Anda di halaman 1dari 25

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Luka

A. Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah
kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
B. Jenis-Jenis Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,
genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt).
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi
nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi
pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda
klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi
tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka


a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.

Gambat luka akut


b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,
dapat karena faktor eksogen dan endogen.

Gambat luka kronis


C. Mekanisme terjadinya luka :

1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal
yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura
seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.
1. Luka Bakar (Combustio)

D. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing
dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan
terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu
untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas
dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan
jaringan (Taylor, 1997).
1. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu: (1)
Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya
kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, (2) Respon tubuh pada luka lebih
efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, (3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma,
(4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka, (5) Keutuhan kulit dan mukosa
membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari
mikroorganisme, dan (6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari
benda asing tubuh termasuk bakteri.
2. Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga
berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti
yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
Menurut Kozier, 1995

a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama
terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian
perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi
pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan
matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga
dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis
dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel
berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh
dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme

Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler


digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah
yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan
pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit
bengkak.
Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah
interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama
lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan
sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan
faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir
pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses
penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah
pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke
daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis
kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi
luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari
luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka
sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan
penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.
Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen
dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast
berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan
kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi
jaringan yang lunak dan mudah pecah.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya ,
menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan
elastisitas dan meninggalkan garis putih.

Menurut Taylor (1997):

a. Fase Inflamatory
Fase inflammatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir hari ke 3 – 4
pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah Hemostasis dan Pagositosis. Sebagai
tekanan yang besar, luka menimbulkan lokal adaptasi sindrom. Sebagai hasil adanya
suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk menutupi luka.
Diikuti vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka yang
dibatasi oleh sel darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan
debris. Lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit ( makrofag)
masuk ke daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang
pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan kembali
dapat terjadi.
b. Fase Proliferative
Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke-21. Fibroblast secara
cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar. Dua substansi ini membentuk lapis-
lapis perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan
aliran darah ada didalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi luka (kapilarisasi
tumbuh). Jaringan baru ini disebut granulasi jaringan, adanya pembuluh darah,
kemerahan dan mudah berdarah.
c. Fase Maturasi
Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-21 dan dapat berlanjut selama
1 – 2 tahun setelah luka. Kollagen yang ditimbun dalam luka diubah, membuat
penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kollagen baru menyatu,
menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi
rata, tipis dan garis putih.
Menurut Potter (1998):

a. Devensive / Tahap Inflamatory


Dimulai ketika sejak integritas kulit rusak/terganggu dan berlanjut hingga 4-
6 hari. Tahap ini terbagi atas Homeostasis, Respon inflamatori, Tibanya sel darah
putih di luka. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi konstriksi pembuluh darah,
membawa platelet menghentikan perdarahan. Bekuan membentuk sebuah matriks
fibrin yang mencegah masuknya organisme infeksius. Respon inflammatory adalah
saat terjadi peningkatan aliran darah pada luka dan permeabilitas vaskuler plasma
menyebabkan kemerahan dan bengkak pada lokasi luka. Sampainya sel darah putih
di luka melalui suatu proses, neutrophils membunuh bakteri dan debris yang
kemudian mati dalam beberapa hari dan meninggalkan eksudat yang menyerang
bakteri dan membantu perbaikan jaringan. Monosit menjadi makrofag, selanjutnya
makrofag membersihkan sel dari debris oleh pagositosis, Meningkatkan perbaikan
luka dengan mengembalikan asam amino normal dan glukose . Epitelial sel bergerak
dari dalam ke tepi luka selama lebih kurang 48 jam.
b. Reconstruksion / Tahap Prolifrasi
Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan berlanjut
selama 2 – 3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu sintesis vitamin B dan C, dan
asam amino pada jaringan kollagen. Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan
integritas luka. Epitelial sel memisahkan sel-sel yang rusak.
c. Tahap Maturasi
Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga bekas
luka merekat kuat.
E. Faktor yang Mempengaruhi Luka
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua
lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis
dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit
kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien
kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah
pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan
penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya
sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh
darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak
lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah
perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang
menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar
hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat
proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya
suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin,
jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang
kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,
nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan
protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan
luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak
akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

F. Komplikasi Penyembuhan Luka

Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.


1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase,
nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan
jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada
garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).
Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah
balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan
dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan

balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan
mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya
pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi,
,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi,
mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 –
5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan
eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres
dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah
luka.
G. Perkembangan Perawatan Luka

Profesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah dengan
membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P, 1998). Perkembangan perawatan luka sejak
tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah memulai tentang perawatan luka. Hasilnya
menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada lingkungan kering. Winter
(1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih cepat
daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa migrasi
epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana lembab daripada kering, dan ini
merangsang perkembangan balutan luka modern ( Potter. P, 1998). Perawatan luka lembab
tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada semua jenis balutan
le:mbab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 % pada balutan kering (Thompson. J, 2000).
Rowel (1970) menunjukkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke
pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka
dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi
perkembangan balutan lembab ( Potter. P, 1998).
Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan,
melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptik
hanya untuk yang memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk
membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti
povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk membersihkan
luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah reepitelisasi. Luka dengan
sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan sodium
klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan. (Walker. D, 1996)
Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi luka. Tepi
luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-kira satu minggu. Kulit
menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu.
Perawat dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah insisi :
1. Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka.
2. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau
beberapa jam setelah pembedahan ditutup.
3. Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 – 3 hari.
4. Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil.
1. Jaringan granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup
selama 7 – 10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase
mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan bengkak.
2. Pembentukan bekas luka.
3. Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan atau
lebih.
4. Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran bekas
luka menunjukkan pembentukan kelloid.
H. Tujuan Perawatan Luka
1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2. Absorbsi drainase
3. Menekan dan imobilisasi luka
4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
I. Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka
1. Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena alasan
ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan
untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida
mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel
darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi,
yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari
sodium klorida dan untuk alasan ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley &
Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi
granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu
luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah
(http://rpromise.com/woundcare/)
2. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang
dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna
hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air,
tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer.
Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan
waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999). Larutan ini akan melepaskan iodium
anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor
dan terinfeksi bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini
agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan
bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine
dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan
nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit
dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).
24

2.2 Merawat Luka

A. Pengertian
Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa
atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang
dapat merusak permukaan kulit
B. Tujuan
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran
mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan
4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
6. Mencegah perdarahan
7. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.
C. Persiapan alat
1. Set steril yang terdiri atas :
a. Pembungkus
b. Kapas atau kasa untuk membersihkan luka
c. Tempat untuk larutan
d. Larutan anti septic
e. 2 pasang pinset
f. Gaas untuk menutup luka.
2. Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf
3. Gunting
4. Kantong tahan air untuk tempat balutan lama
5. Plester atau alat pengaman balutan
6. Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien
7. Bensin untuk mengeluarkan bekas plester
25

D. Cara kerja
1. Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan pasien.
2. Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil
3. Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar
4. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan hanya pada
daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika perlu.
5. Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa dipasang pada
sisi tempat tidur.
6. Angkat plester atau pembalut.
7. Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan hati-hati
kearah luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.
8. Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau
menggunakan sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi
pasien.
9. Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.
10. Buka set steril
11. Tempatkan pembungkus steril di samping luka
12. Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai
mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain
gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang
drain.
13. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
14. Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset
dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset dijauhkan
dari daerah steril.
15. Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas
dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah
daripada pegangannya. Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari
insisi kearah drain :
a. Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar
b. Jika ada drain bersihakan sesudah insisi
c. Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari
tengah luka kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.
16. Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.
17. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril.
18. Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut
19. Amnkan balutan dengan plester atau pembalut
20. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.
21. Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan
alat dan buang sampah dengan baik.
22. Cuci tangan
23. Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang
bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon
pasien.
Membersihkan Daerah Drain
Daerah drain dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari daerah bersih
ke daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang basah memudahkan pertumbuhan
bakteri dan daerah daerah drain paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain
ditengah luka insisi dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain.
Gunakan kapas yang lain. Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan antiseptik.
26

2.3 Perawatan Luka Konvensional

Konsep perawatan luka konvensional menurut Aswadi (2008) adalah perawatan luka

di mana teknik yang digunakan masih alami dan tradisional, belum dikembangkan

secara modern yang bertujuan untuk menyembuhkan luka secara bertahap dan

prosesnya lama tergantung luka yang di derita. Langkah perawatan yang dilakuan

adalah sebagai berikut : jelaskan prosedur kepada klien, siapkan peralatan yang

diperlukan di meja (jangan membuka peralatan), ambil kantung plastik dan buat

lipatan diatasnya. Selanjutnya tutup ruangan dengan tirai, bantu klien pada posisi

nyaman. Perawat mencuci tangan secara menyeluruh, meletakkan bantalan tahan

air dibawah klien, gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester,

lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan,

sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan (bila masih terdapat plester pada

kulit, dapat dibersihkan dengan aseton). Angkat balutan secara perlahan dengan

menggunakan forsep atau pinset, jika balutan lengket pada luka, jangan dibasahi,

pertahan lepaskan balutan dari eksudat yang mengering. Observasi karakteristik

dan jumlah drainase pada balutan, buang balutan kotor pada nierbekken atau

kantung plastik, hindari kontaminasi permukaan luar kantung (Aswadi, 2008).

Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalam keluar, membuka

nampan balutan steril. Membuka larutan antiseptik lalu tuang ke dalam kom steril

atau kasa steril, pakai sarung tangan steril, inspeksi luka. perhatikan kondisinya,

letak drain, integritas jahitan dan karakteristik drainase (palpasi bila perlu, dengan

bagian tangan non dominan yang tidak akan menyentuh bahan steril). Bersihkan

luka dengan larutan antiseptik atau lanrtan normal satin. Bersihkan dari daerah

yang kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi (Aswadi, 2008).


27

Setelah luka selesai di bersihkan dilanjutkan dengan menggunakan kasa yang basah
tepat pada permukaan luka. Bila luka dalam secara perlahan masukkan kasa ke dalam luka
sehingga semua permukaan luka kontak dengan kasa basah. Pasang kasa steril kering diatas
kasa basah, tutup dengan kasa, surgipad, dan pasang plester diatas balutan (Aswadi, 2008).

2.4 Perawatan Luka Modern

Saat ini Konsep perawatan luka modern adalah konsep perawatan luka yang
berbasis lembab atau moisture balance. Konsep atau prinsip lembab ini pertama sekali
diperkenalkan oleh Winter (1962) dengan menunjukkan penggunaan occlusive dressing
meningkatkan proses penyembuhan dua kali lipat dibandingkan dengan membiarkan luka
tetap terbuka. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa lingkungan lembab mempercepat
proses epitelisasi dan untuk menciptakan lingkungan lembab dapat dilakukan dengan
menggunanakan balutan semi occlusive, full occulisive dan impermeable dressing.
(Schultz, et al. 2005).

A. Jenis-jenis Topikal Terapi ( Dressing )

Bahan topikal terapi yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan perawatan

luka adalah: calcium alginate, hidrokoloid, hidroaktif gel, antimicobacterial, gamgee,

polyurethane foam, dan silver dressing (Templeton, 2005). Dressing atau balutan yang

baik harus mampu menyerap eksudat, mempertahankan lingkungan luka yang lembab,

memungkinkan terjadi pertukaran gas, mempertahankan suhu luka, menjaga kondisi

pathogen, mencegah infeksi, tidak mengeluarkan racun, tidak menimbulkan reaksi

alergi, mencegah trauma, tidak merusak jaringam mudah dibuka tanpa menimbulkan

trauma baru jaringan, mudah digunakan, nyaman digunakan, sesuai dengan bagian

tubuh, tidak mengganggu fungsi tubuh, biaya efektif (Carville, 2012).

Poerwantoro (2013) menjelaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam

pemilihan balutan adalah jenis luka, deskripsi luka, karakteristik luka, profil

bakteri.
28

B. Keuntungan Perawatan Luka Modern

Keuntungan perawatan luka modern adalah mempercepat proses fibrinolisis,


Angiogenesis, menurunkan infeksi, mempercepat pembentukan growth factor, dan
mempercepat sel aktif untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Inilah yang tidak
ditemukan pada pertawatan luka konvensional, karena sesuai dengan konsep enzyme
proteolitik kurang aktif bekerja pada kondisi kering atau tidak lembab (Gitarja, 2008).

Keuntungan konsep lembab ini adalah membuat lingkungan yang mempercepat

re-epitalisasi, menjaga kelembaban akan menurunkan infeksi, dasar luka yang lembab

dapat merangsang pengeluaran growth factor yang mempercepat proses penyembuhan

luka (Halim, Khoo & Saad, 2012). Perawatan luka lembab telah popular dilakukan

karena telah terbukti dapat meningkatkan penyembuhan, mengurangi rasa sakit dan

ketidaknyamanan dan mengurangi tingkat infeksi (Dowset, 2011).

Keunggulan lain dari perawatan luka modern adalah mengurangi infeksi dan

infeksi silang, mengurangi jaringan parut, mengurangi waktu perawatan dan mengganti

balutan, serta mengurangi biaya (Slater, 2008)

A. SECTIO CAESAREA

Bedah Caesar (section caesarea) saat ini sedang menjadi salah satu trend

persalinan di kalangan masyarakat dan kedokteran medis. Berkembangnya sains dan

teknologi, terutama dalam bidang kedokteran yang meliputi alat-alat kedokteran dan

anestesi pada akhirnya mulai bergerak menuju ranah hukum dan agama. Tindakan

seksio dengan resiko yang cukup tinggi bagi pasien dan bayi yang dikandung menjadi

salah satu pertimbangan agama dalam menjaga kehidupan seseorang. Di satu sisi,

keputusan tindakan section caesarea memberikan kesempatan bagi seseorang untuk


2.5 Bahan yang Digunakan dalam Tindakan Perawatan Luka

1. Bahan – Bahan dalam Tindakan Perawatan Luka

a. Sodium Klorida 0,9 %


Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena
antikseptik ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal
saline aman digunakan muntuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium
klorida atau natrium klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma.
Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium
klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium
klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk
antiseptik ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999).
Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi
jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu
luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga antiseptik
lebih murah

b. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang
dikombinasi dengan bahan lain, walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna
hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di
air, tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam antiseptik dan larutan sodium iodide
encer. Iodide antiseptik dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung
konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999).
c. Larutan iodium anorganik
Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau
selaput antiseptik, sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri. Bahan ini
agak iritan dan antiseptik serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi
menunjukan bahwa antiseptic seperti povodine iodine toxic terhadap sel
(Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas
pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat
ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan
nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).
d. Larutan alkohol
Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan suci hama (larutan
betadine dan sebagainya), lalu ditutup dengan kain penutup luka, secara penodik
pembalut luka diganti dan luka dibersihkan. Dibuat pula catatan kapan benang /
orave kapan dicabut atau dilonggarkan. Diperhatikan pula apakah luka sembuh
perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat.

1. Persiapan Alat dan Bahan


a. Pinset anatomi
b. Pinset cirurghi
c. Gunting steril
d. Kapas sublimat / savlon dalam tempatnya
e. Larutan H2O2
f. Larutan boorwater
g. NaCl 0,9%
h. Gunting perban (gunting tidak steril)
i. Plester / pembalut
j. Bengkok
k. Kasa steril
l. Mangkok kecil
m. Handskon steril

2. Tahapan Tindakan Perawatan Luka


Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,
penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
a. Evaluasi luka
meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
b. Tindakan Antiseptik
Prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Tujuan untuk melakukan
pencucian / pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan
antiseptik.
c. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka serta
menghindari terjadinya infeksi.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka
yaitu :
1) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang
jaringan mati dan benda asing
2) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
3) Berikan antiseptik.
4) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian
anastesi lokal.
5) Bila perlu lakukan penutupan luka.
d. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang
dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat
dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh.
e. Penutupan luka
Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada
luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
f. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam
proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah
berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
g. Pemberian Antibiotik
h. Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik. Pengangkatan
Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.
A. Klasifikasi Luka Bedah Kebidanan
a. Penatalaksanaan Medis Pasca Sectio Caesarea
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea
(Prawirohardjo, 2007), yaitu :
1) Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat
2) Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat
3) Pemberian analgetik dan antibiotik
4) Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam
5) Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setelah pembedahan
6) Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari tempat
tidur dengan bantuan orang lain
7) Perawatan luka : insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada
hari ke empat setelah pembedahan
8) Pemeriksaan laboratorium : hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan
untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan
hipovolemia.

1. Infeksi Luka Operasi


1) Pengertian
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di
dalam tubuh yang menyebabkan sakit sehabis tindakan bedah.
Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Infeksi Tempat Pembedahan (ITP) /
Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi pada luka operasi atau
organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari paska operasi atau dalam kurun 1
tahun apabila terdapat implan. Sumber bakteri  pada ILO dapat berasal
dari pasien, dokter dan tim, lingkungan, dan termasuk juga instrumentasi
2) Tanda-tanda Infeksi
1) Kalor (Panas)
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih luas panas dari sekelilinginya,
sebab terdapat lebih banyak darah yang disalurkan ke area terkena infeksi/ fenomena
panas lokal karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti dan
hiperemia lokal tidak menimbulkan perubahan.
2) Dolor (Rasa Sakit)
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau konsentrasi lokal ion-
ion tertentu dapat merangsang ujung saraf. pengeluaran zat kimia tertentu seperti
histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu
pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal
dan menimbulkan rasa sakit.
3) Sopor (Kemerahan)
Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami peradangan.
Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut
melebar, dengan demikian lebih banyak darah yang mengalir kedalam mikro sirkulasi
lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang, dengan
cepat  penuh terisi darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti.

4) Tumor (Pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi
darah kejaringan interstisial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daerah
peradangan disebut eksudat.
5) Fungsiolaesa
Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan sakit
disrtai sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga organ
tersebut terganggu dalam menjalankan fungsinya secara normal.

3) Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Luka Operasi


1) Environment
a) Lamanya waktu tunggu pre operasi di RS
b) Teknik septik antiseptik
c) Ventilasi ruang operasi
2) Pasien
a) Umur
b) Nutrisi dan berat badan
c) Penyakit
d) Obat-obat yang digunakan
4) Prinsip Pencegahan Infeksi Luka Operasi
1) Mengurangi resiko infeksi dari pasien
2) Mencegah transmisi mikroorganisme dari petugas, lingkungan,
instrumen dan pasien itu sendiri

5)Perawatan Infeksi Luka Operasi

1) Pembersihan luka
2) Pembalutan
3) Kondisi pasien stabil
4) Sterilisasi
B. Tindakan Perawatan Luka Bedah
1. Ganti Balutan
a. Pengertian Mengganti Balutan
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka,
melakukan penggatian balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya
infeksi,yiatu dengan cara mengganti balutan yang kotor dengan balutan
yang bersih.
b. Tujuan
1) Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan
dapat menjaga kebersihan luka

2) Melindungi luka dari kontaminasi


3) Dapat menolong hemostatis (bila menggunakan elastis verband)
4) Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
5) Menurunkan pergerakan dan trauma
6) Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
c. Indikasi
Pada balutan yang sudah kotor
d. Kontra Indikasi
1) Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab
sehingga mikroorganisme dapat hidup
2) Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan-
gesekan pembalut.
e. Persiapan Alat
1) Alat-alat steril
a) Pinset anatomis 1 buah
b) Pinset sirugis 1 buah
c) Gunting bedah/jaringan 1 buah
d) Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
e) Kassa desinfektan dalam kom tertutup
f) Sarung tangan 1 pasang
g) Korentang/forcep
2) Alat-alat tidak steril
a) Gunting verban 1 buah
b) Plester
c) Pengalas
d) Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
e) Nierbeken 2 buah
f) Kapas alkohol
g) Aceton/bensin
h) Sabun cair anti septik
i) NaCl 9 %
j) Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
k) Sarung tangan 1 pasang
l) Masker
m) Air hangat (bila dibutuhkan)
n) Kantong plastik/baskom untuk tempat sampah
f. Pelaksanaan
1) Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2) Dekatkan alat-alat ke pasien
3) Pasang sampiran
4) Perawat cuci tangan
5) Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6) Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7) Letakkan pengalas dibawah area luka
8) Letakkan nierbeken didekat pasien
9) Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunakan pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam
nierbeken.
10) Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan
ujungnya dan menahan kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara
perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan. (Bila masih terdapat
sisa perekat dikulit, dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin)
11) Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi
angkat balutan dengan berlahan
12) Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic,
hindari kontaminasi dengan permukaan luar wadah
13) Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
14) Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan
obat luka dengan memperhatikan tehnik aseptic
15) Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
16) Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9 %
17) Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan
terapi)
18) Menutup luka dengan cara:
a) Balutan kering
- Lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah
insisi dan bagian sekeliling kulit
- Lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap
- Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
b) Balutan basah – kering
- Lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan
fisiologik untuk menutupi area luka
- Lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya menyerap
- Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
c) Balutan basah – basah
- Lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan
fisiologik untuk menutupi luka
- Lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
- Lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang sudah
dilembabkan dengan cairan fisiologik
19) Plester dengan rapi
20) Buka sarung tangan dan masukan ke dalam nierbeken
21) Lepaskan masker
22) Atur dan rapikan posisi pasien
23) Buka sampiran
24) Evaluasi keadaan umum pasien
25) Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan
bersih, kering dan rapi
26) Cuci tangan
27) Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/13366 , H. Purnama 2017

http://repo.unand.ac.id/438/3/bab%25201.pdf , T DILLA 2014

http://eprints.ums.ac.id/10344/3/J210060042.PDF , F HASTUTI - 2010

Anda mungkin juga menyukai