KALKULUS INTEGRAL
DISUSUN OLEH :
Marince 4193111065
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1
Buku Pertama
1. Persamaan Kartesius
Dalam bagian ini yang akan dicari adalah suatu rumus untuk menentukan luas bidang
datar antara dua kurvakartesius. Terdapat dua kasus yang diperhatikan seperti yang terlihat
dalam gambar yaitu :
2
1. Dalam kasus pertama, kita ingin menentukan luas bidang datar antara y = f(x) dan y =
g(x) untuk x € I=[a,b]. Diasumsikan bahwa f(x) ≥ g(x) pada I, lihat gambar. Masalah dalam
kasus diselesaikan seperti masalah luas bidang datar yang sudah dibicarakan dalam Bab 2.
Pertama kali interval dibagi menjadi n interval bagian dengan lebar sama :
b−a
∆ x=
n
Berikutnya diambil suatu titik dalam setiap interval bagian, misalnya x i dan dibentuk
persegi panjang pada setiap interval bagian seperti dalam gambar. Tinggidari setiap persegi
panjaang diberikan oleh
¿ ¿
F( x i ¿ - g( x i ¿ ,
sehingga luas setiap persegi panjang dinyatakan dengan
¿ ¿
[F( x i ¿ - g( x i )]∆ x
Jadi luas bidang datar antara dua kurva dihampiri oleh jumlahan luas bidang datar dari n
persegi panjang :
n
0 0
L ≈ ∑ (f ( x i ¿)−g(x i )) Δ x ¿
i=1
= ∫ [ F ( y )−G( y ) ]dy.
c
2. Persamaan Parameter
Rumus untuk mencari luas bidang datar antara sumbu x dan suatu kurva parameter
yang diberikan oleh
x = p (t) dan y = q(t), a ≤ x ≤ b
Rumus luas bidang datar diatas sumbu x dan dibawah kurva y = f(x) dimana x∈ [ a ,b ] :
x=b
L= ∫ f (x ) dx.
x=a
3
Luas Bidang Datar Antara Kurva Parameter dan Sumbu x
Diberikan suatu kurva C yang didefinisikan secara parametrik oleh
X = p(t) , y = q (t), t1≤ t ≤ t2,
Luas bidang datar tertutup yang dibatasi kurva parameter C dan sumbu x yaitu :
t2
dx
L=∫y dt
t1 dt
3. Persamaan Kutub
Bagian ini memperhatikan bidang datar yang dibatasi oleh kurva kutub. Hal ini
menggunakan luas suatu juring dan lingkaran dengan jari – jari r dan sudut pusat :
1 2
L= r θ
2
n
i
Luas eksak bidang datar yaitu : L = lim ∑ ¿ ¿ ¿2 Δ θ
n → ∞ i=1 2
1
π
2
1
¿ ∫ ¿¿
2 1
3π
1
π
2
¿ 2 ∫ ¿¿
1
3π
¿2¿
4
=2 [( −3
2 ) ]
π +2−0 −(−π + 0) = 4 – π
b
= π ∫ ( [ f ( x )−K ])2 dx
a
d
= π ∫ ( [ F ( y )−L ] )2 dy
c
2. Metode Cincin
Ukuran cincin yaitu :
Jari – jari luar : Rl (x) = f(x) – K
Jari- jari dalam : Rd (x) = g(x) – K
Rumus Cincin untuk perputaran terhadap garis datar:
b
V =π ∫ ¿¿ dx
a
b
= π ∫ ¿¿ dx
a
5
3. Metode Kulit Silindris
l
Jari jari luar = p +
2
l
Jari-jari dalam = p –
2
d
b
Sumbu putar horizontal : V = 2 π ∫ [ p ( y ) t ( y ) ] dx
a
Panjang Busur
Suatu busur mulus adalah grafik dari suatu fungsi kontinu yang derivatifnya juga
kontinu (grafik tidak mempunyai titik-titik sudut). Busur-busur yang diamati adalah busur
yang muncul dalam persamaan kartesius, persamaan parameter, dan persamaan kutub.
1. Persamaan kartesius
Diperhatikan suatu fungsi y = f(x) yang kontinu terdiferensial pada interval tertutup
[a,b]. Panjang busur dari titik A (a,f(a)) ke titik B (b,f(b)) dapat dihampiri dengan membagi
interval menjadi n interval bagian dengan lebar Δx. Setiap titik pada busur yang
berkorespondensi dengan titk diskrit xk dinotasikan dengan Pk.
y = f(x), a ≤ x ≤ b. Jika f’ (x) kontinu pada [a,b], maka panjang busur y = f(x) dari A
(a, f(a)) ke titik B (b, f(b)) adalah :
b b
dy 2
S=∫ √1+[f ' ( x ) ]2 dx=∫ 1+
a a √ ( )
dx
dx
dy
Perlakuan untuk Ketidakkontinuan dari .
dx
dy dx
Diandaikan bahwa di suatu titik pada busur adalah tidak ada, tetapi mungkin
dx dy
ada. Dalam kasus ini, bisa dicari panjang busur dengan menyatakan x sebagai fungsi dari y.
Kita juga dapat menurunkan suatu rumus panjang busur x = F(y) untuk y Є [c,d].
x = F(y) , c ≤ y ≤ d. Jika F’(y) kontinu pada [c,d], maka panjang busur x = F(y) dari
titik A (F(c), c) ke titik B (F(d), d) adalah :
d b
dx 2
' 2
S=∫ √1+[F ( y ) ] dy=∫ 1+
c a √ ( )
dy
dy
6
Sekarang, diperoleh masalah integral yang melibatkan substitusi trigonometri untuk
bentuk a2 + u2 dan diperoleh rumus yaitu :
1 1
1 1 2 2
S=∫
0 √(
4 )
4 + y 2 dy=2 ∫
0 √( )
2
+ y dy
2. Persamaan Parameter
Disini akan mencari panjang suatu busur parameter yang diberikan oleh persamaan :
x = p (t) dan y = q (t) , t1 ≤ t ≤ t2
Diasumsikan bahwa fungsi p dan q mempunyai derivatif yang kontinu pada interval
[t1,t2] dan derivatif-derivatif tersebut tidak secara serempak sama dengan nol. Busur parameter
bergerakk berdasarkan kenaikan t dari t1 sampai t2 dan melewati titik koordinat tepat satu kali.
Diberikan suatu busur C yang didefinisikan secara parametrik oleh :
x = p (t), y = q (t) , t1 ≤ t ≤ t2
Dimana p’(t) dan q’(t) kontinu dan tidak bernilai nol secara serempak pada interval
[t1,t2], serta C dilewati tepat satu kali selama t naik dari t = t 1 ke t = t2. Panjang busur
parameter C yaitu :
t2
dx 2 dy 2
S=∫
t1 √( dt)( )
+
dt
dt
3. Persamaan Kutub
Dalam bagian ini kita akan mencari panjang busur yang diberikan oleh persamaan
kutub :
r = P (θ), α≤θ≤β
jika r = P (θ) mempunyai derivatif pertama yang kontinu untuk α ≤ θ ≤ β dan jika titik A (r, θ)
melintasi busur r = P(θ) tepat satu kali ketika θ berjalan dari α sampai β, maka panjang busur
kutub yaitu :
β
dr 2
S=∫ r 2 +
α √ ( )
dθ
dθ
1
suatu juring, diperoleh luas permukaan samping kerucut = sl = πrl. Kerucut terpancung
2
7
mempunyai luas permukaan samping yaitu LP = πr2l2 ̶ πr1l1 atau LP = π (r1 + r2)l. Panjang garis
pelukis untuk kerucut terpancung yaitu l = l2 ̶ l1.
Luas permukaan untuk Perputaran Terhadap Sumbu x. Jika y = f(x) ≥ 0 adalah terdiferensial
kontinu pada [a,b], maka luas permukaan yang dihasilkan oleh perputaran kurva y = F(x)
terhadap sumbu x yaitu :
b b
dy 2
LP =2 π ∫ y 1+
a dx √ ( )
dx=2 π ∫ f (x) √1+[f ' ( x ) ]2 dx
a
Luas permukaan untuk Perputaran Terhadap Sumbu y. Jika x = f(y) ≥ 0 adalah terdiferensial
kontinu pada [c,d], maka luas permukaan yang dihasilkan oleh perputaran kurva x = F(y)
terhadap sumbu y yaitu :
d d
dx 2
LP =2 π ∫ x 1+
c dy √ ( )
dy =2 π ∫ F( y) √ 1+[F ' ( y ) ]2 dy
c
2. Persamaan Parameter.
Jika kurva diparameterisasi oleh persamaan-persamaan x = p(t) dan y = q(t), t 1 ≤ t ≤ t2,
dimana p dan q terdiferensial kontinu pada interval [t1,t2], maka akar kuadrat yang muncul
dalam rumus panjang kurva adalah :
dx 2 dy 2
√[ p' ( t ) ]2 +[q ' ( t ) ]2= √( dt)( )
+
dt
Dimana p’(t) dan q’(t) kontinu dan tidak bernilai nol secara serempak pada interval
[t1,t2], serta C dilewati tepat satu kali selama t naik dari t = t 1 ke t = t2, maka luas permukaan
yang di hasilkan oleh perputaran kurva terhadap sumbu-sumbu koordinat dirumuskan
1. Perputaran terhadap sumbu x, dimana y ≥ 0
t2
dx 2 dy 2
LP =2 π ∫ y
t1 √( dt
+
dt)( )
dt
3. Persamaan Kutub
8
Jika r = f(θ) mempunyai suatu derivatif pertama kontinu untuk α ≤ θ ≤ β dan jika titik
A(r,θ)melewati kurva tepat satu kali ketika θ berjalan dari α sampai β, maka luas permukaan
yang dibangkitkan oleh perputaran kurva terhadap sumbu-sumbu koordinat dirumuskan :
1. Perputaran terhadap sumbu kutub (sumbu x, dimana y ≥ 0).
β
dr 2
α √
LP =2 π ∫ rsin(θ) r 2+ ( )
dθ
dθ
1
2. Perputaran terhadap garis θ = π (sumbu y, dimana x ≥ 0).
2
β
dr 2
√
LP =2 π ∫ rcos(θ) r +
α
2
dθ
dθ ( )
Buku Kedua (Kalkulus dan Geometri Analitis)
1. LUAS DAERAH BIDANG RATA
Daerah Diatas Sumbu X
Andaikan y = f(x) menentukan persamaan sebuah kurva pada bidang xy dan andaikan f
kontinu dan tak – negatif pada selang (interval) a ≤ x ≤ b. Tinjaulah daerah R yang dibatasi
oleh grafik – grafik dari y = f(x), x = a, x = b dan y = 0. Kita mengacu R sebagai daerah di
bawah y = f(x) antara x = a dan x = b. Luasnya, A(R), ditentukan oleh
b
A(R) = ∫ f ( x ) dx
a
b
sumbu – x, maka ∫ f ( x ) dx adalag bilangan yang negatif, sehingga tak dapat melukiskan
a
suatu luas. Akan tetapi bilangan itu adalah negatif untuk luas daerah yang dibatasi oleh
y = f(x), x = a, x = b dan y = 0.
x2
Contoh 2 : Tentukan luas daerah R yang dibatasi oleh y = −4, sumbu x, x = -2 dan x = 3
3
3 3
x2 −x 2
Penyelesaian : A(R) = −∫
−2
( 3 )
−4 dx = ∫
−2 3 (
+ 4 dx )
9
3
−x 3 −27 8 145
=
[9
+4 x ] (
−2
=
9 )( )
+12 − −8 =
9 9
Perhatikan bahwa kita dapat menyatakan luas daerah itu sebagai satu integral dengan
menggunakan lambang nilai mutlak, yaitu
2
3 2
A(R) = ∫ |x −3 x −x +3|dx
−1
Tetapi penulisan ini bukan penyederhanaan dalam perhitungan, sebab untuk menghitung
integral terakhir ini kita harus menulis integral ini sebagai dua integral seperti telah kita
lakukan.
Cara Berfikir Yang Dapat Membantu
Sampai kini baik untuk daerah – daerah sederhana sejenis yang ditinjau di atas, mudah
sekali menuliskan integral yang benar. Bilamana kita meninjau daerah yang lebih rumit
(misalnya, daerah di antara dua kurva), tugas pemilihan integral yang benar lebih sukar.
Tetapi, terdapat suatu cara berfikir yang dapat sangat membantu. Pemikiran itu kembali ke
definisi luas dan integral tentu. Berikut cara berfikir tersebut dalam lima langkah.
Langkah 1 : Gambarlah daerah yang bersangkutan
Langkah 2 : Potonglah menjadi jalur – jalur dan berilah nomor pada suatu jalur
tertentu
Langkah 3 : Hampiri luas suatu jalur tertentu tersebut dengan luas persegi panjang
yang sesuai
Langkah 4 : Jumlahkan luas aproksimasi tersebut
Langkah 5 : Ambillah kemudian limit dari jumlah itu dengan jalan menunjukkan jalur
ke nol lebar sehingga diperoleh suatu integral tertentu.
Setelah kita pahami benar prosedur lima langkah tersebut, kita dapat menyingkatnya
menjadi tiga langkah, yaitu : potong – potong, aproksimasikan, integralkan.
Ingatlah bahwa mengintegralkan berarti, menjumlahkan dan mengambil limit apabila
❑ ❑
panjang jalur menuju nol. Dalam proses ini ∑ … . ∆ x berubah menjadi ∫ …. dx.
❑ ❑
b
saat t. Bila v(t) ≥ /0, maka ∫ v (t) dt menyatakan jarak yang ditempuh dalam selang waktu a ≤
a
t ≤ b. Namun v(t) dapat pula bernilai negatif (yang berarti bahwa benda itu bergerak dalam
arah sebaliknya), maka
b
∫ v ( t ) dt =s ( b )−s ( a )
a
Menyatakan perpindahan benda itu, yang berarti, jarak lurus dari tempat berangkat s(a) ke
tempat akhir s(b). Untuk mendapatkan jarak keseluruhan yang ditempuh benda selama a ≤ t ≤
b, kita harus menghitung ∫|v (t)|dt , luas daerah antara kurva kecepatan dan sumbu – t.
a
Apabila norma partisi kita tujukan ke nol, kita memperoleh suatu integral tentu; integral
ini kita definisikan sebagai volume benda
b
V = ∫ A ( x ) dx
a
11
BENDA RUANG LAIN YANG PENAMPANGNYA DIKETAHUI
Benda yang kita bahas memiliki daerah – daerah lingkaran sebagai penampang –
penampang tegak. Metode yang kita gunakan tetap berlaku untuk benda – benda yang
penampangnya tegaknya berbentuk bujur sangkar atau segituiga. Sesungguhnya yang kita
perlukan ialah bahwa kita dapat menghitung luas penampang – penampang tersebut.
Volume Benda Putar: Kulit Tabung
Sebuah kulit tabung adalah sebuah benda yang dibatasi oleh dua tabung lingkaran
tegak yang sumbunya simetris berhimpit. Apabila jari-jari tabung dalam adalah r1, dan jari-
jari tabung luar adalah r2, sedangkan tinggi tabung adalah h, maka volume tabung adalah
V =2 π ( r 1+2 r 2 )h ( r 1−r 2)
Sehingga
V =2 π ( jari− jari rata−rata )( tinggi ) (tebal )
= 2π rh ∆r
METODE KULIT TABUNG
b
V =2 π ∫ x f ( x ) dx
a
a √( dt)( )
+
dt
dt
12
Apabila sebuah kurva yang terletak pada sebuah bidang dapat mengelilingi sebuah
garis pada bidang itu, maka kurva tersebut membentuk suatu permukaan benda putar. Sebuah
kerucut terpancung adalah bagian permukaan kerucut yang terletak antara dua bidang yang
tegak lurus pada sumbu kerucut. Apabila jari-jari lingkaran alasnya adalah r1 dan jari-jari
lingkaran adalah r2 sedangkan l panjang ruas garis pada pembangun kerucut antara dua
lingkaran itu (rusuk kerucut terpancung), maka luas selimut kerucut itu adalah :
r 1+r
A = 2π ¿ 2
) l = 2 π ( jari – jari rata ) X rusuk
2
Pemutaran Mengelilingi Sumbu X
Apabila permukaan terbentuk oleh sebuah kurva y = f (x), a ≤ X≤ b, yang diputar
mengelilingi sumbu x, maka untuk mendapatkan luasnya menggunakan :
¿∗¿ y ¿ b
ds = 2
A=2π ∫ ¿ π ∫ f (x) √ 1+( f ' ( x ) )2 dx
¿ a
Contoh :
Tentukan luas permukaan benda putar apabila kurva y = √ x , 0 ≤ x ≤ 4, diputar mengelilingi
sumbu x !
1
Penyelesaian : f (x) = √ x dan f’(x) = Jadi ,
2√ x
4 4
1 4 x +1
A = 2π ∫ √ x 1+
0 4x √
dx = 2π ∫ √ x
0 √ 4x
dx
4
= π ∫ √ 4 x+ 1 dx = ¿ ¿04
0
π 3 3
= (17 2 −1 2 ) ≈ 36,18
6
13
a
2
= 2π ∫ dy =[ 2 πay ] =4 π a
−a
Dengan demikian luas permukaan bola dengan jari-jari a adalah 4 π a2 yang sesuai dengan
hasil yang diperoleh di Sekolah Menengah.
Kerja
Dalam fisika diketahui bahwa apabila suatu benda bergerak sejauh d sepanjang suatu
garis, sedangkan ada gaya F yang konstan yang menggerakkan benda itu dengan arah yang
sama dengan arah gerak benda tersebut, maka kerja W yang dilakukan oleh gaya tadi adalah :
W = F.d
Kerja yang dilakukan untuk menggerakkan benda a ke b adalah :
b
W = ∫ F ( x)dx
a
14
10
4
W =δπ ∫ ¿ ¿) dy
25 0
4 π .62,4 10 y 3 y 4
¿
25 [
3
−
4 ]
≈ 26,138 kaki – pon
10 10
24 δπ
b. W = δπ ∫ ¿¿ ) (20-y) dy = ∫ (20 y 2¿ − y 3) dy ¿
0 25 0
4 ( 62,3 )( π ) 20 y 3 y 4
=
25 [ 3
−
4 ]
≈ 130,690kaki – pon
M i=1
∑ ximi
X= = n
m
∑ mi
i=1
Contoh :
Diketahui massa sebesar 4,2,6, dan 7 pon pada posisi 0,1,2 dan 4 terhadap suatu sistem
koordinat pada sumbu X. Tentukan titik berat sistem ini.
Penyelesaian :
15
( 0 ) ( 4 )+ (1 )( 2 ) + ( 2 ) ( 6 ) + ( 4 ) (7) 42
X= = ≈ 2,21
4 +2+6+7 19
Distribusi Massa Yang Kontinu Pada Suatu Garis
Catatan :
1. Ingat bahwa rumus untuk massa di sejumlah titik, yaitu :
❑ ❑ ❑
∑ xi mi ∑ xΔm ∫ xδ ( x )
❑ ❑ ❑
❑ ❑ ❑
∑ mi ∑ Δm ∫ xδ ( x )
❑ ❑ ❑
2. Penjumlahan momen – momen bagian kecil kawat untuk memperoleh momen seluruh
kawat. Massa suatu bagian kecil kawat Δ x, terpusat di titik x .
Contoh :
Kepadatan δ ( x)sepotong kawat di sebuah titik yang terletak x cm dari salah satu ujungnya
adalah δ ( x )=3 x 2 gr/cm. Tentukan pusat massa kawat antara x = 0 dan x =10
Penyelesaian :
10
3 x4
X=
∫ x .3 x2 dx
0
=
[ ] 4
=
7500
=7,5 cm
10
[x ]3 1000
∫ 3 x2
0
Contoh :
Ada 5 partikel dengan massa sebesar 1,4,2,3, dan 2 satuan massa yang masing-masing ada di
titik- titik (6, -1), (2,3), (-4,2), (-7, 4), dan (2, -2). Tentukan pusat massanya.
Penyelesaian :
( 6 ) ( 1 )+ (2 )( 4 ) + (−4 ) ( 2 )+ (−7 ) ( 3 ) +(2)(2) −11
x= = 12
1+ 4+ 2+ 3+ 2
(−1 )( 1 ) + ( 3 ) ( 4 ) + ( 2 ) (2 )+ ( 4 ) ( 3 ) +(−2)( 2) 23
y= =
1+ 4+2+3+2 12
16
BAB III
Kelebihan dan Kekurangan
3.1 Kelebihan :
Buku Pertama :
1. Penjelasan materinya cukup bagus
2. Menggunakan kata- kata yang mudah dipahami oleh pembaca
3. Cover yang digunakan cukup bagus tidak terlalu mencolok
4. Kertas yang dipakai berwarna putih terkesan bersih dan rapi
Buku Kedua :
1. Penjelasan materinya cukup bagus
2. Informasi yang terdapat didalam sangat terperinci
3. Kata-kata yang digunakan mudah dipahami
4. Terdapat banyak contoh soal yang bervariasi
5. Cover buku menggunakan warna yang soft sehingga kesan pertamanya tidak
begitu buruk
3.2Kekurangan :
Buku Pertama :
1. Kurangnya contoh soal yang bervariasi
2. Kertas yang digunakan juga sedikit tipis
Buku Kedua :
1. Kertas yang digunakan sedikit tipis
2. Gambarnya yang terdapat di dalam buku terlalu banyak
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aplikasi Integral berhubungan dengan bidang fisika seperti hukum Hooke. Didalam
aplikasi integral terdapat perhitungan luas dan volume suatu benda dan juga terdapat
persamaan- persamaan yang menjadi bagian dari luas maupun hal lainnya yang mencangkup
aplikasi integral. Dalam mengerjakan aplikasi integral diperlukan ketelitian karena untuk
menghitung luas dan sebagainya sudah menggunakan integral sehingga ketelitian sangat
dibutuhkan. Didalam mengerjakan aplikasi integral juga diperlukan untuk memperhatikan
arah atau sumbu seperti horizontal, vertikal, tegak lurus, dalam keadaan datar dan sebagainya.
Terdapat juga sudut dan trigonometri dalam mengerjakan soal-soal aplikasi integral.
4.2 Saran
Kedua buku cukup bagus dalam menyampaikan materi dengan cara tersendiri. Setiap
buku memilki kelebihan dan kekurangan baik akan informasi maupun hal lainnya. Untuk
pemula sebaiknya menggunakan buku kedua karena didalam buku kedua terdapat banyak
variasi soal dan juga latihan-latihan soal yang dapat mengukur batas kemampuan pembaca,
namun jika ingin memakai buku pertama sebaiknya dibarengi dengan buku kedua sehingga
dapat menutupi kekurangan buku pertama.
18
Daftar Pustaka
Nugroho, Didit Budi .2012. Kalkulus dan Aplikasinya. Graha Ilmu: Yogyakarta
Purcell, Edwin J. 1987. Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 1. Erlangga : Ciracas
19