Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH : SOSIOLINGUISTIK

CRITICAL JUORNAL REVIEW

DOSEN PENGAMPUH

Trisnawati Hutagalung S.pd M.pd.

DISUSUN OLEH

JODI RISALDI LUBIS (2162111012)

DIK REGULER B

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

PENDDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2018/2019
I.PENGANTAR

Jurnal atau artikel yang baik adalah artikel yang dapat memberi pemahaman yang jelas
kepada para pembaca serta bermanfaat bagi pembaca dalam memahami hasil penelitian yang
di sampaikan. Hasil penelitian dalam artikel adalah sarana bagi penulis atau pembaca untuk
menyelami dimensi keilmuan dan pengetahuan. Melalui artikel hasil penelitian pembaca
dapat menambah wawasan dan menjadi acuan dasar sebelum diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Maka untuk itu perlu adanya critical jurnal review.

Dalam critical jurnal review kali ini akan dibahas mengenai perbandingan keunggulan
dan kelemahan artikel.

Melalui critical jurna review ini diharapkan akan mampu membantu pembaca untuk
memahami isi jurnal dalam artikel serta mengetahui apa keunggulan dan kekurangan artikel
yang di bahas.

1
II. RINGKASAN ARTIKEL/PENELITIAN

2.1 Identitas Artikel I

Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Dasar


Judul Artikel : Fenomena kedwibahasaan di sekolah dasar sebuah kondisi dan
bentuk kesantunan berbahasa
Penulis : Syaihful Bahri
Volume, : 2
Nomor : 2

2.2 Identitas Artikel II

Nama Jurnal : Indonesian Journal of Applied Linguistics


Judul Artikel : The English scanning skills of bilingual and monolingual Indonesian
students
Penulis : Anna Marrietta
Volume :3
Nomor :2

2.3 Ringkasan Artikel I


Membangun etika berbahasa, ada pola sikap yang harus disampaikan sebagai pesan
moral, mulai dari tatakrama dan andhap asor yaitu akhlak baik dan sopan santun dalam etika
berkomunikasi, semuanya bersumber dari kesantunan berbahasa seseorang. Penelitian ini
menelaah kesantunan berbahasa dan fenomena kedwibahasaan antara Siswa dengan Guru,
Kepala Sekolah, Staff TU, Tukang Kebun dan dengan sesama Siswa. Selama ini,
kedwibahasaan bisa ditemui pada remaja, dewasa dan bahkan anak-anak usia sekolah dasar
yang sudah menguasai bahasa pertama (B1) bahasa daerah (Madura), dan bahasa kedua (B2)
adalah bahasa Indonesia atau sebaliknya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
dengan bentuk kualitatif, artinya mengkaji tentang kesantunan berbahasa dengan fenomena
kedwibahasaan. Penelitian fokus analisis kata-kata (tertulis) atau perilaku dari individu atau
kelompok.Pada siswa kelas IV SDN Nyapar dan SDN Batubelah terjadi konteks
kedwibahasaan sub-ordinatif (kompleks). Kedwibahasaan sub-ordinatif adalah
kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pada saat memakai B1 (bahasa ibu) seorang
individu sering memasukkan unsur B2 (bahasa Indonesia).

2
Menurut (Chaer A. , 2003) bahasa adalah milik manusia yang telah menyatu dengan
pemiliknya sehingga bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia.
Menurut Djajasudarma (2006:63) bahasa merupakan alat dalam setiap aspek bahkan hampir
semua aktivitas hidup. Bahasa yang digunakan dalam kesempatan lebih luas, hampir pada
semua kegiatan sampai dalam mimpipun digunakan bahasa.
Ada pola sikap yang harus dibangun dalam berbahasa sebagai pesan moral, adalah
tatakrama dan andhap asor (baca: Madura) yaitu akhlak baik dan sopan santun sehingga
dengan adanya bahasa membuat menjadikan makhluk bermasyarakat yang menjunjung etika
kesopanan.
Fenomena lain dari permasalahan kebangsaan kita adalah teramcamnya kebhinnekaan
dan NKRI yang kian memanas dan tak kunjung selesai. Adanya media sosial tidak dibarengi
dengan pengetahuan literasi media yang baik, sehingga banyak generasi bangsa salah dalam
menggunakan media sosial. oleh karenanya, menjadi penting kiranya telaah kesantunan
berbahasa dan fenomena kedwibahasaan untuk diteliti.
Selama ini, kedwibahasaan bias ditemui pada remaja, dewasa dan bahkan anak-anak usia
sekolah dasar yang sudah menguasai bahasa pertama (B1) bahasa daerah (Madura), disebut
juga bahasa ibu dan bahasa kedua (B2) adalah bahasa Indonesia atau sebaliknya. Meski
tingkat kemahiran dalam penguasaan bahasa Indonesia pada anak-anak cukup berkembang
menggembirakan, tetapi banyak hal yang harus dibenahi; terutama perihal kedwibahasaan.
Istilah bilingualis (Inggris: bilingualis) dalam bahasa Indonesia disebut kedwibahasaan.
Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud bilingualisme itu,
yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolinguistik,
bilingualis diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam
pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey, 1962:12, Fishman 1975:73
dalam (Chaer, 1995) dan Agustina, 1995:111).
Prosesnya, pembelajaran bahasa kedua (bahasa Indonesia), bahasa pertama (bahasa ibu)
dapat mengganggu penggunaan bahasa kedua pembelajar (siswa). Pembelajar akan
cenderung mentransfer unsur bahasa pertamanya ketika melaksanakan penggunaan bahasa
kedua. Penggunaan atau pentransferan unsur-unsur bahasa pertama ini lama-kelamaan akan
berkurang, dan mungkin juga menghilang, sejalan dengan taraf kemampuan terhadap bahasa
kedua itu.
Untuk mengetahui kedwibahasaan dalam komunikasi siswa kelas IV SDN Nyapar dan
SDN Batubelah tersebut, maka perlu dilakukan perekaman atau pencatatan pada saat kegiatan
belajar mengajar sedang berlangsung. Pencatatan yang dilakukan setelah melakukan

3
penelitian menghasilkan data yang kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis dalam
penelitian ini, ditemukan adanya kedwibahahasaan (bilingualisme) yang terjadi karena
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar (keluarga, sekolah, dan masyarakat).
Pada siswa kelas IV SDN Nyapar dan SDN Batubelah terjadi konteks kedwibahasaan
sub-ordinatif (kompleks). Kedwibahasaan sub-ordinatif adalah kedwibahasaan yang
menunjukkan bahwa pada saat memakai B1 (bahasa ibu) seorang individu sering
memasukkan unsur B2 (bahasa Indonesia) atau sebaliknya contohnya pada saat mereka
berbicara menggunakan bahasa Indonesia baik dengan guru maupun dengan temannya,
kalimat yang mereka gunakan masih dipengaruhi oleh penggunaan bahasa Madura.
Kedwibahasaan biasa ditemui pada remaja, dewasa dan bahkan anak-anak usia sekolah
dasar yang sudah menguasai bahasa pertama (B1) bahasa daerah (Madura), disebut juga
bahasa ibu dan bahasa kedua (B2) adalah bahasa Indonesia atau sebaliknya. Hal ini juga
terjadi pada siswa SDN Nyapar dan SDN Batubelah. Meski tingkat kemahiran dalam
penguasaan bahasa Indonesia pada anak-anak cukup berkembang menggembirakan, tetapi
banyak hal yang harus dibenahi; terutama perihal kedwibahasaan.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kedwibahasaan pada siswa kelas IV
SDN Nyapar dan SDN Batubelah antara lain sebagai berikut :

a. Kebiasaan penggunaan bahasa Ibu (B1) di rumah Kurangnya intensitas


pengenalan masyarakat terhadap bahasa Indonesia pada diri anak; dan.
b. Kurangnya intensitas guru dan keteladanan guru dalam menggunakan bahasa
Indonesia di sekolah.

Adapun bentuk kedwibahasaan yang dimaksudkan adalah seperti tuturan “PR nya
saya gi‟ta‟lastare Pa‟” yang mempunyai arti “PR saya belum selesai Pak”. Bahasa
Madura dan bahasa Indonesia yang digunakan gi‟ ta‟ lastare pa‟” dalam percakapan
tersebut: “Prnya saya merupakan perpaduan bahasa Madura dan bahasa Indonesia. “Pr-
nya saya “ merupakan bahasa Indonesia. “gi‟ ta‟ lastare pa‟” artinya (belum selesai pak)
merupakan bahasa Madura yang digunakan oleh siswa dalam kalimat tersebut.

2.4 Ringkasan Artikel II


Kemampuan membaca dalam Bahasa Inggris dari para siswa Indonesia dalam kerangka
kedwibahasaan cukup menantang untuk diteliti oleh para peneliti bahasa. Hal tersebut terjadi
karena masih kurang didalaminya bidang penelitian kedwibahasaan di Indonesia, terutama
yang berkaitan dengan kompetensi berbahasa Inggris. Padahal, Indonesia dengan latar

4
belakang linguistik yang begitu beragam merupakan lahan subur untuk penelitian di bidang
tersebut. Penelitian kecil ini berfokus pada kemampuan scanning dalam Bahasa Inggris dari
empatpuluh tiga siswa sekolah dasar. Empat puluh sembilan persen dari subyek penelitian ini
berbahasa tunggal, yaitu Bahasa Indonesia di rumah dan di sekolah, dan sisanya berbahasa
Indonesia di sekolah dan berbahasa daerah di rumahnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara umum hasil tes kemampuan scanning siswa yang hanya berbahasa Indonesia
mengungguli siswa yang berdwibahasa.

5
III.KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ARTIKEL/JURNAL

3.1 Keunggulan dan Kelemahan Artikel I

Aspek Keunggulan Kelemahan


Kegayutan Jurnal pertama dan ke dua dapat Kelemahan dalam jurnal satu dan
antar Elemen dibandingkan kegayutan antar jurnal dua ,berada pada jurnal satu yang
berbeda karena jurnal pertama lebih mudah dipahami sedang kan pada
lengkap pembahasannya di bandingkan jurnal dua kurang memahami
dengan jurnal yang kedua. Jurnal yang mengenai tindak tutur yang banyak
pertama membahas ,mengenai menggunakan kata katai lmiah
kedwibahasaan yang dicontohkan dalam sehingga pembaca sulit untuk
jurnal. menanggapi jurnal yang kedua
yang menurut saya kata kata yang
terlalu tinggi.

Originalitas Jurnal yang di review ini sudah ada Setelah melakukan review terhadap
temuan temuan seperti yang diatas karnah jurnal artikel Jurnal Kelemahan temuan
satu dan dua sudah baik dan bisa di buat pada jurnal pertama yaitu jurnal
riviewe atau perbandingannya. nasional yang mendominasi kurang
dari langkah penemuannya.
Kemutakhiran Artikel jurnal Kemuktahiran jurnal ini Setelah mereview artikel Jurnal
sudah lengkap untuk dibaca dan di Kelemahan kemuktahiran pada
pahami serta di reviewe sudah bagus jurnal duayaitu tentang dari segi
terutama jurnal yang ke 1 bahasa yang banyak menggunakan
kata kata ilmiah sehingga pembaca
sulit memahami isi jurnal tersebut.

3.2 Keunggulan dan Kelemahan Artikel 2

6
Aspek Keunggulan Kelemahan

Keterkaitan Artikel ini memiliki keterkaitan antar Berdasarkan analisis kelebihan,


antar elemen elemen yang baik. Tiap sub bagiannya jurnal ini tidak memiliki kelemahan
memiliki keterkaitan dan saling dari segi keterkaitan antar elemen.
berkesinambungan baik secara kohesi
maupun koherensi isi penelitian.
Pendahuluan menggambarkan kondisi
latar belakang peneliti mengangkat
permasalahan. Kemudian metode dan
teknik penelitian, sangat relevan
dengan masalah yang dipaparkan pada
bagian pendahuluan. Hasil dan
pembahasan mampu menjawab
rumusan masalah, dan saran dapat
dijadikan solusi permasalahan.

Originalitas Berdasarkan analisis penulis, hasil Berdasarkan analisis kelebihan,


temuan penelitian dalam jurnal ini original. jurnal ini tidak memiliki kelemahan
Artinya, jurnal ini tidak meniru hasil dari segi originalitas temuan.
karya orang lain. Tidak menemukan
artikel sejenis dengan penelitian ini di
media daring. Peneliti juga
memaparkan hasil penelitian dengan
rinci. Mulai dari pendahuluan peneliti
mampu memaparkan alasan mengapa
mereka mengangkat topik
permasalahan manajemen produksi
majalah sekolah. Kemudian hasil dan
pembahasan, peneliti mampu
menjelaskan dengan rinci dan detail,
hal ini menunjukkan peneliti
mengobservasi langsung ke lapangan.
Kemudian, dari segi saran peneliti
mampu memberikan solusi terbaik

7
atas permasalahan. Hal ini
menunjukkan peneliti paham akan
permasalahan yang diangkat dalam
penelitian.

Kemuktahira Jurnal ini tergolong mutakhir, sebab Sebaiknya penulis juga


n masalah pada bagian pendahuluan penulis memaparkan contoh percakapa
menyatakan sebuah masalah yang yang lebih banyak lagi
berkaitan dengan kondisi terkni.
Kondisi tersebut adalah bagaimana
kedwibahasaan masyarakat dalam
berkomunikasi

IV.KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

8
Kesimpulan dari critical journal review pada kali ini bahwa pada kedua arikel
ini memliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Kedua jurnal ini baik dijadikan
sebagagai dasar agar kita lebih memahami mengenai kedwibahasaan yang digunakan
berkomunikasi masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.
4.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya, Penulis hanya perlu menggunakan bahasa yang
mudah di pahami oleh pembaca karena pada artikel ini masih ada beberapa kalimat atau
teks yang sulit di pahami maksudnya.

Anda mungkin juga menyukai