Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PBB BANDUNG

KELOMPOK 1
Dito Gilang Prasetya
M. Arif Faddhulorhman
M. Fadhil Huda
M. Hanif Rahman
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul [judul makalah]
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu
Sari pada Ekonomi Pajak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang PBB di Bandung bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada [bapak/ibu] [nama guru/dosen], selaku


[guru/dosen] [bidang studi/mata kuliah] [nama bidang studi/mata kuliah]
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Daftar ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pajak bumi dan bangunan memiliki peranan penting dan
manfaat yang besar bagi kehidupan masyarakat.Pajak memiliki
peran yang sangat penting terhadap kelangsungan
masyarakat,terutama di Indonesia.Setiap harta yang dimiliki wajib
pajakdikenakan pajak sesuai dengan peraturan yang ada.Pajak
terdiri dari pajak bumi dan bangunan, pajak tersebut merupakan
pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak.Pajak bumi adalah
pengenaan pajak atas permukaan bumi (lahan)berdasarkan
UUnomor 12 Tahun 1985. Sedangkanpajak bangunan adalah
pengenaan pajak atas konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkansecara tetap pada lahan; konstruksi teknik tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai tempat tinggal, atau tempat berusaha, atau
tempat yang dapat diusahakanberdasarkan UUnomor 12 Tahun
1985.Pajak merupakan iuran wajib yang dibayar oleh rakyat
dengan dasar hukum yang jelas dan dikelola oleh Pemerintah
untuk menjalankan roda pemerintahan dan melakukan
pembangunan dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyat.
Peranan pajak dalam suatu negara adalah sebagai salah satu
pendapatan negara yang dapat menjadi aset negara. Selain itu pajak
pada dasarnya mengandung dua sifat, yaitu budgeter
(memasukkan)dan non budgeter (mengatur). Budgeteratau yang
berarti memasukkan adalah sifat yang mutlak dimiliki oleh pajak.
Hal ini dapat dikatakan karena dengan adanya pajak maka ada
uang yang masuk ke kas negara yang nantinya dikelola dengan
tujuan membangun masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sifat budgeterjuga
sangat berkaitan dengan fungsi sosial dalam batas-batas keadilan
dan perikemanusian yang terpancar dari nilai-nilai pancasila. Sifat
pajak yang lain adalah non budgeteryang berarti mengatur. Dengan
adanya pemasukan kas negara yang berasal dari pajak maka
pembangunan akan dapat terus berjalan seiring dengan
pengelolaan pajak yangbaik, adil dan
transparan. Semakin besar pajak yang diterima maka
diperlukan pengelolaan yang lebih dan pembangunan pun akan
terus berjalan. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) pajak mempunyai peranan yang sangat vital dimana pajak
sebagai pendapatan terbesar negara. Besar kecilnya pajak yang
diterima oleh negara akan sangat menentukan laju perkembangan
roda pemerintahan khususnya dalam melaksanakan pembangunan.
Ada beberapa macam pajak yang diterima oleh kas negara salah
satunya adalah pajak bumi dan bangunan (PBB). Pajak bumi dan
bangunan merupakan iuran wajib kepada kas negara atas dasar
kepemilikan, penguasaan dan perolehan manfaat dari bumi dan
bangunan. Apabila dilihat lebih mendetail pajak bumi adalah
pengenaan pajak atas permukaan bumi (lahan) dan pajak bangunan
adalah pengenaan pajak atas konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada lahan tersebut.Dasar yang digunakan
untuk mengenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual
Obyek Pajak (NJOP). Nilai jual obyek pajak (NJOP) merupakan
taxe base/dasar bagi penentuan pengenaan dan cara perhitungan
besarnya nilai pajak bumi dan bangunan khususnya dalam
perhitungan besarnya nilai harga jual lahan yang umum dan wajar.
Jika tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan
melaluiperbandingan harga dengan obyeklain yang sejenis atau
nilai perolehan atau Nilai Jual Pengganti. NJOP ditetapkan setiap
tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya terutama
apabila daerah tersebut mengalami kemajuan nilai ekonomis tanah.
NJOP ditentukan berdasarkan harga rata-rata dari transaksi
jualbeli, maka dalam pelaksanaan pengenaan PBB di lapangan
dapat saja NJOP lebih tinggi atau lebih rendah dari transaksi jual
beli yang ditentukan oleh masyarakat

1.2. Rumusan Masalah

a. Berapa Jumlah PBB dikota Bandung


b. perbanding PBB di Bandung dan di Jakarta
c. Upaya yang dilakukan dinas untuk meningkatkan PBB

1.3. Tujuan
a. Dapat mengetahui jumlah PBB di kota bandung tahun 2019
b. Dapat mengetahui perbandingan jumlah PBB kota bandung dan Jakarta tahun
2019
c. Dapat mengetahui upaya apa saja yang dilakukan pemerintah kota bandung dalam
meningkatkan PBB

d.
BAB II
ISI

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) menjadi sektor pajak tertinggi di semester pertama tahun 2019 Kota Bandung.
Pemerintah Kota Bandung terus mengoptimalkan pendapatan melalui pajak. Pada tahun 2019,
target pajak Kota Bandung meningkat dari Rp2,43 triliun menjadi Rp2,56 triliun.
Sampai dengan Juli 2019, realisasi pajak hotel di Kota Bandung mencapai angka 57,99
persen. Sedangkan untuk pajak restoran, per Juli 2019 telah mencapai angka realisasi 66,77
persen. Sehingga jumlah realisasi pajak di Kota Bandung pada semester 1 tahun 2019 berada di
angka 43,22% atau Rp1.052.944.970.945 dari Rp2.436.311.729.898.
Sementara , di kota Jakarta, pemerintah memiliki Target Rp10 triliun. Sudah 91 persen
realisasinya, Rp9,1 triliun. Jakarta Pusat miliki nilai yang tinggi, otomatis dari tunggakan juga
tinggi di daerah ini dan sebagian di Jakarta Selatan dan Utar
Berdasarkan data diatas, dapat dikatakan jumlah PBB di kota bandung masih rendah bila
dibandingkan dengan PBB di kota Jakarta. Untuk itu, pemerintah kota bandung melakukan
beberapa cara, yaitu :

1. Meningkatkan sarana dan prasarana


Saran dan Prasarana juga berperan penting dalam meningkatkan PBB. Dengan
meningkatnya Sarana dan Prasarana di suatu daerah tidak menutup kemungkinan PBB di
Daerah tersebut akan terkena imbasnya juga, seperti jalan menuju ke suatu daerah
sehingga menarik simpati masyarkat untuk membeli tanah dan mendirikan bangunan
karena letaknya strategis dan didukung oleh saran dan prasaran yang telah dibangun
pemerintah

2. Melakukan pemutakhiran data


Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah
Kabupaten Bandung melakukan pemutakhitan data dengan
caramendata zona daerah yang belum terdata mengenai jumlah
wajib pajak NJOP dan nomor wajib pajak serta memasukan
zona daerah pada SISMIOP. Dalam hal sistem pemungutan
PBB sektor pedesaan dan perkotaan pemerintah dibantu oleh
perangkat desa dan Unit pelaksanan teknik dinas disetiap
kecamatan untuk melakukan penyebaran Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang. Selain itu untuk mengetahui objek pajak pada
suatu daerah diputuhkan Sistem Manajemen Informasi Objek
Pajak, dimana sistem ini telah digunakan oleh direktur jendral
pajak. Maka dengan ada pelimpahan kewenangan mengenai
pengelolaan PBB sektor Pedesaan Dan Perkotaan daerah juga
harus menggunakan sistem tersebut untuk menentukan objek
pajak.Sistem manajemen informasi objek pajak dalam
KeputusanDirektor Jendral Pajak Nomor KEP
-05/PJ.6/1994TentangPelaksanaan Sistem Manajemen
Informasi Obyek Pajak (Sismiop)Pajak Bumi Dan Bangunan
(Pbb)diartikan sebagai suatu sistem yang terintegrasi untuk
mengolah informasi data obyek dan subyek pajak dengan
bantuan komputer, pajak pengumpulan data (dengan
pendaftaran, pendataan dan penilaian), pemberian identitas
Nomor Obyek Pajak (NOP), pemrosesan, pemeliharaan
(updating), sampai dengan hasil keluaran berupa SPPT,STTS,
dan DHKP dalam program SISMIOP, serta peningkatan
pelayanan Wajib Pajak pada satu tempat.

3. Melakukan pembenahan pada sistem operasional


Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan
Perkotaan dalam pengelolannya membutuhkan sistem manajemen
oprasional objek pajak, karena dalam sistem tersebut dapat
mengetahui semua objek pajak dan wajib pajak yang ada di daerah
tersebut. Maka dalam setiap daerah yang sekarang telah melakukan
pengelolaan PBB sektor pedesaan dan perkotaan wajib
menggunakan SISMIOP, tak terkecualiKabupaten malang

BAB III
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai