SKRIPSI
OLEH :
TASSA NASIRAH
160100105
SKRIPSI
OLEH :
TASSA NASIRAH
160100105
Pembimbing
dr. Flora Marlita Lubis, Sp.KK dr. Cut Adeya Adella, Sp.OG (K)
NIP. 197703232009122002 NIP. 197610082002122001
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
berkat-Nya saya mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi
ini berjudul “Gambaran Nyeri Kepala Pada Lanjut Usia di Pokliklinik Neurologi
RSUP Haji Adam Malik Periode Januari - Desember 2018 ” yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, saya mendapat banyak
dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
ii
7. Bunda tersayang Ir. Hj. Tapi Sonda Sari Lintang dan Alm. Ayah yang
dirindukan Ir. H. Agus Budiarto yang selalu mendukung, memberikan
semangat, kasih sayang, bantuan dan doa yang tidak pernah berhenti
sampai saya menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat - sahabat saya, Annisa Pulungan, Azka Shafa Rizkyna, Berlian
Febia, Dandy Daffa Anwar, Diajeng Putri Dewanti, Feren Hsb, Ghiniazati
H Raditra, Khalisa Moeza, Michelle Aurell, Savira Laniari Putri, Zafira
Kirey Srg dan sahabat terbaik lainnya yang tidak bisa disebut satu per satu
menolong satu sama lain dari awal perkuliahan sampai selesainya skripsi
ini.
9. Kak Epa Danisa Surbakti yang sangat membantu dalam memberikan saran
dalam pengerjaan skripsi ini.
Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh sebab
itu, dengan segala kerendahan hati, saya mengharapkan kritik dan saran agar saya
dapat menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata saya berharap skirpsi ini dapat bermanfaat terutama dalam
bidang pendidikan terkhususnya ilmu kedokteran.
Tassa Nasirah
160100105
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ......................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................ iv
Daftar Gambar ................................................................................... vi
Daftar Tabel ....................................................................................... vii
Daftar Lampiran ................................................................................ viii
Daftar Singkatan ................................................................................ ix
Abstrak ............................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................... 3
1.3.1. Tujuan Umum .................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus..................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian......................................................... 3
1.4.1. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan......................... 3
1.4.2. Manfaat Bagi Masyarakat................................... 4
1.4.3. Manfaat Bagi Penelitian Lain.............................. 4
iv
2.3. Kerangka Teori .......................................................... 26
2.4. Kerangka Konsep ....................................................... 27
v
DAFTAR GAMBAR
2.1. Patofisiologi......................................................... 7
2.3 Kerangka Teori ................................................... 26
2.4 Kerangka Konsep ................................................ 27
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
ABSTRAK
Latar Belakang. Nyeri kepala diklasifikasikan menjadi nyeri kepala primer dan sekunder.
Frekuensi nyeri kepala primer menunjukkan tren menurun dengan meningkatnya usia, sementara
nyeri kepala sekunder tampaknya meningkat secara signifikan dengan usia, terutama setelah 50
tahun. Nyeri kepala pada lanjut usia cenderung menjadi penyebab penyakit dibandingkan pada
orang muda. Pengobatan pada orang muda bisa digunakan pada lanjut usia dengan
memperhatikan komorbid. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran nyeri
kepala pada lanjut usia. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross-sectional. Hasil. Nyeri kepala ditemukan lebih banyak pada lanjut usia (55,6%)
dibandingkan lanjut usia tua (44,4%). Hasil penelitian ini juga menunjukkan jenis kelamin wanita
lebih banyak mengalami nyeri kepala dibandingkan pria (53,1% vs 46,9%) dan nyeri kepala
sekunder lebih banyak dialami oleh lanjut usia dibandingkan nyeri kepala primer (64,2% vs
35,8%). Berdasarkan penyebab, gangguan non vaskular pada intrakranial berupa malignant
neoplasma paling sering dialami oleh lanjut usia (42%) dibandingkan Tension-type headache
(35,8%), gangguan pada kranial, mata, telinga, rongga sinus, gigi, mulut atau struktur servikal
lainnya (9,9%), gangguan vaskular pada kranial dan servikal berupa hipertensi (4,9%),
substansi/withdrawal (4,9%), migren (1,2%) dan gangguan kejiwaan (1,2%). Durasi nyeri kepala
pada lanjut usia paling sering dialami selama > 3 hari (77,8%) dibandingkan > 4 jam - 3 hari
(11,1%), > 30 menit - 4 jam (7,4%) dan < 30 menit (3,7%). Pemberian tatalaksana berupa
kombinasi terapi paling banyak yaitu Paracetamol dan Na Diclofenac (27,1%) dibandingkan
Ibuprofen dan Amitriptyline (12,3%), Paracetamol, Na Diclofenac dan Amitriptyline (6,1%) dan
hanya (11,1%) yang mendapatkan terapi tunggal yaitu Paracetamol serta tatalaksana lainnya
(43,4%). Kesimpulan. Gambaran nyeri kepala pada lanjut usia di poliklinik neurologi RSUP Haji
Adam Malik periode Januari - Desember 2018 ditemukan lebih banyak pada lanjut usia (60 - 74
tahun) dengan jenis kelamin perempuan, jenis nyeri kepala sekunder, penyebab malignant
neoplasma, durasi nyeri kepala > 3 hari dan tatalaksana farmakologi berupa kombinasi terapi
Paracetamol dan Na diclofenac.
x
ABSTRACT
Background. Headache is usually classified into primary and secondary headaches. The
frequency of primary headache shows a downward trend with increasing age, while secondary
headaches seems increase significantly with age, particularly after 50 years old. Headache in the
elderly tends to be a cause of disease than younger people. The treatment in younger patients
could be given in the elderly with careful assessment of comorbidities. Objective. This study was
conducted to determine the characteristcs of headache in the elderly. Method. This study was
descriptive study with a cross-sectional study approach. Results. Headcahe was found more
common in elderly (54,6%) compared to senility (44,4%). From the results, headaches were
predominated by female than male (53,1% vs 46,9%) and secondary type headaches were more
experienced by the elderly than primary headaches (64,2% vs 35,8%). Based on the etiology, non-
vascular intracranial disorder such as malignant neoplasm are most commonly experienced by
the elderly (42%) compared to Tension-type headaches (35,8%), disorder of the cranium, neck,
eyes, ears, nose, sinuses, teeth, mouth or other facial or cervical structure (9,9%), cranial and/or
cervical vascular disorder such as hypertension (4,9%), substance/withdrawal (4,9%), migraine
(1,2%) and psychiatric disorder (1,2%). Duration of pain in elderly lasted for > 3 days (77,8%)
were most often experienced compared to > 4 hours – 3 days (11,1%), > 30 minutes – 4 hours
(7,4%) and < 30 minutes (3.7%). The most frequent combination therapy for elderly were
Paracetamol and Sodium Diclofenac (27,1%) compared to Ibuprofen and Amitriptyline (12,3%),
Paracetamol, Sodium Diclofenac and Amitrptyline (6,1%), Paracetamol as single therapy (11,1%)
and others were given other treatments (43,4%). Conclusion. Headache among elderly patients at
polyclinic of neurology Haji Adam Malik general hospital in January to Desember 2018, was
mostly occurred on female and elderly aged 60 to 74 years, non-vascular intracranial disorders in
form of malignant neoplasm as the cause of secondary headache, duration of pain lasted for more
than 3 days, and management pharmacology such as combination therapy Paracetamol and
Sodium Diclofenac.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
(4), SUNCT (2), nyeri kepala servikogenik (1), nyeri kepala batuk primer (1), dan
giant cell arteritis (2).
Berdasarkan uraian diatas penelitian bermaksud untuk mengetahui gambaran
nyeri kepala pada lanjut usia karena nyeri kepala pada lanjut usia cenderung
menjadi penyebab penyakit dibandingkan pada orang muda. Oleh karena itu,
pemeriksaan untuk mendiagnosis nyeri kepala yang baru dirasakan pertama kali
pada lanjut usia sangat penting.
2.1.2. Etiologi
Penyebab nyeri kepala banyak sekali, meskipun kebanyakan adalah kondisi
yang tidak berbahaya (terutama bila kronik dan kambuhan), namun nyeri kepala
yang timbul pertama kali dan akut awas ini adalah manifestasi awal dari penyakit
sistemik atau suatu proses intrakranial yang memerlukan evaluasi sistemik yang
lebih teliti (Bahrudin, 2013).
Nyeri kepala bisa dirangsang karena faktor intra kranial (misalnya: meningitis,
Sub Arachnoid Haemorhage (SAH), tumor otak) atau faktor ekstra kranial yang
umumnya bukan kasus neurologi (misalnya: sinusitis, glaukoma) yang keduanya
digolongkan sebagai nyeri kepala sekunder (Bahrudin, 2013).
2.1.3. Epidemiologi
The Atlas of Headache Disorders menyajikan data yang diperoleh oleh WHO
bekerja sama dengan Lifting The Burden: The Global Campaign againts
headache. Data – data dikumpulkan dalam bentuk survei kuesioner dari ahli saraf,
praktisi umum dan perwakilan pasien dari 101 negara, dilakukan dari Oktober
2006 sampai Maret 2009. Hasil yang diperoleh yaitu gangguan nyeri kepala
termasuk migrain dan nyeri kepala tipe tegang, merupakan gangguan yang paling
sering terjadi. Studi prevalensi memperkirakan setengah sampai tiga perempat
dari orang dewasa berusia 18 - 65 tahun di dunia telah memiliki nyeri kepala pada
tahun lalu. Menurut studi ini, lebih dari 10% memiliki migrain, dan 1,7-4% dari
populasi orang dewasa dipengaruhi oleh nyeri kepala selama 15 hari atau lebih
pada setiap bulannya. Di seluruh dunia, sekitar 50% dari orang-orang dengan
nyeri kepala lebih memilih untuk mengobati dirinya sendiri dan tidak
menghubungi praktisi kesehatan. Sampai dengan 10% populasi dunia
berkonsultasi ke ahli saraf, meskipun hanya sedikit di negara Afrika dan Asia
Tenggara. Tiga penyebab konsultasi untuk nyeri kepala, baik perawatan primer
dan spesialis yaitu migrain, nyeri kepala tipe tegang dan kombinasi keduanya.
2.1.4. Patofisiologi
Menurut Sjahrir (2008), beberapa teori yang menyebabkan timbulnya nyeri
kepala terus berkembang hingga sekarang. Seperti, teori vasodilatasi kranial,
aktivasi trigeminal perifer, lokalisasi dan fisiologi second order trigeminovascular
neurons, cortical spreading depression, aktivasi rostral brainstem.
Rangsang nyeri bisa disebabkan oleh adanya tekanan, traksi, displacement
maupun proses kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor-nosiseptor pada
struktur peka nyeri di kepala. Jika struktur tersebut yang terletak pada atau pun
diatas tentorium serebelli dirangsang maka rasa nyeri akan timbul terasa menjalar
pada daerah didepan batas garis vertikal yang ditarik dari kedua telinga kiri dan
kanan melewati puncak kepala ( daerah frontotemporal dan parietal anterior ).
Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf trigeminus (Sjahrir,2008).
Gambar 2.1. Patofisiologi Nyeri Kepala
2.1.5.3. Nyeri neuropati kranial, nyeri wajah dan nyeri kepala lainnya
1. Lesi yang nyeri pada saraf kranial dan nyeri wajah lainnya
2. Gangguan nyeri kepala lainnya
2.1.6. Pemeriksaan
Menurut Hidayati (2016) dalam Bahrudin (2013), seperti bidang ilmu
kedokteran lainnya, pertama, tentu saja, secara umum adalah anamnesis dan
pemeriksaan. Pemeriksaan pasien nyeri kepala terdiri dari:
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan obyektif
C. Pemeriksaan dengan alat
D. Pemeriksaan laboratorium
A. Anamnesis
Menurut Bahrudin (2013), anamnesis sangat penting karena pada pasien
nyeri kepala gejala obyektif sering hanya sedikit.
Cara melakukan anamnesis pada pasien nyeri kepala adalah sebagai
berikut :
1. Pertanyaan yang pertama dilakukan adalah tentang menceritakan
mengenai keluhan nyeri kepala pasien. Hal ini penting untuk
mengetahui karakteristik nyeri kepala yang dikeluhkan pasien seperti
apa
2. Pertanyaan selanjutnya adalah tentang bila terjadi serangan nyeri
kepala, apa yang dirasakan oleh pasien tersebut
3. Selanjutnya ada tiga pertanyaan yang harus ditanyakan sehubungan
dengan waktu :
a. Sudah berapa lama pasien menderita nyeri kepalanya (misal, sejak
masih sekolah, dst)
b. Mengenai frekuensi nyeri kepalanya yaitu, apakah nyeri kepala
seperti ini sering dirasakan dan apakah nyeri kepala ini terjadi
sebelum, selama, atau sesudah menstruasi
c. Pada saat terjadi serangan nyeri kepala tersebut, perlu ditanyakan
mengenai berapa lama nyeri kepala tersebut dirasakan (beberapa
detik, menit, jam, atau hari)
4. Mengenai lokasi nyeri kepalanya, ada tiga pertanyaan yang harus
diajukan, diantaranya yaitu:
a. Pada bagian yang mana nyeri kepala tersebut mulai dirasakan dan
apakah mulai dari kening
b. Apakah nyeri kepala yang dirasakan pada bagian dalam (seperti pada
migrain) atau pada permukaan kepala saja
c. Apakah nyeri kepala yang dirasakan pada pasien tersebut ini
berpindah-pindah.
5. Tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri kepala:
a. Apa yang dapat menyebabkan timbulnya serangan nyeri kepala
(misalnya, nyeri kepala timbul setelah minum anggur merah, makan
coklat, dll.)
b. Hal apa saja yang dapat menambah rasa nyeri kepala pada pasien
tersebut (misalnya, batuk, mengejan, sering kali berhubungan
dengan meningkatnya tekanan intrakranial)
c. Obat apa yang dapat mengurangi rasa nyeri tersebut
6. Mengenai sifat (kualitas) nyeri kepala, perlu ditanyakan:
a. Bagaimana sifat nyeri kepala yang pasien rasakan (misalnya, panas,
seperti ditusuk pisau, atau berdenyut)
b. Apabila mengalami serangan nyeri kepala, apakah pasien masih
dapat bekerja, tidur, dan sebagainya (misalnya bila tidak dapat tidur
badan semakin kurus, tidak dapat melihat TV menunjukkan nyeri
kepala hebat)
7. Masih ada empat pertanyaan lain yang perlu diajukan:
a. Apakah yang pasien rasakan selain nyeri kepala (misalnya, selama
serangan nyeri kepala pasien merasakan mual, muntah)
b. Upaya pengobatan yang pasien lakukan sebelumnya dan selain obat
dan suntikan perlu ditanyakan juga tentang akupuntur, pijat, dsb
c. Menurut anda, apa penyebab nyeri kepala anda (misalnya, pasien
takut mengalami perdarahan otak, tumor otak, dsb)
d. Setelah pasien lama menderita nyeri kepala, mengapa baru sekarang
berobat (misalnya, karena mendengar adanya obat baru, dsb)
8. Sebaiknya, pada akhir anamnesis ditanyakan, apakah pasien masih ingin
menambahkan sesuatu.
Jawaban yang diungkapkan pasien dari pertanyaan yang kita barikan
seperti di atas dapat digunakan untuk membedakan jenis nyeri kepala
(Bahrudin, 2013).
B. Pemeriksaan obyektif
Menurut Bahrudin (2013), pemeriksaan objektif mencakup pemeriksaan
kesadaran (GCS), pemeriksaan nervus kranialis, dan pemeriksaan neurologis
lainnya. Pemeriksaan ini terutama ditujukan ke arah dugaan tentang tipe nyeri
kepala sesuai dengan anamnesis. Adanya defisit neurologi merujuk kepada
nyeri kepala sekunder.
Apabila dokter umum menemukan tanda bahaya, maka tindakan
selanjutnya adalah segera merujuk pasien ke neurolog. Apabila dokter
neurolog yang menemukan tanda bahaya, maka tindakan selanjutnya adalah
segera melakukan pemeriksaan penunjang dan memberi terapi sesuai dengan
diagnosis yang telah ditetapkan (Hidayati, 2016).
C. Pemeriksaan dengan alat
Pemeriksaan tambahan tidak selalu diperlukan, sangat bergantung pada
hasil pemerikaan klinis dan ada atau tidaknya defisit neurologis.
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Elektroensefalografi (EEG)
Menurut Bahrudin (2013), pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui
lokasi dari proses, bukan untuk mengetahui etiologisnya. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan serial, dan biaya masih dapat dijangkau oleh
sebagaian besar masyarakat. Indikasi untuk EEG:
a. Bila terdapat gangguan lapangan penglihatan
b. Bila terdapat gangguan fungsi saraf otak
c. Bila pasien mengeluh black-out (epilepsi?, sinkope?)
d. Nyeri kepala yang menetap pada satu sisi disertai dengan gangguan
saraf otak ringan
e. Perubahan dari lamanya dan sifat nyeri kepala
f. Bila setelah diberikan pengobatan tidak ada perbaikan dari nyeri
kepala
2. CT scan
Menurut Bahrudin (2013), dengan pemeriksaan ini dapat diketahui
tidak hanya letak dari proses tapi sering juga etiologi dari proses
tersebut. Sayangnya, biaya pemeriksaan masih mahal.
Menurut Bahrudin (2013), indikasi terdapat kejang fokus:
a. Bila terdapat kejang fokal
b. Bila terdapat defisit neurologis yang persisten
c. Nyeri kepala pada satu sisi yang tidak berubah disertai dengan kelainan
neurologis kontralateral dengan adanya suatu bruit
d. Perubahan dari pola nyeri kepala baik mengenai frekuensi, sifat, dan
lamanya
e. Penurunan kesadaran yang lebih lama dari satu jam disertai gangguan
saraf otak
D. Pemeriksaan laboratorium
Menurut Bahrudin (2013), pemeriksaan ini dikerjakan hanya bila ada
indikasi :
a. Darah, bila diduga adanya infeksi atau gangguan penyakit dalam
(anemia, gangguan metabolik)
b. Cairan serebro spinal (CSS) bila pada pemeriksaan klinis dicurigai
adanya meningitis
Secara ringkas dapat disimpulkan bila pasien mengeluh nyeri kepala pastikan
ada tanda meningeal atau bila tidak ada tanda meningeal lakukan pemeriksaan CT
scan (Bahrudin, 2013).
2.1.7. Tatalaksana
Menurut Bahrudin (2013), sebelum memberikan terapi pada pasien nyeri
kepala, diagnosis harus ditegakkan lebih dahulu. Pemberian obat-obat simtomatis
kadang-kadang diperlukan untuk meringankan keluhan pasien. Jika nyeri kepala
tersebut merupakan gejala yang berhubungan dengan penyakit yang
mendasarinya, maka pengobatan harus diberikan sesuai dengan etiologinya.
Saat nyeri timbul dapat diberikan beberapa obat untuk menghentikan atau
mengurangi sakit yang dirasakan saat serangan muncul. Penghilang sakit yang
sering digunakan adalah: acetaminophen dan NSAID seperti aspirin, ibuprofen,
naproxen, dan ketoprofen (Akbar, 2010).
Acetaminophen efektif untuk sakit kepala sedang sampai berat dalam dosis
tinggi. Efek samping acetaminophen lebih jarang ditemukan, tetapi penggunaan
dalam dosis besar untuk waktu yang lama bisa menyebabkan kerusakan hati yang
berat (Akbar, 2010).
NSAID efektif dalam dosis yang lebih rendah. Efek samping yang ditemukan
antara lain mual, diare atau konstipasi, sakit perut, perdarahan dan ulkus (Akbar,
2010).
Pengobatan kombinasi antara acetaminophen atau aspirin dengan kafein atau
obat sedatif biasa digunakan bersamaan. Cara ini lebih efektif untuk
menghilangkan sakitnya, tetapi jangan digunakan lebih dari 2 hari dalam
seminggu dan penggunaannya harus diawasi oleh dokter (Akbar, 2010).
Kebanyakan orang dengan nyeri kepala mencoba berbagai langkah non-
farmakologi untuk meredakan nyeri. Namun, masih belum diketahui kebiasaan
apa yang memberi respon yan baik untuk nyeri kepala (Akbar, 2010).
Penggunaan self manipulation pada penanggulangan nyeri kepala primer
misalnya penekanan pada daerah yang sakit, kompres dingin, pijat, serta kompres
panas, dapat mengurangi nyeri secara sementara sekitar 8% saja. Penanganan
nyeri juga dapat melalui biofeedback, terdiri dari EMG (elektromiografi),
temperature measuring sensors, heart rate monitor. Akupuntur, merupakan suatu
ilmu pengobatan tusuk jarum dari Cina yang telah banyak dibuktikan dapat
menyembuhkan suatu nyeri kepala kronis. Acu-points terletak didekat saraf, jika
dirangsang maka akan dikirim ke SSP sehingga melepas endorphin (Akbar, 2010).
2. Naikkan dosis secara perlahan sampai efek terapi dicapai dan gunakan
jenis obat yang sederhana.
Lanjut Usia
1. Karakteristik demografik
Nyeri kepala 2. Jenis - jenis
3. Penyebab
4. Durasi
5. Tatalaksana
Migren Trauma
Tension Type Headache ( TTH ) Gangguan vaskular pada kranial atau
Cefalgias Otonom Trigeminal servikal
Nyeri Kepala Primer Lainnya Gangguan non vaskular pada intrakranial
Suatu subtansi atau withdrawal
Infeksi
Gangguan homeostasis
Gangguan pada kranial, leher, mata,
telinga, hidung, rongga sinus, gigi, mulut,
atau struktur wajah atau servikal lainnya
Gangguan kejiwaan
1. Karakteristik demografik
2. Jenis - jenis
3. Penyebab
4. Durasi
5. Tatalaksana
b. Kriterika Ekslusi
Rekam medis yang tidak lengkap.
- 4jam - 3 hari
- 3 hari
Skala Ukur : Ordinal
5. Variabel : Penyebab nyeri kepala
Defenisi : Hal atau sesuatu yang membuat nyeri kepala terjadi
Cara Ukur : Observasi rekam medis
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : - Primer
1. Migren
2. Tension Type Headache
3. Cefalgias Otonom Trigeminal
4. Nyeri Kepala Primer Lainnya
- Sekunder
1. Trauma/cedera pada kepala dan/leher
2. Gangguan vaskular pada kranial atau servikal
3. Gangguan non vaskular pada intrakranial
4. Substansi atau withdrawal
5. Infeksi
6. Gangguan homeostasis
7. Gangguan pada kranial, leher, mata, telinga, hidung,
rongga sinus, gigi, mulut atau struktur wajah/
servikal lainnya
8. Gangguan kejiwaan
Skala Ukur : Nominal
6. Variabel : Tatalaksana nyeri kepala
Defenisi : Perawatan kesehatan untuk mempertahankan dan
memulihkan nyeri kepala dengan cara pencegahan dan
pengobatan
Cara Ukur : Observasi rekam medis
Alat Ukur : Rekam medis
Hasil Ukur : - Farmakologi
32
- Non-Farmakologi
Skala Ukur : Ordinal
BAB IV
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari total 81 pasien nyeri kepala
didapatkan, 45 pasien (54,9%) berusia 60 - 74 tahun yaitu lanjut usia dan 36
pasien (44,4%) berusia 75 – 90 yaitu lanjut usia tua. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Ruiz et al., (2014) bahwa dari 361 pasien nyeri kepala, 262
pasien lanjut usia dan hanya 99 pasien lanjut usia tua.
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat
23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia atau setara dengan 9,03%
(Kemenkes RI, 2017). Sejalan dengan meningkatnya populasi lansia, maka
meningkat pula jumlah kasus nyeri kepala. Prevalensi kasus nyeri kepala pada
lansia berkisar antara 25-89% (Barus, 2015).
Karakteristik sampel penelitian dapat dibedakan berdasarkan jenis
kelamin, jenis nyeri kepala, penyebab, durasi dan tatalaksana. Berikut ini
merupakan tabel karakteristik sampel penelitian :
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa nyeri kepala pada lanjut
usia lebih banyak pada perempuan sebanyak 43 pasien (53,1%) dan laki - laki 38
pasien (46,9%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ruiz, et al., (2014)
bahwa lanjut usia dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami nyeri
kepala dibandingkan laki - laki (62,1% dan 36,6%).
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Grosberg BM, et al (2013), bahwa
nyeri kepala lebih banyak dialami oleh perempuan karena diakibatkan oleh faktor
35
Tabel 4.3. Tabel Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Nyeri Kepala
Jenis Nyeri Kepala Frekuensi (n) Persentasi (%)
Primer 29 35,8
Sekunder 52 64,2
Total 81 100,0
Cefalgias Otonom 0 0
Trigeminal
Primer lainnya 0 0
Trauma pada 0 0
kepala/leher
Gangguan vaskular pada 4 4,9
kranial dan servikal
Gangguan non vaskular 34 42,0
pada intrakranial
Substansi / withdrawal 4 4,9
Infeksi 0 0
Gangguan homeostasis 0 0
Gangguan pada kranial, 8 9,9
mata, telinga, rongga
sinus dll
Gangguan kejiwaan 1 1,2
Total 81 100,0
Tetapi hasil penelitian ini berbeda dari pernyataan Salomon G et al., dalam
Grosberg BM et al., (2013) bahwa nyeri kepala sekunder pada lanjut usia paling
banyak disebabkan oleh giant cell arteritis (GCA).
Gangguan non vaskular pada intrakranial berupa malignant neoplasma
paling banyak dialami oleh responden lanjut usia pada penelitian ini dikarenakan
kesadaran akan pola hidup sehat pada usia muda sering terabaikan sehingga
beresiko terjadinya penyakit di usia tua serta kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang bahaya penyakit yang mengakibatkan keterlambatan dalam penanganan.
Berdasarkan tabel 4.5 durasi nyeri kepala pada lanjut usia selama < 30
menit sebanyak 3 pasien (3,7%), > 30 menit - 4 jam sebanyak 6 pasien (7,4%), > 4
jam - 3 hari sebanyak 9 pasien (11,1%), dan > 3 hari sebanyak 63 pasien (77,8%).
%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Bunyaratavej et al., (2010)
bahwa durasi nyeri kepala pada lanjut usia sesuai penyebab paling sering
dirasakan selama 1 bulan.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian M Prencipe et al., (2001) bahwa
durasi nyeri kepala selama 15 hari / lebih dilaporkan hanya dialami 37 pasien
(8,7%) dari 425 pasien lanjut usia.
Pada hasil penelitian ini, durasi nyeri kepala pada lanjut usia paling
banyak dirasakan < 3 hari diakibatkan oleh penyebabnya sendiri yaitu Tension-
type headache dan gangguan non vaskular pada intrakranial dengan jenis
malignant neoplasma yang durasi nyerinya bersifat menetap dan berangsur-angsur
memberat selama berhari-hari.
Paracetamol, Na 5 6,1
Diclofenac dan
Amitriptyline
Paracetamol 9 11,1
Lainnya 35 43,4
Total 81 100,0
5.1. KESIMPULAN
Adnyana IMO., Headache in elderly. Pokdi Nyeri Kepala Perdossi cab. Denpasar.
Akbar, M. Diagnosis Vertigo. 2003. [Acessed 15 December 2016].
Available from: www.goo.gl/yssJbL
Amira Puri Zahra & Novita Carolia | Obat Anti-inflamasi Non-steroid (OAINS):
Gastroprotektif vs Kardiotoksik
Bahrami P, Zebardast H, Zibaei M. Prevalence and Characteristics of Headache in
Khoramabad, Iran. 2012:327-332.
Bahrudin, M. Neurologi Klinis. Malang : UMM Press. 2013.
Barus, J. 2015. Continuing Medical Education Penatalaksanaan Farmakologis
Nyeri pada Lanjut Usia, 42(3), pp. 167-171.
Bendsent L., Jensen R. Mistazapin is effective in the prophylactic treatment of
chronic tension-type headache. Neurology; 62: 1706-171.
Bettucci D., Testa L., Calzoni S., Mantegazza P., Monaco P. 2007. Combination
tizanidene and amitriptyline in the prophylaxis of chronic tension-type
headache: evaluation of efficacy and impact quality of life. J
Headache Pain. 7(1): 34-36.
Boehnke, C., Reuter U, Flach U. 2004. High dose riboflavin is efficatius migren
prophylaxis: an open study. in tertiarycare centre. Eur. J Neurol. 11 (7):
475-477.
Bunyaratavej, Siwanuwatn, Chantra & Khaoroptham, 2010.
Darowski A., Chambers S., A., Chambers D., J. 2009. Antidepresant and fall in
the elderly. Drug Aging; 26 95): 381-394.
Dee B., Jakcson R., C., Hersey L., A. 2013. Managing migraine and other
headache syndrome in thise over 50. Maturitas; 76: 241-246.
Diener H, Hartung E, Chrusbasik J, A. 2001. Comparitive study oral acetylsalisilc
acid and mateprolo for the prophylactic treatment of migraine: a
randomized, controlled, double blind, parallel-group phase-III study.
Cephalalgia.; 21:120-128.
Dodick, D. W., & Capobianco, D. J. (2001). Treatment and management of
cluster headache. Current pain and headache reports, 5, 83-91.
Friedman B., Corbo J., Lipton R. 2005. A trial of metoclopramide vs sumatriptan
for emergency of departement teratment of migraines. Neurology.; 45;
42-46.
Galloway. D. A. et al. 2016 ‘HHS Public Access’, 32(4), pp. 87-92. Doi:
10.1016/j.coviro.2015.09.001.Human.
Gantenbein A., R., Lutz N., J., Riederer F., Sandor P., S. 2012. Efficacy and
safety of 121 Ijnection of the greater occipital nerve in episodic and chronic
cluster headache. Cephalagia; 32(8): 630-634.
Godberg, SW, Silberstein S, Grosberg BM. 2014 ;. Considetarion in the
Treatment of tension type headache in Elderly. Drugs Aging; 31: 797- 804.
Gorelick PB, Scuteri A, Black SE, et al. Vascular Contributions to Cognitive
Impairment and Dementia: A Statement for Healthcare Professionals From
the American Heart Association/American Stroke Association.Stroke.
2011;42(9):2672-2713.
Grosberg BM, Friedman BW, Solomon S. Approach to the Patient with Headache
in Robbins MS, Grosberg BM, Lipton RB (Eds), Headache. Hong Kong,
Wiley Blackwell: 2013. p. 16-25.
Gupta P. Singh S, Shukla G, Behar M. 2007. Low dose topiramate versus
lamotrigine in migraine prophylaxis. Headache.; 402-412.
Hemant L Dhusia., Prasad D Bhange., Mahesh D Sonar., Sanjaykumar H Maroo.,
Ketan R Patel., Rakesg U Ojha. 2013. Combination Of Diclofenac with
Paracetamol Offer Better Pain Relief Than Ibuprofen Alone.
Hidayati, H.B. (2016). The Clinician’s Aprroach to the Management of Headache.
Hersey L., A., Bednarczyk E., M. 2013. Treatment headache in the elderly.
Current Treatment Opinion in Neurology; 15: 56-62.
Holroyd K., Donnel F., Stensland M. 2001. Management of chronic tension-type
headache with tricyclic antidepresant medication, stress management
therapy, and their combination: a randomized controll trial. JAMA; 285:
2208-2215.
IASP. 2011. IASP Taxonomy. Diakses dari International Association for the
Study of Pain IASP Taxonomy.htm: www.iasp-pain.org
Jatmiputri SS., Belladonna M., P. Eka F. 2017. JURNAL KEDOKTERAN
DIPONEGORO Volume 6, Nomor 2, April 2017 Online :
www.ejournals1.undip.ac.id/index.php/medico
Kemenkes RI. 2017. Analisis lansia di Indonesia, Pusat data dan informasi, pp.
1-2.
Klapper J., Staton J. Ketorolac versus DHE and metoclopramid in the treament of
migraine headache. 1991; 31: 523-524.
Konsensus Nasional IV Diagnsotik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala.
Perdossi. 2013.
Kristefferson E.S., Lundqvist C. 2014. Medication-overuse headache:
epidemiology, diagnosis and treatment. Ther Adv Drug Saf; 5(2): 87-99).
Lampl C., marecek S., May A., Bendtsen L., 2006. A prospective, open label, l
ongterm study of the efficacy and tolerability of topiramate in the
prophylaxis of chronic tension-type headache. Cephalalgia; 26(10) 1203-
1208.
Leninger T, Pageler L, Stude P, Diener H, Limmroth V. 2005. Comparison of
intravenous valproate with intravenous lysine-acetylsalicilic acid in acute
migraine attacks. Headache;; 45: 42-46.
Lipton R., Stewart W., Diamond S. 2001.Prevalence and burden of migraine in
the United States: data from the American Migraine study II. Headache.; 41:
646-657.
Liu W., Q., Kanungo A., Toth C. 2014. Equivalency of tricyciclic antidepressant
in open- label neuropathic pain study. Acta Neurol Scand; 129(2): 132-
141.
MacGregor E. A., Jason D. R., Tobias Kurth. 2011. Sex-Related Differences in
Epidemiological and Clinic-Based Headache Studies. Am Head Soc, 51:843-
859.
Mathew NT, Kaup AO, 2002.The use of botulinom toxin type A in headachen
teratment. Curr Treat Options Neurol; 4(5):365-373.
Mauskop A, Alternative therapies in headache: miss the role?. 2004. Med Clin
NorthAm; 11: 1077-1084..
Ozyalcin S., N., Talu G., K., Kiziltan E., Yucel B., Ertas M., Disci R. 2005. The
efficacy and safety of venlafaxine in the prophylaxis of migraine.
Headache; 45: 144-152.
Prencipe, M, Casini A.,R. . 2001 Prevalence of headache in elderly population:
attack frequentcy disability and use medication. J Neurol Neurosurg
Psychiatri; 170: 377-381.
Rao B, Das D, Taraknath V, Sarma Y. 2008. A double-blind controlled study of
propranolol and cyproheptadine in migraine prophylaxis. Neurol India;
223-226.
Ruiz M, Pedraza MI, de la Cruz C, et al. Headache in the elderly: characteristics
in a series of 262 patients. Neurologia. 2014;29:321-326.
Sandor PS, Di Clemente L, Coppola G. 2005.Efficacy of Co-enzym Q in migraine
prophilaxis; a randomized control trial. Neurology. 64(4): 713-715.
Setiati S, Harimurti K, Roosheroe AG. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid
III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Indonesia. hlm. 1335-1340.
Shapiro R . Caffeine and headaches . Curr Pain Headache Rep 2008 ; 12 ( 4 ): 311
–5.
Sjahrir H. Nyeri Kepala dan Vertigo. Yogyakarta. Pustaka Cendikia Press.
Stanley, M. & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta :
EGC.
Steiner T., J. Lang R., Voleker M. 2003. Aspirin in episodic tension-type
headache: placebo controlled dose-ranging comparison with paracetamol.
Cephalalgia; 23: 59-66.
Terri F., O. Catherine D., Jonathan P., Barbara J. 2014. Use nonsteroid
antiinflamatory drugs inthe older adult. J Am Assoc Nurse Pract; 26(8)
414- 423.
The International Classification of Headache Disorders 3rd edition (Beta Version),
2018, Available from: www.ichd-3.org
White. L., Duncan. G & Baumle. W. 2012. Medical surgical nursing :An
integrated approach 3rd edition. USA : Delmar.
Zahra, A. P. et al. (2017). Obat Anti-inflamasi Non-steroid (OAINS):
Gastroprotektif vs Kardiotoksik Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs
(NSAIDs): Gastroprotective vs Cardiotoxic, 6, pp. 153-158.
Lampiran A. Biodata Penulis
Jenis
Jenis nyeri
No Nama Usia Kelamin kepala Diagnosa Durasi Tatalaksana
75 Malignant Paracetamol tab 500mg, Amitripline 25mg, Ranitidine tab 150mg, Vit B
1 FP thn 1 2 neoplasma 5 bulan kompleks, Na diclofenac tab 50 mg
60 Malignant Deksametason tab 0,5mg, Ranitidin tab 150mg, Kodein tab 10mg,
2 BH thn 1 2 neoplasma 3 bulan Parasetamol tab 500mg
63
3 SC thn 2 1 CTTH 3 jam Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
60
4 FT thn 2 1 CTTH 2 tahun Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
68
5 DP thn 1 1 CTTH 1 tahun Na diclofenac 50mg, Ranitidin 150mg, Vit B1 Kompleks
66 Malignant Paracetamol tab 500mg, Amitripline 25mg, Ranitidin tab 150mg, Vit B
6 NW thn 2 2 neoplasma 2 tahun kompleks, Na diclofenac tab 50 mg
Chronic
66 suppurative
7 ERT thn 1 2 otitis media 3 hari Ranitidin tab 150mg, Paracetamol tab 500mg
62
8 KS thn 1 1 CTTH 7 bulan Na diclofenac 50mg, Vit B Kompleks, Betahistine 6mg
67
9 MH thn 2 1 CTTH 3 hari Ibuprofen tab 200mg, Vit B kompleks, Amitripline 25mg
82 1
10 SBM thn 2 2 Psikoterapi minggu Ibuprofen tab 200mg, Vit B kompleks, Amitripline 25mg
60
11 RW thn 2 1 CTTH 4 bulan Ranitidin tab 150mg, Paracetamol tab 500mg
61 2
12 NR thn 2 2 Psikoterapi minggu Ranitidin tab 150mg, Paracetamol tab 500mg
69 Malignant
13 AS thn 1 2 neoplasma 5 menit Ranitidin tab 150mg, Deksametason tab 0,5mg, Paracetamol tab 500mg
73 Malignant
14 DR thn 1 2 neoplasma 1 bulan Betahistine 6mg, Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks
77
15 MSK thn 1 2 Mata 2 tahun Ibuprofen tab 200mg, Vit B kompleks, Amitripline 25mg
69 Paracetamol tab 500mg, Ranitidin tab 150mg, Vit B kompleks, Na
16 RH thn 1 1 CTTH 8 jam diclofenac tab 25mg
70 Paracetamol tab 500mg, Ranitidin tab 150mg, Vit B kompleks, Na
17 TF thn 2 1 CTTH 6jam diclofenac tab 25mg
61
18 NBP thn 2 1 TTH 2 hari Ibuprofen tab 200mg, Vit B kompleks, Amitripline 25mg
63 Paracetamol tab 500mg, Ranitidin tab 150mg, Vit B kompleks, Na
19 RN thn 2 1 CTTH 1 bulan diclofenac tab 25mg
68
20 YA thn 2 2 Rhinitis 5 hari Paracetamol tab 500mg
75
21 RH thn 1 1 CTTH 2 hari Ibuprofen tab 200mg, Vit B kompleks, Amitripline 25mg
71 Malignant
22 SM thn 2 2 neoplasma 1 bulan Paracetamol tab 500mg
68
23 HH thn 1 2 THT 1 tahun Ranitidin tab 150mg, Na diclofenac tab 50mg
68 Paracetamol tab 500mg, Ranitidin tab 150mg, Vit B kompleks, Na
24 TS thn 2 1 CTTH 5 hari diclofenac tab 25mg
72 3
25 LP thn 2 2 HIV minggu Paracetamol tab 500mg
62
26 RK thn 1 1 CTTH 3 hari Ibuprofen tab 200mg, Vit B kompleks, Amitripline 25mg
71
27 ML thn 2 1 CTTH 2 hari Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 25mg
73 Malignant Paracetamol tab 500mg, Amitripline 25mg, Ranitidin tab 150mg, Vit B
28 RT thn 2 2 neoplasma 2 hari kompleks, Na diclofenac tab 50 mg
60 1
29 SH thn 2 1 CTTH minggu Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
70 Low Back Ranitidin tab 150mg, Vit B kompleks, Amitripline 25 mg, Betahistine 6mg,
30 IM thn 2 2 Pain 4 bulan Na diclofenac tab 50mg
70 3
31 IS thn 2 1 CTTH minggu Na diclofenac 50mg, Ranitidin 150mg, Amitriplin 25mg
71
32 ID thn 1 1 CTTH 9 bulan Diazepam tab 5mg, Vit B kompleks, Paracetamol tab 500mg
63
33 JS thn 2 2 Psikoterapi 10 hari Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
69
34 HH thn 1 1 CTTH 10 bulan Diazepam tab 5mg, Vit B kompleks, Paracetamol tab 500mg
35 BBS 91thn 1 2 Hipertensi 2 bulan Vit B kompleks, Paracetamol tab 500mg, Na diclofenac tab 25mg
69
36 IR thn 2 1 CTTH 3 jam Ibuprofen tab 200mg, Vit B kompleks, Amitripline 25mg
72 Hilang
37 LH thn 1 1 CTTH timbul Ibuprofen tab 200mg, Vit B kompleks, Amitripline 25mg
74
38 SB thn 1 1 CTTH 3 bulan Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
Malignant Paracetamol tab 500mg, Amitripline 25mg, Ranitidin tab 150mg, Vit B
39 MBH 91thn 2 2 neoplasma 5 bulan kompleks, Na diclofenac tab 50 mg
75
40 FLL thn 2 2 Post op 1 jam Ranitidin tab 150mg, Asam folat 0,4mg, Paracetamol tab 500mg
41 ES 91thn 1 1 CTTH 1 tahun Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
Malignant
42 HR 92thn 1 2 neoplasma 5 menit Na diclofenac tab 50mg, Amitripline 25mg, Paracetamol tab 500mg
43 MW 91thn 1 1 CTTH 2 bulan Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
75
44 HBM thn 2 1 CTTH 6 bulan Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
75
45 NL thn 2 2 Hipertensi 2 bulan Na diclofenac tab 50mg, Vit B kompleks, diazepam tab 2mg
76 Malignant
46 KL thn 1 2 neoplasma 2 bulan Paracetamol tab 500mg, Vit B Kompleks, Amitripline 25mg
78 2
47 ML thn 1 1 TTH minggu Ibuprofen tab 200mg, Vit B kompleks, Amitripline 25mg
Malignant
48 NA 91thn 2 2 neoplasma 2 jam Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Ranitidin tab !50 mg
Malignant
49 LP 92thn 2 2 neoplasma 4 bulan Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
Malignant
50 SK 91thn 2 2 neoplasma 3 bulan Na diclofenac 50mg, Ranitidin 150mg, Vit B Kompleks
Malignant
51 ME 92thn 2 2 neoplasma 1 bulan Paracetamol tab 500mg, Ranitidin tab 150mg, Na diclofenac tab 25mg
77 Migren
52 SM thn 2 1 tanpa aura 3 jam Paracetamol tab 500mg, Ranitidin tab 150mg, Na diclofenac tab 50mg
Malignant
53 JS 91thn 1 2 neoplasma 1 bulan Betahistine 6mg, Vit B kompleks, Amlodipin 5mg, Paracetamol tab 500mg
Malignant
54 ET 92thn 1 2 neoplasma 40 detik Ranitidin tab 150mg, Deksametason tab 0,5mg, Paracetamol tab 500mg
1
55 AG 92thn 1 2 Hipertensi minggu Ranitidin tab 150mg, Paracetamol tab 500mg
56 MA 91thn 2 2 Hipertensi 2 bulan Ranitidin tab 150mg, Ibuprofen tab 400mg, Paracetamol tab 500mg
62 Malignant
57 DS thn 1 2 neoplasma 5 bulan Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
63 Malignant
58 MM thn 1 2 neoplasma 4 bulan Ranitidin tab 150mg, Vit B kompleks, Asam Mefenamat 500mg
59 NL 90thn 2 2 THT 1 tahun Ranitidin tab 150mg, Na diclofenac tab 50mg
Malignant
60 LM 91thn 2 2 neoplasma 6 bulan Asam Mefenamat 500mg, Ranitidin tab 150mg, Vit B Kompleks
60 Malignant
61 IJ thn 1 2 neoplasma 2 bulan Paracetamol tab 500mg, Vit B Kompleks, Amitripline 25mg
79 Malignant
62 RD thn 2 2 neoplasma 2 tahun Na diclofenac tab 50mg, Dekasametason tab 0,5 mg, Ranitidin tab 150mg
71 Malignant
63 NH thn 2 2 neoplasma 17 jam Na diclofenac 50mg, Vit B Kompleks
66
64 ZK thn 1 1 CTTH 20 tahun Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
68
65 RC thn 2 1 CTTH 4 jam Ibuprofen tab 200mg, Vit B kompleks, Amitripline 25mg
82 Sol
66 NU thn 2 2 Intrakranial 1 tahun Fenitoin inj 100mg, Ranitidine inj 50mg, Dekasametason inj
67 MY 92thn 1 2 THT 10 tahun Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
72 1 Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg, Kodein
68 MR thn 1 1 CTTH minggu tab 10mg
Malignant Vit B kompleks, Deksametason tab 0,5mg, Telmisartan 80mg, Amitripline
69 PR 91thn 1 2 neoplasma 4 bulan 25mg, Paracetamol 500mg, Ranitidine tab 150mg
Malignant Ranitidine tab 150mg, Vit B kompleks, Deksametason tab 0,5mg,
70 GGH 92thn 1 2 neoplasma 8 jam Paracetamol tab 500mg
73 Malignant
71 LS thn 2 2 neoplasma 2 bulan Paracetamol tab 500mg, Vit B Kompleks, Amitripline 25mg
90 Malignant
72 SP thn 2 2 neoplasma 4 bulan Paracetamol tab 500mg, Vit B Kompleks, Amitripline 25mg
71 Malignant 3 Vit B kompleks, Paracetamol tab 500mg, Deksametason Inj, Ranitidine Inj
73 SS thn 1 2 neoplasma minggu 25mg, Ranitidine tab 150mg, Deksametason tab 0,5mg
66 Post op
74 BO thn 2 2 sinus 1 bulan Vit B kompleks, Paracetamol tab 500mg
83 Malignant Vit B kompleks, Furosemid tab 40mg, Deksametason tab 0,5mg,
75 NP thn 1 2 neoplasma 6 bulan Paracetamol tab 500mg
66
76 MN thn 1 2 Depresi 3 tahun Paracetamol tab 500mg, Vit B kompleks, Na diclofenac tab 50mg
Malignant
80 neoplasma Ranitidine tab 150mg, Kodein tab 10mg, Vit B kompleks, Paracetamol tab
77 SC thn 1 2 Paru 2 bulan 500mg, Amitripline 25mg
81
78 STH thn 1 2 Psikoterapi 8 bulan Na diclofenac tab 50mg, Vit B Kompleks, Paracetamol tab 500mg
69 Malignant
79 SS thn 1 2 neoplasma 1 bulan Vit B kompleks, Asam Mefenamat 500mg
89 Malignant 3
80 SD thn 2 2 neoplasma minggu Ranitidin tab 150mg, Paracetamol tab 500mg
70 2
81 EL thn 2 1 CTTH minggu Na diclofenac 50mg, Ranitidin 150mg, Amitriplin 25mg
Lampiran F. Halaman Pernyataan Orisinalitas
PERNYATAAN
Tassa Nasirah
160100105