Anda di halaman 1dari 31

TUTORIAL KASUS 3

Seorang G4P2A1, 38 tahun umur kehamilan 8 bulan (HPM: 13


-10-2013), datang ke RS dengan keluhan kaki bengkak sejak 5 hari yang
lalu. Selama hamil pasien kontrol di bidan dan tekanan darah diketahui
meningkat sejak umur kehamilan 5 bulan. Akhir-akhir ini berat badannya
meningkat 1 kg/minggu. Riwayat hipertensi sebelum hamil, DM, asma
disangkal. Riwayat keluarga sakit hipertensi disangkal. Riwayat fertilitas
baik. Keluhan nyeri kepala,nyeri ulu hati, mual muntah dan pandangan
kabur disangkal.
Pemeriksaan Fisik
TD : 180/120, N : 88 x/menit, RR : 20 x /menit, t : afebris KU : baik,
composmentis, tak anemis
Thorax : batas jantung dbn, suara jantung murni, bising (-), suara
tambahan (-)
Paru : batas pulmo & pengembangan dalam batas normal, suara dasar
vesiculer, suara tambahan (-), ronchi basah basal (-)
Pemeriksaan obstetri :
Leopold I : TFU 20 cm, teraba bagian lunak, bulat
Leopold II : teraba bagian keras memanjang di kiri ibu
Leopold III : teraba bagian keras melenting di bagian bawah, kepala
masih bisa digoyangkan
Leopold IV : kepala teraba 5/5 bagian
Auskultasi (Laenec) : DJJ (+) 148x/menit
Ekstremitas : odem di kedua ekstremitas inferior
Laboratorium

Hb : AL A AT H CT/
12,2 : E : ct BT
14. : 97. : :
500 42 000 35 8/2
90 ,9
Bilir Alb A AL B Cre
ubin : S T: U at :
2,2 2,9 T: 102 N 0,6

1
85 :8 4
Glu : Na K Cl :
88 : : 107
134 4,
5
Proteinuria (+4)

4 Jam setelah dirawat, pasien mengeluhkan nyeri kepala hebat pada


bagian depan, pandangan kabur, nyeri ulu hati serta mual dan muntah. 1
Jam berikutnya pasien tiba-tiba kejang.

2
BAB I

KLASIFIKASI ISTILAH

1.1 Fertilitas
Adalah kemampuan seseorang untuk mengandung atau menginduksi
konsespsi. (Dorland, 2012).
1.2 Vesikular
Adalah suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang
normal, bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspiasi.
(Anwar, Dodi. 2012. Hubungan Derajat Sesak Napas Penderita Penyakit
Paru Obstruktif Kronik Menurut Kuesioner Modified Medical Research
Council Scale Dengan Derajat Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Jurnal
Respir Indo Vol. 32, No. 4 Hlm 206).
1.3 Proteinuria
Adalah danya protein di dalam urin manusia dengan jumlah yang
abnormal dengan nilainya lebih dari normalnya yaitu lebih dari 150
mg/24 jam.((Dorland, 2010).
1.4 BUN (Blood Urea Nitrogen)
Adalah produk akhir dari metabolism protein yang dibuat oleh hati, pada
orang normal ureum diekskresikan lewat urin. (Dorland, 2010).

3
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Mengapa kaki pasien bengkak?

2.2 Apakah normal berat badan naik pada kehamilan sebanyak 1


kg/minggu?

2.3 Apakah ada hubungan GIVPIIAI dengan usia ibu terhadap keluahan
pasien?

2.4 Mengapa tekanan darah pasien tinggi?

2.5 Mengapa pasien mengalami proteinuria?

4
BAB III

BRAINSTORMING

3.1 Mengapa kaki pasien bengkak?

Edema dapat terjadi pada kehamilan normal. Edema terjadi


karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapilar. Edema yang
patologik adalah edema yang non dependen pada muka dan tangan, atau
edema generalis, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang
cepat. Edema pada eklampsi meliputi muka dan tangan yang timbul pada
pagi hari, biasanya pasien mengeluh cincinnya menjadi terlalu kecil.
Seringkali terjadi edema berat dan terkadang masif, tapi dapat pula
tersembunyi. (Prawirohardjo, 2010)

Wanita hamil dan


hipertensi

Peningkatan sensitifitas
substansi endogen

Vasospasme dan agregasi


platelet meningkat

Penurunan laju
filtrasi glomerulus

Transudasi cairan

Reabsirbsi Na
meningkat

Edema pada kaki

5
(Cunningham, 2013).

3.2 Apakah normal berat badan naik pada kehamilan sebanyak 1


kg/minggu?

Berapa sebenarnya kenaikan berat badan yang ideal selama hamil?


Rumusnya, setiap bulan, berat badan harus naik 1 kg sampai kehamilan
berusia 20 minggu. Kemudian, naik 2 kg per bulan sesudah kehamilan 20
minggu. Kenaikan berat badan yang tidak sesuai dengan rumus ideal
merupakan tanda-tanda tidak baik dan berisiko pada ibu hamil. Misalnya,
kenaikan yang berlebih atau sangat cepat 1 kg/minggu. “Jika ini terjadi,
sebaiknya hati-hati, karena bisa jadi merupakan indikasi awal terjadinya
keracunan kehamilan (pre-eklampsia) atau diabetes. (Glade,2009)

3.3 Apakah ada hubungan GIVPIIAI dengan usia ibu terhadap


keluahan pasien?

Status obstreti G4P2A1, apabila diintepretasikan berarti pasien


telah mengandung 4 kali yang berarti dapat dikategorikan multi gravida
dan melahirkan sebanyak dua kali yang dapat dikategorikan sebagai
ultipara. Pasiien juga diketahui telah memiliki riwaya abortus yang
seharusnya ditanyakan lebih jauh mengenai kausanya, apakah abortus
tersebut dikarenakan suatu penyakit yang bisa berkaitan dengan keluhan
pasien saat ini atau tidak.
Pasien yang tengah mengandung dengan usia kehamilan yang
sudah terbilan cukup ini diketahui berusia 38 tahun. Dari usianya, dapat
diketahui bahwa telah terjadi penurunan fungsi organ reproduksi yang
juga dapat mengakibatkan adanya kelainan dan penyakit. Terlebih lagi
ditambah dengan status obstresi pasien (Sarwono, 2010).
Beberapa hal diatas menyebabkan pasien sudah dapat
dikategorikan bahwa kehamilannya adalah kehamilan dengan resiko
tinggi atau risti. Penjelasan mengenai faktor-faktor yang berpanguruh
terhadap keamilan risti, yaitu:

6
a) Tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg

Perlu diketahui bahwa tekanan darah tinggi ada dua. Pertama,


penderita yang sudah mengidap hipertensi sebelum kehamilan terjadi.
Kedua, penderita hipertensi akibat kehamilan itu sendiri. Jadi mungkin
saja sebelum kehamilan tekanan darah ibu normal, lalu disaat kehamilan
mendadak tinggi. Kondisi inilah yang disebut preklamsia dan eklamsia.
Preklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu dan
harus segera ditangani agar tidak meningkat menjadi eklamsia yang tidak
saja berbahaya bagi ibu tapi juga janin. Ibu bisa mengalami kejang -
kejang hingga bisa tidak terselamatkan, tentunya jika ibu tidak
terselamatkan, janin pun bisa mengalami nasib yang sama.

b) Kaki bengkak (Odema)

Biasanya pembengkakan terjadi pada tungkai bawah, yang


disebabkan penekanan rahim yang membesar seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Hal ini tampak saat usia kehamilan
semakin tua. Jika pembengkakan juga terjadi pada tangan dan wajah.,
atau sakit kepala kadangkala disertai kejang. Ini bisa membahayakan
keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan. Untuk mengetahui apakah
kaki mengalami pembengkakan tekanlah kulit disekitar pergelangan kaki
dengan ibu jari. Jika tempat yang ditekan menjadi kempis dan tidak
segera pulih berarti kaki tersebut bengkak.

c) Peningkatan berat badan lebih dari 5 kg atau kurang 4 kg

Penambahan berat badan yang normal hingga kehamilan berusia 6


bulan adalah sekitar 1- 1,5 kg / bulan. Setelah memasuki kehamilan bulan
7 kenaikan bobot sebaiknya berkisar antara 0,5- 1/ bulan.

d) Pucat

Wajah pucat, kelopak dalam mata pucat, telapak tangan pucat,


mudah lelah, lemah, lesuh, kemungkinan ibu hamil menderita anemia
(kurang darah). Sebenarnya ibu hamil kekurangan hemoglobin pada sel
darah merahnya pada ibu hamil. anemia sering disebabkan kekurangan
zat besi. Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi dengan pemberian

7
tambahan pil zat besi (sulfas ferosus) atau tablet penambah zat besi
lainnya. Anemia dalam kehamilan berakibat buruk pada kehamilan dan
janin yang dikandung. Pasokan oksigen janin kurang normal. Gangguan
plasenta dan pendarahan pasca persalinan juga sering terjadi pada ibu
hamil yang anemia. e) Tinggi badan kurang dari 145 cm. Wanita hamil
yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki resiko
tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih mungkin
memiliki panggul yang sempit.

f) Perdarahan

Perdarahan adalah salah satu kejadian yang menakutkan selama


kehamilan. Perdarahan ini dapat bervariasi mulai dari jumlah yang sangat
kecil (bintik-bintik), sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dan
kram perut. Perdarahan hamper 30 % terjadi pada kehamilan. Kondisi ini
terjadi di awal masa kehamilan (trimester pertama), tengah semester
(trimester kedua) atau bahkan pada masa kehamilan tua (trimester
ketiga). Perdarahan pada kehamilan merupakan keadaan yang tidak
normal sehingga harus diwaspadai. Ada beberapa penyebab perdarahan
yang dialami oleh wanita hamil. Setiap kasus muncul dalam fase tertentu.
Ibu hamil yang mengalami perdarahan perlu segera diperiksa untuk
mengetahui penyebabnya agar bisa dilakukan solusi medis yang tepat
untuk menyelamatkan kehamilan. Adakalanya kehamilan bisa
diselamatkan, namum tidak jarang yang gagal. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan pengajuan
beberapa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya
perdarahan. Bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
ultrasonographi (USG) dan pemeriksaan laboratorium.

g) Deman tinggi

Demam tinggi pada ibu hamil biasanya disebabkan karena infeksi


atau malaria. Demam tinggi biasanya membahayakan keselamatan jiwa
ibu bisa menyebabkan keguguran atau kelahiran (Nurhayati, N., 2012)

8
3.4 Mengapa tekanan darah pasien tinggi?

Hipertensi pada kehamilan kadang disebut juga pregnancy-


induced hypertension (PIH) disebut ‘toksemia kehamilan’ atau pre-
eklampsia, merupakan 80% dari semua kasus hipertensi pada kehamilan
dan mengenai antara 3-8 persen pasien, terutama primigravida, pada
kehamilan trimester kedua.

Patogenesis Pregnancy Induced Hypertensi

Etiologi PIH tidak diketahui tetapi semakin banyak bukti bahwa


gangguan ini disebabkan oleh gangguan imunologik dimana produksi
antibodi penghambat berkurang. Hal ini dapat menghambat invasi arteri
spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertentu hingga mengganggu
fungsi plasenta. Ketika kehamilan berlanjut, hipoksia plasenta
menginduksi proliferasi sitotrofoblas dan penebalan membran basalis
trofoblas yang mungkin mengganggu fungsi metabolik plasenta. Sekresi
vasodilator prostasiklin oleh sel-sel endothelial plasenta berkurang dan
sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah, sehingga timbul
vasokontriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat
perubahan ini terjadi pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%,
hipertensi ibu, dan penurunan volume plasma ibu. Jika vasospasmenya
menetap, mungkin akan terjadi cedera sel epitel trofoblas, dan fragmen-
fragmen trofoblas dibawa ke paru-paru dan mengalami destruksi sehingga
melepaskan tromboplastin. Selanjutnya, tromboplastin menyebabkan
koagulasi intravascular dan deposisi fibrin di dalam glomeruli ginjal
(endoteliosis glomerular) yang menurunkan laju filtrasi glomerulus dan
secara tidak langsung meningkatkan vasokontriksi. Pada kasus berat dan
lanjut, deposit fibrin ini terdapat dalam pembuluh darah system saraf
pusat, sehingga menyebabkan konvulsi (Llewellyn-Jones, 2001).

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII 2003, kasus dalam


skenario termasuk hipertensi tingkat 2 dimana tekanan sistole > 160
mmHg dan tekanan diastol > 100 mmHg. Tekanan darah ditentukan oleh
dua hal, yaitu :

9
a. Curah jantung (cardiac output)
Merupakan hasil perkalian dari frekuensi denyut jantung dan stroke
volume (ditentukan oleh kontraktilitas miokard dan volume darah).

b. Resistensi perifer
Ditentukan oleh tonus pembuluh darah dan elastisitas pembuluh darah.

Besarnya tekanan darah di pengaruhi oleh :

a. Saraf parasimpatis , fungsinya menurunkan tekanan darah dengan cara


menurunkan frekuensi denyut jantung.
b. Saraf simpatis, bersifat presif atau menaikkan tekanan darah dengan cara
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah.
c. SRAA (Sistem Renin Angiotensin Aldosteron), bersifat presif atau
menaikkan tekanan darah dengan cara memberikan efek vasokonstriksi
angiotensin II dan perangsangan aldosteron yang menyebabkan yang
menyebabkan retesnis air dan natrium air di ginjal sehingga menyebabkan
volume darah naik.
d. Faktor lokal
Sel endotel pembuluh darah memproduksi zat vasoaktif, yang bersifat
sebagai :

 Vasokonstriktor, contoh : endotelin, angiotensin II dan tromboksan A2.


 Vasodilatator, contoh : NO dan prostasiklin (PGI2).
(J, wisyk, 2002).

3.5 Mengapa pasien mengalami proteinuria?

Hipoksia plasenta yang berkelanjutan ini akan membebaskan zat-zat


toksis seperti sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid peroksidase dalam
sirkulasi darah ibu, dan akan menyebabkan terjadinya oxidatif stress yaitu
suatu keadaan di mana radikal bebas jumlahnya lebih dominan
dibandingkan antioksidan. Oxidatif stress pada tahap berikutnya bersama
dengan zat toksis yang beredar dapat merangsang terjadinya kerusakan
pada sel endothel pembuluh darah yang disebut disfungsi endothel yang

10
dapat terjadi pada seluruh permukaan endothel pembuluh darah pada
organ-organ penderita preeklampsia.
Pada disfungsi endothel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang
bertindak sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida,
dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti endothelium I, tromboxan,
dan angiotensin II sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan
terjadilah hipertensi. Peningkatan kadar lipid peroksidase juga akan
mengaktifkan sistem koagulasi, sehingga terjadi agregasi trombosit dan
pembentukan thrombus. Secara keseluruhan setelah terjadi disfungsi

11
endothel di dalam tubuh penderita preeklampsia jika prosesnya berlanjut.

12
13
(Robert J kfer,2004)

14
BAB IV

ANALISIS MASALAH

Wanita 38 tahun
G4P2A1

Teori kelainan Teori iskemia plasenta,


Teori adaptasi
vaskularisasi radikal bebas, disfungsi Teori imunologi
kardiovaskular
plasenta endotel

kaki bengkak Pemeriksaan fisik Bilirubin, leukosit, AST,


normal ALT, CT/BT, proteinuria
tekanan darah
meningkat sejak umur meningkat
Pemeriksaan
kehamilan 5 bulan obstetric normal Albumin menurun
berat badan meningkat
1kg tiap minggu

Diagnosis:
G4P2A1, U: 38 tahun, UK: 35 minggu
Janin tunggal, hodup, intrauterine
Persentasi kepala, 5/5, punggung kiri

Hipertensi Hipertensi Superimposed


Preeclampsia
kronis gestasional preeklampsia

15
BAB V

LEARNING OBJECTIVE

5.1 Apakah diagnosis untuk kasus tersebut?

5.2 Bagaimana klasifikasi pada ibu hamil?

5.3 Apakah etiologi dan factor resiko dari kasus tersebut?

5.4 Bagaimana tatalaksana untuk kasus tersebut?

5.5 Apa kompikasi dan prognosis dari kasus tersebut?

16
BAB VI

BELAJAR MANDIRI

17
BAB VII

REPORTING

7.1 Apakah diagnosis untuk kasus tersebut?

Pada kasus ini, seorang wanita usia 38 tahun dengan GIV PII AI
datang kerumah sakit dengan kaki bengkak sejak 5 hari lalu. Usia
kehamilan 32 minggu hari. Selama hamil, pasien kontrol di bidan pada
usia kehamilan 5 bulan diketahui pasien mengalami peningkatan tekanan
darah. Akhir- akhir ini terjadi peningkatan berat badan 1 kg/ minggu,
gejala ini harus diwaspadai karena normalnya ibu hamil hanya mengalami
peningkatan berat badan sekitar ½ kg per minggu.
Pemeriksaan vital sign semuanya normal kecuali nilai tekanan
darah yaitu 180/120 mmHg yang menunjukkan peningkatan abnormal.
Pemeriksaan thorax dan abdomen normal untuk menyingkirkan adanya
gangguan pada kedua organ tersebut. Pemeriksaan obstetri didapatkan
diagnose : GIV PII AI, U : 38 tahun, UK : 32 minggu Janin tunggal,
hidup, intrauterine Presentas kepala, punggung kiri, belum masuk PAP
dan belum inpartu , Ekalmsia.

18
7.2 Bagaimana klasifikasi pada ibu hamil?

Outline of the new definition and classification of “Hypertensive


Disorders of Pregnancy (HDP)”; a revised JSSHP statement of 2005.
Kazushi Watanabe.2019. Japan

7.3 Apakah etiologi dan factor resiko dari kasus tersebut?


a. Etiologi
Penyebab eklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara
pasti, sehingga penyakit ini disebut dengan “The Diseases of Theories”.

19
b. Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah :
1. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkina terjadinya
Preeklampsia. Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa.
Teori ini didukung pula dengan adanya kenyataan bahwa keadaan
preeklampsia membaik setelah plasenta lahir.

2. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul
lagi pada kehamilan berikutnya. Secara Imunologik dan diterangkan
bahwa pada kehamilan pertama pembentukan “Blocking Antibodies”
terhadap antigen plasenta tidak sempurna, sehingga timbul respons imun
yang tidak menguntungkan terhadap Histikompatibilitas Plasenta. Pada
kehamilan berikutnya, pembentukan “Blocking Antibodies” akan lebih
banyak akibat respos imunitas pada kehamilan sebelumnya, seperti
respons imunisasi.

Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya


sistem imun pada penderita Preeklampsia-Eklampsia :

a) Beberapa wanita dengan Preeklampsia-Eklampsia mempunyai komplek


imun dalam serum.

b) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen


pada Preeklampsia-Eklampsia diikuti dengan proteinuri.

Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat


menyebutkan bahwa sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi
pada Preeklampsia-Eklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem
imunologi bisa menyebabkan Preeklampsia-Eklampsia.

3. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron
antagonis, sehingga menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang
menyebabkan retensi air dan natrium, sehingga terjadi Hipertensi dan
Edema.

4. Faktor Genetik

20
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia
bersifat diturunkan melalui gen resesif tunggal. Beberapa bukti yang
menunjukkan peran faktor genetic pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia
antara lain:

a) Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.


b) Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-
Eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia-
Eklampsia.
c) Kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia dan
bukan pada ipar mereka.
5. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandung
asam lemak essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor
sintesis Prostaglandin akan menyebabkan “Loss Angiotensin
Refraktoriness” yang memicu terjadinya preeklampsia.

6. Peran Prostasiklin dan Tromboksan


Pada Preeklampsia-Eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang
pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan
fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin
akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin.
Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan
serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel. (

7.4 Bagaimana tatalaksana untuk kasus tersebut?

Prinsip – prinsip dasar pengelolaan eklampsia adalah sebagai berikut :

1. Terapi suportif untuk stabilisasi pada penderita

2. Selalu diingat mengatasi masalah – masalah Airway, Breathing,


Circulation

21
3. Kontrol kejang dengan pemberian loading dose MgSO4 intravena,
selanjutnya dapat diikuti dengan pemberian MgSO4 per infus atau
MgSO4 intramuskuler secara loading dose didikuti MgSO4 intramuskuler
secara periodik.

4. Pemberian obat antihipertensi secara intermiten intra vena atau oral untuk
menurunkan tekanan darah, saat tekanan darah diastolik dianggap
berbahaya. Batasan yang digunakan para ahli berbeda – beda, ada yang
mengatakan  100 mmHg, 105 mmHg dan beberapa ahli mengatakan 110
mmHg.

5. Koreksi hipoksemia dan asidosis

6. Hindari penggunaan diuretik dan batasi pemberian cairan intra vena


kecuali pada kasus kehilangan cairan yang berat seperti muntah ataupun
diare yang berlebihan. Hindari penggunaan cairan hiperosmotik.

7. Terminasi kehamilan

Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI telah membuat pedoman


pengelolaan eklampsia yang terdapat dalam Pedoman Pengelolaan
Hipertensi Dalam Kehamilan di Indonesia, berikut ini kami kutipkan
pedoman tersebut.

A. Pengobatan Medisinal
1. MgSO4 :

Initial dose :

a. Loading dose : 4 gr MgSO4 20% IV (4-5 menit)


b. Bila kejang berulang diberikan MgSO4 20 % 2 gr IV, diberikan sekurang
- kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir.
c. Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang dapat diberikan
Sodium Amobarbital 3-5 mg/ kg BB IV perlahan-lahan.Maintenace dose :
MgSO4 1 g / jam intra vena

22
2. Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik> 110 mmHg.
Dapat diberikan nifedipin sublingual 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan
darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg sublingual
atau oral dengan interval 1 jam, 2 jam atau 3 jam sesuai kebutuhan.
Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu agresif. Tekanan darah
diastolik jangan kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan darah
maksimal 30%. Penggunaan nifedipine sangat dianjurkan karena
harganya murah, mudah didapat dan mudah pengaturan dosisnya dengan
efektifitas yang cukup baik.

3. Infus Ringer Asetat atau Ringer Laktat. Jumlah cairan dalam 24


jam sekitar 2000 ml, berpedoman kepada diuresis, insensible water loss
dan CVP .

2. Perawatan pada serangan kejang :


1. Dirawat di kamar isolasi yang cukup tenang.
2. Masukkan sudip lidah ( tong spatel ) kedalam mulut
penderita.
3. Kepala direndahkan , lendir diisap dari daerah orofarynx.
4. Fiksasi badan pada tempat tidur harus aman namun cukup
longgar guna menghindari fraktur.
5. Pemberian oksigen.
6. Dipasang kateter menetap ( foley kateter ).

5. Perawatan pada penderita koma : Monitoring kesadaran dan


dalamnya koma memakai “Glasgow – Pittsburg Coma Scale “.Perlu
diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita. Pada koma
yang lama ( > 24 jam ), makanan melalui hidung ( NGT = Naso Gastric
Tube : Neus Sonde Voeding )

6. Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada :


    - Edema paru
    - Gagal jantung kongestif

23
    - Edema anasarka

7. Kardiotonikum ( cedilanid ) jika ada indikasi

7. Tidak ada respon terhadap penanganan konservatif pertimbangkan


seksio sesarea.

Catatan:
Syarat pemberian Magnesium Sulfat:
 Harus tersedia antidotum Magnesium Sulfat yaitu Kalsium Glukonas
10%, diberikan iv secara perlahan, apabila terdapat tanda – tanda
intoksikasi MgSO4.
 Refleks patella (+)
 Frekuensi pernafasan > 16 kali / menit.
 Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/ kg BB/ jam ).
Pemberian Magnesium Sulfat sampai 20 gr tidak perlu
mempertimbangkan diurese

B. Pengobatan Obstetrik :
1. Semua kehamilan dengan eklamsia harus diakhiri tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
2. Terminasi kehamilan
        Sikap dasar : bila sudah stabilisasi ( pemulihan ) hemodinamika dan
metabolisme ibu, yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan
dibawah ini :
 Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.
 Setelah kejang terakhir.
 Setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir.
 Penderita mulai sadar ( responsif dan orientasi ).
3. Bila anak hidup dapat dipertimbangkan bedah Cesar.

C. Perawatan Pasca Persalinan

24
a. Bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-tanda vital
dilakukan sebagaimana lazimnya.
b. Pemeriksaan laboratorium dikerjakan setelah 1 x 24 jam persalinan.
c. Biasanya perbaikan segera terjadi setelah 24 - 48 jam pasca persalinan.

7.5 Apa kompikasi dan prognosis dari kasus tersebut?

1. Komplikasi maternal
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama
ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan
eklampsia. Komplikasi dibawah ini yang biasanya terjadi pada
preeklampsia berat dan eklampsia (Sarwono, 2010).
a) Solusio plasenta Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia.
b) Hipofibrinogenemia Biasanya terjadi pada preeklampsia berat. Oleh
karena itu dianjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c) Hemolisis, yang dikenal dengan ikterus. merupakan kerusakan sel hati,
destruksi eritrosit.
d) Perdarahan otak Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian
maternal penderita eklampsia.
e) Kelainan mata Kehilangan pengelihatan untuk sementara, yang
berlansung selama seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang
terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia
serebri.
f) Edema paru-paru, Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan
perubahan karena bronchopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-
kadang ditemukan abses paru.
g) Nekrosis hati, Nekrosis periportal hati pada preeklampsia/eklampsia
merupakan akibat vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas
untuk eklampsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama pada enzim-enzimnya.
h) Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes and low
platelets Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan

25
fungsi hati, hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGOT, SGPT], gejala
subyektif [cepat lelah, mual, muntah dan nyeri epigastrium]), hemolisis
akibat kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh
dan tak jenuh. Trombositopenia.

2. Komplikasi Pada Janin


a. Intra uterine growth restriction (IUGR)

Kehamilan dengan komplikasi intra uterine growth restriction


didefinisikan sebagai proses patologis reduksi pertumbuhan janin yang
diasosiasikan dengan meningkatan angka kematian perinatal.
Preeklampsia sebagai komplikasi kehamilan dengan karakter penurunan
aliran darah dan iskemi uteroplasenta merupakan faktor risiko yang paling
dominan dalam terjadinya intra uterine growth restriction. (Djamhoer et
al,2004)

b. Berat badan lahir rendah


Suplai darah dan nutrisi dari sistem uteroplasenta memiliki peran
yang penting dalam pertumbuhan janin intra uteri dan berat badan lahir.
Pada kasus ibu dengan preeklampsia, dimana terjadi gangguan pada
sistem uteroplasenta, pertumbuhan janin dan berat badan lahir menjadi
tidak optimal sehingga muncul luaran perinatal berupa bayi berat badan
lahir rendah. (Djamhoer et al,2004)
c. Asfiksia
Sebuah studi menunjukkan bahwa faktor risiko akan terjadinya
asfiksia pada bayi dapat dilihat dari riwayat obstetri ibu, riwayat
perkembangan janin, dan komplikasi persalinan. Di antara faktor risiko
tersebut, terdapat preeklampsia dan kelahiran prematur sebagai faktor
risiko terjadinya asfiksia. Diagnosis asfiksia dapat ditegakkan dengan
melihat skor APGAR dari bayi, sehingga dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok, yaitu asfiksia ringan, sedang, dan berat. (Djamhoer et
al,2004)

26
d. Gawat janin
Salah satu patogenesis dari preeklampsia adalah adanya
hipoperfusi uteroplasenta yang berefek pada terganggunya suplai oksigen
dari ibu kepada janin. Jika kondisi ini terus menerus berlanjut, maka janin
akan berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan yang kadar
oksigennya tidak optimal dan berusaha untuk melindungi organ-organ
vital dari kerusakan yang disebabkan oleh kondisi tersebut. Proses
adaptasi yang diupayakan oleh janin tidak dapat terus berlangsung,
terlebih lagi jika suplai oksigen terus turun dan menstimulasi
kemoreseptor pada arteri karotikus sehingga refleks vagal muncul dan
menyebabkan janin mengalami bradikardi yang nampak sebagai kondisi
gawat janin. (Djamhoer et al,2004)
e. Kelahiran prematur
Preeklampsia dapat muncul jika proses inflamasi sistemik pada
ibu menyebabkan ibu untuk melakukan dekompensasi. Ibu dengan
preeklampsia mengalami peningkatan produksi kortisol dan dan sitokin
yang lebih besar dibandingkan dengan ibu tanpa komplikasi kehamilan.
Hal ini diasosiasikan dengan meningkatnya risiko kelahiran bayi
prematur. (Djamhoer et al,2004)

3. Progonis bagi ibu dan janin

Kriteria yang dipakai untuk menentukan prognosis eklamsia adalah


kriteria Eden:
1.Koma yang lama.
2. Nadi > 120x/menit.
3.Suhu > 40 ° C
4.TD sistolik > 200 mmHg.
5.Kejang > 10 kali.
6.Proteinuria > 10 gr/dl.
7.Tidak terdapat oedem.
Dikatakan buruk bila memenuhi salah satu kriteria di atas
(Eden, Martin, JN et.al. Early Risk Assessmentof Severe Pre-eclampsia)

27
28
BAB VIII

PENUTUP

A.1 Kesimpulan

Pada kasus ini, seorang wanita usia 38 tahun dengan GIV PII AI
datang kerumah sakit dengan kaki bengkak sejak 5 hari lalu. Usia
kehamilan 32 minggu hari. Selama hamil, pasien kontrol di bidan pada
usia kehamilan 5 bulan diketahui pasien mengalami peningkatan tekanan
darah. Akhir- akhir ini terjadi peningkatan berat badan 1 kg/ minggu,
gejala ini harus diwaspadai karena normalnya ibu hamil hanya mengalami
peningkatan berat badan sekitar ½ kg per minggu.
Pemeriksaan vital sign semuanya normal kecuali nilai tekanan
darah yaitu 180/120 mmHg yang menunjukkan peningkatan abnormal.
Pemeriksaan thorax dan abdomen normal untuk menyingkirkan adanya
gangguan pada kedua organ tersebut. Pemeriksaan obstetri didapatkan
diagnose : GIV PII AI, U : 38 tahun, UK : 32 minggu Janin tunggal,
hidup, intrauterine Presentas kepala, punggung kiri, belum masuk PAP
dan belum inpartu , Ekalmsia.

A.2 Saran

Diharapkan setiap anggota tutorial dapat lebih aktif dalam sesi


berbagi
informasiagarpengetahuan   yang   dapat   diperoleh   tidak   hanya   fokus 
  pada satu   Bahasa yang paling mengarah kepada kasus, melainkan juga
dapat memahami detail penyakit-penyakit lainnya yang merupakan
diagnosa banding dari kemungkinan kasus utama. 

29
DAFTAR PUSTAKA

Angsar MD dkk. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di


Indonesia. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI

Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, et al. Hypertensive Disorders
in Pregnancy. In : William Obstetrics. 22th ed. Conecticut : Appleton
and Lange, 2007 : 443 – 452.

Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC,
Wenstrom KD. 2012. Hypertensive disorders in pregnancy. Dalam:
Williams Obstetrics. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.

Cunningham, F.G,. 2005. Obstetri William. Edisi 21. Jakarta: EGC.


Llewellyn-Jones, Derek (2001).Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi
Edisi 6. Jakarta: Hipokrates.

Cunningham, FG., et al. 2013. Obstetri Williams (Williams Obstetri).


Jakarta : EGC.
Curtis, Glade, (1999). Kehamilan, Jakarta: ARCAN

Djaoer, et All. 2004. Bagian Obstetri Ginekologi FK Unpad Pre-eklampsi,


Obstetri Patologi,.
Dorland, Weman WF. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorlan. EGC :
Jakarta

Eden, Martin, JN et.al. Early Risk Assessmentof Severe Pre-
eclampsia: AdmissionBattery of Symptoms and Laboratory Test to
Predict Likelihood of SubsequentSignificant Maternal
Morbidity. American Journal of Obstetrics and Gynecology.Part 1.
Volume 180. Number 6. 1999. 1407

Glade, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Preeklampsi berat dan Eklampsi. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.Jakarta.
J.wiskerer, W et.al. Temporising Management of Severe Pre-
eclampsia With andWithout the HELLP Syndrome. British Journal of

30
Obstetrics and Gynecology.Volume 102. Number 2, February 2014.
111
Llewellyn-Jones, Derek (2001). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi Edisi
6. Jakarta : Hipokrates.
Nurhayati dkk.2012.Konsep kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka

Sarwono and Nurhayati . 2010. By enklus D. Pre-eclamptic Toxaemia,


Interuniversity school for study of pathophysiology of pregnancy.
Dubrovnik,

Sibai BM. Hypertension in pregnancy. In : Obstetrics normal and problem


pregnancies. 4th edition, Churchill Livingstone USA, 2002 : 573-
96.

Warouw, N. 2001.Hipertensi Dalam Kehamilan. Bagian Obstetri


Ginekologi FKUnsrat. Manado:

Wiknjosastro H, editor. 2014.. Ilmu Kebidanan. Edisi Pertama. Penerbit


YayasanBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai