Penyelesaian Kredit Macet
Penyelesaian Kredit Macet
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Oleh :
Sandi Seno Kartiko
E. 1105021
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
34
35
SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disusun Oleh :
SANDI SENO KARTIKO
E. 1105021
Pembimbing
PENGESAHAN PENGUJI
Disusun Oleh :
SANDI SENO KARTIKO
NIM : E. 1105021
Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 28 April 2010
TIM PENGUJI
1. Ambar Budhisulistyawati.SH.,MHum : ……………………….
NIP. 195711121983032001 ( ketua )
MENGETAHUI
Dekan,
HALAMAN MOTTO
”Tidak layak bagi seorang Islam laki-laki maupun perempuan apabila Allah dan
Rasul-Nya menetapkan sesuatu peraturan ada pilihan lain bagi mereka”
(QS. Al Ahzab: 36)
(HR At-Tirmidzi)
”Lazimilah kejujuran, sebab kejujuran itu akan menunjukkan kepada kebaikan dan
kebaikan itu akan menunjukkan kepada surga. Seorang laki-laki yang senantiasa
jujur dan melazimi kejujuran akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur”.
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
couldn‟t pay his debt, the bank would make auction of the assurance given to pay the
debt.
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan hukum ini dengan baik.
Penulis
DAFTAR ISI
38
B. Proses-proses Perjanjian Pembebanan Hak Tanggngan dalam perjanjian
kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan di PD BPR BKK Kec
Tirtomoyo Kab
47
Wonogiri…………………......................................................
47
1. Proses Perjanjian kredit di mulai..............................................
49
2. Pembuatan Perjanjian Kredit.....................................................
50
3. Bentuk dan Isi Akta Pembabanan Hak Tanggungannya...........
53
4. Proses pembebanan jaminan Hak Tanggungan..........................
55
C. Penyelesaiaan kredit macet dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak
tanggungan serta permasalahan yang Timbul dalam Pelaksanaan
Perjanjian Pemberian Kredit pada PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo dan Solusi
Mengatasinya................................................................
57
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................
64
A. Kesimpulan....................................................................................
64
B. Saran..............................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran I : Struktur Organisasi PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo.
Lampiran II : Peraturan Pusat tentang Perubahan Cara Pemberian Kredit.
Lampiran III :Pedoman Tata Cara Kerja PD BPR BKK Wonogiri Kota
Cabang Tirtomoyo.
48
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan bank, karena uang yang dipinjamkan kepada debitor berasal atau
bersumber dari masyarakat yang disimpan pada bank itu sehingga risiko
tersebut sangat berpengaruh atas kepercayaan masyarakat kepada bank yang
sekaligus kepada keamanan dana masyarakat tersebut.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dari segi sudut
pandang mengenai banyaknya penggunaan jaminan Hak Tanggungan atas
tanah dalam mengajukan kredit di Perusahaan Daerah BPR (BANK KREDIT
KECAMATAN) Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri dibandingkan
mengenai jaminan yang lainnya seperti jaminan fidusia. Berdasarkan uraian
tersebut di atas, maka untuk itulah penulis mengangkatnya dalam suatu
penulisan skripsi dengan judul : “PENYELESAIAN KREDIT MACET
DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK
TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BPR (BANK
KREDIT KECAMATAN) KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN
WONOGIRI"
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui proses perjanjian pembebanan Hak Tanggungan dalam
perjanjian kredit di Perusahaan Daerah BPR (BANK PERKREDITAN
RAKYAT) di Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri.
b. Untuk mengetahui penyelesaian kredit macet dalam perjanjian kredit
dengan jaminan Hak Tanggungan tersebut di Perusahaan Daerah BPR
(BANK PERKREDITAN RAKYAT) di Kecamatan Tirtomoyo
Kabupaten Wonogiri.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan, serta pemahaman penulis
terhadap penerapan teori-teori yang telah penulis terima selama
menempuh kuliah dalam mengatasi masalah hukum yang terjadi dalam
masyarakat.
b. Untuk memperoleh data dan informasi yang di perlukan penulis dalam
menyusun penulisan hukum guna memenuhi persyaratan yang di wajibkan
dalam meraih gelar sarjana strata 1 bidang ilmu hukum di Universitas
sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
55
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan
dibidang hukum pada umumnya dan hukum perdata pada khususnya.
b. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan
pembendaharaan literatur dan menambah khasanah dunia kepustakaan,
sehingga dapat menjadi bahan acuan untuk mengadakan kajian dan
penelitian mengenai hal sejenis yaitu mengenai proses pemberian kredit
serta penyelesaiannya dengan jaminan hak tanggungan.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberi sumbangan pemikiran untuk penyusunan kebijakan atau
program dalam rangka pemberian kredit perbankan.
b. Dengan penelitian ini diharapkan pembaca atau masyarakat mengetahui
lebih jauh mengenai pelaksanaan mekanisme pemberian kredit dengan
jaminan hak tanggungan serta penyelesaianyan di BPR BANK KREDIT
KECAMATAN Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
data primer sebagai data utama dan bersumber pada karyawan bagian
pemberian kredit oleh Bpk Arwinto Adi, Slamet Widodo, Kholidin di BPR
BKK Kec Tirtomoyo Kab Wonogiri mana penulis langsung terjun ke lokasi
penelitian serta juga di bantu dengan data sekunder.
2. Sifat Penelitian
3. Pendekatan Penelitian
sini peneliti memahami dan mempelajari permasalahan yang ada di BPR BKK
Kec Tirtomoyo dengan bertanya kepada Debitur dan kreditur dalam suatau
permohonan kredit dengan jaminan pembebanan hak tanggungan serta
meneliti bagaimana proses dari pemberian kredit, pembebanan hak
tanggungan pada kredit, sampai penyelesaiannya kredit dengan jaminan hak
tanggungan bila si debitur melakukan wanprestasi kepada kreditur
4. Lokasi Penelitian
5. Jenis Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
58
6. Sumber Data
a. Wawancara
59
b. Observasi
Mengingat data yang ada dalam penelitian ini bersifat kualitatif maka
akan dianalisis dengan teknik analisis interaktif di karenakan bersumber di
Perusahaan Daerah BPR Bank Kredit Kecamatan Tirtomoyo Kabupeten
Wonogiri dengan wawancara serta terjun ke lapangan. Analisis interaktif
(interaktif model of analisis) yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisis
melalui tiga tahap, yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menarik
kesimpulan. Selain ini dilakukan suatu proses siklus antara tahap-tahap
tersebut sehingga data yang terkumpul dan berhubungan satu dengan yang
lain secara sistematis (HB Sutopo, 2006: 230). Tiga tahap tersebut adalah:
a. Reduksi Data
b. Penyajian Data
c. Penarikan Kesimpulan
Pengumpulan
Data
Penarikan
Kesimpulan
F. Sistematika Skripsi
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis memberikan gambaran mengenai permulaan
sebuah penelitian, meliputi latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, serta sistematika penulisan hukum.
Dalam bab kedua memuat 2 (dua) sub bab, yaitu kerangka teori dan
kerangka pemikiran. Kerangka teori meliputi : Tinjauan umum tentang
pengertian perjanjian, syarat sah perjanjian, akibat perjanjian,
berakirnya perjanjian, jenis-jenis perjanjian, pengertian kredit, unsur-
unsur kredit, syarat-syarat kredit, arti penting jaminan dalam
perjanjian kredit, wanprestasi dalam perjanjian kredit. Sedangkan
dalam kerangka pemikiran penulis akan menampilkan bagan kerangka
pemikiran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
63
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
a. Pengertian Perjanjian
Agar suatu perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak,
perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 1320 KUHperdata yaitu :
secara tegas. suatu sebab atau causa yang halal. Sahnya causa
dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat.
Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum,
kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Syarat pertama
dan kedua menyangkut subyek, sedangkan syarat ketiga dan
keempatmengenai obyek. Terdapatnya cacat kehendak (keliru,
paksaan, penipuan) atau tidak cakap untuk membuat perikatan,
mengenai subyek mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan.
Sementara apabila syarat ketiga dan keempat mengenai obyek
tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.
c. Akibat Perjanjian
d. Berakhirnya Perjanjian
Perjanjian berakhir karena :
1) Ditentukan oleh para pihak berlaku untuk waktu tertentu.
2) Undang-undang menentukan batas berlakunya perjanjian;
3) Para pihak atau undang-undang menentukan bahwa dengan
terjadinya peristiwa tertentu maka persetujuan akan hapus;
Peristiwa tertentu yang dimaksud adalah keadaan memaksa
(overmacht) yang diatur dalam Pasal 1244 dan 1245 KUH Perdata.
Keadaan memaksa adalah suatu keadaan dimana debitur tidak
dapat melakukan prestasinya kepada kreditur yang disebabkan
adanya kejadian yang berada di luar kekuasaannya, misalnya
karena adanya gempa bumi, banjir, lahar dan lain-lain. Keadaan
memaksa dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
e. Jenis-Jenis Perjanjian
b. Unsur-unsur kredit
c. Syarat-syarat Kredit
telah habis akan tetapi debitur tidak atau belum dapat melunasi
kewajiban untuk membayar hutangnya pada bank. Adanya hal
yang demikian ini maka dapat dikategorikan sebagai tindakan
wanprestasi atau ingkar janji., penyebab kredit macet:
a. Timbulnya kredit macet yang di timbulkan oleh adanya
unsur kesengajaan untuk melanggar kebijakan dan
prosedur yang telah di tetapkan.
b. Timbulnya kredit macet karena memanfaatkan
lemahnya peraturan atau ketentuan yaitu memang
belum ada atau sudah ada, tetapi tidak jelas.
c. Adanya oknum intern bank sendiri yang melakukan
KKN sehingga menyebabkan kredit macet.
B.Kerangka Pemikiran
PEMBERIAN KREDIT
WAN PRESTASI
85
Keterangan :
BAB III
Visi:
“Menjadi Bank yang sehat, besar, mandiri dan mampu bersaing.”
Misi:
a. Menjalankan usaha sebagai Bank Perkereditan Rakyat (sesuai dengan
ketentuan undang-undang ).
b. Membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan
membangun daerah di segala bidang.
c. Sebagai mitra usaha masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup
melalui layanan jasa BPR yang profesional.
d. Mengupayakan sumber pendapatan asli daerah.
STRUKTUR ORGANISASI
PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT BKK WONOGIRI KOTA
KANTOR CABANG TIRTOMOYO
PIMPINAN CABANG
SUYONO, SE.
SEKSI KREDIT
KHOLIDIN Titomoyo, 24 Agustus 2009
PD. BPR BKK WONOGIRI KOTA
CABANG TIRTOMOYO
SUYONO, SE.
PEMIMPIN
Gambar.3
Adapun penjelasan mengenai struktur organisasi (sebagaimana yang
tercantum dalam lampiran) PD. BPR BKK mengenai tugas, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan Cabang
a. Kedudukan
Pimpinan Cabang memimpin kantor cabang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada direksi
b. Tugas
Membantu Direksi dalam menyususn perencanaan, melaksanakan
koordinasi dan pengawasan kegiatan operasional yang menjadi tanggung
jawab dan kewenangan di wilayah kerjanya
c. Fungsi
1) Pelaksanaan manajemen PD. BPR BKK berdasarkan kebijaksanaan
umum dari Direksi
2) Penetapan kebijaksanaan untuk melaksanakan pengurusan dan
pengelolaan kantor cabang diwilayah kerjanya berdasarkan
kebijaksanaan umum dari Direksi
3) Perencanaan dan Penyelenggaraan kegiatan operasional yang produktif
di kantor cabang berupa :
a) Pemasaran dan pemrosesan kredit;
b) Penghimpunan dana pihak ketiga;
c) Pelayanan nasabah;
d) Pengadministrasian kredit dan pembinaan nasabah;
e) Pencatatan transaksi-transaksi berdasarkan sisitem dan prosedur
akuntansi perbankan.
d. Wewenang
1) Memutuskan pemberian kredit sesuai dengan batas wewenang kredit
yang dimilikinya atau memberikan rekomendasi usulan kredit bagi
nasabah yang mengajukan kredit diatas kewenanganya;
i
ii
2. Seksi Pelayanan
a. Kedudukan
Seksi Pelayanan merupakan unsur pelaksana teknis yang dipimpin oleh
seseorang kepala seksi, berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
pemimpin kantor cabang
b. Fungsi
Melaksanakan kegiatan operasional Kantor Cabang meliputi :
1) Pelayanan transaksi kas;
2) Penyelenggaraan sistem akuntansi atas transaksi Kantor Cabang;
3) Menyususun dan menyajikan laporan keuangan Kantor Cabang;
4) Menyususun dan menyampaikan laporan-laporan sesuai dengan
ketentuan perbankan;
5) Menyelenggarakan administrasi umum untuk mendukung tugas-tugas
semua unit kerja.
ii
iii
c. Tanggung jawab
1) Mengelola dana perusahaan yang ada di kantor cabang;
2) Mengelola rekening nasabah meliputi antara lain proses persetujuan
atas pembukaan/penutupan rekening, mengklasifikasikan rekening-
rekening nasabah, rekonsiliasi, permintaan referensi;
3) Pencatatan semua transaksi sesuai sistem dan prosedur yang telah
ditetapkan;
4) Menyampaikan laporan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan
kepada pihak yang berkepentingan;
5) Menyelenggarakan administrasi dan pemeliharaan dokumen-dokumen;
6) Menyediakan sarana dan piranti kerja yang digunakan
untukmendukung tugas semua unit kerja, pengelolaan aktiva tetap dan
inventaris kantor, dan sistem keamanan;
7) Melakukan pelayanan atas tamu perusahaan.
d. Wewenang
1) Memberikan persetujuan/rekomendasi atas usulan biaya yang diajukan
oleh unit kerja;
2) Menandatangani surat menyurat yang terkait dengan bidang
pekerjaanya;
3) Mengatur cuti pegawai, pemakaian sarana/fasilitas kerja.
e. Tugas Pokok
1) Mencatat transaksi harian meliputi jurnal, general ledger, mutasi kas
harian, saldo nominatif dana pihak ketiga;
2) Menyusun perputaran kas mingguan;
3) Melakukan rekonsiliasi rekening antar kantor dan menyelesaikan open
item
4) Menerbitkan dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala
(harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan)
5) Membuat dan menyampaikan laporan system informasi debitur (SID)
ke Bank Indonesia;
iii
iv
3. Seksi Pemasaran
a. Kedudukan
Seksi Pemasaran merupakan unsur pelaksana teknis yang dipimpin oleh
seorang kepala seksi, berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
pemimpin Kantor Pusat operasional.
b. Fungsi
1) Membantu Pemimpin Kantor Cabang dalam melakukan
pengkoordinasian kegiatan-kegiatan dibidang Dana dan Kredit.
2) Pengembangan pertumbuhan bisnis dan penetrasi pasar dengan
penekanan pada aspek penyaluran kredit yang sehat serta
penghimpunan dana pihak ketiga yang mampu mendukung likuiditas.
c. Tanggung jawab
1) Target pertumbuhan portopolio kredit yang sehat dengan penekanan
pada kuantitas, profitabilitas, penetrasi pasar;
2) Memobilisasi sumber-sumber dana baru dengan tetap
mempertahankan nasabah yang ada dalam rangka penghimpunan dana
pihak ketiga dengan kuantitas dan komposisi sesuai target;
3) Memantau perkembangan account nasabah terutama yang termasuk
dalam kategori yang harus dicermati secara khusus;
4) Melaksanakan program pembinaan hubungan dengan nasabah dan
mitra;
5) Melakukan penanggulangan atas angsuran yang tidak lancar atau
kredit bermasalah.
iv
v
d. Wewenang
1) Menawarkan produk perusahaan secara langsung kepada masyarakat
atau kelompok masyarakat/lembaga;
2) Menerima usulan kredit dari dana dan kredit untuk diberikan
rekomendasi atau persetujuan atau penolakan;
3) Melaksanakan akad kredit bagi pemohon kredit yang disetujui;
4) Mengususlkan pembayarn/pencairan kredit kepada seksi pelayanan
dengan berdasarkan berbagai bukti pengikatan yang sah dan lengkap;
5) Melakukan negosiasi dalam penghimpunan dana dan meneruskan
permintaan pembukaan atau penutupan rekening tabungan/deposito
kepada Seksi Pelayanan untuk Verifikasi/persetujuan;
6) Mengusulkan kerjasama dengan Notaris, pengacara, perusahaan
penilai pada atasan;
7) Melakukan negosiasi dalam penanggulangan kredit bermasalah dan
mengajukan usulan penghapus bukuan kepada jajaran yang alebih
tinggi;
8) Mengusulkan restrukturisasi;
9) Menerbitkan surat pelunasan kredit, surat roya, dan pelepasan jaminan.
e. Tugas Pokok
1) Memantau perkembangan pemasaran kredit, pemasaran dana,
hubungan nasabah dan melakukan pemberdayaan agar dicapai hasil
yang optimal;
2) Membuat laporan berkala kepada Pemimpin Cabang mengenai
pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga beserta
permasalahan serta usulan-usulan perbaikan;
3) Memastika bahwa persyaratan administrasi permohonan kredit telah
lengkap dan dokumen pengikatan kredit telah diikat sempurna;
4) Berkas-berkas debitur baru termasuk dokumen anggunan/pengikatan
kredit untuk diadministrasikan lebih lanjut dan di simpan di ruang
penyimpanan dokumen (vault);
5) Melayani pembukaan dan penutupan rekening;
v
vi
4. Seksi Kredit
a. Kedudukan
Bidang kredit membantu Direksi sesuai dengan bidang tugasnya dan
bertanggung jawab kepada Direksi. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang
Kredit mengkoordinir :
1) Sub. Bidang Pengawasan Kredit
2) Sub. Bidang AO (Account Officer)
b. Tugas
Bidang Kredit mempunyai tugas : melaksanakan segala kegiatan yang
berhubungan dengan pemberian kredit, penagihan, pengadministrasian dan
pemantauan kolektibilitas.
c. Fungsi
Bidang Kredit mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan perencanaan kredit
2) Penyelenggaraan usaha perkreditan dengan prinsip kehati-hatian
vi
vii
5. Bidang Dana
a. Kedudukan
Bidang Dana membantu Direksi dalam bidang tugasya dan bertanggung
jawab kepada Direksi. Dalam pelaksanan tugas Bidang Dana
mengkoordinir :
1) Sub. Bidang Kas
2) Sub. Bidang Penghimpunan Dana
b. Tugas
Bidang Dana mempunyai tugas melakukan koordinasi pengembangan
dana dan pembinaan hubungan nasabah PD. BPR BKK serta menjaga
likuiditas Bank
c. Fungsi
Bidang Dana mempunyai fungsi :
1) Penyelenggara usaha pengembangan dana
2) Pelaksanaan pengelola administrasi keluar masuk dana
3) Pengelola rekening nasabah
4) Menyajikan data dan laporan yang dibutuhkan sesuai bidangnya
5) Pemberi saran dan pertimbangan mengenai langkah dan atau tindakan
yang perlu diambil dibidang tugasnya
6. Bidang Pembukuan
a. kedudukan
Bidang pembukuan merupakan unsur pelaksana teknis yang dilakukan
oleh seorang seksi bidang pembukuan yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Pimpinan Kantor Cabang.
vii
viii
b. Tugas
Membantu seksi Bidang Dana dalam melakukan pengkoordinasi dan
pengawasan kegiatan dan perputaran uang yang menjadi tanggung jawab
dan kewenangan di wilayah kerjannya
c. Fungsi
1. mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan serta pelaksanaan tugas
2. penelitian kebenaran administrasi dan laporan kas harian
3. penghitungan ketersediaan dan kebutuhan kas
4. mengolah data dan laporan yang dibituhkan sesuai bidangnya
5. pemberi saran dan pertimbangan mengenai langkah-langkah dan atau
tindakan-tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya
7. Teller
a. Kedudukan
Seksi Teller merupakan staff dibawah seksi Pelayanan yang merupakan
unsur pelaksana teknis yang dipimpin oleh seseorang kepala seksi Teller,
berada dibawah dan bertanggungjawab kepada pemimpin kantor cabang
b. Fungsi
Melaksanakan kegiatan operasional Kantor Cabang meliputi :
1) Pelayanan transaksi kas;
2) Penyelenggaraan sistem akuntansi atas transaksi Kantor Cabang;
3) Menyususun dan menyajikan laporan keuangan Kantor Cabang;
4) Menyususun dan menyampaikan laporan-laporan sesuai dengan
ketentuan perbankan;
5) Menyelenggarakan administrasi umum untuk mendukung tugas-tugas
semua unit kerja.
8. Satpam
a. Kedudukan
staff pengaman yang merupakan unsur pelaksana teknis yang digunakan
untuk menjaga keamanan, berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
pemimpin kantor cabang
viii
ix
b. Tugas
1) Membantu Staff lain/nasabah jika diperlukan dalam transaksi
2) Menjaga keamana bank dalam melakukan kegiatan perbankan
3) sebagai pengawal jika ada penyaluran dari pihak kantor pusat kepada
kantor cabang
c. Fungsi
memberikan rasa keamanan pada nasabah saat bertransaksi di dalam bank
9. Penjaga Malam
a. Kedudukan
Staff pengaman kantor pada malam hari yang merupakan unsur pelaksana
teknis yang digunakan untuk menjaga keamanan kantor pada malam hari,
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada pemimpin kantor cabang
b. Tugas
menjaga keamanan kantor pada waktu malam hari
ix
x
Tujuan dari perjanjian pemberian kredit yang dilakukan oleh PD.BPR BKK di
kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri ini adalah sebagai berikut :
Pemberian kredit sendiri adalah suatu kegiatan usaha yang sah bagi Bank
Umum dan Bank Prekereditan Rakyat. Kedua jenis bank tersebut merupakan
badan usaha penyalur dana kepada masyarakat dalam bentuk Pemberian Kredit di
samping Lembaga Keuangan lainya. Dalam UU Perbankan Indonesia tahun 1998
perubahan atas UU Perbankan Indonesia tahun 1992 terdapat beberapa hal yang
berkaitan dengan pemberian kredit, diantaranya adalah sebagai berikut :
x
xi
Pelaksanaan proses perjanjian kredit oleh pihak bank dilakukan menurut jenis
kredit yang diminta dan jenis jaminan yang diberikan debitur. Secara umum
perjanjian kredit dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Permohonan Kredit
Permohonan kredit dari nasabah dilakukan secara tertulis dalam suatu
Surat Keterangan Permohonan Pinjam (SKKP). Bentuk dari surat ini
merupakan surat standar yang telah disediakan oleh bank yang antara lain
berisi:
xi
xii
xii
xiii
xiii
xiv
xiv
xv
3. Setelah perjanjian di bawah tangan sudah dinyatakan sah dan final oleh pihak
bank maka debitur menadatangani perjanjian kredit dengan jaminan hak
tanggungan yang nantinya akan di sahkan oleh pejabat yang berwenang atau di
katakan sebagai akte otentik. Bentuk dan isi Akta Pembebanan Hak
Tanggungan (APHT) dalam perjanjian kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan
di Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo
Dari hasil penelitian yang kami lakukan dilapangan, isi akta pembebanan hak
tanggungan dalam perjajian kredit di Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat
Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo adalah sebagai berikut:
a. Hari dan tanggal perjanjian kredit.
b. Identitas para pihak.
c. Besar jaminan.
xv
xvi
xvi
xvii
xvii
xviii
bidang tanah tersebut harus terletak dalam satu daerah kerja kantor pertanahan
kabupaten/kotamadya (Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Agraria Nomor 15
tahun 1961 dan Pasal 3 Surat Keputusan Direktur Jendral Agraria
No.SK.67/DDA/1968). Dalam permberian Hak Tanggungan dihadapan PPAT,
wajib dihadiri oleh pemberi Hak Tanggangan dan disaksikan oleh 2 orang
saksi. Jika tanah yang dijadikan jaminan belum bersertifikat yang wajib
bertindak sebagai saksi adalah kepala desa dan seorang anggota pemerintah
dari desa yang bersangkutan (Pasal 25 PP.10 Tahun 1961). Menurut Pasal 22
ayat (91) PP 10 tahun 1961, PPAT wajib menolak permintaan untuk membuat
APHT jika tanah yang bersangkutan masih dalam perselisihan/sengketa.
sehubungan dengan itu karena pada umumnya PPAT tidak mengetahui
tentang ada atau tidaknya sengketa mengenai tanah yang bersangkutan, hal
tersebut wajib dinyatakan dan tidak tersangkut dalam suatu sengketa, dalam
APHT perlu dicantumkan pemberian jaminan oleh pemberi Hak Tanggungan,
bahwa tanah yang ditunjuk sebagai jaminan benar tidak dalam sengketa.
xviii
xix
xix
xx
hatian dari suatu pemberian kredit, tetapi itu semua juga tidak memberikan jaminan
dan juga tidak bisa memungkiri bahwa nasabah atau debitur tidak akan melakukan
pemenuhan prestasinya terhadap kreditur atau kata lain melakukan wanprestasi.
Pengertian wanprestasi sendiri yaitu menurut I.G.Rai Widjaya, S.H., M.A.
1 Kewajiban membayar kerugian yang di derita oleh pihak lawan (ganti rugi).
2 Berakibat pembatalan perjanjian.
3 Peralihan resiko.
4 Membayar biaya perkara (apabila masalahnya sampai di bawa ke pengadilan).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis kepada Bapak Arwinto Adi SE,
Bapak Slamet Widodo dan Bapak Kholidin selaku Bagian Seksi Kredit bila nasabah
debitur penerima kredit melakukan wanprestasi maka langkah proses yang di lakukan
oleh PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo sebagai berikut. Tentang
penyelesaian kredit macet dalam perjanjian dengan jaminan hak tanggungan di
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo :
Dengan terjadinya wanprestasi dari debitur atau nasabah maka pihak bank
dalam hal ini Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota
Cabang Tirtomoyo dalam mengambil tindakan penyelesaian di terlebih dahulukan
mencari adanya itikad tidak baik, disini yang di maksud itikad tidak baik sendiri
yaitu seorang debitur memang telah sengaja atau secara terbukti tidak mengangsur
atau memenuhi prestasinya kepada kreditur atas hutang-hutangnya yang di karenakan
beberapa hal seperti :
xx
xxi
Solusi yang di lakukan PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo sebagai
berikut :
1. Karena memang debitur usahanya bangkrut maka solusinya pihak bank akan
melakukan pemberitahuan agar si debitur melunasi tunggakanya baik dengan
caranya sendiri atau dengan di ambil alih oleh pihak bank sendiri dengan cara
mengaudit atau melelang usaha tersebut dan sisa hasil dari pelelangan akan di
gunakan untuk menutupi tunggakan si debitur kepada kreditur dan sisa hasil dari
pelelangan tersebut akan di kembalikan ke debitur sendiri dan hal ini di dasarkan
pada ketentuan pasal pasal 15 perjanjian kredit PD BPR BKK Wonogiri Kota
Cabang Tirtomoyo No : KC-08/469/spj/15/x/09.
2. Melakukan prestasi tetapi tidak tepat waktu maka solusi yang di lakukan pihak
bank sendir yaitu hanya melakukan pemberian denda kepada debitur atas ketidak
tepatan waktu dalam membayar tunggakannya dan ini di dasarkan pada ketentuan
pasal 9 dan pasal 15 perjanjian kredit PD BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo No : KC-08/469/spj/15/x/09. Tahap wanprestasi sendiri dimana
pihak debitur tidak dapat memenuhi kewajibanya untuk melunasi pinjaman
sesuai waktu yang di tentukan maka pihak BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo akan memberikan waktu selama satu bulan mulai tanggal pelunasan
bagi debitur untuk melunasi hutangnya. Apabila sampai batas waktu yang
diberikan habis debitur belum juga memenuhi kewajiban maka pihak PD BPR
BKK Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo berhak menarik benda jaminan dengan
surat penarikan jaminan.
3. Membayar hutang tetapi tidak sesuai dengan seharusnya yang harus di bayar
maka solusi yang di ambil oleh pihak bank sendiri yaitu pihak bank akan memberi
xxi
xxii
xxii
xxiii
Surat kedua ini merupakan tindak lanjutan dari surat pertama apabila pihak
terhutang belum juga memenuhi kewajibanya dalam pemenuhan prestasinya
terhadap tunggakannya yang terlampir dalam surat pertama.
c. Memberikan surat peringatan ke 3
Surat ketiga ini merupakan pula tindak lanjutan surat ke dua yang di mana
pihak debitur atau terhutang masih belum melakukan kewajibanya yang
tertera pada surat ke dua dan pertama. Apabila surat peringatan ke 3 belum
juga memberikan hasil.
d. Dilakukan penarikan benda jaminan.
Lex specialis derograt generalis merupakan satu bagian asa hukum yang memiliki
manfaat dalam memberlakukan suatu Undang-Undang yang paling tepat untuk
diterapkan dalam suatu kasus yang dihadapi. Penerapan asas ini tidak mudah dalam
penyelesaian kredit antara bank dan debitor, dikarenakan terdapatnya inkonsistenasi
antara kedua Umdamg-Undang yang menjadi ancaman dan dipergunakan dalam
perjanjian kredit perbankan yaitu Undang-Undang No 7 tentang perbankan dan
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (jurnal hukum bisnis
No 1 Tahun 2004)
Jadi disini pada dasarnya Perusahaan Daerah BPR BKK Wonogiri Kota Cabang
Tirtomoyo pada dasarnya dalam menyelesaikan wanprestasi dalam perjanjian kredit
dengan jaminan hak tanggungan lebih mengutamakan musyawarah atau
pendekatan terhadap debitur meskipun tidak menutup kemungkinan
pemberlakukan ketentuan penjualan jaminan Hak tanggungan. Hal ini sesuai
dengan pasal Menurut ketentuan pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan.
xxiii
xxiv
Eksekusi atau penjualan hak atas tanah yang dibebankan dengan hak tanggungan
dapat dilaksanakan melalui tiga cara :
1. Parate Eksekusi : Berdasarkan pasal 6 dan pasal 14 ayat (2), apabila debitur
cidera janji maka pemegang hak tanggungan mempunyai hak untuk menjual
obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Titel eksekutorial
tersebut terdapat dalam sertifikat hak tanggungan yang memuat irah-irah
dengan kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”.
2. Penjualan dibawah tangan : Penjualan obyek hak tanggungan dapat dilakukan
dibawah tangan apabila telah terjadi kesepakatan antara pemberi dan
pemegang hak tanggungan. Penjualan dibawah tangan tersebut dilakukan
agar dapat memperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.
3. Pelunasan Hutang : Untuk menghindari lelang maka sampai dengan saat
pengukuhan lelang dikeluarkan dapat dilakukan pelunasan hutang yang dijamin
dengan hak tanggungan itu beserta biaya-biaya eksekusi yang telah dikeluarkan.
Pada prinsipnya bahwa penjualan benda yang menjadi obyek jaminan hak
tanggungan harus melalui pelelangan umum karena dengan cara ini diharapkan
dapat memperoleh harga yang paling tinggi namun demikian dalam hal
penjualan melalui pelelangan umum diperkirakan tidak menghasilkan harga
tertinggi yang menguntungkan baik debitur dan kreditur maka dimungkinkan
penjualan dibawah tangan asalkan hal tersebut disepakati oleh pemberi dan
peberima fidusia dan syarat jangka waktu pelaksanaan terpenuhi. Namun
khusus poin b pelaksanaan penjualan tersebut dilakukan setelah lewat 1 (satu)
bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh debitur dan kreditur kepada pihak
ke 3 yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam dua surat
kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan . Hasil dari penjualan benda
yang dijadikan jaminan tersebut digunakan untuk pelunasan hutang dari
debitur, dan apabila ada kelebihannya maka akan dikembalikan kepada debitur.
xxiv
xxv
Jadi argumen dari penulis sendiri menganggap bahwa PD BPR BKK Wonogiri
Kota Cabang Tirtomoyo telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang perbankan No
10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Perbankan No 7 tahun 1992 yang di
dalamya dalam prosedur pemberian kreditnya serta solusinya telah di dasarkan pada
Undang-Undang No 10 tahun 1998.
xxv
xxvi
BAB IV
A. Kesimpulan
xxvi
xxvii
caranya sendiri atau dengan di ambil alih oleh pihak bank sendiri dengan cara
mengaudit atau melelang usaha tersebut dan sisa hasil dari pelelangan akan di
gunakan untuk menutupi tunggakan si debitur kepada kreditur dan sisa hasil dari
pelelangan tersebut akan di kembalikan ke debitur sendiri.
b. Melakukan prestasi tetapi tidak tepat waktu maka solusi yang di lakukan pihak
bank sendir yaitu hanya melakukan pembrian denda kepada debitur atas ketidak
tepatan waktu dalam membayar tunggakannya.
c. Membayar hutang tetapi tidak sesuai dengan seharusnya yang harus di bayar
maka solusi yang di ambil oleh pihak bank sendiri yaitu pihak bank akan memberi
toleransi kepada debitur untuk tetap melunasi tunggakanya dengan juga di
kenakan denda.
d. Karena tidak punya uang untuk mengangsur maka solusinya yaitu pihak bank
akan menggunakan jaminan dari debitur yang disini jaminannya berupa hak
tanggungan untuk melunasi tunggakannya dengan cara bank akan melelang atau
menjual barang tersebut. Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat BKK
Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo mengambil langkah sebagai berikut: Tindakan
pertama yang dilakukan adalah :
1) Memberikan surat peringatan ke 1
2) Memberikan surat peringatan ke 2
3) Memberikan surat peringatan ke 3
4) Di lakukan penarikan benda jaminan.
B. SARAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan setelah penulis menarik kesimpulan dari
permasalahan diatas maka penulis akan mengemukakan beberapa saran masukan
bagi para pihak yang berkepentingan sebagai berikut:
1 Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo
selaku kreditur untuk lebih hati-hati lagi dalam menerapkan keempat prosedur
permohonan kredit secara urut dan runtut dalam mengadakan perjanjian kredit,
xxvii
xxviii
sehingga debitur akan lebih bisa memahami dan mengerti hak dan kewajibannya, dan
pihak bank dapat memberikan keterangan lebih terperinci mengenai hak dan
kewajiban debitur dalam perjanjian kredit.
2 Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Wonogiri Kota Cabang Tirtomoyo
sebaiknya melakukan perjanjian secara notariil sehingga perjanjian memiliki
kekuatan hukum yang tetap, dan lebih menguntungkan kedua belah pihak.
3 Pihak debitur sebaiknya menaati segala ketentuan dan syarat-syarat yang
ditetapkan oleh pihak Bank, sehingga pihak bank tidak segan-segan dan leluasa
dalam memberikan memberikan kredit bagi kegiatan usaha yang di jalankan oleh
debitur.
xxviii
xxix
DAFTAR PUSTAKA
Badrulzaman. 2001. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2005. Seri Hukum Hata Kekayaan
HakTanggungan. Jakarta: Prenada media
Gatot Supramono.1995. Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis. Jakarta :
Djambatan.
Purwadi Patrik dan kashadi. 2001. Hukum Jaminan. Semarang : Fakultas Hukum
Diponegoro
ST. Remy Sjahdeini. 2005. Hak Tanggungan sebagai Hak Jaminan. Bandung. PT
Alumni.
Salim HS. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.
Salim HS. 2005. perkembangan hokum jaminan di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.
xxix
xxx
Seinfokum.pengertianperjanjian.http://www.jdh.bpk.go.id/informasihukum/perjanjian.pdf
>( 2 Novenber 2009 Pukul 05.16 ).
Jurnal tahun 2005 judul journal of money, credit, and banking, volume 37 no 1
Jurnal tahun 2004, judul polemik penerapan asas lex specialis derograt legl generalls
dalam penyelesaian kredit antara bank dan kreditur, volume 23 no 1
Jurnal tahun 2005 judul Prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam prosedur
penyaluran kredit perbankan ,Jurnal Ilmiah, volume 6, No 3
xxx