Anda di halaman 1dari 24

HIMPUNAN

Himpunan berarti
Teori himpunan merupakan konsep dasar dalam pembahasan matematika diskrit

1.1  Definisi himpunan


– Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda.
– Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota.
– HIMATIF adalah contoh sebuah himpunan, di dalamnya berisi anggota berupa mahasiswa. Tiap
mahasiswa berbeda satu sama lain.

1.2  Penyajian
A. Himpunan Enumerasi
Mengenumerasi artinya menuliskan semua elemen himpunan yang bersangkutan di antara dua buah
tanda kurung kurawal. Biasanyasuatu himpunan diberi nama dengan menggunakan huruf  kapital
maupun dengan menggunakan simbol-simbol lainnya.

B. Contoh
– Himpunan A mempunyai tiga bilangan asli pertama: A={1,2,3}.

– Himpunan B mempunyai dua bilangan genap positif pertama: B={4,5}.

– Meskipun himpunan biasa digunakan untuk mengelompokkan objek yang mempunyai sifat mirip,
tetapi dari definisi himpunan   diketahui  bahwa sah-sah saja elemen-elemen di dalam himpunan
tidak mempunyai hubungan satu sama lain, asalkan berbeda.
– contoh: {hewan, a, Amir, 10, komputer} adalah himpunan yang terdiri dari lima elemen, yaitu
hewan, a, Amir, 10, komputer.

– R  = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }    C  = {a, {a}, {{a}} }


Contoh tersebut memperlihatkan bahwa suatu himpunan bisa terdapat anggota himpunan lain.

– K={ }

Contoh tersebut adalah himpunan kosong, karena K hanya berisi satu elemen yaitu { }.

Himpunan kosong dapat dilambangkan dengan Ø.

– Himpunan 100 buah bilangan asli pertama bisa dituli {1, 2, …, 100}

Untuk menuliskan himpunan yang tak berhingga, kita dapat menggunakan tanda ellipsis(∞).
– Himpunan bilangan bulat positif ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.

C. Keanggotaan
     x ∈ A : x merupakan anggota himpunan A;
     x ∉ A : x bukan merupakan anggota himpunan A.
     misal, A = {1, 2, 3, 4},  R  = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
     maka, 1 ∈ A dan b ∉ A
D. Simbol-simbol Baku
Terdapat sejumlah simbol baku yang biasa digunakan untuk mendefinisikan himpunan yang sering
digunakan,

antara lain:

P = himpunan bilangan bulat positif = {1,2,3,…}


N = himpunan bilangan alami (natural) = {1,2,…}
Z = himpunan bilangan bulat = {…,-2,-1,0,1,2,…}
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
Kadang-kadang kita berhubungan dengan himpunan-himpunan yang semuanya merupakan bagian
dari sebuah  himpunan yang universal. Himpunan yang universal ini disebut semesta dan
disimbolkan dengan U.
Himpunan  U harus diberikan secara eksplisit atau diarahkan berdasarkan pembicaraan. Sebagai
contoh, misalnya U = {bil. Genap kurang dari 6} berarti U = {2, 4}
E. Notasi Pembentuk Himpunan
Cara lain menyajikan himpunan adalah dengan notasi pembentuk himpunan (set builder). Dengan
cara penyajian ini, himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus dipenuhi oleh
anggotanya.
Notasi:{x|syarat yang harus dipenuhi oleh x}

Aturan dalam penulisan syarat keanggotaan:

o Bagian di kiri tanda ’|’ melambangkan elemen himpunan


o Tanda ’|’ dibaca dimana atau sedemikian sehingga
o Bagian di kanan tanda ’|’ menunjukkan syarat keanggotaan himpunan
o Setiap tanda ’,’ di dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan
Contoh:
A adalah himpunan bilangan asli

Daftar anggota: A={1,2,3,. . .}

Notasi pembentuk himpunan: A={x | x  ∈ A }


F. Diagram Venn
Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Cara penyajian himpunan ini diperkenalkan oleh
matematikawan Inggris yang bernama John Venn pada tahun 1881. di dalam diagram Venn,
himpunan semesta (U) digambarkan sebagai suatu segi empat sedangkan himpunan lainnya
digambarkan sebagai lingkaran di dalam segi empat tersebut.
Contoh: Misalkan U = {1, 2, …, 7, 8},

                  A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.


1.3  Kardinalitas
Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A. Misalkan A merupakan himpunan
yang elemen-elemennya berhingga banyaknya. Jumlah elemen A disebut kardinal dari himpunan A.
Notasi: n(A) atau |A|  , notasi |A| untuk menyatakan kardinalitas himpunan.
B = {x|x merupakan HIMA di STTG}, Maka |B| = 4, dengan elemen-elemen B adalah HIMATIF,
HIMAKOM, HIMASIP, HIMATI.
A = {a, {a}, {{a}}, maka |A| = 3, dengan elemen-elemen A (yang berbeda) adalah a, {a}, dan {{a}}.
Himpunan yang tidak berhingga banyak anggotanya mempunyai kardinalitas tidak berhingga pula.
Sebagai contoh, himpunan bilangan riil mempunyai jumlah anggota tidak berhingga, maka |R| = ∞.
1.4  Himpunan Kosong
Himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan dengan kardinal = 0 disebut
himpunan kosong (null set).
Notasi: Ø atau { }

Contoh: A = {x | x < x}, maka n(A) = 0

Perhatikan bahwa himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai {Ø}.


1.5  Himpunan bagian (subset)
Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap
elemen A merupakan elemen B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.
Notasi: A ⊆ B

Contoh: A ⊆ B jika elemen A ada di B                                                                                                                 


A={1,2,3}                                                                                                                                                              
                                                                          
B={1,2,3,4,5,7}                                                                                                                                                   
                                                                                                            C={1,2,4,5}     
Jadi : * A ⊆ B                                                                                                                                                            
* A bukan himpunan bagian C
1.6  Himpunan yang Sama
– Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan
elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.
– A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak
demikian, maka A ≠ B.
– Notasi : A = B  ↔  A  ⊆ B dan B ⊆ A   
– Contoh: A={a,b,c}, B={c,a,b}      Jadi, A=B

– tiga prinsip yang perlu diingat dalam memeriksa kesamaan dua buah himpunan:

1. urutan elemen dalam himpunan tidak penting.         


     jadi {1,2,3} = {3,2,1} = {1,3,2}
2. pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan.            
      Jadi, {1,1,1,1}={1,1}={1}          {1,2,3}={1,2,1,3,2,1}
3. untuk tiga buah himpunan, A, B, C berlaku aksioma berikut:
– A = A, B = B, dan C=C
– Jika A = B,maka B
– Jika A = B, dan B = C maka A = C
1.7  Himpunan Ekivalen
– Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari kedua
himpunan tersebut sama.
– Notasi: A ~ B  ↔ |A|=|B|
Contoh: A={a,b,c} dan B={2,4,6} maka A ~ B sebab |A|= |B|
1.8  Himpunan Saling Lepas
– Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki elemen yang
sama.
– Notasi : A // B  
– Contoh: jika A={2,4,6,8} dan B={3,5,7} maka A // B sebab elemen himpunan A dan elemen
himpunan B tidak ada yang sama.
1.9  Himpunan Kuasa
o Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya
merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A sendiri.
o Notasi : P(A) atau 2A
o Jika |A| = m, maka |P(A)| = 2m.
Contoh:

– Jika A = { 1, 2 }, maka P(A) = { , { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}
– Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P(Ø) = {Ø}, & himpunan kuasa dari himpunan {Ø}
adalah P({Ø}) = {Ø, {Ø}}.
1.10  Operasi Pada Himpunan
1. Irisan ( ∩ )
Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah himpunan yg setiap elemennya merupakan
elemen dari himpunan A dan himpunan B.

Notasi: A ∩ B={x | x ∈ A dan x ∈ B}

Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka A ∩ B={2,3,5}

2. Gabungan  ( ∪ )
Gabungan(union) dari himpunan A dan B adalah  himpunan yang setiap anggotanya merupakan
anggota himpunan A atau himpunan B.

Notasi : A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B }


Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka, A ∪ B={1,2,3,4,5,7,11}

3. Komplemen
Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U adalah suatu himpunan
yang elemennya

merupakan elemen U yang bukan elemen A.

Notasi : Ā = { x | x ∈ U, tapi x ∉ A }


Misalkan U={0,… 11} dan A={1,3,5,7} maka, Ā = {0,2,4,6,8,9,10,11}

4. Selisih
Selisih dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen A
dan bukan elemen B. Selisih antara A dan B dapat juga dikatakan sebagai komplemen himpunan B
relatif terhadap himpunan A.

Notasi : A – B = { x | x ∈ A dan x ∉ B } = A ∩ B’


Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka A – B = {1,4}

5. Beda Setangkup
Beda setangkup dari himpunan A dan B adalah sesuatu himpunan yang elemennya ada pada
himpunan A atau B, tetapi tidak pada keduanya.
Notasi: A⊕B = (A∪B) – (A∩B) = (A-B) ∪ (B-A)
Misalkan A = { 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5 } maka ,  A⊕B = { 3, 4, 5, 6 }
6. Perkalian Kartesain
Perkalian kartesian (Cartesian products) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya
semua pasangan
berurutan (ordered pairs) yang mungkin terbentuk dengan komponen kedua dari himpunan A dan
B.
Notasi: A x B ={(a,b)| a ∈ A dan b ∈ B}
Misalkan C = { 1, 2, 3 },  dan D = { a, b }, maka  C × D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }
         Catatan:
1. jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka: |A x B| = |A| . |B|

2. Pasangan berurutan (a,b) berbeda dengan (b,a).

3. Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A x B ≠ B x A dengan syarat A dan B tidak kosong.

4. Jika A = ∅ atau B = ∅ maka A x B = B x A = ∅

1.11   Sifat-sifat Operasi Himpunan


1.12  Prinsip
 1. Hukum identitas:  2.Hukum null: Inklusi-Eksklusi
o Berapa banyak
– A  ∪  ∅ = A – A ∩ ∅ = ∅
anggota
– A ∩ U  = A – A  ∪ U = U
didalam
gabungan dua
 3. Hukum Komplemen:  4. hukum idempotent: buah
himpunan A
– A  ∪ Ā = U – A  ∪ A = A dan B?
– A ∩   Ā = ∅ – A  ∩ A = A Penggabungan
dua buah
 6. Hukum Penyerapan: menghasilkan
 5. Hukum Involusi: dua buah
– A ∪ (A ∩ B) = A himpunan baru
–  –(–A)= A – A ∩ (A ∪ B) = A yang elemen-
elemenya
 8. Hukum Asosiatif: berasal dari
himpunan A
 7. Hukum Komutatif: – A ∪ (B ∪ C)=(A ∪ B) ∪ C dan himpunan
– A ∪ B = B ∪ A – A ∩ (B ∩ C)=(A ∩ B) ∩ C B.
o Himpunan
– A ∩ B = B ∩ A A dan himpunan B mungkin saja memiliki elemen-elemen
– A  ⊕ (B  ⊕ C)=(A  ⊕ B)  ⊕ C yang sama. Banyaknya elemen
bersama antara A
dan B adalah
 9. Hukum distributif :  10. Hukum DeMorgan :
⏐A ∩ B⏐. Setiap
unsur yang sama
– A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C) – A∩B = A∪ B
itu telah dihitung
– A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A∩C) – A∪B = A∩ B
dua  kali, sekali
pada ⏐A⏐ dan
  sekali pada ⏐B⏐,
  meskipun ia
seharusnya
dianggap sebagai
satu buah elemen didalam ⏐A∪ B⏐, karena itu, jumlah elemen hasil penghubungan seharusnya
adalah jumlah elemen dimasing-masing himpunan dikurangi dengan jumlah elemen didalam
irisannya, atau ⏐A ∪ B⏐ = ⏐A⏐ + ⏐B⏐– ⏐A ∩ B⏐.
Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi-eksklusi. Dengan cara yang sama, kita dapat
menghitung jumlah elemen hasil operasi beda setangkup:  ⏐A ⊕ B⏐ = ⏐A⏐ + ⏐B⏐–
2⏐A ∩ B⏐
1.13  Partisi
Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong A 1,A2 …..dari A
sedemikian
sehingga :

(a)    A1  A2  …. = A, dan


(b)   Himpunan bagian Ai saling lepas;yaitu Ai ∩ Aj = Ø untuk i ≠ j.
Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}, maka { {1}, {2, 3, 4}, {7, 8}, {5, 6} } adalah partisi A.
1.14  Multiset
o Dari definisi himpunan, himpunan adalah kumpulan elemen yang berbeda. Namun pada
beberapa situasi, adakalanya elemen himpunan tidak seluruhnya berbeda, misalnya himpunan
nama-nama mahasiswa di sebuah kelas. Nama-nama mahasiswa di dalam sebuah kelas mungkin ada
yang sama, karena itu ada perulangan elemen yang sama di dalam himpunan tersebut. Himpunan
yang elemennya boleh berulang (tidak harus berbeda) disebut himpunan-ganda  atau
multiset. Contoh: {1, 1, 1, 2, 2, 3}, {2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {} adalah himpunan ganda.
o Multiplisitas dari suatu elemen pada multiset adalah jumlah kemunculan elemen tersebut
pada multiset. Misalkan : Jika M = { 0, 1, 01, 1, 0, 001, 0001, 00001, 0, 0, 1}, maka multiplisitas
elemen 0 adalah 4. Himpunan merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam hal ini
multiplisitas dari setiap elemennya adalah 0 atau 1. Kardinalitas dari suatu multiset didefinisikan
sbg kardinalitas himpunan padanannya, dgn mengasumsikan elemen2 di dalam multiset semua
berbeda.
o Operasi Antar Dua Buah Multiset
Misalkan P dan Q adalah multiset:
1. P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas maksimum
elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
Contoh:

             P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c },


             P Q = { a, a, a, b,  c, c, d, d
2.  P ∩ Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas minimum
elemen tsb pada himpunan P dan Q.
Misal:  Jika P = { a, a, a, c, d, d } dan Q = { a, a, b, c, c } maka P ∩ Q = { a, a, c }
1.15  Pembuktian Kalimat Himpunan
Kalimat himpunan adalah pernyataan yang menggunakan notasi himpunan. Kalimat dapat berupa
kesamaan himpunan, misalnya “A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)” adalah sebuah kesamaan
himpunan, atau berupa kalimat implikasi seperti “jika A ∩ B = Ø  dan  A  ⊆ (B ∪ C) maka selalu
berlaku bahwa A ⊆ C”.
Logika
Published : 22.20 Author : Karin

Logika merupakan study penalaran (reasoning). Pelajaran logika di fokuskan pada hubungan pernyataan –
penyataan (statements).  Contoh pernyataan  :
        Semua anak sekolah memakai rok
        Setiap pemakai rok  adalah anak perempuan
        Jadi, semua anak sekolah adalah anak perempuan

LOGIKA PROPOSISI
Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tapi tidak dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau
kesalahan dari sebuah kalimat di sebut nilai kebenaran.
Contoh :
-          Setelah hari sabtu adalah hari minggu
-          Surabaya adalah ibukota Indonesia
-          Hari ini hari apa?
-          Silahkan keluar ruangan
Kesimpulan :
-          Kalimat pertama  dan kedua adalah kalimat yang bernilai benar dan salah. Dengan kata lain statemen pertama dan
kedua dapat di beri nilai kebenaran.
-          Kalimat ketiga dan keempat adalah kalimat yang tidak dapat di tetapkan sebagai benar atau salah, atau statement
tersebut tidak dapat diberi nilai kebenaran.
Jika statemen yang tidak dapat di tetapkan benar atau salah tapi dengan cara tertentu dapat di ubah menjadi
statemen benar atau salah maka statemen tersebut di namakan sebagai Kalimat Terbuka. Kalimat terbuka juga
kadang disebut fungsi proposisi.
Contoh :       
              - Negara itu adalah negara miskin
              - (2 + 9 ) =X +12
Kalimat terbuka pertama dapat di ubah menjadi kalimat benar atau salah jika
variable Negara digantikan dengan nama Negara tertentu.
Kalimat terbuka kedua di ubah menjadi benar atau salah dengan mengganti nilai X dengan nilai
tertentu.

OPERASI PADA PROPOSISI


Satu atau lebih proposisi dapat di operasikan membentuk proposisi baru dengan beberapa operasi logika.

1. Negasi (~)
Negasi dari suatu prpposisi p adalah proposisi yang memiliki nilai kebenaran Kebalikan (ingkaran) dari nilai
kebenaran proposisi p. negasi p dinotasikan sebagai : ~ p

Tabel Kebenaran

p ~p
T F
F T
     T = True
     F = False
  

2. Konjungsi (^)
Jika ada proposisi p dan q maka konjungsi (di baca “and”).

Tabel kebenaran

p q p^q
T T T
T F F
F T F
F F F

3. Disjungsi (˅)
Jika ada prposisi p dan q maka konjungsi (dibaca “Atau”).

Tabel Kebenaran

p q p˅q
T T T
T F T
F T T
F F F

4. Exclusive Or (⊕)
Jika ada proposisi p dan q maka exclusive or (XOR).

Tabel Kebenaran

p⊕
p q q
T T F
T F T
F T T
F F F
Catatan : untuk membedakan pada XOR hanya jika salah satu bernilai True maka kesimulan
TRUE

5. Implikasi (→)

Jika ada proposisi p dan q maka implikasi (dibaca jika p maka q).

Tabel Kebenaran

p q p→q
T T T
T F F
F T T
F F F
Keterangan :
Dalam implikasi p → q maka :
p disebut hipotesis/antesede/premis
q disebut konklusi/kesimpulan

Dalam Implikasi : p → q maka baik p maupun q keduanya adalah proposisi yang dapat bernilai


benar atau salah.
Catatan :
-          p=”kamu belajar”, q=”kamu lulus ujian”
Disini terlihat hubungan kasualitas.
-          p=”1+1=2”, q=”Jakarta ibukota Indonesia”
Kalimat tersebut tidak logis tetapi dari sisi operasi implikasi
kalimat tersbut masih dapat diterima.
6. Ekivalen Proposisi Majemuk
Proposisi-proposisi tunggal dapat digabung menjadi proposisi gabungan disebut COMPOUND
PROPOSITION (Komposisi Majemuk). Komposisi majemuk  ini dapat bernilai selalu benar atau
selalu salah.
Tautology       : Komposisi majemuk yang bernilai selalu benar, misal : p ˅ ~ p
Contradiction : Komposisi majemuk yang bernilai selalu salah, misal : p  ^  ~ p 

Tabel Kebenaran 

p ~p p ˅ ~ p p  ^ ~ p
T F T F
F T T F

EKIVALEN (⇔)
Proposisi majemuk dinyatakan sebagai Ekivalen secara logika jika proposisi tersebut memiliki
tabel kebenaran yang sama.
Contoh :
         Ujilah Ekivalen ini benar.
           ~ (p ˅q) ⇔ ~p ^~q
Jawab :
Langkah 1 :
Buat dua kolom tabel kebenaran p dan q .

p q
T T
T F
F T
F F

Langkah 2 :
Tambahkan satu klom dan cari kebenaran p ˅ q .

p q p˅q
T T T
T F T
F T T
F F F
 

Langkah 3 :
Tambahkan satu kolom dan cari kebenaran ~(p˅q). Dengan membalik saja.

p q p˅q ~ (p˅q)
T T T F
T F T F
F T T F
F F F T

Langkah 4 :
Tambahkan dua kolom untuk ~p dan kolom ~q. isi kebenaranya.

p Q p˅q ~ (p˅q) ~p ~q
T T T F F F
T F T F F T
F T T F T F
F F F T T T

Langkah 5 :
Tambahkan satu kolom yaitu kolom : ~p^~q

p Q p˅q ~ (p˅q) ~p ~q ~ (p^q)


T T T F F F F
T F T F F T F
F T T F T F F
F F F T T T T
Kesimpulan : pada kolom ~(p˅q ) dan kolom ~p ∧ ~q memiliki kebenaran yang sama, jadi benar
ekivalen.

HUKUM - HUKUM LOGIKA PROPOSISI


Hukum Identitas
p  ˅ F ⇔p
P ^ T ⇔p
Hukum Null/dominasi
p ^ F ⇔F
p  ˅ T ⇔T
Hukum Negasi
P ˅ ~p ⇔
P ^  ~p⇔F
Hukum Idempoten
P ˅ p ⇔p
P ^ p ⇔p
Hukum Involusi (Negasi Ganda)
~(~p) ⇔ p
Hukum Penyerapan (arbsorbsi)
p  ˅(p  ⇔q) ⇔p
p (p  ˅q) ⇔p
Hukum Komutatif
p  ˅q  ⇔q  ˅p
p q  ⇔q p 
Hukum Asosiatif
p (q  ˅r) ⇔(p  ˅q) ˅r
p (q r) ⇔(p q) r
Hukum Distributif
p  ˅(q r) ⇔(p  ˅q) (p  ˅r)
p (q  ˅r) ⇔(p q) ˅(p r)
Hukum De Morgan
~(p q) ⇔~p  ˅~q
~(p  ˅q) ⇔~p ~q

VARIAN PROPOSISI BERSYARAT


Ada tiga varian bersyarat yaitu konvers, invers, dan kontraposisi dari asal p  →q.
            Konvers (kebalikan)    :      q  →p
Invers                          : ~ p  →~ q
Kontraposisi                : ~ q  →~ p
 
Tabel Kebenaran

p q ~p ~q p  →q q  →p ~ p  →~ q ~ q  →~ p


T T F F T T T T
T F F T F T T F
F T T F T F F T
F F T T T T T T

BIKONDISIONAL (Bi-implikasi)
Bikondisional adalah proposisi majemuk “p jika hanya jika q” dan di lambangkan
dengan  p ↔q
Table kebenaran

p q p ↔ q
T T T
T F F
F T F
F F T

INFERSE
Inferse adalah proses penarikan kesimpulan dari beberapa proposisi.

Modus Ponen atau Law Of  Detachment


p  →q
p
q"
Modus ponen menyatakan bahwa jika hipotesis p dan implikasi  p  →q benar, maka konklusi q benar.

Modus Tollen
p  →q
~ q
~ p"
 
Silogisme Hipotesis
p  →q
q  →r
"p  →r "
Silogisme Disjungtif
p   ˅q
~ p
q"

Simplifikasi
p q
p"

Penjumlahan
p
 "p  ˅q"

Konjungsi
p
q
p q"
S
ILOGISME
D
ISJUNGTIF
(1)

Didasarkan
pada
tautologi
:
((p

q
)

~p
)

q

Kaidah :
p

q
~p
33

S
ILOGISME
D
ISJUNGTIF
(1)

“Saya akan meneruskan kuliah atau saya akan
menikah tahun depan. Saya tidak akan
meneruskan kuliah. Oleh karena itu saya akan
menikah tahun depan” adalah benar menurut
silogisme disjungtif.
34

S
IMPLIFIKASI
(1)

Didasarkan
pada
tautologi
:
(p

q
)

p

Kaidah :
p

q
35

S
IMPLIFIKASI
(2)

“icha
adalah
mahasiswa
Unpad
dan
Unikom
.
Oleh
karena
itu
icha
adalah
mahasiswa
Unpad”
adalah
benar
menurut
Simplifikasi

Atau
“icha adalah mahasiswa Unpad dan Unikom. Oleh
karena itu icha adalah mahasiswa Unikom”
36

P
ENJUMLAHAN
(1)

Didasarkan
pada
tautologi
:
p

(p

q
)

Kaidah :
p
37

P
ENJUMLAHAN
(2)
“Icha
mengambil
kuliah
logika
matematika
.
Oleh
karena
itu
icha
mengambil
kuliah
logika
matematika
atau
algoritma”
adalah
benar
menurut
pemjulahan
.
38

K
ONJUNGSI
(1)

Didasarkan
pada
tautologi
:
((p
)

(q
)

(p

q
)

Kaidah :
p
q
p

q
39

K
ONJUNGSI
(2)

“Icha mengambil kuliah logika matematika. Icha
mengulang kuliah algoritma. Oleh karena itu
icha mengambil kuliah logika matematika dan
algoritma” adalah benar menurut konjungsi.
40

A
RGUMEN
(1)

Suatu deret proposisi yang dituliskan sebagai
p1
p2
...
pn
dimana
p1, p2, ..., pn
disebut hipotesis.
41

A
RGUMEN
(2)

Sebuah argumen dikatakah sahih jika konklusi
benar bilamana semua hipotesisnya benar;
sebaliknya argumen dikatakan palsu (fallacy
atau invalid)

Untuk menyatakan apakah argumen sahih maka
dapat diperlihatkan bahwa implikasi adalah
benar (yaitu sebuah tautologi).
Matematika Diskrit "LOGIKA"
BAB 1 di Mata Kuliah Matematika Diskrit akan membahas tentang LOGIKA..
nahhh, sekarang aku bakalan bahas tentang inii. Dulu waktu kita SMA udh prnh kk
dpet materi ini, cuma di universitas kita bahas materi ini "lagi" dan lebih dalam..
check this out!! :D

LOGIKA 
 
Matematika Diskrit punya pengertian yaitu ilmu matematika yang bakalan
mempelajari tentang objek-objek diskrit. Di dalam logika akan membahas tentang
banyak sub bab, antara lain : 
1. PROPOSISI
Proposisi bisa juga disebut sebagai statement   mempunyai pengertian yaitu sebuah
nilai deklaratif yang memiliki satu kebenaran Benar (B) atau Salah (S). Beberapa
contoh yang merupakan preposisi atau bukan preposisi : 
 11 merupakan bilangan prima.
  Hewan adalah salah satu jenis makhluk hidup di bumi.
 Jika 20 habis dibagi 4 maka habis dibagi 2 juga.
 Tyas pandai bermain basket atau futsal.
 Olahragalah secara teratur!!
 Semoga sukses dalam menggapai cita-cita mu. 
Kalimat deklaratif pertama dan kedua merupakan kalimat proposisi
primitip(primitif) karena tidak memiliki kata penghubung sama sekali. Kalimat
yang ketiga dan keempat merupakan kalimat proposisi
majemuk(composite) karena memiliki kata penghubung "jika", "atau". Dan yang
kalimat kelima dan keenam bukan kalimat proposisi.

Penghubung sendiri di dalam logika matematika ada 5 jenis penghubung, yaitu :


 Negasi (Negation) 
Negasi untuk berbagai macam proposisi, yang memiliki nilai kebenaran B/S, maka
negasinya memiliki nilai kebenaran dari lawannya yaitu S/B.
 Konjungsi (Conjunction)
 Sebuah proposisi yang bernilai benar jika proposisi p dan q keduanya bernilai
benar.
 Disjungsi (Disjunction) 
  Proposisi yang bernilai salah jika proposisi p dan q keduanya bernilai salah.
 Implikasi (Implication) 
Proposisi yang bernilai salah jika dan hanya jika p bernilai benar dan q bernilai
salah. Proposisi p disebut sebagai anteseden(promis/hipotesa) dan proposisi q
disebut sebagai konsekuen(konklusi/kesimpulan).
 Ekuivalen (Equivalence) 
  Proposisi yang bernilai benar jika proposisi p dan q memiliki nilai kebenaran yang sama.
Di dalam matematika diskrit ini secara simbolik, proposisi biasanya dilambangkan dengan
huruf kecil seperti p, q, r  dan seperti ini permisalannya :

p : 6 adalah bilangan genap.

q : Soekarno adalah Presiden Indonesia yang pertama.  

r :  3+3 = 6

Untuk mendefinisikan  p  sebagai preposisi "6 adalah bilangan genap" , begitu


dengan q dan  r.

Dibawah ini adalah beberapa contoh proposisi majemuk dan notasi simbolik nya. Ekspresi
proposisi majemuk dalam notasi simbolik disebut sebagai Ekspresi Logika.

Contoh 1.1 
Diketahui proposisi-proposisi sebagai berikut : 

p : Hari ini hujan

q : Murid-murid diliburkan dari sekolah

maka

p ^ q : Hari ini hujan dan murid-murid diliburkan dari sekolah

p v q : Hari ini hujan atau murid-murid diliburkan dari sekolah

~p    : Hari ini tidak hujan 

 Contoh 1.2
 Diketahui proposisi-proposisi sebagai berikut :

p : Hari ini hujan

q : Hari ini dingin 

 maka

q v ~p   : Hari ini dingin atau tidak hujan

~p ^ ~q : Hari ini tidak hujan maupun dingin

~ (~p)    : Salah bahwa hari ini tidak hujan  

      2.  TABEL KEBENARAN

Nilai kebenaran dari proposisi majemuk ditentukan oleh nilai kebenaran dari proposisi
atomiknya, dan caranya adalah menghubungkan dengan operator logika.
Misalnya p dan q adalah proposisi, maka :
 (a) Konjungsi p ^ q bernilai benar jika p dan q keduanya benar, maka selain itu nilainya
salah.
 (b) Disjungsi p v q bernilai salah jika p dan q keduanya salah, maka selain itu nilainya
benar.
 (c) Negasi p, yaitu ~p, bernilai benar jika p salah, dan bernilai salah jika p benar.
Contoh 2.1 
Diketahui :

p : 17 adalah bilangan prima

q : bilangan prima selalu ganjil

dari pernyataan diatas jelas sekali bahwa p bernilai benar dan q bernilai salah sehingga
konjungsi.

p ^ q : 17 adalah bilangan prima dan bilangan prima selalu ganjil

maka pernyataan tersebut salah.

Kita bisa mempermudah untuk menentukan nilai kebenaran proposisi majemuk dengan
menggunakan tabel kebenaran (truth table ). Tabel kebenaran menampilkan hubungan
antara nilai kebenaran dengan proposisi atomik.

Sebuah proposisi majemuk disebut tautologi jika ia benar untuk semua kasus, dan


sebaliknya jika ia salah untuk semua kasus maka disebut kontradiksi. Pengertian dari kata
"semua kasus" adalah semua kemungkinan nilai kebenaran dari proposisi atomiknya.
Proposisi tautologi mempunyai ciri di dalam tabel kebenaran pada kolom terakhir nilai nya
hanya memuat T saja. Sedangkan proposisi kontradiksi dicirikan di dalam tabel kebenaran
pada kolom terakhir hanya memuat nilai F saja.

   3. PREDIKAT/ FUNGSI PROPOSISI

Misalkan P(x) merupakan sebuah pernyataan yang mengandung variabel x dan D adalah
sebuah himpunan. P itu sendiri bisa disebut sebagai fungsi proposisi (dalam D) jika untuk
setiap x di D, P(x) adalah proposisi. Sedangkan D adalah daerah asal
pembicaraan (domain of discourse) dari P.

Sebuah predikat seringkali menyatakan tentang sebuah hubungan relasional antara


konstanta, variabel dan fungsi. Berikut adalah simbol-simbol yang digunakan dalam logika
predikat :

1. Simbol konstanta : a, b, c, d
2. Simbol variabel    : x, y, z, w
3. Simbol fungsi       : f, g, h
4. Simbol predikat   : P, Q, R, S

    4. HUKUM-HUKUM LOGIKA PROPOSISI

Proposisi dalam hubungan ekivalensi logika, memenuhi sifat-sifat yang dinyatakan dalam
sejumlah hukum. Beberapa hukum tersebut mirip dengan hukum aljabar pada sistem
bilangan riil, misalnya a(b+c) = ab + bc , yaitu hukum distributif,sehingga kadang-kadang
hukum logika proposisi dinamakan juga hukum-hukum aljabar proposisi. Selain
menggunakan tabel kebenaran, keekivalenan dapat dibuktikan dengan menggunakan
dengan hukum-hukum logika, khususnya pada proposisi majemuk yang mempunyai banyak
proposisi atomik.

    5. PROPOSISI BERSYARAT (IMPLIKASI)


Selain dalam bentuk konjungsi, disjungsi, dan negasi, proposisi majemuk juga dapat muncul
berbentuk "jika p, maka q", seperti pada contoh dibawah ini :
 a. Jika adik lulus ujian, maka dia mendapat hadiah dari ayah.

 b. Jika anda tidak mendaftar ulang, maka anda dianggap mengundurkan diri. 

Pernyataan berbentuk "jika p, maka q" semacam itu disebut sebagai proposisi


bersyarat atau kondisional atau implikasi.
Misalkan p dan q adalah proposisi. Proposisi majemuk "jika p, maka q" disebut sebagai
proposisi bersyarat (implikasi) dan dilambangkan dengan  p ->
q .  Proposisi p disebut  hipotesis (antesenden/premis/kondisi) dan
proposisi  q  disebut konklusi (konsekuen).  

     6. VARIAN PROPOSISI BERSYARAT 

Terdapat bentuk implikasi lain yang berkaitan dengan p -> q , yaitu proposisi sederhana
yang merupakan varian dari implikasi. Ketiga variasi proposisi bersyarat tersebut adalah
konvers, invers, dan kontraposisi dari    proposisi asal p -> q.

Konvers (kebalikan) : q -> p

Invers                       : ~p -> ~q 

Kontraposisi             : ~q -> ~p

Contoh 6.1
 Tentukan konvers, invers dan kontraposisi dari pernyataan berikut : 

"Jika Amir mempunyai mobil, maka ia orang kaya"

Jawaban :

Konvers       : Jika Amir orang kaya, maka ia mempunyai mobil


Invers           : Jika Amir tidak mempunyai mobil, maka ia bukan orang kaya
Kontraposisi : Jika Amir bukan orang kaya, maka ia tidak mempunyai mobil

    7. BIKONDISIONAL (BI-IMPLIKASI)

Proposisi bersyarat penting lainnya adalah berbentuk "p  jika dan hanya jika q" yang
dinamakan bikondisional atau bi-implikasi. Misalkan  p dan q adalah proposisi. Proposisi
majemuk "p jika dan hanya jika q" disebut bikondisional (bi-implikasi) dan dilambangkan
dengan p <--> q.

Contoh 7.1
 Dibawah ini proposisi majemuk bi-implikasi :

1. 1 + 1 = 2 jika dan hanya jika 2 + 2 = 4


2. Jika anda orang kaya maka anda mempunyai banyak uang dan sebaliknya
3. Bandung terletak di Jawa Barat jika dan hanya jika Jawa Barat adalah sebuah propinsi
di Indonesia

    8. INFERENSI

Misalkan kita diberikan beberapa proposisi, kita dapat menarik kesimpulan baru dari deret
proposisi tersebut. Proses penarikan kesimpulan dari beberapa proposisi tersebut disebut
sebagai inferensi (inference). Di dalam matematika distrik terdapat sejumlah kaidah
inferensi, beberapa diantaranya adalah :
1. Modus Ponen atau law of detachment   menyatakan bahwa jika hipotesis p  dan
pada implikasi p -> q benar, maka konklusi q benar.  
2. Modus Tollen  kaidah ini didasarkan pada tautologi [~q ^ (p -> q) ]  -> ~p. 
3. Silogisme Hipotesis kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p -> q) ^ (q -> r)] -> (p
-> r).
4. Silogisme Disjungtif kaidah ini didasarkan pada tautologi [(p v q) ^ ~p] -> q.
5. Simplifikasi  kaidah ini didasarkan pada tautologi (p ^ q) -> p, yang dalam hal
ini, p dan q  adalah hipotesis, sedangkan p adalah konklusi. 
6. Penjumlahan kaidah ini didasarkan pada tautologi p -> (p v q) .
7. Konjungsi kaidah ini didasarkan pada tautologi ((p) ^ (q)) -> (p ^ q) .

    9.  AKSIOMA, TEOREMA, LEMMA, COROLLARY 

Di dalam matematika maupun ilmu komputer kita sering menemukan


kata Lemma dan Corollary.

Aksioma adalah proposisi yang diasumsikan benar. Aksioma tidak memerlukan pembuktian


kebenaran lagi.

Contoh Aksioma :
 Untuk semua bilangan real x dan y, berlaku x + y = y + x (hukum komutatif
penjumlahan).
 Jika diberikan dua buah titik yang berbeda, maka hanya ada satu garis lurus yang
melalui dua buah titik tersebut. 
Teorema adalah proposisi yang sudah terbukti benar. Bentuk khusus dari teorema
adalah lemma  dan corollary. 
Lemma adalah teorema sederhana yang digunakan dalam pembuktian dalam teorema
lain. Lemma biasanya tidak menarik namun berguna pada pembuktian proposisi yang lebih
kompleks.
Corollary adalah teorema yang dapat dibentuk lagnsung dari teorema yang telah
dibuktikan, atau dapat dikatakan bahwa Corollary adalah teorema yang mengikuti teorema
lain.

Contoh Teorema :
 Jika dua sisi dari sebuah segitiga sama panjang, maka sudut yang berlawanan
dengan sisi  tersebut sama besar.

Contoh Lemma  :
  Jika n adalah bilangan bulat positif, maka n - 1 bilangan positif atau n - 1 = 0

Contoh Corollary  :

  Jika sebuah segitiga adalah sama sisi, maka segitiga tersebut sama sudut. 

" Nahh, materi diatas adalah sedikit banyaknya penjelasan tentang logika di dalam
matematika diskrit. Aku nulis materi ini untuk kepentingan tugas kuliah ku dan semoga  bisa
bermanfaat juga buat semua yg baca blog ku inii..
Mungkin segini aja yang bisa aku tulisin, besok aku bakal nglanjutin materi matematika
diskrit lagii di minggu depann..
see youuu :D "

Anda mungkin juga menyukai