Anda di halaman 1dari 4

Askep Komunitas Dengan Masalah Kesehatan Populasi :

Penyakit Infeksi “TETANUS”

Oleh :

Meliana Nurvitasari

S1 3B

(1620042)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

2019

A. DEFINISI

Tetanus adalah suatu penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot tanpa disertai
gangguan kesadaran sebagai akibat dari toksin kuman Closterdium Tetani.
Tetanus adalah (rahang terkunci/lockjaw) penyakit akut, paraliticspastic yang disebabkan oleh
tetanospasmin, neorotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani. ( ilmu kesehatan anak, 2000 oleh
Richard E, Behrman, dkk, hal 104).

B. ETIOLOGI

Penyebab penyakit Tetanus ini adalah Clostridium Tetani yaotu obligatan anaerob pembentukan spora,
garam positif, bergerak yang tempat tinggalnya diseluruh dunia yaitu pada tanah, debu dan saluran
pencernaan berbagai binatang.

Penyakit ini dapat diduga karena adanya luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang tidak
dirawat dan dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang tidak steril dan juga bisa
pada penjahitan luka robek yang tidak steril.

C. PATOFISIOLOGI

Tetanus terjadi setlah luka tusuk yang dalam misalnya luka yang disebabkan karena tertusuk paku,
pecahan kaca, kaleng atau luka tembak. Karena luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal.
Selain itu luka laserasi yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat luka bakar dan patah tulang
yang terbuka juga dapat menyebabkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan Clostridium
Tetani.

Tetanus terjadi setelah pemasukan spora yang tumbuh, memperbanyak diri dan menghasilkan toksin
tetanus pada potensial oksidasi-reduksi rendah (Eh) tempat jejas yang terinfeksi. Plasmid membawa gen
toksin. Toksin yang dilepas bersama sel bacteri vegetatif yang mati dan selanjutnya lisis. Toksin tetanus
dan toksin batolinium di gabung oleh ikatan disulfit. Toksin tetanus melekat pada sambungan
neuromuskular dan kemudian di endositosis oleh saraf motoris, lalu ia mengalami pengangkutan akson
retrogat kesitoplasminmotoneoronalfa. Toksin keluar motoneuron dalam medulla spinalis dan
selanjutnya masuk interneuron penghambat spinal. Dimana toksin ini menghalangi pelepasan
neurotransmitter. Toksin tetanus meblokade hambatan normal otot antagonis yang merupakan dasar
gerakan yang disengaja. Akibatnya otot yang terkena akan mempertahankan kontraksi maksimalny, dan
sistem saraf otonom juga dibuat tidak stabil pada penderita tetanus.

Spora yang masuk dan berada pada lingkungan anaerob berubah menjadi bentuk vegetativ dan
berkembangbiak dan menghasilkan toksin. Pada jaringan anaerob terdapat penurunan potensial
oksidasi reduksi jaringan akibat adanya nanah, nekrosis jaringan dan garam kalsium yang dapat
diionisasi. Secara intra axonal toksin disalurkan ke dalam sel saraf yang memakan waktu sesuai dengan
panjang akson dan aktivitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel saraf
walaupun toksin telah terkumpul didalam sel. Dalam sumsung tulang belakang toksin menjalar dari sel
saraf lower motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal inhibitory neurin.
Pada inilah toksin menimbulkan kekakuan. Masa inkubasi selama 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata
selama 10 hari
E. MANIFESTASI KLINIS

1. Keluhan dimulai dengan kaku otot yang disusul dengan kesukaran untuk membuka mulut (trismus)

2. Diikuti gejala risus sardonikus kekakuan otot dinding perut dan ekstermitas (fleksi pada lengan
bawah, ekstensi pada telapak kaki)

3. Pada keadaan berat, dapat terjadi kejang spontan yang makin lama makin sering dan lama,
gangguan saraf otonom seperti hiperpireksia, hiperhidrosis, kelainan irama jantung dan akhirnya
hipoksia yang berat

4. Bila periode “periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan berkembang menjadi berat

Untuk mudahnya tingkat berat penyakit dibagi menjadi:

1. Ringan (dengan gejala trismus dan kejang lokal)

2. Sedang (mulai terjadi kejang spontan yang semakin sering, trismus yang tampak nyata, opistotonus
dan kekauan otot yang menyeluruh

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pelaksanaan medik pada penyakit tetanus bertujuan untuk

a. Eliminasi kuman

1. Debridement

Untuk menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak, membuang benda
asing, merawat luka/ infeksi, membersihkan liang telinga/ otitis media dan caires gigi.

2. Antibiotika

Penisilna prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari IM, dan dilakukan minimal selama 10 hari. Antibiotika lain
ditanmabhkan sesuai dengan penyulit yang timbul.

b. Netralisasi toksin

Toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat pada jaringan. Netralisasi toksin dapat
diberikan ATS 5.000-100.000 KI.

c. Perawatan intensif

Perawatan pada penderita tetanus harus intensif dan rasional :


1. Nutrisi dan cairan

- Pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenis dengan keadaan penderita, seperti pasien sering
mengalami kejang dan sebagainya.

- Beri nutrisi tinggi kalori, bila perlu dengan nutrisi parenteral

- Bila sounde naso gastrik telah dapat dipasang (tanpa mempernerat kejang) pemberian makan
peroral hendaknya segera dilaksanakan

2. Menjaga agar pernafasan tetap efisien

- Pembersihan jalan nafas dari lendir

- Pemberian zat asam tambahan

- Pada tetanus berat dapat dilakukan trakeostomi

3. Mengurangi kekuan dan mengatasi kejang

- Antikonvulsan diberikan secara tetrasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan respon klinis

- Pada penderita yang cepat melmah/memburuk (serangan semkain lama dan sering), pemberian
antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi yaitu mulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan
dengan dosis rumatan.

Pengobatan rumat dengan pemberian fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis
pada hari pertama, kedua diteruskan dengan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya

- Bila dosis maksimal telai diberikan namun kejang belum teratas, harus dilakukan pelumpuhan otot
secara total dan dibantu dengan pernafasan maknaik (ventilator)

4. Pengobatan penunjang saat serangan kejang:

- Semua pakaian ketat harus dibuka

- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

- Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen

- Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

Anda mungkin juga menyukai