Anda di halaman 1dari 17

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini berdasarkan hasil kuesioner dari warga Desa Kepuh

dengan responden sejumlah 350 responden. Data yang diperoleh kemudian diolah

dan dianalisa menggunakan aplikasi pengolah data yaitu Microsoft Word dan

Microsoft Excel 2007, yang kemudian digambarkan dalam bentuk tabel dan

diagram.

A. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

instrumen ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1992). Pada

penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi

product moment. Hasil koefisien korelasi selanjutnya dibandingkan dengan r

product moment. Jika rhitung > rtabel, maka variabel dinyatakan valid. Berikut

adalah hasil pengujian validitas instrument penelitian :

Tabel I. Hasil Uji Instrumen Penelitian


No. Item rhitung rtabel Keterangan
Item 1 0,747 0,361 Valid
Item 2 0,454 0,361 Valid
Item 3 0,513 0,361 Valid
Item 4 0,570 0,361 Valid
Item 5 0,249 0,361 Tidak valid
Item 6 0,796 0,361 Valid
Item 7 0,609 0,361 Valid
Item 8 0,656 0,361 Valid
Item 9 0,747 commit
0,361 to user Valid

33
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Item 10 0,457 0,361 Valid


Item 11 0,397 0,361 Valid
Item 12 0,520 0,361 Valid
Sumber : Hasil uji validitas dan reliabilitas ( Lampiran 4)

Tabel I menunjukkan bahwa dengan jumlah 30 sampel dan dengan nilai

rtabel sebesar 0,361 (Priyatno, 2011) diketahui bahwa dari 12 item pertanyaan

untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat Desa Kepuh terhadap

penggunaan obat tradisional, 11 item pertanyaan dinyatakan valid, sedangkan

1 item pertanyaan yaitu pertanyaan 5 dinyatakan tidak valid. Pertanyaan 5

adalah tentang perbandingan harga obat tradisional dengan obat sintesis.

Berdasarkan hasil tersebut maka dalam penelitian ini digunakan 11 item

pertanyaan.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu sistem

ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989). Bila suatu

instrumen ukur dipakai dua kali untuk mengukur konsep yang sama dan hasil

pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka instrumen ukur tersebut

reliable. Untuk melakukan pengujian reliabilitas dalam penelitian digunakan

rumus cronbach alpha. Ketentuan jika nilai cronbach alpha lebih besar 0.600

maka kuesioner dinyatakan reliable (Ghozali, 2005).

Pengujian reliabilitas terhadap kuesioner dilakukan dengan

menggunakan bantuan progam SPSS 16.0 for windows. Hasil uji reliabilitas

diperoleh nilai cronbach alpha sebesar 0,856 lebih besar dari 0,600 yang mana

commitmenunjukan
menjelaskan bahwa semua variabel to user kuatnya reliabilitas. Dengan

34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

demikian seluruh uji instrumen yang terdiri dari validitas dan reliabilitas

memenuhi persyaratan untuk dipakai dalam pengambilan keputusan

penelitian.

B. Gambaran Subyek Penelitian

1. Distribusi Masyarakat Desa Kepuh Berdasarkan Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan pengalaman

masa lalu sehingga mempengaruhi penilaian atau persepsi seseorang dalam

mendapatkan pelayanan. Selain itu usia juga berpengaruh terhadap cara

berfikir, berpendapat, dan bersikap (Kotler, 1997). Dalam penelitian ini usia

responden dibatasi dari umur 17 tahun sampai batas lansia, yaitu 65 tahun.

Usia tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan pada ketentuan usia

menurut Depkes RI (2009).

Distribusi masyarakat Desa Kepuh berdasarkan usia dapat dilihat pada

Gambar 1.

8% 19%
15% 17 - 25
26 - 35
24% 36 - 45
34% 46 - 55
56 - 65

Gambar 1. Distribusi Masyarakat Desa Kepuh Berdasarkan Usia

Gambar 1 terlihat bahwa jumlah responden dengan usia di 17-25 tahun

sebesar 19%, usia 26-35 tahun sebesar 24%, usia 36-45 tahun sebesar 34%,
commit to user
usia 46-55 tahun sebesar 15%, dan responden dengan usia 55-65 tahun sebesar

35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8%. Secara umum dapat diketahui responden yang paling banyak adalah usia

36-45 tahun. Dimana pada usia 36-45 tahun menurut Depkes RI (2009)

merupakan masa dewasa akhir.

2. Distribusi Masyarakat Desa Kepuh Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

individu dalam menyikapi suatu produk atau layanan jasa (Kotler, 1997).

Distribusi masyarakat Desa Kepuh berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada Gambar 2.

42%

Laki-laki
58%
Perempuan

Gambar 2. Distribusi Masyarakat Desa Kepuh Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 2 terlihat bahwa jumlah responden laki-laki sebesar 58% dan

responden perempuan sebesar 42%. Jumlah ini tidak menunjukkan perbedaan

signifikan. Diharapkan tidak adanya dominasi pada salah satu jenis kelamin

tertentu maka diharapkan data yang terkumpul dapat mewakili keadaan dari

populasi di Desa Kepuh.

commit to user

36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Distribusi Masyarakat Desa Kepuh Berdasarkan Riwayat Penyakit yang

Pernah atau Sedang Diderita

Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit secara

alamiah, tanpa ikut campur tangan medis atau intervensi kesehatan

lainnya. Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah

deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu,

dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat

penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu

intervensi preventif maupun terapetik (CDC, 2010).

Distribusi masyarakat Desa Kepuh berdasarkan riwayat penyakit dapat dilihat

pada tabel II.

Tabel II. Data Riwayat Penyakit yang Pernah atau Sedang Diderita
Masyarakat Desa Kepuh
No Riwayat Penyakit Jumlah Persentase (%)
1 Hipertensi 22 6,29
2 Hipotensi 18 5,14
3 Ginjal 7 2
4 Maag 19 5,43
5 Asma 8 2,29
6 Tipes 16 4,57
7 Asam urat 7 2
8 Diabetes 9 2,57
9 Diare 12 3,43
10 Radang usus besar 1 0,29
11 Stroke 4 1.14
12 Batuk 19 5,43
13 Sakit kepala 21 6
14 Pegel 16 4,57
15 Usus buntu 2 0,57
16 Vertigo 1 0,29
17 Ambean 1 0,29
18 Tidak diketahui 167 47,71
JUMLAH 350 100
commit to user

37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah responden terbesar adalah

hipertensi dan terkecil adalah radang usus besar, usus buntu, vertigo, dan

ambean.

Dalam kuesioner penelitian, sebagian besar penderita hipertensi

memang diatas usia 30an. Sedangkan menurut penelitian, umumnya hipertensi

diderita manusia pada usia sekitar 40an tahun. Jika usia muda terkena

hipertensi, maka idealnya ukuran untuk tekanan sistole 130-140 mmHg dan

diastole 70 mmHg dan jika berulang kali dicek tetap meninggi di usia muda

kemungkinan besar dari pengaruh faktor keturunan (Raka, 2012).

4. Distribusi Masyarakat Desa Kepuh Berdasarkan Pernah Tidaknya

menggunakan Obat Tradisional

Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas.

Pengobatan tradisional ini terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan

budaya bangsa yang terus ditingkatkan melalui penggalian, penelitian,

pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan dengan pendekatan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Obat tradisional biasanya digunakan dalam

bentuk pengobatan sendiri atau sebagai obat yang diperoleh dari pemberi

pelayanan pengobatan (Sari, 2006).

Distribusi masyarakat Desa Kepuh berdasarkan pernah tidaknya menggunakan

obat tradisional dapat dilihat pada Gambar 3.

commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6%

Pernah
Tidak Pernah
94%

Gambar 3. Distribusi Masyarakat Desa Kepuh Berdasarkan Pernah Tidaknya


Menggunakan Obat Tradisional

Gambar 3 terlihat bahwa jumlah responden yang pernah menggunakan

obat tradisional sebesar 94% dan responden yang tidak pernah menggunakan

obat tradisional sebesar 6% dengan alasan sebagian besar dikarenakan tidak

sedang menderita suatu penyakit.

Dari gambar tersebut dapat kita ketahui ternyata sebagian besar

responden pernah menggunakan obat tradisional dan dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar responden menyatakan mengenal atau tahu obat tradisional.

Sangatlah wajar kalau sebagian besar responden mengenal atau tahu obat

tradisional, mengingat obat tradisional merupakan warisan nenek moyang

yang masih turun-temurun sampai saat ini. Di Indonesia sendiri saat ini

tercatat sekitar 40% penduduk Indonesia menggunakan pengobatan

tradisional, 70% berada di daerah pedesaan (Harmanto dan Subroto, 2007).

C. Gambaran Pengetahuan terhadap Penggunaan Obat Tradisional

1. Khasiat Obat Tradisional

Obat tradisional Indonesia telah digunakan secara luas oleh masyarakat


commit to user
Indonesia untuk mengatasi berbagai penyakit. Penggunaan obat tradisional

39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

atau obat asli Indonesia terus mengalami peningkatan, baik untuk

pemeliharaan kesehatan, maupun untuk pengobatan gangguan kesehatan.

Berbagai hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukan selama ini ternyata

sebagian besar obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat luas

mengandung dua komponen penting, yaitu imunomodulator dan antioksidan.

Dengan demikian bermanfaat untuk menjaga dan memelihara kesehatan,

sehingga tidak mudah sakit karena sistem imunitas tubuh terpelihara dan

berfungsi dengan baik (Sampurno, 2007).

Distribusi respon masyarakat Desa Kepuh terhadap khasiat obat tradisional

dapat dilihat pada Gambar 4.

6,95% 1.72%

Sangat Setuju
48,95%
Setuju
42,38% Kurang Setuju
Tidak Setuju

Gambar 4. Distribusi Respon Masyarakat Desa Kepuh terhadap Khasiat Obat


Tradisional

Gambar 4 terlihat dari 350 responden menyatakan bahwa sebanyak

48,95% responden menjawab sangat setuju, 42,38% responden menjawab

setuju, 6,95% responden menjawab kurang setuju, dan sisanya sebanyak

1,72% responden menjawab tidak setuju. Hasil tersebut menyatakan bahwa

mayoritas responden mengerti mengenai khasiat dari obat tradisional. Namun

ada sebagian kecil responden kurang mengerti mengenai khasiat dari obat

tradisional. Hal ini bisacommit to user


dikarenakan mungkin responden lebih

40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mempercayakan obat sintesis untuk mengobati berbagai macam penyakit dan

menjaga kesehatannya.

2. Efek Samping Obat Tradisional

Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki

yang merugikan atau membahayakan pasien dari suatu pengobatan. Efek

samping tidak mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan

atau dicegah seminimal mungkin (Anonim, 2006).

Masalah efek samping obat dalam pengobatan tidak dapat

dikesampingkan begitu saja karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi,

misalnya :

a. Kegagalan pengobatan.

b. Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat yang

semula tidak diderita oleh pasien.

c. Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempegaruhi keberhasilan

terapi lebih lanjut misalnya menurunnya kepatuhan berobat.

d. Mencegah kekambuhan penyakit.

Distribusi respon masyarakat Desa Kepuh terhadap efek samping obat

tradisional dapat dilihat pada Gambar 5.

commit to user

41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7,14%

22,14% 14,43%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
56,29% Tidak Setuju

Gambar 5. Distribusi Respon Masyarakat Desa Kepuh terhadap Efek Samping Obat
Tradisional

Gambar 5 terlihat dari 350 responden menyatakan bahwa sebanyak

7,14% responden menjawab sangat setuju, 14,43% responden menjawab

setuju, 56,29% responden menjawab kurang setuju, dan sisanya sebanyak

22,14% responden menjawab tidak setuju. Hasil tersebut menyatakan bahwa

mayoritas responden mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai efek

samping obat tradisional. Hal ini dikarenakan responden menganggap obat

tradisional mempunyai sedikit atau bahkan tidak mempunyai efek samping.

Dalam hal tertentu mungkin efek samping obat tradisional relatif ringan

dan tidak bersifat akut yang membutuhkan pertolongan segera. Namun, perlu

dipertimbangkan efek samping kronik yang mungkin terjadi jika

menggunakan obat tradisional secara terus menerus dalam waktu yang lama,

serta kemungkinan adanya interaksi dengan obat, makan, atau suplemen

lainnya. Beberapa penelitian menyebutkan penggunaan obat tradisional dalam

jangka lama secara terus-menerus terutama yang mengandung tanaman

dengan efek diuretik maupun tanaman yang mengandung zat nefrotoksik

seperti aristolochic acid dapat menyebabkan gangguan elektrolit,

commit tometabolism,
kerusakan/kelainan ginjal, gangguan user dll (Rotblatt, 2002). Jadi

42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tidak tepat, bila dikatakan OT/TO itu tidak memiliki efek samping, sekecil

apapun efek samping tersebut tetap ada, tapi hal itu bisa diminimalkan jika

diperoleh informasi yang cukup (Katno dan Pramono, 2010).

3. Bahan Baku Obat Tradisional

Masyarakat menganggap obat tradisional aman untuk dikonsumsi

karena berasal dari alam dan sudah digunakan secara turun-temurun. Bahan

baku obat tradisional bisa didapatkan dari hewan maupun tumbuhan. Namun,

sumber obat tradisional yang banyak dikembangkan berasal dari tumbuhan

karena tumbuhan mudah dibudidayakan, ramah lingkungan, dan hampir

seluruh bagian yang terdapat pada tumbuhan mulai dari akar, umbi, batang,

kulit, daun, biji, dan bunga berkhasiat untuk mengobati berbagai macam

penyakit (Harmanto dan Subroto, 2007).

Distribusi respon masyarakat Desa Kepuh terhadap bahan baku obat

tradisional dapat dilihat pada Gambar 6.

6,57% 1,14%

22,57%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
69.72% Tidak Setuju

Gambar 6. Distribusi Respon Masyarakat Desa Kepuh terhadap Bahan Baku Obat
Tradisional

Gambar 6 terlihat dari 350 responden menyatakan bahwa sebanyak

22,57% responden menjawabcommit


sangattosetuju,
user 69,72% responden menjawab

43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

setuju, 6,57% responden menjawab kurang setuju, dan sisanya sebanyak

1,14% responden menjawab tidak setuju. Hasil tersebut menyatakan bahwa

mayoritas responden sudah mengerti mengenai sumber dari obat tradisional.

4. Bentuk Sediaan Obat Tradisional

Pada umumnya obat tradisional diracik dari ramuan bahan tumbuh-

tumbuhan, yang sering disebut dengan tanaman obat. Pada awalnya, bahan

tumbuh-tumbuhan tersebut dikonsumsi langsung dalam bentuk segar, rebusan,

atau racikan. Namun pada perkembangannya, obat tradisional di konsumsi

lebih praktis dalam bentuk pil, kapsul, sirup, tablet, sehingga memudahkan

konsumen dalam penggunaanya (Gitawati dan Handayani, 2008).

Distribusi respon masyarakat Desa Kepuh terhadap efek samping obat

tradisional dapat dilihat pada Gambar 7.

5,43% 0.28%

26,86%
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
67,43%
Tidak Setuju

Gambar 7. Distribusi Respon Masyarakat Desa Kepuh terhadap Bentuk Sediaan Obat
Tradisional

Gambar 7 terlihat dari 350 responden menyatakan bahwa sebanyak

26,86% responden menjawab sangat setuju, 67,43% responden menjawab

setuju, 5,43% responden menjawab kurang setuju, dan sisanya sebanyak

0,28% responden menjawab commit to userHasil tersebut menyatakan bahwa


tidak setuju.

44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mayoritas responden sudah mengerti mengenai bentuk sediaan dari obat

tradisional.

Saat ini obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk yang dapat

diminum, ditempelkan pada permukaan kulit atau mukosa. Dalam bentuk

sediaan oral obat tradisional ini dapat berbentuk menyerupai obat modern

seperti kapsul dan tablet. Hal ini dapat memudahkan pengguna obat tradisional

dalam mengonsumsinya tanpa harus merebus atau menyedu terlebih dahulu.

5. Aturan Minum Obat Tradisional

Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan, selain dapat

membahayakan kesehatan juga pemborosan waktu dan biaya karena harus

melanjutkan upaya pengobatan ke pelayanan kesehatan lain (Supardi, 2006).

Distribusi respon masyarakat Desa Kepuh terhadap aturan minum obat

tradisional dapat dilihat pada Gambar 8.

10,86% 2,57%

Sangat Setuju
50,57% Setuju
36,00%
Kurang Setuju
Tidak Setuju

Gambar 8. Distribusi Respon Masyarakat Desa Kepuh terhadap Aturan Minum Obat
Tradisional

Gambar 8 terlihat dari 350 responden menyatakan bahwa sebanyak

50,57% responden menjawab sangat setuju, 36,00% responden menjawab


commit to user
setuju, 10,86% responden menjawab kurang setuju, dan sisanya sebanyak

45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2,57% responden menjawab tidak setuju. Hasil tersebut menyatakan bahwa

mayoritas responden sudah mengerti mengenai aturan minum dari obat

tradisional, yaitu bahwa obat tradisional harus diminum disertai dengan

banyak minum air (air putih lebih baik) karena apabila tanpa disertai banyak

minum akan berbahaya bagi kesehatan khususnya pada ginjal.

6. Waktu Penyembuhan

Salah satu prinsip kerja herbal adalah reaksi obat herbal yang lambat.

Tidak seperti obat kimia yang bisa langsung bereaksi, reaksi obat herbal dan

manfaatnya umumnya baru dapat dirasakan setelah beberapa minggu atau

beberapa bulan penggunaan. Hal itu disebabkan, senyawa-senyawa berkhasiat

di dalam obat herbal membutuhkan waktu untuk menyatu dalam metabolisme

tubuh. Berbeda dengan obat kimia yang bekerja dengan cara meredam rasa

sakit dan gejalanya, obat herbal bekerja dengan berfokus pada sumber

penyebabnya. Artinya, reaksi obat herbal bekerja dengan cara membangun dan

memperbaiki keseluruhan sistem tubuh dengan memperbaiki sel dan organ-

organ yang rusak. Jadi, dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk

merasakan efek obat herbal dibandingkan jika kita menggunakan obat kimia

(Anonim, 2012).

Distribusi respon masyarakat Desa Kepuh terhadap waktu penyembuhan obat

tradisional dapat dilihat pada Gambar 9.

commit to user

46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8,57% 12,57%

Sangat Setuju
27.72% Setuju
51,14% Kurang Setuju
Tidak Setuju

Gambar 9. Distribusi Respon Masyarakat Desa Kepuh terhadap Waktu


Penyembuhan Obat Tradisional

Gambar 9 terlihat dari 350 responden menyatakan bahwa sebanyak

12,57% responden menjawab sangat setuju, 27,72% responden menjawab

setuju, 51,14% responden menjawab kurang setuju, dan sisanya sebanyak

8,57% responden menjawab tidak setuju. Hasil tersebut menyatakan bahwa

mayoritas responden mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai waktu

penyembuhan dari obat tradisional yang relatif lambat dibanding obat sintetis.

7. Perbandingan Obat Tradisional dengan Obat Sintetis

Secara umum, obat dibedakan menjadi 2 jenis. Pertama obat yang

sifatnya tradisional dan obat yang sifatnya non-tradisional atau sintetis. Obat-

obatan yang sifatnya tradisional tentu saja berasal dari bahan-bahan alami

yang diolah secara tradisional dan biasanya tidak membutuhkan bantuan

mesin untuk mengolahnya. Semua bisa dilakukan secara manual. Sedangkan

obat yang sifatnya non-tradisional terdapat campuran bahan kimia dalam

pembuatannya sehingga membuat obat jenis ini cenderung justru

membahayakan kesehatan jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.


commit to user

47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berbeda dengan pengembangan obat sintetis, pengembangan obat

tradisional (herbal) diawali dengan menggali pengetahuan tradisional yang

telah turun temurun, pencatatan pengalaman empiris, studi kasus dan

observasi (Harmanto dan Subroto, 2007).

Distribusi respon masyarakat Desa Kepuh terhadap obat tradisional dengan

obat sintetis dapat dilihat pada Gambar 10.

10,86%
29,29%
Sangat Setuju
Setuju
41.28%
Kurang Setuju
18,57%
Tidak Setuju

Gambar 10. Distribusi Respon Masyarakat Desa Kepuh tentang Pernamdingan Obat
Tradisional dengan Obat Sintetis

Gambar 10 terlihat dari 350 responden menyatakan bahwa sebanyak

10,86% responden menjawab sangat setuju, 41,28% responden menjawab

setuju, 18,57% responden menjawab kurang setuju, dan sisanya sebanyak

29,29% responden menjawab tidak setuju. Hasil tersebut menyatakan bahwa

responden mempunyai perbedaan yang tipis antara yang setuju dengan yang

tidak setuju terhadap adanya perbedaan antara obat tradisional dengan obat

sintesis mengenai khasiat dan efek samping antara keduanya.

Penggunaan obat tradisional masih digemari. Sebagian masyarakat

menggunakan menganggap obat tradisional aman, bahkan lebih aman

dibandingkan obat-obat konvensional yang berupa obat kimiawi, serta dinilai


commitdan
jauhlebih murah harganya (Gitawati to user
Handayani, 2008).

48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Masyarakat beranggapan bahwa dengan obat bahan alam atau obat

tradisional harga lebih murah, menilai efek samping obat tradisional lebih

ringan dari pada obat modern. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa

masyarakat belum bisa menilai efektifitas khasiat obat tradisonal belum tentu

lebih baik dari obat modern karena masyarakat memilih obat tradisional lebih

kepada back to nature.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat

Desa Kepuh mempunyai pengetahuan yang baik terhadap penggunaan obat

tradisional. Meskipun ada beberapa hal yang kurang diketahui yaitu mengenai

efek samping yang berkepanjangan dan waktu penyembuhan dari obat tradisional.

Namun, mayoritas sudah mengetahui tentang khasiat, bahan baku, bentuk sediaan,

dan aturan penggunaan dari obat tradisional.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, kekurangannya adalah kesadaran responden untuk

mengisi data identitas pada bagian riwayat penyakit. Pengetahuan yang dimiliki

respondenpun bisa jadi diperoleh secara turun temurun sehingga informasi yang

didapat mengenai obat tradisional kurang. Selain itu, minimnya referensi (jurnal,

penelitian lain) tentang topik yang sama, sehingga kesulitan untuk

membandingkan hasil dari penelitian.

commit to user

49

Anda mungkin juga menyukai