihak berlaku untuk waktu tertentu.
2) Undang-undang menentukan batas berlakunya perjanjian;
3) Para pihak atau undang-undang menentukan bahwa dengan
terjadinya peristiwa tertentu maka persetujuan akan hapus;
Peristiwa tertentu yang dimaksud adalah keadaan memaksa
(overmacht) yang diatur dalam Pasal 1244 dan 1245 KUH Perdata.
Keadaan memaksa adalah suatu keadaan dimana debitur tidak
dapat melakukan prestasinya kepada kreditur yang disebabkan
adanya kejadian yang berada di luar kekuasaannya, misalnya
karena adanya gempa bumi, banjir, lahar dan lain-lain. Keadaan
memaksa dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :

(a) keadaan memaksa absolut adalah suatu keadaan di mana


debitur sama sekali tidak dapat memenuhi perutangannya
kepada kreditur, oleh karena adanya gempa bumi, banjir
bandang, dan adanya lahar (force majeur). Akibat keadaan
memaksa absolut (force majeur) debitur tidak perlu membayar
ganti rugi (Pasal 1244 KUH Perdata); 3b. kreditur tidak berhak
71

atas pemenuhan prestasi, tetapi sekaligus demi hukum bebas


dari kewajibannya untuk menyerahkan kontra prestasi, kecuali
untuk yang disebut dalam Pasal 1460 KUH Perdata.
(b) keadaan memaksa yang relatif adalah suatu keadaan yang
menyebabkan debitur masih mungkin untuk melaksanakan
prestasinya, tetapi pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan
dengan memberikan korban besar yang tidak seimbang atau
menggunakan kekuatan jiwa yang di luar kemampuan manusia
atau kemungkinan tertimpa bahaya kerugian yang sangat besar.
Keadaan memaksa ini tidak mengakibatkan beban resiko
apapun, hanya masalah waktu pelaksanaan hak dan kewajiban
kreditur dan debitur. Pernyataan menghentikan persetujuan
(opzegging) yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak atau
oleh salah satu pihak pada perjanjian yang bersifat sementara
misalnya perjanjian kerja putusan hakim tujuan perjanjian telah
tercapai dengan persetujuan para pihak (herroeping)
(http://www.jdh.bpk.go.id/informasihukum/petrjanjian.pdf.pen
gertianperjanjian).

e. Jenis-Jenis Perjanjian

1) Menurut Mariam Darus Badrulzaman (Badrulzaman,2001: 66),


sebagaimana dikutip oleh Maris Feriyadi dalam tesisnya bahwa
berdasarkan kriterianya terdapat beberapa jenis perjanjian, antara
lain:
a) Perjanjian Timbal Balik adalah perjanjian yang
menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak.
b) Perjanjian Cuma – Cuma yaitu Menurut ketentuan Pasal
1314 KUHPerdata, suatu persetujuan yang dibuat dengan
72

cuma-cuma adalah suatu persetujuan dengan mana pihak


yang satu memberikan suatu keuntungan kepada, pihak
yang lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya
sendiri.
c) Perjanjian Atas Beban adalah perjanjian dimana terhadap
prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi
dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada
hubungannya menurut hukum.
d) Perjanjian Bernama ( Benoemd ) adalah perjanjian yang
sudah mempunyai nama sendiri, maksudnya adalah bahwa
perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh
pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling
banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian khusus terdapat
dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUHPerdata.
e) Perjanjian Tidak Bernama ( Onbenoemde Overeenkomst )
adalah perjanjian-perjanjian yang tidak diatur di dalam
KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Jumlah
perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan
dengan kebutuhan pihak- pihak yang mengadakannya.
f) Perjanjian Obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan
hak dan kewajiban diantara para pihak.
g) Perjanjian Kebendaan ( Zakelijk ) adalah perjanjian dengan
mana seorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda
kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban (oblilige)
pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak
lain (levering, transfer).
h) Perjanjian Konsensual adalah perjanjian dimana antara
kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak
untuk mengadakan perjanjian. Menurut KUHPerdata
73

perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat (Pasal


1338).
i) Perjanjian Real Yaitu suatu perjanjian yang terjadinya itu
sekaligus dengan realisasi tujuan perjanjian, yaitu
pemindahan hak.
j) Perjanjian Liberatoir adalah Perjanjian dimana para pihak
membebaskan diri dari kewajiban yang ada (Pasal 1438
KUHPerdata).
k) Perjanjian Pembuktian ( Bewijsovereenkomts ) yaitu Suatu
perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian
apakah yang berlaku di antara mereka.
l) Perjanjian Untung – untungan yaitu Menurut Pasal 1774
KUHPerdata, yang dimaksud dengan perjanjian untung-
untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai
untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi
sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang
belum tentu.
m) Perjanjian Publik yaitu suatu perjanjian yang sebagian atau
seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu
pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya
swasta. Diantara keduanya terdapat hubungan atasan
dengan bawahan (subordinated), jadi tidak dalam
kedudukan yang sama (co-ordinated).
n) Perjanjian Campuran adalah suatu perjanjian yang
mengandung berbagai unsur perjanjian di dalamnya.

Berdasarkan kesimpulan di atas Kesimpulan penulis sendiri suatu


perjanjian menitik beratkan pada pengertian perjanjian yang ada dalam
pasal 1313 KUHperdata di karenakan lebih sesuai dengan pokok
74

permasalahan dalam penulisan hukum bagi penulis yaitu di katakan


perjanjian di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
suatu orang lain dan didalamnya pula terdapat beberapa unsur dari
perjanjian yaitu : perbuatan, satu orang atau lebih dan mengikatkan
dirinya serta adanya sarat suatu perjanjian yaitu :sepakat, cakap, suatu
hal tertentu, akibat-akibat dari suatu perjanjian, berakirnya perjanjian,
serta jenis-jenis perjanjian.

3. Tinjauan umum tentang kredit

a. Pengertian tentang kredit

Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam,


dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani “credere” yang
berarti Kepercayaan. Bila dihubungkan dengan bank maka terkandung
pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya meminjamkan
sejumlah uang kepada nasabah atau debitur, karena debitur dapat di
percaya kemampuanya untuk membayar lunas pinjamannya setelah
jangka waktu yang di tentukan.

Dalam arti yang lebih luas Pengertian Kredit adalah


Kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan
suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan
pada suatu jangka waktu yang disepakati.
1) Menurut beberapa pendapat para ahli ilmu hukum, seperti:
J. A. Lavy, merumuskan arti kredit adalah menyerahkan
secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara
bebas oleh penerima kredit.
2) Drs. Muchdarsyah Sinungan, kredit adalah suatu prestasi
yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lainnya, dimana
75

prestasi akan dikembalikan lagi pada masa tertentu yang


akan diserahi dengan suatu kontraprestasi berupa bunga.

Menurut ketentuan UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 butir 11


disebutkan:

“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat


dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara pihak bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

b. Unsur-unsur kredit

Unsur-unsur kredit terdiri atas :

1) Kepercayaan yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa


prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang
atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam
jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2) Tenggang waktu yaitu masa yang memisahkan antara
pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima
pada masa yang akan datang ( Gatot Supramono, 1995 : 28 ).
3) Degree of risk yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi
sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan
antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan
diterima kemudian hari.
4) Prestasi atau obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk
uang, tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa.
76

c. Syarat-syarat Kredit

Berdasarkan pasal 8 ayat (1) Undang-undang No.10 tahun


1998 Tentang Perbankan yang menyatakan bahwa : “Dalam
memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank
umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang
mendapat atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah
debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan
dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan”.

Serta pasal 8 ayat (2) Undang-undang No.10 tahun 1998


tentang perbankan yang menyatakan : “Bank umum wajib memiliki
dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.” Ketentuan pasal 8 ayat (1) dan (2) merupakan dasar bagi
bank dalam menyalurkan kreditnya dan untuk mencegah terjadinya
masalah di kemudian hari maka dalam memberikan suatu persetujuan
kredit menggunakan pedoman formula 4P dan formula. 5C.

Formula 4P dapat diuraikan :

1) Personality yaitu pihak bank memberi data secara lengkap


mengenai kepribadian pemohon kredit, antara lain mengenai
riwayat hidup, pengalaman pemohon dalam berusaha,
pergaulan dalam masyarakat, dan lain sebagainya (Muhammad
Djumhana, 2000 : 370).
77

2) Purpose yaitu bank harus mencari data mengenai tujuan atau


penggunaan kredit sesuai line of bussines kredit bank yang
bersangkutan
3) Prospec yaitu bank melakukan analisis dengan cermat dan
mendalam mengenai bentuk usaha yang akan dilakukan oleh
pemohon kredit.
4) Payment yaitu dalam penyaluran kredit, bank harus
mengetahui dengan jelas mengenai kemampuan dari pemohon
kredit untuk melunasi utang kredit dalam jumlah dan jangka
waktu yang ditentukan.

Formula 5 C dapat diuraikan :

a) Character yaitu calon nasabah debitur harus


mempunyai watak, moral dan sifat pribadi yang baik.
Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan
dari calon debitur untuk memenuhi kewajiban dan
menjalankan usahanya.
b) Capacity yaitu kemampuan calon nasabah debitur
dalam mengelola kegiatan usahanya dan mampu untuk
melihat prospektif masa depan, sehingga usahanya
dapat berjalan dengan baik dan memberikan
keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu dalam
melunasi hutangnya dalam jangka waktu dan jumlah
yang telah ditentukan.
c) Capital yaitu bank harus terlebih dahulu melakukan
penelitian terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon
kredit. Penyelidikan ini tidak didasarkan kepada besar
78

kecilnya modal namun difokuskan kepada bagaimana


distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha tersebut
sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan
secara efektif.
d) Collateral yaitu Jaminan untuk persetujuan pemberian
kredit yang merupakan sarana pengaman atas resiko
yang mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah
debitur di kemudian hari, misal kredit macet. Jaminan
ini diharapkan dapat mampu melunasi sisa hutang.
e) Condition of economi yaitu Kondisi ekonomi dan
kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu memperoleh
perhatian dari bank untuk memperkecil resiko yang
mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi
tersebut.

Berdasarkan keterangan di atas maka penulis


menyimpulkan bahwa kredit adalah suatu kepercayaan dan
bila di kaitkan dengan bank maka selaku kreditur yang
memberikan kepercayaan kepada debitur untuk
meminjamkan suatu kredit uang, atau kredit dapat di
katakan suatu kemampaun untuk melaksanakan suatu
pemberian atau mengadakan suatu perjanjian, serta di
dalam kredit juga harus memuat unsur-unsur yaitu :
kepercayaan, tenggang waktu, deegre of risk (tingkat
resiko) dan pula adanya dari suarat kredit yaitu: 4P
personality, purpose, prospect, paymen,dan 5C character,
capacity, capital, collateral, condition of economi.
79

d. Arti pentingnya Jaminan dalam Perjanjian Kredit.

Jaminan merupakan salah satu aspek yang perlu mendapatkan


perhatian dalam mempertimbangkan suatu permohonan kredit karena
kredit merupakan hal yang mutlak diperlukan untuk mengembangkan
kegiatan perekonomian. Kebutuhan akan kredit dan pemberian
fasilitas kredit disyaratkan adanya barang sebagai jaminan yang
tujuanya adalah unutk memberikan kepastian bahwa kredit yang
diberikan benar-benar terjamin pengembalianya dengan barang-barang
yang diserahkan oleh nasabah.

Jika di kemudian hari tidak terselesaikan sebagai mana


mestinya untuk memperkuat kedudukan benda jaminan atau dengan
kata lain dengan adanya jaminan kepentingan kredit akan terlindungi.
Adanya jaminan akan mengurangi resiko kerugian bagi kreditur,
adanya jaminan harus tetap ideal yang mempunyai tugas melancarkan
dan mengamankan pemberian kredit.

Adapun untuk kepentingan fasilitas kredit dilihat dari sudut


perbankan, diperlukan jaminan dan persyratan-persyaratan bagi
pengamanan pemberian kredit tersebut yang ditegaskan dalam pasal 8
undang-undang perbankan yang diyatakan dalam memberikan kredit
bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan
debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.
Atau adanya prinsip pemberian pinjaman yang dinamakan comman
ditering verbod yaitu larangan bahwa dengan pemberian kredit
tersebut ikut menanggung resiko usaha debitur. Kemampuan dan
kesanggupan debitur di sini merupakan faktor penting yang harus
80

diperhatikan oleh bank dalam melakukan penilaian yang seksama


terhadap watak, kemapuan, prospek usaha, dan anggunan debitur. Jadi
disini anggunan menjadi salah satu unsur jaminan kredit (Hermansyah,
2005 : 59 ).

Adapun fungsi pemberian jaminan dalam perjanjian kredit


adalah :

1) Guna memberikan hak dan kekuasaan pada kreditur yang


dalam hal ini bank untuk mendapatkan pelunasan dari barang-
barang jaminan bilamana debitur cidera janji tidak membayar
kembali hutangnya pada waktu yang telah di tentukan dalam
perjanjian.
2) Memberikan dorongan kepada debitur agar :

a) Betul-betul menjalankan usaha atau proyeknya yang dibiayai


dengan kredit bank, karena apabila hal tersebut dibiarkan
resikonya adalah hak miliknya yang dijadikan jaminan akan
hilang.
b) Betul-betul memenuhi ketentuan-ketentuan yang tercantum di
dalam perjanjian kredit. Oleh karena itu jaminan mempunyai
fungsi melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, maka
jaminan yang baik (ideal) adalah :

(1). Yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu


oleh pihak yang memerlukannya
(2). Yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari
untuk melakukan (meneruskan) usahanya.
(3). Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit
bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk
81

dieksekusi, yaitu bila perlu dapat mudah diuangkan untuk


melunasi hutangnya si penerima (pengambil kredit).
(4). Yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu
oleh pihak yang memerlukannya .
(5). Yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari
untuk melakukan (meneruskan) usahanya.
(6). Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit
bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk
dieksekusi, yaitu bila perlu dapat mudah diuangkan untuk
melunasi hutangnya si penerima (pengambil kredit).

The basic moral hazard problem is the incentive for


depository institutions to engage in excessively high-risk
activities, relative to socially optimal outcomes, in order to
increase the option value of their deposit insurance
guarantee. The overall empirical evidence is consistent
with the likelihood that generous government-funded
deposit insurancemight have a negative impact on financial
development and growth in the long run, except in
countries where the rule of law is well established and
bank supervisors are granted sufficient discretion and
independence from legal reprisals. Insurance premium
requirements on member banks, even when risk-adjusted,
are instead found to have little effect in restraining banks'
risk-taking behavior. (Journal of Money, Credit, and
Banking Volume 37, Number 1, February 2005 )

e. Wanprestasi dan Pengertian Kredit Macet dalam Perjanjian


Kredit

Dalam pemberian kredit, terdapat kemungkinan bahwa debitur


tidak dapat memenuhi prestasi yang menjadi kewajibannya atau dapat
dikatakan debitur tersebut melakukan wanprestasi dalam kredit.
82

Dalam dunia perkreditan terdapat 3 macam perbuatan yang tergolong


wanprestasi yaitu:

1) Nasabah sama sekali tidak dapat membayar angsuran kredit


(beserta bunganya).
2) Nasabah membayar sebagaianya.
3) Angsuran kredit (beserta bunganya).
4) Pembayaran kredit tidak dapat dipersoalkan apakah nasabah
telah membayar sebagian kecil angsuran. Walaupun nasabah
kurang membayar satu kali angsuran, tetap tergolong kreditnya
sebagai kredit macet.
5) Nasabah membayar lunas kredit (beserta bunganya) setelah
jangka waktu yang di perjanjikan berakhir, hal ini tidak
termasuk nasabah lunas setelah perpanjang jangka waktu kredit
yang telah disetujui bank atas permohonan nasabah, karena
telah terjadi perubahan perjanjian yang disepakati bersama,
jadi yang dimaksudkan adalah tidak pernah terjadi perubahan
perjanjian kredit sedikitpun, keadaan demikian dapat terjadi,
setelah bank mengambil langkah untuk menyelesaikan ke
pengadilan, nasabah bersedia membayar lunas kreditnya (Gatot
Supramono, 1995 : 92 ).
6) Kredit macet sebagai perpanjangan dari kredit bermasalah,
apabila ditinjau dari KUH Perdata, maka yang dimaksud kredit
macet adalah tidak memenuhi kewajiban dalam suatu
perjanjian, dalam hal ini perjanjian kredit. Dimana dalam
penjelasannya apa yang menjadi motif dari ingkar janji
(wanprestasi) yang mengakibatkan kredit macet tersebut tidak
dipersoalkan. Dan untuk perjanjian timbal balik maka hak
kreditur. Namun tidak jarang terjadi, jangka waktu kreditnya
83

telah habis akan tetapi debitur tidak atau belum dapat melunasi
kewajiban untuk membayar hutangnya pada bank. Adanya hal
yang demikian ini maka dapat dikategorikan sebagai tindakan
wanprestasi atau ingkar janji., penyebab kredit macet:
a. Timbulnya kredit macet yang di timbulkan oleh adanya
unsur kesengajaan untuk melanggar kebijakan dan
prosedur yang telah di tetapkan.
b. Timbulnya kredit macet karena memanfaatkan
lemahnya peraturan atau ketentuan yaitu memang
belum ada atau sudah ada, tetapi tidak jelas.
c. Adanya oknum intern bank sendiri yang melakukan
KKN sehingga menyebabkan kredit macet.

Suatu kredit dapat digolongkan menjadi kredit macet apabila


kredit tersebut bermasalah dalam pemenuhan prestasi antara
debitur kepada debitur atau dengan kata lain apabila debitur
sudah tidak bisa melunasi sisa hutang yang ada pada kreditur

Namun tindakan wanprestasi debitur tidak selamanya dalam


keadaan debitur tidak memenuhi prestasi seperti apa yang telah
diperjanjikan, melainkan dapat juga dalam hal seseorang debitur
tidak tepat waktunya dalam memenuhi prestasi yang diperjanjikan
ataupun debitur telah memenuhi prestasinya akan tetapi tidak
dengan baik sebagaimana dikehendaki oleh kreditur. Keadaan
Wanprestasi dari debitur inilah yang mengakibatkan kredit
menjadi bermasalah atau bahkan menjadi macet.

Sekalipun bank dalam memberikan kredit tidak pernah


menginginkan bahwa kredit yang diberikan akan menjadi kredit
84

yang bermasalah, dan untuk keperluan itu pihak bank akan


melakukan segala upaya preventif yang mungkin dilakukan untuk
mencegah agar kredit tidak bermasalah, namun tidak mustahil
akhirnya kredit tetap juga bermasalah, bahakan keadaan kredit itu
bukan saja tidak lancar atau diragukan melainkan akhirnya
menjadi macet. Kredit macet yang terjadi akan merupakan beban
bagi bank, bagi beban pikiran, tenaga , waktu, biaya maupun beban
dana. Oleh karenanya, setiap bank akan berusaha
menyelesaikannya dengan menetapkan suatu sistem atau cara yang
berbeda antara satu bank dengan bank yang lain.

B.Kerangka Pemikiran

PEMBERIAN KREDIT

DENGAN JAMINAN DENGAN JAMINAN


FIDUSIA HAK TANGGUNGAN

WAN PRESTASI
85

Keterangan :

Mekanisme pemberian kredit di Perusahaan Perusahaan Daerah BPR


Bank Kredit Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri dilakukan melalui 4
tahap yaitu: Tahap Permohonan kredit, analisis kredit, keputusan kredit dan
tahap pembuatan perjanjian kredit. Dalam pemberian kredit tentunya kita di
wajibkan dengan suatu kewajiban pembebanan dan kewajiban pembebanan
itu terdiri antara jaminan fidusia dan jaminan hak tanggungan dan yang di
teliti oleh peneliti adalah jaminan pembebanan dengan jaminan hak
tanggungan dan terkadang setiap individu memiliki karakteristik masing-
masing seperti setelah di berikan suatu kredit tetapi nasabah tidak bisa atau
sengaja tidak ingin mengembalikan prestasinya kepada pihak yang telah
86

memberikan kreditnya kepada orang tersebut maka dengan ini cara


penyelesaiannya oleh pihak pemberi kredit dapat menyita hak tanggungan
tersebut apabila pihak penerima kredit tidak mampu mengembalikan prestesi
kredit yang telah di berikan kepada nasabah yang menerima kredit itu dan
dalam penyelesaian kredit tersebut terdapat dua pilihan yaitu secara
kekeluargaan ataupun secara hukum dengan melalui jalur hukum.Secara Non
litigasi atau kekeluargaan yaitu pihak bank memberikan ijin untuk debitur
menjual barang jaminan guna pelunasan hutang atau pihak bank yang
mencarikan pembeli dari barang jaminan milik debitur tersebut, sedangkan
jalur hukum atau jalur litigasi yaitu pihak bang dengan kekuatan eksekutorial
yang sudah melekat pada barang jaminan yang dibebankan untuk perjanjian
dapat melelang barang jaminan guna pemenuhan atau pelunasan sisa hutang
yang belum dibayar oleh debitur
87

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat BKK


Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat BKK


Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo :

Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit


Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri merupakan produk dari
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. PD BPR BKK Kecamatan
Tirtomoyo dalam melaksanakan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi
dengan prinsip profesionalisme dan kehati-hatian. Dalam pembentukanya juga
dengan maksud dan tujuan untuk membantu mendorong pertumbuhan
perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat sebagai salah satu sumber pendapatan
daerah. Fungsinya sendiri sebagai lembaga intermediasi di bidang keuangan
dengan tugas menjalankan usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta mempunyai tugas
yaitu:

a. Menggerakan ekonomi kerakyatan melalui usaha lembaga perbankan.


b. Membantu menyediakan modal usaha bagi usaha mikro, kecil dan
menengah.
c. Memberikan pelayanan modal dengan cara mudah, murah dan mengarah
dalam mengembangkan kesempatan berusaha.
d. Mengupayakan sumber pendapatan daerah.
88

Untuk mencapai tujuan sebagaimana di maksut maka PD BPR BKK


Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo menyelenggarakan usaha-usaha antara lain
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan dan atau bentuk lainya yang di persamakan, memberikan
kredit dan melakukan pembinaan terhadap nasabah, menempatkan dana dalam
bentuk sertifikat bank Indonesia seperti deposito berjangka, giro atau jenis
lainya pada Bank lain.

PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo yang bergerak di


bidang jasa perbankan yang secara profit oriented bergerak dalam
pengembangan financial di bidang pelayanan jasa perbankan bagi
masyarakat Kecamatan Tritomoyo Kabupaten Wonogiri pada umumnya dan
juga sebagai penyalur dana kepada masyarakat dan sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah pada khususnya, Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan Tirtomoyo berkewajiban
melaksanakan kebijakan sesuai dengan visi dan misi memberikan citra
perbankan yang baik, dan memberikan berbagai efek sebesar mungkin
dalam menarik dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Landasan hukum
berdirinya Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota
Cabang Tirtomoyo adalah sebagai berikut:

a. Perda No. 22 tanggal 11 Desember 2002 yang di sahkan oleh


Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 11 Desember 2002 tentang
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan di
Provinsi Jawa Tengah.
b. Perda No 11 tahun 2008 tentang Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat Badan di Provinsi Jawa Tengah.
c. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 148 Tahun 2008 tentang petunjuk
pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 11 Tahun 2008
89

tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit


Kecamatan (PD BPR BKK) di Provinsi Jawa Tengah.
d. Peraturan Direksi PD. Bank Perkreditan Rakyat BKK Wonogiri Kota No
01 / VIII / Per.Dir / 2009 tentang pedoman tata kerja PD. Bank
Perkreditan Rakyat BKK Wonogiri Kota.

2. Visi, Misi, Tujuan Dan Dasar Hukum Perusahaan Daerah Bank


Perkreditan Rakyat BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo

Visi:
“Menjadi Bank yang sehat, besar, mandiri dan mampu bersaing.”
Misi:
a. Menjalankan usaha sebagai Bank Perkereditan Rakyat (sesuai dengan
ketentuan undang-undang ).
b. Membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan
membangun daerah di segala bidang.
c. Sebagai mitra usaha masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup
melalui layanan jasa BPR yang profesional.
d. Mengupayakan sumber pendapatan asli daerah.

Tujuan: PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo didirikan dengan


tujuan untuk membantu serta mendorong pertumbuhan
perekonomian dan pembanguna daerah di segala bidang dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat dan sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah.

Dasar hukum yang mendasari PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang


Tirtomoyo Adalah :
90

a. Perda No. 22 tanggal 11 Desember 2002 yang di sahkan oleh


Gubernur Jawa Tengah pada tanggal 11 Desember 2002 tentang
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan
di Provinsi Jawa Tengah.
b. Perda No 11 tahun 2008 tentang Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat Badan di Provinsi Jawa Tengah.
c. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 148 Tahun 2008 tentang petunjuk
pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 11 Tahun 2008
tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit
Kecamatan (PD BPR BKK) di Provinsi Jawa Tengah.
d. Peraturan Direksi PD. Bank Perkreditan Rakyat BKK Wonogiri Kota
No 01 / VIII / Per.Dir / 2009 tentang pedoman tata kerja PD. Bank
Perkreditan Rakyat BKK Wonogiri Kota (Keterangan dari Bagian
Umum PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo).

3. Struktur Organisasi di Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat


Badan Kredit Kecamatan Wonogiri Kota Cabang tirtomoyo Kabupaten
Wonogiri

Struktur organisasi PD. BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo


Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada bagan dibawah ini yang manunjukan
kedudukan, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam
melakukan tugasnya, hal ini dilakukan guna memperoleh kinerja kerja para
karyawan agar menyadari kedudukan, wewenang serta tanggung jawab yang
mereka emban dalam PD. BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo
sehingga terbentuk siklus perkembangan mutu kerja secara propesional untuk
menopang berkembangnya PD. BPR BKK dalam persaingan di bidang usaha
perbankan, bagan struktur organisasi PD. Bank Perkreditan Rakyat BKK
Wonogiri Kota Kantor Cabang Tirtomoyo sebagai berikut
38

STRUKTUR ORGANISASI
PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT BKK WONOGIRI KOTA
KANTOR CABANG TIRTOMOYO

PIMPINAN CABANG
SUYONO, SE.

KEPALA SEKSI PEMASARAN KEPALA SEKSI PELAYANAN


ARIS SETYAWAN, Amd. AGUS SUBROTO, SE.

SEKSI KREDIT SEKSI DANA PEMBUKU SATPAM


ARWINTO ADI, SE. SRI WAHATI, Amd. MARSO JAROT KRISTIYANTO

SEKSI KREDIT SEKSI DANA TELLER PENJAGA MALAM


SLAMET WIDODO ROMA MUNASIR, SE. BUDI PURWANTO WIDODO

SEKSI KREDIT
KHOLIDIN Titomoyo, 24 Agustus 2009
PD. BPR BKK WONOGIRI KOTA
CABANG TIRTOMOYO

SUYONO, SE.
PEMIMPIN

Gambar.3
Adapun penjelasan mengenai struktur organisasi (sebagaimana yang
tercantum dalam lampiran) PD. BPR BKK mengenai tugas, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan Cabang
a. Kedudukan
Pimpinan Cabang memimpin kantor cabang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada direksi
b. Tugas
Membantu Direksi dalam menyususn perencanaan, melaksanakan
koordinasi dan pengawasan kegiatan operasional yang menjadi tanggung
jawab dan kewenangan di wilayah kerjanya
c. Fungsi
1) Pelaksanaan manajemen PD. BPR BKK berdasarkan kebijaksanaan
umum dari Direksi
2) Penetapan kebijaksanaan untuk melaksanakan pengurusan dan
pengelolaan kantor cabang diwilayah kerjanya berdasarkan
kebijaksanaan umum dari Direksi
3) Perencanaan dan Penyelenggaraan kegiatan operasional yang produktif
di kantor cabang berupa :
a) Pemasaran dan pemrosesan kredit;
b) Penghimpunan dana pihak ketiga;
c) Pelayanan nasabah;
d) Pengadministrasian kredit dan pembinaan nasabah;
e) Pencatatan transaksi-transaksi berdasarkan sisitem dan prosedur
akuntansi perbankan.
d. Wewenang
1) Memutuskan pemberian kredit sesuai dengan batas wewenang kredit
yang dimilikinya atau memberikan rekomendasi usulan kredit bagi
nasabah yang mengajukan kredit diatas kewenanganya;

i
ii

2) Memberikan tingkat suku bunga khusus sesuai dengan kewenangan


yang diberikan oleh Direksi;
3) Menandatangani akta-akta yang berkaitan dengan pemberian kredit
dan penyelesaian kredit bermasalah sepanjang dengan Surat Kuasa
Khusus dari Direksi;
4) Menandatangani surat-surat, cek, bilyet-bilyet, buku tabungan dan
lain-lain yang termasuk dalam kategori operasi perbankan normal
dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan ketentuan yang
berlaku;
5) Menyetujui pengeluaran biaya pada unit kerjanya dalam batas
wewenang tertentu;
6) Melakukan penilaian prestasi pegawai untuk digunakan sebagai dasar
usulan perubahan pangkat, perubahan gaji, mutasi/ penempatan dan
pelatihan;
7) Menetapkan target untuk unit kerja dibawahnya sesuai dengan bidang
pekerjaanya.

2. Seksi Pelayanan
a. Kedudukan
Seksi Pelayanan merupakan unsur pelaksana teknis yang dipimpin oleh
seseorang kepala seksi, berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
pemimpin kantor cabang
b. Fungsi
Melaksanakan kegiatan operasional Kantor Cabang meliputi :
1) Pelayanan transaksi kas;
2) Penyelenggaraan sistem akuntansi atas transaksi Kantor Cabang;
3) Menyususun dan menyajikan laporan keuangan Kantor Cabang;
4) Menyususun dan menyampaikan laporan-laporan sesuai dengan
ketentuan perbankan;
5) Menyelenggarakan administrasi umum untuk mendukung tugas-tugas
semua unit kerja.

ii
iii

c. Tanggung jawab
1) Mengelola dana perusahaan yang ada di kantor cabang;
2) Mengelola rekening nasabah meliputi antara lain proses persetujuan
atas pembukaan/penutupan rekening, mengklasifikasikan rekening-
rekening nasabah, rekonsiliasi, permintaan referensi;
3) Pencatatan semua transaksi sesuai sistem dan prosedur yang telah
ditetapkan;
4) Menyampaikan laporan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan
kepada pihak yang berkepentingan;
5) Menyelenggarakan administrasi dan pemeliharaan dokumen-dokumen;
6) Menyediakan sarana dan piranti kerja yang digunakan
untukmendukung tugas semua unit kerja, pengelolaan aktiva tetap dan
inventaris kantor, dan sistem keamanan;
7) Melakukan pelayanan atas tamu perusahaan.
d. Wewenang
1) Memberikan persetujuan/rekomendasi atas usulan biaya yang diajukan
oleh unit kerja;
2) Menandatangani surat menyurat yang terkait dengan bidang
pekerjaanya;
3) Mengatur cuti pegawai, pemakaian sarana/fasilitas kerja.
e. Tugas Pokok
1) Mencatat transaksi harian meliputi jurnal, general ledger, mutasi kas
harian, saldo nominatif dana pihak ketiga;
2) Menyusun perputaran kas mingguan;
3) Melakukan rekonsiliasi rekening antar kantor dan menyelesaikan open
item
4) Menerbitkan dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala
(harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan)
5) Membuat dan menyampaikan laporan system informasi debitur (SID)
ke Bank Indonesia;

iii
iv

6) Melakukan setoran-setoran ke pihak lain seperti pajak, PBB, PLN,


dsb;
7) Pemutakhiran daftar aktiva tetap dan inventaris;
8) Membuat laporan yang berkaitan dengan personalia;
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

3. Seksi Pemasaran
a. Kedudukan
Seksi Pemasaran merupakan unsur pelaksana teknis yang dipimpin oleh
seorang kepala seksi, berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
pemimpin Kantor Pusat operasional.
b. Fungsi
1) Membantu Pemimpin Kantor Cabang dalam melakukan
pengkoordinasian kegiatan-kegiatan dibidang Dana dan Kredit.
2) Pengembangan pertumbuhan bisnis dan penetrasi pasar dengan
penekanan pada aspek penyaluran kredit yang sehat serta
penghimpunan dana pihak ketiga yang mampu mendukung likuiditas.
c. Tanggung jawab
1) Target pertumbuhan portopolio kredit yang sehat dengan penekanan
pada kuantitas, profitabilitas, penetrasi pasar;
2) Memobilisasi sumber-sumber dana baru dengan tetap
mempertahankan nasabah yang ada dalam rangka penghimpunan dana
pihak ketiga dengan kuantitas dan komposisi sesuai target;
3) Memantau perkembangan account nasabah terutama yang termasuk
dalam kategori yang harus dicermati secara khusus;
4) Melaksanakan program pembinaan hubungan dengan nasabah dan
mitra;
5) Melakukan penanggulangan atas angsuran yang tidak lancar atau
kredit bermasalah.

iv
v

d. Wewenang
1) Menawarkan produk perusahaan secara langsung kepada masyarakat
atau kelompok masyarakat/lembaga;
2) Menerima usulan kredit dari dana dan kredit untuk diberikan
rekomendasi atau persetujuan atau penolakan;
3) Melaksanakan akad kredit bagi pemohon kredit yang disetujui;
4) Mengususlkan pembayarn/pencairan kredit kepada seksi pelayanan
dengan berdasarkan berbagai bukti pengikatan yang sah dan lengkap;
5) Melakukan negosiasi dalam penghimpunan dana dan meneruskan
permintaan pembukaan atau penutupan rekening tabungan/deposito
kepada Seksi Pelayanan untuk Verifikasi/persetujuan;
6) Mengusulkan kerjasama dengan Notaris, pengacara, perusahaan
penilai pada atasan;
7) Melakukan negosiasi dalam penanggulangan kredit bermasalah dan
mengajukan usulan penghapus bukuan kepada jajaran yang alebih
tinggi;
8) Mengusulkan restrukturisasi;
9) Menerbitkan surat pelunasan kredit, surat roya, dan pelepasan jaminan.
e. Tugas Pokok
1) Memantau perkembangan pemasaran kredit, pemasaran dana,
hubungan nasabah dan melakukan pemberdayaan agar dicapai hasil
yang optimal;
2) Membuat laporan berkala kepada Pemimpin Cabang mengenai
pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga beserta
permasalahan serta usulan-usulan perbaikan;
3) Memastika bahwa persyaratan administrasi permohonan kredit telah
lengkap dan dokumen pengikatan kredit telah diikat sempurna;
4) Berkas-berkas debitur baru termasuk dokumen anggunan/pengikatan
kredit untuk diadministrasikan lebih lanjut dan di simpan di ruang
penyimpanan dokumen (vault);
5) Melayani pembukaan dan penutupan rekening;

v
vi

6) Mencatat dan mencari solusi bagi pengaduan nasabah;


7) Memantau perkembangan rekening debitur tertentu;
8) Menyususn laporan harian mengenai nasabah dana pihak ketiga yang
melakukan pembukaan rekening dan penutupan rekening;
9) Memantau deposito jatuh tempo dan rekening pengiriman dalam
perjalanan (deposits in trnsit) untuk diinformasikan kepada nasabah
melalui customer service ;
10) Melakukan program rekonsiliasi rekening dana pihak ketiga secara
berkala;
11) Membuat laporan tunggakan debitur, melakukan penanggulangan
tunggakan kredit;
12) Membuat surat pelunasan pinjaman, roya hak tanggungan/fidusia, dan
pelepasan anggunan;
13) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

4. Seksi Kredit
a. Kedudukan
Bidang kredit membantu Direksi sesuai dengan bidang tugasnya dan
bertanggung jawab kepada Direksi. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang
Kredit mengkoordinir :
1) Sub. Bidang Pengawasan Kredit
2) Sub. Bidang AO (Account Officer)
b. Tugas
Bidang Kredit mempunyai tugas : melaksanakan segala kegiatan yang
berhubungan dengan pemberian kredit, penagihan, pengadministrasian dan
pemantauan kolektibilitas.
c. Fungsi
Bidang Kredit mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan perencanaan kredit
2) Penyelenggaraan usaha perkreditan dengan prinsip kehati-hatian

vi
vii

3) Pemberian rekomendasi permohonan kredit yang diajukan calon


nasabah
4) Pembinaan Debitur
5) Menyajikan data dan laporan yang dibutuhkan sesuai bidangnya
6) Pemberian saran dan pertimbangan mengenai langkah-langkah dan
atau tindakan-tindakan yang perlu diambil dibidang tugasnya

5. Bidang Dana
a. Kedudukan
Bidang Dana membantu Direksi dalam bidang tugasya dan bertanggung
jawab kepada Direksi. Dalam pelaksanan tugas Bidang Dana
mengkoordinir :
1) Sub. Bidang Kas
2) Sub. Bidang Penghimpunan Dana
b. Tugas
Bidang Dana mempunyai tugas melakukan koordinasi pengembangan
dana dan pembinaan hubungan nasabah PD. BPR BKK serta menjaga
likuiditas Bank
c. Fungsi
Bidang Dana mempunyai fungsi :
1) Penyelenggara usaha pengembangan dana
2) Pelaksanaan pengelola administrasi keluar masuk dana
3) Pengelola rekening nasabah
4) Menyajikan data dan laporan yang dibutuhkan sesuai bidangnya
5) Pemberi saran dan pertimbangan mengenai langkah dan atau tindakan
yang perlu diambil dibidang tugasnya

6. Bidang Pembukuan
a. kedudukan
Bidang pembukuan merupakan unsur pelaksana teknis yang dilakukan
oleh seorang seksi bidang pembukuan yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Pimpinan Kantor Cabang.

vii
viii

b. Tugas
Membantu seksi Bidang Dana dalam melakukan pengkoordinasi dan
pengawasan kegiatan dan perputaran uang yang menjadi tanggung jawab
dan kewenangan di wilayah kerjannya
c. Fungsi
1. mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan serta pelaksanaan tugas
2. penelitian kebenaran administrasi dan laporan kas harian
3. penghitungan ketersediaan dan kebutuhan kas
4. mengolah data dan laporan yang dibituhkan sesuai bidangnya
5. pemberi saran dan pertimbangan mengenai langkah-langkah dan atau
tindakan-tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya

7. Teller
a. Kedudukan
Seksi Teller merupakan staff dibawah seksi Pelayanan yang merupakan
unsur pelaksana teknis yang dipimpin oleh seseorang kepala seksi Teller,
berada dibawah dan bertanggungjawab kepada pemimpin kantor cabang
b. Fungsi
Melaksanakan kegiatan operasional Kantor Cabang meliputi :
1) Pelayanan transaksi kas;
2) Penyelenggaraan sistem akuntansi atas transaksi Kantor Cabang;
3) Menyususun dan menyajikan laporan keuangan Kantor Cabang;
4) Menyususun dan menyampaikan laporan-laporan sesuai dengan
ketentuan perbankan;
5) Menyelenggarakan administrasi umum untuk mendukung tugas-tugas
semua unit kerja.

8. Satpam
a. Kedudukan
staff pengaman yang merupakan unsur pelaksana teknis yang digunakan
untuk menjaga keamanan, berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
pemimpin kantor cabang

viii
ix

b. Tugas
1) Membantu Staff lain/nasabah jika diperlukan dalam transaksi
2) Menjaga keamana bank dalam melakukan kegiatan perbankan
3) sebagai pengawal jika ada penyaluran dari pihak kantor pusat kepada
kantor cabang
c. Fungsi
memberikan rasa keamanan pada nasabah saat bertransaksi di dalam bank

9. Penjaga Malam
a. Kedudukan
Staff pengaman kantor pada malam hari yang merupakan unsur pelaksana
teknis yang digunakan untuk menjaga keamanan kantor pada malam hari,
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada pemimpin kantor cabang
b. Tugas
menjaga keamanan kantor pada waktu malam hari

B Proses Perjanjian Pembebanan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit


dengan Jaminan Hak Tanggngan di PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo

Berdasarkan wawancara yang di lakukan penulis kepada Bapak Arwinto Adi,


Slamet Widodo, dan Kholidin selaku bagian kredit, prosedur pemberian kredit dengan
jaminan hak tanggungan sebagai berikut:

Sebelum menuju pada pokok pembahasan tentang pemberian kredit tentunya


penulis ingin menjelaskan suatu perjanjian itu sendiri, perjanjian itu dikatakan sah
apabila telah memenuhi unsur-unsur syahnya suatu perjanjian menurut ketentuan
pasal 1320 KUHperdata maka perjanjian itu di anggap sah dan mengikat, penulis
coba mengungkap syarat sahnya perjanjian yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.


2. Cakap untuk membuat perikatan.
3. Suatu hal tertentu

ix
x

4. Suatu sebab yang halal.

Tujuan dari perjanjian pemberian kredit yang dilakukan oleh PD.BPR BKK di
kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.


b. Untuk memberikan modal bagi perkembangan usaha makro dan mikro.
c. Untuk menciptakan lapangan pekerjaan dari pemberian kredit tersebut.

Pengertian tentang kredit sendiri yaitu pengertian formal mengenai Kredit


terdapat pada Pasal 1 angka 11 UU Perbankan Indonesia 1992/1998. Pengertian
kredit adalah :

”Penyedia Uang atau Tagihan yang dapat di persamakan dengan itu,


berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
setelah jangka waktu tertentu dengan bunga”.

Pemberian kredit sendiri adalah suatu kegiatan usaha yang sah bagi Bank
Umum dan Bank Prekereditan Rakyat. Kedua jenis bank tersebut merupakan
badan usaha penyalur dana kepada masyarakat dalam bentuk Pemberian Kredit di
samping Lembaga Keuangan lainya. Dalam UU Perbankan Indonesia tahun 1998
perubahan atas UU Perbankan Indonesia tahun 1992 terdapat beberapa hal yang
berkaitan dengan pemberian kredit, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Kredit berkaitan dengan penyaluran dana.


b. Kredit.
c. Pemberian kredit adalah usaha yang sah bagi Bank.
d. Pelaksanaan Pemberian Kredit.
e. Batas maksimum Pemberian Kredit.
f. Pemberian Kredit terkait dengan ketentuan pembinaan dan pengawasan bank.

Proses perjanjian kredit dengan pembebanan hak tanggungan di Perusahaan Daerah


Bank Perkreditan Rakyat BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo adalah sebagai
berikut :

x
xi

1. Proses perjanjian kredit dimulai sejak diterimannya permohonan nasabah kepada


pihak bank sampai dengan pencairan kredit kepada nasabah, Permohonan
kredit tersebut mencakup:

a. Permohonan untuk mendapatkan suatu jenis fasilitas kredit.


b. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.
c. Permohonan perpanjangan atau pembaruan jangka waktu kredit yang setelah
jatuh tempo.

Pelaksanaan proses perjanjian kredit oleh pihak bank dilakukan menurut jenis
kredit yang diminta dan jenis jaminan yang diberikan debitur. Secara umum
perjanjian kredit dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Permohonan Kredit
Permohonan kredit dari nasabah dilakukan secara tertulis dalam suatu
Surat Keterangan Permohonan Pinjam (SKKP). Bentuk dari surat ini
merupakan surat standar yang telah disediakan oleh bank yang antara lain
berisi:

1) Identitas calon debitur, yang meliputi nama, alamat, nomor,


telepon, nomor KTP, status perkawinan.
2) Identitas usaha yang mencakup alamat usaha, (NPWP, Akta pendirian,
akta perubahan, SIUP, SITU, HO, dan lain-lain), group perusahaan dan
jenis usaha.
3) Tujuan dan jenis permohonan kredit.
4) Jumlah permohonan dan jangka waktu.
5) Ketersediaan laporan keuangan.
6) Jenis angunan dan taksiran harganya.

b. Analisis Kredit Setelah permohonan kredit tersebut diajukan, maka bagian


kredit (Account Officer/AO) melakukan analisis dana. Analisis kredit
yang dilakukan menyangkut segala hal yang tercantum dalam surat

xi
xii

keterangan permohonan pinjam yang telah diajukan. Hasil analisis kredit


diajukan pada pejabat pemutus untuk diambil keputusan.
c. Keputusan Kredit Hasil dari analisis kredit yang dilakukan oleh bagian
kredit diserahkan kepada pejabat pemutus, yaitu pemimpin atau pejabat
yang mempunyai delegasi limit pemberian fasilitas kredit. Pemutus dapat
menerima atau menolak permohonan kredit yang diajukan nasabah.
d. Penolakan : Keputusan penolakan permohonan kredit diberikan pada
pemohon yang secara teknis diangap tidak memenuhi syarat. Keputusan
penolakan disampaikan secara tertulis dengan disertai alasan.
e. Persetujuan : Dalam hal ini pihak Bank menerima atau menyetujui
permohonan kredit dari calon debitur, pemutus menyampaikan persetujuan
permohonan kredit ini pihak bank dapat mengabulkan sebagian atau seluruh
permohonan kredit dari calon debitur secara tertulis.

Dalam pemberian kredit sendiri pihak PD BPR BKK Wonogiri Kota


Cabang Tirtomoyo harus meyesuaikan dengan Pasal 8 UU Perbankan Indonesia
tahun 1998 perubahan atas UU Perbankan Indonesia tahun 1992, dalam
melaksanakan kegiatan usahanya yang berupa pemberian kredit, antara lain :

a. Wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisa yang mendalam atas itikad


dan kemampuan serta kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai
dengan yang di perjanjiakan ( Pasal 8 ayat 1 UU Perbankan 1998 ).
b. Memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan sesuai dengan ketentuan yang
di tetapkan oleh Bank Indonesia ( Pasal 8 ayat 2 UU Perbankan 1998 ).

2. Pembuatan Perjanjian Kredit

Setelah menandatanggani surat persetujuan permohonan kredit debitur


kemudian mengahadap ke bagian administrasi kredit untuk membuat
perjanjian kredit. Perjanjian kredit dilakukan secara dibawah tanggan, pengertian
dari perjanjian kredit di lakukan di bawah tangan sendiri yaitu dalam hal ini
para pihak, debitur mengahadap kepada direksi Perusahaan Daerah Bank

xii
xiii

Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo dengan mengisi formulir


permohonan perjanjian kredit tersebut yang isinya tentang kesepakatan berapa
besar kisaran modal dana yang akan di pinjam debitur dalam perjanjian kredit
tersebut serta perjanjian tersebut tanpa di sahkan oleh pejabat berwenang atau
notaris.
Pengertian perjanjian di bawah tangan sendiri menurut KUHPerdata pasal 1869
yaitu:
a. Tidak terikat bentuk formal.
b. Dapat di buat bebas oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang.
c. Apabila di akui oleh penandatangan/tidak di sangkal, akta tersebut
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna sama halnya dengan
perjanjian otentik.

Perjanjian Kredit yang telah ditandatangani para pihak berfungsi


sebagai perjanjian pokok, perjanjian pokok sendiri adalah perjanjian yang
mendasari di buatnya perjanjian lain. Karenanya setelah perjanjian kredit
dibuatlah perjanjian pengikatan jaminan sebagai perjanjian hutang.

Perjanjian tersebut dapat berupa pengikatan hak tanggungan ataupun


jaminan fidusia. Untuk keperluan tersebut maka pihak Perusahaan Daerah Bank
Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo diberikan kuasa oleh pihak
debitur untuk mengahadap kepada Pejabat-pejabat yang berwenang di
antaranya Pejabat Pembuat Akta Tanah, untuk memberikan keterangan-
keterangan, membuat, suruh membuat, mendatangani surat-surat, menerima
uang hasil penjualan, memberi kwitansi atau tanda penerima lainya,
menyerahkan segala sesuatu yang dianggap baik oleh yang diberi kuasa untuk
dan atas nama pemberi kuasa menjual, memindahkan, membalik namakan atau
melepaskan kepada siapapun juga termasuk ke atas nama penerima kuasa
dan atau yang memberi kuasa, demikian dengan harga, syarat-syarat serta
ketentuan-ketentuan yang diangap baik oleh yang diberi kuasa. Dalam hal
tersebut berupa tanah sebelum pinjaman kredit dilaksanakan notaris
berkewajiban memeriksa status tanah tersebut ke kantor pertanahan setempat.

xiii
xiv

Sedangkan apabila jaminan tersebut berupa barang-barang bergerak notaris


berkewajiban mengecek atau memastikan mengenai keabsahan kepemilikan
jaminan tersebut.

Apabila dari hasil pemeriksaan jaminan, tidak terdapat permasalahan


mengenai benda yang dijaminkan maka perjanjian pengikatan jaminan dapat
dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan pencairan atau pelaksanaan
perjanjian kredit. Sedangkan apabila terdapat permasalahan mengenai
keabsahan jaminan maka perjanjian kredit tersebut tidak dapat dilaksanakan,
bahkan dibatalkan. Seluruh biaya yang timbul sebagai akibat dibuatnya perjanjian
kredit ini ditanggung oleh debitur. Dalam hal ini termasuk biaya pembuatan akta
notaris yang dibayar tersendiri. Jadi penggunaan notaris disini adalah
merupakan urusan antara debitur dengan notaris, dan pihak Perusahaan
Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo tidak ikut
campur dalam menetukan jasa tarif notaris yang harus dibayar oleh debitur.

Dalam pelaksanaan permohonan kredit sesuai dengan hasil wawancara


yang kami lakukan dengan kasi pemasaran Bapak Aris Setiawan, A.Md serta
bagian kredit Bapak Arwinto Adi, Bapak Slamet Widodo dan Bapak Kholidin
yang menjabat sebagai Kabag Kredit Di Perusahaan Daerah Bank Perkreditan
Rakyat Wonogiri kota Cabang Tirtomoyo pada tanggal 26 sampai dengan 4
Januari 2010, menurut keterangan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat
Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo pada dasarnya pihak bank ingin
mempermudah dan mengefisiensi proses permohonan pemberian kredit bagi
nasabah debitur, yang senantiasa berusaha menerapkan kelima tahapan secara urut
dan runtut dan sesuai dengan SK Direksi Perusahaan Daerah Bank Perkreditan
Rakyat Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo tentang Tata Kerja Baku (Standart
Operating Produk), akan tetapi belum dapat diterapkan secara maksimal.
Pengelolaan aktiva produktif setiap bank sering terdapat berbagai benturan antara
regulasi pemerintah yang berpedoman terhadap prinsip kehati-hatian (prudential
regulation) dan pencapain aktiva produktif (Kredit) yang melaju tanpa kendali
untuk membukukan keuntungan (profil) yang maksimal. Sepatutnya setiap kredit

xiv
xv

yang disalurkan mempertimbangkan prinsip-prinsip pemberian kredit secara


benar dan hal ini dilakukan melalui prosedur penyaluran kredit secar bertanggung
jawab. Sejak kredit dicairkan hingga diselesaikan oleh debitur (Jurnal Ilmiah Vol
6, No 3, Oktober 2005)

3. Setelah perjanjian di bawah tangan sudah dinyatakan sah dan final oleh pihak
bank maka debitur menadatangani perjanjian kredit dengan jaminan hak
tanggungan yang nantinya akan di sahkan oleh pejabat yang berwenang atau di
katakan sebagai akte otentik. Bentuk dan isi Akta Pembebanan Hak
Tanggungan (APHT) dalam perjanjian kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan
di Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo

Setiap Akta pembebanan hak tanggungan dalam perjanjian kredit harus


memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Tanggal dibuatnya akta.
b. Subyeknya, yaitu pemberi hak tanggungan dan penerima hak tanggungan.
c. Obyeknya yaitu berupa hak atas tanah dari pemberi hak tanggungan.
d. Janji-janji yang disepakati oleh kedua belah pihak.
e. Asuransi terhadap bahaya kebakaran dan malapetaka lainya.
f. Domisili yang dipilih oleh para pihak.
g. Biaya pembuatan akta.
h. Saksi,dan
i. Tanda tangan para pihak, saksi, dan PPAT (Bentuk akta terdapat dalam
lampiran).

Dari hasil penelitian yang kami lakukan dilapangan, isi akta pembebanan hak
tanggungan dalam perjajian kredit di Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat
Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo adalah sebagai berikut:
a. Hari dan tanggal perjanjian kredit.
b. Identitas para pihak.
c. Besar jaminan.

xv
xvi

d. Keperluan untuk kepentingan kredit.


e. Ketentuan mengenai perjanjian pembayaran pokok dan bunga pinjaman.
f. Sanksi terhadap pelanggaran ketentuan jaminan.
g. Ketentuan mengenai jaminan administratif.
h. Ketentuan mengenai benda yang jaminan.
i. Ketentuan mengenai administratif kredit.
j. Ketentuan mengenai domisili para pihak (Bentuk akta terdapat dalam
lampiran).

Perjanjian pembebanan hak tanggungan seharusnya dilakukan dalam


bentuk akta pemberian hak tanggungan. Akta ini dibuat dimuka dan dihadapan
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), sedangkan isi akta pemberian hak
tanggungan telah diatur dalam pasal 11 Undang-undang No 4 tahun 1996
sehingga perjanjian tersebut memiliki kekuatan hukum yang tetap, dan apabila
terjadi wanprestasi oleh pihak debitur, memudahkan bank untuk melakukan sita
jaminan atau eksekusi. Didalam praktek yang dilakukan oleh pihak PD BPR
BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo sudah menerapkan tata cara
pembebanan hak tanggungan secara baik dan kehati-hatian, yang mana dapat
dilihat dari proese pemberian kreditnya akta pemberian hak tanggungan di
jadikan satu dalam klausul perjanjian kredit (Surat Perjanjian terdapat di
lampiran).

Hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan hak tanggungan


sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu yang dituangkan dalam bentuk APHT.
Janji tersebut dituangkan didalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari
perjanjian yang menimbulkan hutang yang seharusnya pemberian hak
tanggungan dilakukan dengan pembuatan akta pemberian hak tanggungan oleh
PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah), dan hak tanggungan tersebut wajib
didaftarkan kepada Kantor Pertanahan selambat-lambatnya tujuh hari setelah
penandatanganan akta pemberian Hak Tanggungan (APHT) oleh kantor PPAT.
Pendaftaran atas pemberian hak tanggungan oleh Kantor Pertanahan dan
mendapatkan Sertifikat hak tanggungan yang dimaksud mempunyai kekuatan

xvi
xvii

eksekutorial karena sertifikat hak tanggungan tersebut memuat irah-irah dengan


kata-kata „DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA”. Dengan adanya kekuatan eksekutorial di dalam sertifikat hak
tanggungan tersebut maka apabila terjadi perselisihan diantara pemberi dan
penerima hak tanggungan, sertifikat tersebut dapat dieksekusi karena kekuatan
eksekutorial yang terdapat pada sertifikat hal itu disamakan dengan putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (Keterangan Dari Buku Pedoman
PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo).

4. Proses pembebanan jaminan Hak Tanggungan


Proses pembebanan Hak Tanggungan dilaksanakan melalui 2 tahap
kegiatan yaitu:
a. Tahap pemberian Hak Tanggungan, dengan dibuatnya APHT oleh PPAT,
yang didahului dengan perjanjian utang piutang yang dijamin.
Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan
Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan
di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang piutang
yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut.
Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan APHT oleh PPAT
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila obyek
Hak Tanggungan berupa Hak Atas tanah yang berasal dari konversi hak lama
yang telah memenuhi syarat untuk didaftarkan akan tetapi pendaftarannya
belum dilakukan, pemberian Hak Tanggungan dilakukan bersamaan dengan
permohonan pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan. Sedangkan yang
dimaksud dengan Hak lama yaitu hak kepemilikan atas tanah menurut hukum
adat yang telah ada akan tetapi proses administrasi dalam konversinya belum
selesai dilaksanakan
Jika yang dijadikan jaminan lebih dari satu bidang tanah dan diantaranya
ada yang letaknya diluar daerah kerjanya, untuk pembuatan akta pemberian
Hak Tanggungan yang bersangkutan PPAT memerlukan ijin dari kepala
kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) propinsi, namun bidang-

xvii
xviii

bidang tanah tersebut harus terletak dalam satu daerah kerja kantor pertanahan
kabupaten/kotamadya (Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Agraria Nomor 15
tahun 1961 dan Pasal 3 Surat Keputusan Direktur Jendral Agraria
No.SK.67/DDA/1968). Dalam permberian Hak Tanggungan dihadapan PPAT,
wajib dihadiri oleh pemberi Hak Tanggangan dan disaksikan oleh 2 orang
saksi. Jika tanah yang dijadikan jaminan belum bersertifikat yang wajib
bertindak sebagai saksi adalah kepala desa dan seorang anggota pemerintah
dari desa yang bersangkutan (Pasal 25 PP.10 Tahun 1961). Menurut Pasal 22
ayat (91) PP 10 tahun 1961, PPAT wajib menolak permintaan untuk membuat
APHT jika tanah yang bersangkutan masih dalam perselisihan/sengketa.
sehubungan dengan itu karena pada umumnya PPAT tidak mengetahui
tentang ada atau tidaknya sengketa mengenai tanah yang bersangkutan, hal
tersebut wajib dinyatakan dan tidak tersangkut dalam suatu sengketa, dalam
APHT perlu dicantumkan pemberian jaminan oleh pemberi Hak Tanggungan,
bahwa tanah yang ditunjuk sebagai jaminan benar tidak dalam sengketa.

b. Tahap pendaftaranya oleh kantor pertanahan, yang merupakan saat lahirnya


Hak Tanggungan yang dibebankan (Purwadi Patrik dan kashadi, 2001 : 64-67)
Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada kantor pertanahan
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penandatanganan APHT,
PPAT wajib mengirimkan APHT yang bersangkutan dan warkah lain yang
diperlukan kepada kantor pertanahan. Dengan pengiriman oleh PPAT berarti
akta dan warkah lain yang diperlukan itu disampaikan kekantor pertanahan
melalui petugasnya atau dikirim melalui pos tercatat. PPAT wajib
menggunakan cara yang paling baik dan aman dengan memperhatikan kondisi
daerah dan fasilitas yang ada, serta selalu berpedoman pada tujuan untuk
didaftarkannya Hak Tanggungan itu secepat mungkin. Sedangkan warkah lain
yang dimaksud meliputi surat-surat bukti yang berkaitan dengan obyek Hak
Tanggungan, dan identitas pihak-pihak yang bersangkutan, termasuk
didalamnya sertifikat hak atas tanah dan/atau surat-surat keterangan mengenai
obyek Hak Tanggungan. PPAT wajib melaksanakan ketentuan tersebut karena

xviii
xix

jabatannya. Sanksi atas pelanngarannya akan ditetapkan dalam peraturan


perundang-undangan yang mengatur jabatan PPAT. Pendaftaran Hak
Tanggungan dilakukan oleh kantor pertanahan dengan membuatkan buku
tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah, hak atas tanah
yang menjadi obyek Hak Tanggunga serta menyalin catatan tersebut pada
sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan.
Mengenai tanggal buku tanah Hak Tanggungan adalah tanggal hari
ketujuh setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi
pendaftarannya dn jika hari ketujuh itu jatuh pada hari libur, buku tanah yang
bersanngkutan diberi bertanggal hari kerja berikutny. Kepastian tanggal buku
tanah tersebut dimaksudkan agar pembuatan buku tanah Hak Tanggungan
tidak berlarut-larut sehingga dapat merugikan pihak-pihak yang
berkepentingan dan mengurangi jaminan kepastian hukum. Dengan adanya
hari tanggal buku tanah Hak Tanggungan maka Hak Tanggungan itu lahir,
asas publisitas terpenuhi dengan dibuatnya buku tanah Hak Tanggungan dan
Hak Tanggungan mengikat kepada pihak ketiga. Dalam hal hak atas tanah
yang dijadikan jaminan bgelum bersertifikat tanah tersebut wajib
disertifikatkan lebih dahulu sebelum dilakukan pendaftaran Hak Tanggungan
yang bersangkutan. Waktu hari ketujuh yang ditetapkan sebagai tanggal buku
tanah Hak Tanggungan tersebut dalam hal demikian, dihitung sejak selesainya
pendaftran hak atas tanah yang bersangkutan (Purwadi Patrik dan kashadi,
2001 : 64-67).

C. Penyelesaiaan kredit macet dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak


tanggungan serta permasalahan yang Timbul dalam Pelaksanaan Perjanjian
Pemberian Kredit pada PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo dan
Solusi Mengatasinya

Dalam suatu perjanjian pemberian kredit dengan jaminan hak tanggungan


kususnya pada PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo pada dasarnya
memang di dasarkan pada syarat sahnya suatu perjanjian yang terdiri dari
kesepakatan, kecakapan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang halal dan juga kehati-

xix
xx

hatian dari suatu pemberian kredit, tetapi itu semua juga tidak memberikan jaminan
dan juga tidak bisa memungkiri bahwa nasabah atau debitur tidak akan melakukan
pemenuhan prestasinya terhadap kreditur atau kata lain melakukan wanprestasi.
Pengertian wanprestasi sendiri yaitu menurut I.G.Rai Widjaya, S.H., M.A.

”Tidak melakukan prestasi, atau melakukan prestas, tetapi yang di laksanakan


tidak tepat waktu dan tidak sesuai dengan yang seharusnya”.

Berdasarkan undang-undang di katakan bahwa setiap perbuatan melanggar hukum


yang membawa kerugian terhadap orang lain, mewajibkan orang yang karena
kesalahannya menimbulkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut, apabila
seseorang yang memang lalai telah melakukan wanprestasi bukan karena force
majour, akibatnya dia dapat terkena saknsi, sanksi tersebut berupa :

1 Kewajiban membayar kerugian yang di derita oleh pihak lawan (ganti rugi).
2 Berakibat pembatalan perjanjian.
3 Peralihan resiko.
4 Membayar biaya perkara (apabila masalahnya sampai di bawa ke pengadilan).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis kepada Bapak Arwinto Adi SE,
Bapak Slamet Widodo dan Bapak Kholidin selaku Bagian Seksi Kredit bila nasabah
debitur penerima kredit melakukan wanprestasi maka langkah proses yang di lakukan
oleh PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo sebagai berikut. Tentang
penyelesaian kredit macet dalam perjanjian dengan jaminan hak tanggungan di
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo :

Dengan terjadinya wanprestasi dari debitur atau nasabah maka pihak bank
dalam hal ini Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota
Cabang Tirtomoyo dalam mengambil tindakan penyelesaian di terlebih dahulukan
mencari adanya itikad tidak baik, disini yang di maksud itikad tidak baik sendiri
yaitu seorang debitur memang telah sengaja atau secara terbukti tidak mengangsur
atau memenuhi prestasinya kepada kreditur atas hutang-hutangnya yang di karenakan
beberapa hal seperti :

xx
xxi

1. Karena memang debitur itu usahanya bangkrut yang di sebabkan manajemen


pengelolaannya tidak bagus.
2. Melakukan prestasi tetapi tidak di laksanakan tepat waktu.
3. Membayar hutang tidak sesuai dengan seharusnya yang harus di bayar.
4. Karena tidak punya uang untuk mengangsur dikarenakan dalam keluarga itu
terjadi krisi finansial.

Solusi yang di lakukan PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo sebagai
berikut :

1. Karena memang debitur usahanya bangkrut maka solusinya pihak bank akan
melakukan pemberitahuan agar si debitur melunasi tunggakanya baik dengan
caranya sendiri atau dengan di ambil alih oleh pihak bank sendiri dengan cara
mengaudit atau melelang usaha tersebut dan sisa hasil dari pelelangan akan di
gunakan untuk menutupi tunggakan si debitur kepada kreditur dan sisa hasil dari
pelelangan tersebut akan di kembalikan ke debitur sendiri dan hal ini di dasarkan
pada ketentuan pasal pasal 15 perjanjian kredit PD BPR BKK Wonogiri Kota
Cabang Tirtomoyo No : KC-08/469/spj/15/x/09.
2. Melakukan prestasi tetapi tidak tepat waktu maka solusi yang di lakukan pihak
bank sendir yaitu hanya melakukan pemberian denda kepada debitur atas ketidak
tepatan waktu dalam membayar tunggakannya dan ini di dasarkan pada ketentuan
pasal 9 dan pasal 15 perjanjian kredit PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo No : KC-08/469/spj/15/x/09. Tahap wanprestasi sendiri dimana
pihak debitur tidak dapat memenuhi kewajibanya untuk melunasi pinjaman
sesuai waktu yang di tentukan maka pihak BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo akan memberikan waktu selama satu bulan mulai tanggal pelunasan
bagi debitur untuk melunasi hutangnya. Apabila sampai batas waktu yang
diberikan habis debitur belum juga memenuhi kewajiban maka pihak PD BPR
BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo berhak menarik benda jaminan dengan
surat penarikan jaminan.
3. Membayar hutang tetapi tidak sesuai dengan seharusnya yang harus di bayar
maka solusi yang di ambil oleh pihak bank sendiri yaitu pihak bank akan memberi

xxi
xxii

toleransi kepada debitur untuk tetap melunasi tunggakanya dengan juga di


kenakan denda yang di dasarkan pada ketentuan pasal 9 perjanjian kredit PD BPR
BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo No : KC-08/469/spj/15/x/09. Bila
nasabah belum mampu maka benda jaminan yang berupa hak tanggungan akan di
lelang oleh pihak bank untuk melunasi tunggakan tersebut. Sedangkan
wanprestasi yang terjadi karena adanya ketidak mapuan diluar kekuasaan
nasabah maka pihak BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo memberikan
kelonggaran bagi nasabah untuk menunda pembayaran maupun
memperpanjang waktu pelunasan, tetapi dalam hal ini tentu saja diikuti oleh
suatu sanksi yang harus diterima oleh nasabah yang berupa bunga
keterlambatan maupun denda.
4. Karena tidak punya uang untuk mengangsur maka solusinya yaitu pihak bank
akan menggunakan jaminan dari debitur yang disini jaminannya berupa hak
tanggungan untuk melunasi tunggakannya dengan cara bank akan melelang atau
menjual barang tersebut dan sisa hasil dari pelelangan akan di kembalikan kepada
debitur sendiri yang di dasarkan atas ketentuan pasal 9 dan pasal 15 perjanjian
kredit PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo No : KC-
08/469/spj/15/x/09.. Atau dengan cara pihak bank akan mengadakan pemeriksaan
yang secara periodik terhadaap usaha pemberi jaminan hak tanggungan dan
kelayakan usahanya. Untuk wanprestasi dimana debitur terlambat mengangsur
angsuran maka Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat BKK Wonogiri
Kota Cabang Tirtomoyo mengambil langkah sebagai berikut: Tindakan pertama
yang dilakukan adalah :
a. Memberikan surat peringatan ke 1
Maksudnya agar pihak debitur mau melunasi tunggakannya dan apabila
dalam jangka waktu satu minggu setelah surat peringatan pertama diberikan
dan pihak debitur tidak memenuhi kewajibanya dan surat itu dikirimkan ke
rumah debitur yang menunggak oleh pegawai bank.
b. Memberikan surat peringatan ke 2

xxii
xxiii

Surat kedua ini merupakan tindak lanjutan dari surat pertama apabila pihak
terhutang belum juga memenuhi kewajibanya dalam pemenuhan prestasinya
terhadap tunggakannya yang terlampir dalam surat pertama.
c. Memberikan surat peringatan ke 3
Surat ketiga ini merupakan pula tindak lanjutan surat ke dua yang di mana
pihak debitur atau terhutang masih belum melakukan kewajibanya yang
tertera pada surat ke dua dan pertama. Apabila surat peringatan ke 3 belum
juga memberikan hasil.
d. Dilakukan penarikan benda jaminan.

Untuk mengatasi masalah penggunaan kredit maka PD BPR BKK Wonogiri


Kota Cabang Tirtomoyo akan mengadakan pemeriksaan serta mengadakan analisa
secara periodik usaha pemberi jaminan hak tanggungan serta kelayakan
usahanya. Selain itu pihak PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo akan
memberikan pembinaan-pembinaan manajemen kepada pemberi jaminan hak
tanggungan agar usahanya dapat berkembang dengan kredit yang diperoleh.

Lex specialis derograt generalis merupakan satu bagian asa hukum yang memiliki
manfaat dalam memberlakukan suatu Undang-Undang yang paling tepat untuk
diterapkan dalam suatu kasus yang dihadapi. Penerapan asas ini tidak mudah dalam
penyelesaian kredit antara bank dan debitor, dikarenakan terdapatnya inkonsistenasi
antara kedua Umdamg-Undang yang menjadi ancaman dan dipergunakan dalam
perjanjian kredit perbankan yaitu Undang-Undang No 7 tentang perbankan dan
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (jurnal hukum bisnis
No 1 Tahun 2004)

Jadi disini pada dasarnya Perusahaan Daerah BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo pada dasarnya dalam menyelesaikan wanprestasi dalam perjanjian kredit
dengan jaminan hak tanggungan lebih mengutamakan musyawarah atau
pendekatan terhadap debitur meskipun tidak menutup kemungkinan
pemberlakukan ketentuan penjualan jaminan Hak tanggungan. Hal ini sesuai
dengan pasal Menurut ketentuan pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan.

xxiii
xxiv

Eksekusi atau penjualan hak atas tanah yang dibebankan dengan hak tanggungan
dapat dilaksanakan melalui tiga cara :

1. Parate Eksekusi : Berdasarkan pasal 6 dan pasal 14 ayat (2), apabila debitur
cidera janji maka pemegang hak tanggungan mempunyai hak untuk menjual
obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Titel eksekutorial
tersebut terdapat dalam sertifikat hak tanggungan yang memuat irah-irah
dengan kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”.
2. Penjualan dibawah tangan : Penjualan obyek hak tanggungan dapat dilakukan
dibawah tangan apabila telah terjadi kesepakatan antara pemberi dan
pemegang hak tanggungan. Penjualan dibawah tangan tersebut dilakukan
agar dapat memperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.
3. Pelunasan Hutang : Untuk menghindari lelang maka sampai dengan saat
pengukuhan lelang dikeluarkan dapat dilakukan pelunasan hutang yang dijamin
dengan hak tanggungan itu beserta biaya-biaya eksekusi yang telah dikeluarkan.
Pada prinsipnya bahwa penjualan benda yang menjadi obyek jaminan hak
tanggungan harus melalui pelelangan umum karena dengan cara ini diharapkan
dapat memperoleh harga yang paling tinggi namun demikian dalam hal
penjualan melalui pelelangan umum diperkirakan tidak menghasilkan harga
tertinggi yang menguntungkan baik debitur dan kreditur maka dimungkinkan
penjualan dibawah tangan asalkan hal tersebut disepakati oleh pemberi dan
peberima fidusia dan syarat jangka waktu pelaksanaan terpenuhi. Namun
khusus poin b pelaksanaan penjualan tersebut dilakukan setelah lewat 1 (satu)
bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh debitur dan kreditur kepada pihak
ke 3 yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam dua surat
kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan . Hasil dari penjualan benda
yang dijadikan jaminan tersebut digunakan untuk pelunasan hutang dari
debitur, dan apabila ada kelebihannya maka akan dikembalikan kepada debitur.

xxiv
xxv

Jadi argumen dari penulis sendiri menganggap bahwa PD BPR BKK Wonogiri
Kota Cabang Tirtomoyo telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang perbankan No
10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Perbankan No 7 tahun 1992 yang di
dalamya dalam prosedur pemberian kreditnya serta solusinya telah di dasarkan pada
Undang-Undang No 10 tahun 1998.

xxv
xxvi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraikan pembahasan di atas terkait judul penyelesaian kredit macet


dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan pada perusahaan daerah BPR
BKK kecamatan tirtomoyo Kabupaten Wonogiri maka proses pemberian kreditnya di PD
BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo sebagai berikut.
1. Prosedur Perjanjian pembebanan HT :
a. Diterimanya permohonan.
b. Permohonan kredit dari nasabah dilakukan secara tertulis dalam suatu Surat
Keterangan Permohonan Pinjam (SKKP).
c. Analisis Kredit.
d. Keputusan Kredit.
e. Penolakan.
f. Persetujuan.
g. Pembuatan Perjanjian Kredit.
h. Pembuatan peralihan hak jaminan sebagai barang yang di jamin.
2. Permasalahan yang timbul dalam proses pemberian kredit macet dan penyelesaian
Kredit macet yang dilakukan PD BPR BKK Kec Tirtomoyo Kab Wonogiri :

Permasalahan yang muncul dalam proses pemberian kredit adalah :


a. Karena memang debitur itu usahanya bangkrut.
b. Melakukan prestasi tetapi tidak di laksanakan tepat waktu.
c. Membayar hutang tidak sesuai dengan seharusnya yang harus di bayar.
d. Karena tidak punya uang untuk mengangsur.
Penyelesaian Kredit PD BPR BKK Kec Tirtomoyo Kab Wonogiri yang dilakukan
dalam masalah kredit macet sendiri yaitu :
a. Karena memang debitur usahanya bangkrut maka solusinya pihak bank akan
melakukan pemberitahuan agar si debitur melunasi tunggakanya baik dengan

xxvi
xxvii

caranya sendiri atau dengan di ambil alih oleh pihak bank sendiri dengan cara
mengaudit atau melelang usaha tersebut dan sisa hasil dari pelelangan akan di
gunakan untuk menutupi tunggakan si debitur kepada kreditur dan sisa hasil dari
pelelangan tersebut akan di kembalikan ke debitur sendiri.
b. Melakukan prestasi tetapi tidak tepat waktu maka solusi yang di lakukan pihak
bank sendir yaitu hanya melakukan pembrian denda kepada debitur atas ketidak
tepatan waktu dalam membayar tunggakannya.
c. Membayar hutang tetapi tidak sesuai dengan seharusnya yang harus di bayar
maka solusi yang di ambil oleh pihak bank sendiri yaitu pihak bank akan memberi
toleransi kepada debitur untuk tetap melunasi tunggakanya dengan juga di
kenakan denda.
d. Karena tidak punya uang untuk mengangsur maka solusinya yaitu pihak bank
akan menggunakan jaminan dari debitur yang disini jaminannya berupa hak
tanggungan untuk melunasi tunggakannya dengan cara bank akan melelang atau
menjual barang tersebut. Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat BKK
Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo mengambil langkah sebagai berikut: Tindakan
pertama yang dilakukan adalah :
1) Memberikan surat peringatan ke 1
2) Memberikan surat peringatan ke 2
3) Memberikan surat peringatan ke 3
4) Di lakukan penarikan benda jaminan.

B. SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan setelah penulis menarik kesimpulan dari
permasalahan diatas maka penulis akan mengemukakan beberapa saran masukan
bagi para pihak yang berkepentingan sebagai berikut:
1 Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo
selaku kreditur untuk lebih hati-hati lagi dalam menerapkan keempat prosedur
permohonan kredit secara urut dan runtut dalam mengadakan perjanjian kredit,

xxvii
xxviii

sehingga debitur akan lebih bisa memahami dan mengerti hak dan kewajibannya, dan
pihak bank dapat memberikan keterangan lebih terperinci mengenai hak dan
kewajiban debitur dalam perjanjian kredit.
2 Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo
sebaiknya melakukan perjanjian secara notariil sehingga perjanjian memiliki
kekuatan hukum yang tetap, dan lebih menguntungkan kedua belah pihak.
3 Pihak debitur sebaiknya menaati segala ketentuan dan syarat-syarat yang
ditetapkan oleh pihak Bank, sehingga pihak bank tidak segan-segan dan leluasa
dalam memberikan memberikan kredit bagi kegiatan usaha yang di jalankan oleh
debitur.

xxviii
xxix

DAFTAR PUSTAKA

Badrulzaman. 2001. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2005. Seri Hukum Hata Kekayaan
HakTanggungan. Jakarta: Prenada media

Gatot Supramono.1995. Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis. Jakarta :
Djambatan.

Hartono Hadi Saputro.1986. Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Jaminan. Yogyakarta :


Liberty.

HB Sutopo. 2006. Pengantar Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar Teoritis dan Praktis).


Surakarta: Pusat Penelitian Surakarta.

Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta : Kencana.

Lexy J Moleong.2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja


Rosadakarya
.
Muhamad Djumhana. 1997. Hukum Perbankan Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Muhamad Djumhana. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung : Citra Aditya


Bakti.

Purwadi Patrik dan kashadi. 2001. Hukum Jaminan. Semarang : Fakultas Hukum
Diponegoro

Subekti . 1996. Pengantar Penelitian Hukum. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

ST. Remy Sjahdeini. 2005. Hak Tanggungan sebagai Hak Jaminan. Bandung. PT
Alumni.

Salim HS. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.

Salim HS. 2005. perkembangan hokum jaminan di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.

Soerjono Soekanto. 2005. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Soerjono Soekanto.1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Pers.

Subekti. 2002. Hukum Perjanjian. Bandung : PT. Intermasa

xxix
xxx

Seinfokum.pengertianperjanjian.http://www.jdh.bpk.go.id/informasihukum/perjanjian.pdf
>( 2 Novenber 2009 Pukul 05.16 ).

Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan Alinea Ke IV.

Undang-Undang No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Undang-Undang No 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UU No 7 Tahun 1992


Tentang Perbankan Dalam Pasal 3.

Undang-Undang No 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia.

Jurnal tahun 2005 judul journal of money, credit, and banking, volume 37 no 1

Jurnal tahun 2004, judul polemik penerapan asas lex specialis derograt legl generalls
dalam penyelesaian kredit antara bank dan kreditur, volume 23 no 1

Jurnal tahun 2005 judul Prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam prosedur
penyaluran kredit perbankan ,Jurnal Ilmiah, volume 6, No 3

xxx

Anda mungkin juga menyukai