Anda di halaman 1dari 8

Metode Runge-Kutta Ordo -2 Pada Penyelesaian

Rangkaian Listrik RLC


Mizwar Arifin dan Tulus

Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Sumatera Utara

Abstrak. Metode Runge-Kutta merupakan suatu metode numerik yang


digunakan untuk mencari solusi dari suatu persamaan. Metode ini berusaha
mendapatkan derajat ketelitian yang lebih tinggi, dan sekaligus menghindarkan
keperluan mencari turunan yang lebih tinggi dengan jalan mengevaluasi fungsi
f ( x, y) pada titik terpilih dalam setiap selang langkah. Jika R, L dan C disusun
secara seri dengan input tegangan, model matematikanya berbentuk persamaan
diferensial linear orde dua .Dalam tulisan ini dibahas tentang penyelesaian
rangkaian listrik R,L dan C dengan menggunakan metode Runge-Kutta Ordo-2.

1. Pendahuluan
Pemahaman metode analisis dalam menyelesaikan masalah matematika
yang dimodelkan dengan persamaan diferensial sangat diperlukan. Akan tetapi,
pada saat tertentu pemahan ini seringkali dihadapkan pada masalah matematika
yang memerlukan perhitungan-perhitungan yang cukup panjang dan
memerlukan waktu yang cukup lama. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah
dengan metode numerik.
Ada banyak metode secara numerik yang digunakan untuk
menyelesaikan persamaan diferensial salah satunya adalah metode Runge-
Kutta. Metode Runge-Kutta merupakan metode yang sangat praktis dan sering
digunakan dalam menyelesaikan persamaan diferensial biasa karena metode
Runge-Kutta tidak membutuhkan perhitungan turunan. Selain itu metode
Runge-Kuta juga memiliki nilai kesalahan (error) yang sangat kecil
dibandingkan dengan metode-metode yang lain. Namun metode ini memiliki
ordo suku lebih tinggi yang mengakibatkan perhitungan-perhitungan yang
lebih rumit dan lebih mendalam. Banyak variasi dari metode RK, namun secara
umum bentuknya adalah :
n
yi +1 = y1 + h S a j k j (1)
j =1

dengan a1, a2, a3, ..., an adalah konstanta dan k adalah :

Seminar Nasional Matematika dan Terapan 2011 143


j -1
k j = f ( xi + p j h, yi + h S q jl kl
l =1
p1 = 0

Metode Runge-Kutta juga dilakukan terutama didukung perkembangan


komputer dengan perangkat-perangkat aplikasinya. Dengan metode ini, waktu
yang digunakan relatif singkat, komputasi lengkap serta simulasi grafik yang
mudah. Salah satu model matematika dari masalah engineering dasar yang
sering digunakan dalam pembelajaran matematika terapan dan pembelajaran
elektro adalah masalah rangkaian listrik yang terdiri atas hambatan R,
induktansi L, dan kapasitansi C. Jika R, L dan C disusun secara seri dengan
input tegangan, model matematikanya berbentuk persamaan diferensial linear
orde dua.

2. Persamaan Diferensial
Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan diferensial yang
menyangkut turunan biasa dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu
variabel bebas. (Ross, 1984: 4) . Jika diambil y(x) sebagai suatu fungsi satu
varibel, dengan x dinamakan varibel bebas dan y dinamakan variabel tak bebas,
maka secara umum sebuah persamaan diferensial biasa linier dan non-linier
dapat dituliskan sebagai :
dny æ dy d n -1 y ö
= f ç x , y , ,..., ÷ (2)
dx n è dx dx n -1 ø

2.1. Persamaan Diferensial Biasa Linier


Suatu persamaan diferensial dikatakan linier jika tidak ada perkalian
antara varibel-variabel tak bebas dan turunan-turunannya. Dengan kata lain,
semua koefisiennya adalah fungsi dari variabel-variabel bebas. (Nugroho, D.B,
2011: 3). Persamaan diferensial linier dapat diklasifikasikan berdasarkan
tingkat (ordo) tertinggi dari turunan yang terkandung dalam persamaan
diferensial. Pada setiap persaman diferensial yang sudah diklasifikasikan
berdasarkan ordo, persaman diferensial tersebut juga dapat diklasifikasikan
menjadi persamaan diferensial linier homogen dan persamaan diferensial linier
tak homogen.

2.2. Persamaan Diferensial Linier Tingkat Dua


Persamaan diferensial biasa tingakat dua dikatakan linier jika
persamaan diferensial berbentuk

144 Seminar Nasional Matematika dan Terapan 2011


d2y dy
2
+ P ( x ) + Q( x ) y = H ( x ) (3)
dx dx
dengan P( x) , Q( x) dan H ( x) adalah fungsi dari peubah bebas x. (Munzir, said
dan Marwan, 2009). Bentuk umum persamaan diferensial linier tingkat dua
dengan koefisien konstan adalah
d2y dy
2
+ P + qy = H ( x) (4)
dx dx
dimana :
p dan q adalah konstanta dan
Linier dalam y
Turunan tingkat dua

3. Metode Runge Kutta Ordo-2


Metode Runge-Kutta Ordo-2 dapat dituliskan dalam bentuk umum
dimana hal ini kita misalkan bahwa :
yi+ 1 = yi + (a1k1 + a2k2 ) ×h (5)
dengan
k1 = f ( xi , yi )
k2 = f ( xi + p2 ×h, yi + q21 ×k1 ×h)
Supaya dapat menggunakan bentuk umum metode Runge-Kutta Ordo-2,
terlebih dahulu harus menentukan harga-harga parameter a1 , a2 , p2 dan q21.
Dengan menggunakan deret taylor diperoleh hubungan a1 , a2 , p2 dan q21 yaitu
a2 = 1- a1
1
p2 = q21 =
2 ×a2
Karena dapat dipilih tak hingga nilai untuk a1 , maka ada banyak solusi untuk
metode Runge-Kutta ordo-2. Tiap versi memberikan hasil yang sama dengan
eksaknya jika solusi dari persamaan diferensial adalah kuadratik, linier, atau
konstan.

4. Rangkaian RLC
Rangkaian RLC adalah rangkaian listrik yang di dalamnya mengandung
resistor, kapasitor, dan induktor yang saling terhubung satu sama lain secara
paralel maupun seri. Diperlihatkan rangkaian RLC pada gambar yang
menghubungkan suatu resistor yang beresistansi R (ohm), suatu induktor yang
berinduktansi L (henry), dan sebuah kapasitor yang berkapasitansi C (farad)
secara seri dan paralel pada sebuah sumber gaya elektromotif E(t) (volt)

Seminar Nasional Matematika dan Terapan 2011 145


dengan t adalah waktu. Berikut merupakan gambar rangkaian RLC Seri (a) dan
rangkaian RLC Paralel (b).

Gambar 1.a. Gambar 1.b.

4.1. Rangkaian Seri


Kita lihat rangkaian seri RLC seperti pada Gambar 1.a. Langkah
pertama dalam mencari solusi rangkaian ini adalah mencari persamaan
rangkaian. Karena rangkaian mengandung C dan L, maka ada dua peubah
status, yaitu tegangan kapasitor dan arus induktor, yang dapat kita pilih untuk
digunakan dalam mencari persamaan rangkaian. Kita akan mencoba lebih dulu
menggunakan tegangan kapasitor sebagai peubah rangkaian, kemudian melihat
apa yang akan kita dapatkan jika arus induktor yang kita pilih. Karena
rangkaian adalah seri maka arus yang mengalir pada setiap beban adalah sama
sedangkan tegangan pada setiap beban adalah berbeda. Dengan mengabaikan
GGL induksi yang timbul pada resistor, besarnya arus listrik yang mengalir
melalui resistor dapat ditentukan dengan hukum ohm persamaan:
E
I= R
R
Sehingga diperoleh
ER = IR (6)
Apabila induktor mempunyai induktansi sebesar L, maka berdasar Hukum
Lenz besar tegangan pada beban L bdinyatakan dengan persamaan :
dI
EL = L (7)
dt
Sehingga hubungan resistor (R), induktansi (L), kapasitor (C), dan Elektromotif
E(t) (volt) adalah
EL + ER + EC = E (t )
maka diperoleh
dI
L + RI + EC = E (t ) (8)
dt
dE
Karena I = I C = C × C maka persamaan (8) menjadi :
dt

146 Seminar Nasional Matematika dan Terapan 2011


d 2 Ec dE
LC 2 + RC C + EC = E (t ) (9)
dt dt
Persamaan (9) adalah persamaan diferensial orde kedua, yang merupakan
diskripsi lengkap rangkaian, dengan tegangan kapasitor EC sebagai variable
terikat dan t sebagai variable bebas. Untuk memperoleh persamaan rangkaian
dengan arus induktor I sebagai peubah, kita manfaatkan hubungan arus-
tegangan kapasitor, yaitu
dE 1
I = I C = C C ® EC = ò I dt (10)
dt C
Dengan mensubtitusi persamaan (10) ke (9) maka diperoleh
dI 1
L + RI + ò I dt = E (t ) (11)
dt C
dengan mengdiferensialkan persamaan (11) terhadap I maka diperoleh :

I dE (t )
LI ''+ RI '+ = (12)
C dt
Persamaan (12) adalah persamaan diferensial orde dua dengan arus induktor I
sebagai variable terikat dan t sebagai variable bebas. Persamaan (9) dan (12)
sama bentuknya, hanya peubah sinyalnya yang berbeda. Hal ini berarti bahwa
tegangan kapasitor ataupun arus induktor sebagai peubah akan memberikan
persamaan rangkaian yang setara. Kita cukup mempelajari salah satu di
antaranya.

4.2. Kasus rangkaian seri


1
Sutu rangkaian dengan elemen R=5 Ω, L= 1 H, dan C = F
6
dihubungkan terhadap sebuah sumber yang bertegangan E (t ) = 26cos(3t ) Volt .
Pada saat t =0 kuat arus I (0) = 2 Ampere dan tegangan pada kapasitor
EC (0) = 6 volt . Sehingga nilai I(t) untuk waktu 0 £ t £ 2 detik dapat dicari.
Berdasarkan persamaan (9) rangkaian dapat dibentuk menjadi persamaan
diferensial orde-2 yaitu
1 d 2 EC 5 dEC
+ + EC = 26cos(3t )
6 dt 2 6 dt
dE
Dengan I (0) = 2 dan EC (0) = 6 . Karena I = I C = C × C maka E 'C (0) = 12 .
dt
Sehingga rangkaian dapat dimodelkan ke persamaan diferensial tingkat dua
yaitu
d 2 EC dE
2
+ 5 C + 6 EC = 156cos(3t )
dt dt

Seminar Nasional Matematika dan Terapan 2011 147


dengan EC (0) = 6 dan E 'C (0) = 12 .
Dengan metode analitik diperoleh penyelesaian lengkap rangkaian
EC = -2cos3t + 10sin 3t + 6e-2t + 2e-3t volt
1 dE
Karena I = I C = × C , maka
6 dt
I = sin 3t + 5cos3t - 2e-2t - e-3t Ampere
Menggunakan metode Runge-Kutta Ordo-2 dengan ukuran langkah h = 0.1
diperoleh tegangan pada kapasitor untuk interval waktu 0 £ t £ 2 detik yaitu :
===============================================
Iter | t | sol num EC | sol anal EC | error relatif |
===============================================
1 | 0.00 | 6.000000 | 6.000000 | 0.000000 |
2 | 0.10 | 7.500000 | 7.438550 | 0.826101 |
3 | 0.20 | 9.204534 | 9.115297 | 0.978984 |
4 | 0.30 | 10.785994 | 10.696058 | 0.840826 |
5 | 0.40 | 11.963900 | 11.894038 | 0.587373 |
6 | 0.50 | 12.522290 | 12.487012 | 0.282514 |
7 | 0.60 | 12.323013 | 12.330644 | 0.061882 |
8 | 0.70 | 11.313379 | 11.366281 | 0.465424 |
9 | 0.80 | 9.527183 | 9.622234 | 0.987834 |
10 | 0.90 | 7.078787 | 7.208147 | 1.794647 |
11 | 1.00 | 4.150624 | 4.302771 | 3.536033 |
12 | 1.10 | 0.975094 | 1.136088 | 14.170896 |
13 | 1.20 | -2.187621 | -2.032732 | 7.619716 |
14 | 1.30 | -5.073935 | -4.939672 | 2.718068 |
15 | 1.40 | -7.441305 | -7.340385 | 1.374867 |
16 | 1.50 | -9.090611 | -9.032769 | 0.640359 |
17 | 1.60 | -9.884521 | -9.875611 | 0.090219 |
18 | 1.70 | -9.760212 | -9.801669 | 0.422958 |
19 | 1.80 | -8.735353 | -8.824055 | 1.005225 |
20 | 1.90 | -6.906820 | -7.035364 | 1.827122 |
21 | 2.00 | -4.442276 | -4.599644 | 3.421317 |
===============================================
Sedangkan grafik perbandingan solusi analitik dan numerik tegangan pada
kapasitor EC ditunjukkan oleh gambar berikut :

148 Seminar Nasional Matematika dan Terapan 2011


Gambar 2 Tegangan Kapasitor dengan Analitik dan Runge-Kutta Ordo-2

1 dE
Karena hubungan Kuat arus dengan tegangan kapasitor adalah I = I C = × C
6 dt
maka kuat arus I yang mengalir di rangkaian pada saat 0 £ t £ 2 detik dengan
menggunakan ukuran langkah h = 0,1 adalah
===============================================
Iter | t | sol num I | sol anal I | error relatif |
===============================================
1 | 0.00 | 2.000000 | 2.000000 | 0.000000 |
2 | 0.10 | 2.631937 | 2.693923 | 2.300938 |
3 | 0.20 | 2.697408 | 2.801869 | 3.728263 |
4 | 0.30 | 2.259179 | 2.387184 | 5.362182 |
5 | 0.40 | 1.410373 | 1.543976 | 8.653139 |
6 | 0.50 | 0.269371 | 0.392292 | 31.334163 |
7 | 0.60 | -1.028280 | -0.929850 | 10.585540 |
8 | 0.70 | -2.340034 | -2.276672 | 2.783109 |
9 | 0.80 | -3.527585 | -3.506016 | 0.615198 |
10 | 0.90 | -4.468052 | -4.490784 | 0.506202 |
11 | 1.00 | -5.064037 | -5.129300 | 1.272361 |
12 | 1.10 | -5.251618 | -5.353634 | 1.905556 |
13 | 1.20 | -5.005492 | -5.135072 | 2.523429 |
14 | 1.30 | -4.340801 | -4.486217 | 3.241383 |
15 | 1.40 | -3.311427 | -3.459496 | 4.280072 |
16 | 1.50 | -2.004905 | -2.142192 | 6.408723 |
17 | 1.60 | -0.534391 | -0.648424 | 17.586119 |
18 | 1.70 | 0.971622 | 0.891231 | 9.020216 |
19 | 1.80 | 2.380917 | 2.341536 | 1.681854 |
20 | 1.90 | 3.569474 | 3.574791 | 0.148728 |
21 | 2.00 | 4.432633 | 4.482326 | 1.108634 |
===============================================

Seminar Nasional Matematika dan Terapan 2011 149


Sedangkan grafik perbandingan solusi analitik dan numerik kuat arus I yang
mengalir pada rangkaian ditunjukkan oleh gambar berikut :

Gambar 3 Kuat Arus dengan Analitik dan Runge-Kutta Ordo-2

Berdasarkan tabel, pada waktu t=2 detik diperoleh kuat arus (I) =
4.432633 secara numerik dan secara analitik kuat arus (I) yang dihasilkan
adalah 4.482326. Dengan membandingkan hasil kuat arus (I) yang diperoleh
secara numerik dan analitik maka diperoleh nilai error relatif sebesar
1.108634 %. Pada tabel arus bertanda negatif (-) menandakan bahwa arus
keluar dan tanda (+) menyatakan bahwa arus masuk.

Daftar Pustaka
Arifin, Mizwar. 2011. Pengaruh Perubahan Paremter Terhadap Nilai Error Pada Metode Runge-Kutta
Ordo-2. Skripsi. Medan, Indonesia : Universitas Sumatera Utara.
Bouissou Olivier and Martel, Matthieu. A Rungge-Kutta method for computing guaranteed solutions of
ODEs.
Finizio, N., and Ladas, G,. 1988. Persamaan Diferensial Biasa dengan Penerapan Modern. Edisi Kedua.
Terjemahan Santoso, Widiarti. Jakarta : Erlangga.
Gerald, Curtis F. and Wheatley, Patrick O. 2004. Applied Numerikal Analysis, 7th Edition. USA: Pearson
Education, Inc.
Marwan, dan Munzir, Said. 2009. Persamaan Diferensial. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ralston , Anthony . Runge-Kutta Methods with Minimum Error Bounds. New Jersey: Stevens Institute of
Technology.
Santoso, Widiarti. 1988. Persamaan Diferensial Biasa dengan Penerapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Sudaryatno Sudirham, “Analisis Rangkaian Listrik”, Penerbit ITB 2002, ISBN 979-9299-54-3.

150 Seminar Nasional Matematika dan Terapan 2011

Anda mungkin juga menyukai