Hb : AL A AT H CT/
12,2 : E : ct BT
14. : 97. : :
500 42 000 35 8/2
90 ,9
Bilir Alb A AL B Cre
ubin : S T: U at :
2,2 2,9 T: 102 N 0,6
1
85 :8 4
Glu : Na K Cl :
88 : : 107
134 4,
5
Proteinuria (+4)
2
BAB I
KLASIFIKASI ISTILAH
1.1 Fertilitas
Adalah kemampuan seseorang untuk mengandung atau menginduksi
konsespsi. (Dorland, 2012).
1.2 Vesikular
Adalah suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang
normal, bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspiasi.
(Anwar, Dodi. 2012. Hubungan Derajat Sesak Napas Penderita Penyakit
Paru Obstruktif Kronik Menurut Kuesioner Modified Medical Research
Council Scale Dengan Derajat Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Jurnal
Respir Indo Vol. 32, No. 4 Hlm 206).
1.3 Proteinuria
Adalah danya protein di dalam urin manusia dengan jumlah yang
abnormal dengan nilainya lebih dari normalnya yaitu lebih dari 150
mg/24 jam.((Dorland, 2010).
1.4 BUN (Blood Urea Nitrogen)
Adalah produk akhir dari metabolism protein yang dibuat oleh hati, pada
orang normal ureum diekskresikan lewat urin. (Dorland, 2010).
3
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
2.3 Apakah ada hubungan GIVPIIAI dengan usia ibu terhadap keluahan
pasien?
4
BAB III
BRAINSTORMING
Peningkatan sensitifitas
substansi endogen
Penurunan laju
filtrasi glomerulus
Transudasi cairan
Reabsirbsi Na
meningkat
5
(Cunningham, 2013).
6
a) Tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg
d) Pucat
7
tambahan pil zat besi (sulfas ferosus) atau tablet penambah zat besi
lainnya. Anemia dalam kehamilan berakibat buruk pada kehamilan dan
janin yang dikandung. Pasokan oksigen janin kurang normal. Gangguan
plasenta dan pendarahan pasca persalinan juga sering terjadi pada ibu
hamil yang anemia. e) Tinggi badan kurang dari 145 cm. Wanita hamil
yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki resiko
tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih mungkin
memiliki panggul yang sempit.
f) Perdarahan
g) Deman tinggi
8
3.4 Mengapa tekanan darah pasien tinggi?
9
a. Curah jantung (cardiac output)
Merupakan hasil perkalian dari frekuensi denyut jantung dan stroke
volume (ditentukan oleh kontraktilitas miokard dan volume darah).
b. Resistensi perifer
Ditentukan oleh tonus pembuluh darah dan elastisitas pembuluh darah.
10
dapat terjadi pada seluruh permukaan endothel pembuluh darah pada
organ-organ penderita preeklampsia.
Pada disfungsi endothel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang
bertindak sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida,
dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti endothelium I, tromboxan,
dan angiotensin II sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan
terjadilah hipertensi. Peningkatan kadar lipid peroksidase juga akan
mengaktifkan sistem koagulasi, sehingga terjadi agregasi trombosit dan
pembentukan thrombus. Secara keseluruhan setelah terjadi disfungsi
11
endothel di dalam tubuh penderita preeklampsia jika prosesnya berlanjut.
12
13
(Robert J kfer,2004)
14
BAB IV
ANALISIS MASALAH
Wanita 38 tahun
G4P2A1
Diagnosis:
G4P2A1, U: 38 tahun, UK: 35 minggu
Janin tunggal, hodup, intrauterine
Persentasi kepala, 5/5, punggung kiri
15
BAB V
LEARNING OBJECTIVE
16
BAB VI
BELAJAR MANDIRI
17
BAB VII
REPORTING
Pada kasus ini, seorang wanita usia 38 tahun dengan GIV PII AI
datang kerumah sakit dengan kaki bengkak sejak 5 hari lalu. Usia
kehamilan 32 minggu hari. Selama hamil, pasien kontrol di bidan pada
usia kehamilan 5 bulan diketahui pasien mengalami peningkatan tekanan
darah. Akhir- akhir ini terjadi peningkatan berat badan 1 kg/ minggu,
gejala ini harus diwaspadai karena normalnya ibu hamil hanya mengalami
peningkatan berat badan sekitar ½ kg per minggu.
Pemeriksaan vital sign semuanya normal kecuali nilai tekanan
darah yaitu 180/120 mmHg yang menunjukkan peningkatan abnormal.
Pemeriksaan thorax dan abdomen normal untuk menyingkirkan adanya
gangguan pada kedua organ tersebut. Pemeriksaan obstetri didapatkan
diagnose : GIV PII AI, U : 38 tahun, UK : 32 minggu Janin tunggal,
hidup, intrauterine Presentas kepala, punggung kiri, belum masuk PAP
dan belum inpartu , Ekalmsia.
18
7.2 Bagaimana klasifikasi pada ibu hamil?
19
b. Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah :
1. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkina terjadinya
Preeklampsia. Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa.
Teori ini didukung pula dengan adanya kenyataan bahwa keadaan
preeklampsia membaik setelah plasenta lahir.
2. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul
lagi pada kehamilan berikutnya. Secara Imunologik dan diterangkan
bahwa pada kehamilan pertama pembentukan “Blocking Antibodies”
terhadap antigen plasenta tidak sempurna, sehingga timbul respons imun
yang tidak menguntungkan terhadap Histikompatibilitas Plasenta. Pada
kehamilan berikutnya, pembentukan “Blocking Antibodies” akan lebih
banyak akibat respos imunitas pada kehamilan sebelumnya, seperti
respons imunisasi.
3. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron
antagonis, sehingga menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang
menyebabkan retensi air dan natrium, sehingga terjadi Hipertensi dan
Edema.
4. Faktor Genetik
20
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia
bersifat diturunkan melalui gen resesif tunggal. Beberapa bukti yang
menunjukkan peran faktor genetic pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia
antara lain:
21
3. Kontrol kejang dengan pemberian loading dose MgSO4 intravena,
selanjutnya dapat diikuti dengan pemberian MgSO4 per infus atau
MgSO4 intramuskuler secara loading dose didikuti MgSO4 intramuskuler
secara periodik.
4. Pemberian obat antihipertensi secara intermiten intra vena atau oral untuk
menurunkan tekanan darah, saat tekanan darah diastolik dianggap
berbahaya. Batasan yang digunakan para ahli berbeda – beda, ada yang
mengatakan 100 mmHg, 105 mmHg dan beberapa ahli mengatakan 110
mmHg.
7. Terminasi kehamilan
A. Pengobatan Medisinal
1. MgSO4 :
Initial dose :
22
2. Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik> 110 mmHg.
Dapat diberikan nifedipin sublingual 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan
darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg sublingual
atau oral dengan interval 1 jam, 2 jam atau 3 jam sesuai kebutuhan.
Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu agresif. Tekanan darah
diastolik jangan kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan darah
maksimal 30%. Penggunaan nifedipine sangat dianjurkan karena
harganya murah, mudah didapat dan mudah pengaturan dosisnya dengan
efektifitas yang cukup baik.
23
- Edema anasarka
Catatan:
Syarat pemberian Magnesium Sulfat:
Harus tersedia antidotum Magnesium Sulfat yaitu Kalsium Glukonas
10%, diberikan iv secara perlahan, apabila terdapat tanda – tanda
intoksikasi MgSO4.
Refleks patella (+)
Frekuensi pernafasan > 16 kali / menit.
Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/ kg BB/ jam ).
Pemberian Magnesium Sulfat sampai 20 gr tidak perlu
mempertimbangkan diurese
B. Pengobatan Obstetrik :
1. Semua kehamilan dengan eklamsia harus diakhiri tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
2. Terminasi kehamilan
Sikap dasar : bila sudah stabilisasi ( pemulihan ) hemodinamika dan
metabolisme ibu, yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan
dibawah ini :
Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.
Setelah kejang terakhir.
Setelah pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir.
Penderita mulai sadar ( responsif dan orientasi ).
3. Bila anak hidup dapat dipertimbangkan bedah Cesar.
24
a. Bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-tanda vital
dilakukan sebagaimana lazimnya.
b. Pemeriksaan laboratorium dikerjakan setelah 1 x 24 jam persalinan.
c. Biasanya perbaikan segera terjadi setelah 24 - 48 jam pasca persalinan.
1. Komplikasi maternal
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama
ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan
eklampsia. Komplikasi dibawah ini yang biasanya terjadi pada
preeklampsia berat dan eklampsia (Sarwono, 2010).
a) Solusio plasenta Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia.
b) Hipofibrinogenemia Biasanya terjadi pada preeklampsia berat. Oleh
karena itu dianjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c) Hemolisis, yang dikenal dengan ikterus. merupakan kerusakan sel hati,
destruksi eritrosit.
d) Perdarahan otak Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian
maternal penderita eklampsia.
e) Kelainan mata Kehilangan pengelihatan untuk sementara, yang
berlansung selama seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang
terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia
serebri.
f) Edema paru-paru, Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan
perubahan karena bronchopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-
kadang ditemukan abses paru.
g) Nekrosis hati, Nekrosis periportal hati pada preeklampsia/eklampsia
merupakan akibat vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas
untuk eklampsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama pada enzim-enzimnya.
h) Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes and low
platelets Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan
25
fungsi hati, hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGOT, SGPT], gejala
subyektif [cepat lelah, mual, muntah dan nyeri epigastrium]), hemolisis
akibat kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh
dan tak jenuh. Trombositopenia.
26
d. Gawat janin
Salah satu patogenesis dari preeklampsia adalah adanya
hipoperfusi uteroplasenta yang berefek pada terganggunya suplai oksigen
dari ibu kepada janin. Jika kondisi ini terus menerus berlanjut, maka janin
akan berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan yang kadar
oksigennya tidak optimal dan berusaha untuk melindungi organ-organ
vital dari kerusakan yang disebabkan oleh kondisi tersebut. Proses
adaptasi yang diupayakan oleh janin tidak dapat terus berlangsung,
terlebih lagi jika suplai oksigen terus turun dan menstimulasi
kemoreseptor pada arteri karotikus sehingga refleks vagal muncul dan
menyebabkan janin mengalami bradikardi yang nampak sebagai kondisi
gawat janin. (Djamhoer et al,2004)
e. Kelahiran prematur
Preeklampsia dapat muncul jika proses inflamasi sistemik pada
ibu menyebabkan ibu untuk melakukan dekompensasi. Ibu dengan
preeklampsia mengalami peningkatan produksi kortisol dan dan sitokin
yang lebih besar dibandingkan dengan ibu tanpa komplikasi kehamilan.
Hal ini diasosiasikan dengan meningkatnya risiko kelahiran bayi
prematur. (Djamhoer et al,2004)
27
28
BAB VIII
PENUTUP
A.1 Kesimpulan
Pada kasus ini, seorang wanita usia 38 tahun dengan GIV PII AI
datang kerumah sakit dengan kaki bengkak sejak 5 hari lalu. Usia
kehamilan 32 minggu hari. Selama hamil, pasien kontrol di bidan pada
usia kehamilan 5 bulan diketahui pasien mengalami peningkatan tekanan
darah. Akhir- akhir ini terjadi peningkatan berat badan 1 kg/ minggu,
gejala ini harus diwaspadai karena normalnya ibu hamil hanya mengalami
peningkatan berat badan sekitar ½ kg per minggu.
Pemeriksaan vital sign semuanya normal kecuali nilai tekanan
darah yaitu 180/120 mmHg yang menunjukkan peningkatan abnormal.
Pemeriksaan thorax dan abdomen normal untuk menyingkirkan adanya
gangguan pada kedua organ tersebut. Pemeriksaan obstetri didapatkan
diagnose : GIV PII AI, U : 38 tahun, UK : 32 minggu Janin tunggal,
hidup, intrauterine Presentas kepala, punggung kiri, belum masuk PAP
dan belum inpartu , Ekalmsia.
A.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, et al. Hypertensive Disorders
in Pregnancy. In : William Obstetrics. 22th ed. Conecticut : Appleton
and Lange, 2007 : 443 – 452.
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC,
Wenstrom KD. 2012. Hypertensive disorders in pregnancy. Dalam:
Williams Obstetrics. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.
Eden, Martin, JN et.al. Early Risk Assessmentof Severe Pre-
eclampsia: AdmissionBattery of Symptoms and Laboratory Test to
Predict Likelihood of SubsequentSignificant Maternal
Morbidity. American Journal of Obstetrics and Gynecology.Part 1.
Volume 180. Number 6. 1999. 1407
30
Obstetrics and Gynecology.Volume 102. Number 2, February 2014.
111
Llewellyn-Jones, Derek (2001). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi Edisi
6. Jakarta : Hipokrates.
Nurhayati dkk.2012.Konsep kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
31