Anda di halaman 1dari 9

JURNAL TUGAS AKHIR

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TABUNG BIOFILTER UNTUK SISTEM IPAL


KOMUNAL

TAUFIQ HIDAYAH
D11107060

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TABUNG BIOFILTER UNTUK SISTEM
IPAL KOMUNAL
M. Selintung1, A. Zubair 2, T. Hidayah3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air buangan limbah dari hasil pengolahan
IPAL Komunal agar dapat diketahui kualitas air buangan yang sesuai dengan Peraturan Gubernur
Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010. IPAL Komunal adalah suatu konsep penyelenggaraan
sanitasi air limbah rumah tangga atau domestik yang dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat itu
sendiri melalui perencanaan, pemilihan teknologi, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan
oleh masyarakat dengan pendampingan dari fasilitator. Salah satu metode pengolahan air limbah
yakni menggunakan tabung biofilter. Proses biofilter diharapkan dapat menghasilkan air limbah yang
aman bagi lingkungan.
Untuk memperoleh data dan memenuhi tujuan dari penulisan tugas akhir ini, maka dilakukan
observasi langsung di lokasi IPAL Komunal di Kelurahan Bulurokeng, Tamarunang, dan
Rappokalling dan pengujian laboratorium terhadap air buangan limbah domestik IPAL Komunal di
Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar.
Dari hasil observasi di lapangan dan pengujian laboratorium dapat diketahui bahwa: (1) Dari
hasil uji laboratorium dapat diketahui bahwa kualitas air limbah di IPAL Bulurokeng, IPAL
Rappokalling, dan IPAL Tamarunang setelah mengalami pengolahan masih terdapat beberapa
parameter yang belum memenuhi persyaratan baku mutu air limbah. (2) Beberapa parameter yang
melebihi batas maksimum pada IPAL Bulurokeng: TSS, BOD, COD, dan Total Coliform. Pada IPAL
Rapokalling: TSS, COD, dan Total Coliform. Pada IPAL Tamarunang: TSS dan Total Coliform. (3)
Penggunaan biofilter pada IPAL Bulurokeng, IPAL Rappokalling, dan IPAL Tamarunang kurang
efektif dalam mengolah air limbah. Hal ini dapat terlihat dari kualitas air limbah hasil pengolahan,
dimana masih terdapat beberapa parameter yang melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.

Kata Kunci: Limbah domestik, IPAL Komunal, biofilter

PENDAHULUAN dalam jangkauan pencemaran.


Apabila menggunakan air yang sudah
Air limbah merupakan air bekas yang tercemar, dapat menimbulkan penyakit. Oleh
sudah tidak terpakai lagi sebagai hasil dari karena itu air limbah tersebut harus diolah
adanya berbagai kegiatan manusia sehari-hari. dengan baik agar tidak menimbulkan masalah
Air limbah domestik dari rumah tangga tanpa bagi lingkungan maupun masalah kesehatan
pengolahan merupakan sumber pencemaran masyarakat.
utama di perkotaan yang dapat menimbulkan Sehubungan dengan hal tersebut maka
dampak yang serius pada lingkungan karena salah satu upaya yang dilakukan adalah
dapat dengan mudah masuk ke badan air program sanitasi berbasis masyarakat yaitu
ataupun meresap ke badan tanah. Hal ini upaya pengolahan limbah domestik secara
mengakibatkan tercemarnya air sungai dan air komunal. Pengolahan limbah secara komunal
tanah. Pencemaran lingkungan berakibat juga merupakan solusi untuk permukiman
terhadap kesehatan manusia, tata kehidupan, padat. Salah satu metode pengolahan air
pertumbuhan flora dan fauna yang berada limbah yakni menggunakan tabung biofilter.

1 Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA


2 Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA
3 Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA

1
Proses biofilter diharapkan dapat menanyakan langsung kepada pengurus
menghasilkan air limbah yang aman bagi yang terkait.
lingkungan.
3. Metode Studi Literatur
METODOLOGI Metode ini dilakukan dengan cara mencari
dasar-dasar teori mengenai pengertian,
Metode pengumpulan data yang pengolahan, dan instalasi sistem pengolahan
dilakukan sdalam penelitian ini antara lain: limbah domestik dari buku-buku, sebagai
1. Metode Pengamatan (observasi) pembanding segala sesuatu yang terlihat di
Dalam metode ini dilakukan pengamatan lapangan untuk mendapatkan kesesuaian.
langsung dengan cara terjun langsung ke Selain dari buku-buku, studi literatur ini juga
lapangan kemudian melihat, mengamati, mengacu pada peraturan baku mutu air limbah
mencatat serta mengambil gambar yang yang sesuai dengan Peraturan Gubernur
berhubungan dengan instalasi yang Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010.
digunakan. Untuk mengetahui tentang kualitas air
pada masing-masing IPAL maka dilakukan
2. Metode Wawancara (interview) analisis laboratorium yang dilakukan di Balai
Metode wawancara dilakukan pada saat Besar Laboratorium Kesehatan Makassar.
berada di tempat penelitian dengan Adapun parameter yang diuji adalah :

Tabel 3.1 Parameter yang Diujikan


No. Parameter Satuan Spesifikasi Metode

A. Fisika
1. Residu Tersuspensi (TSS) mg/L Gravimetrik
B. Kimia
1. pH* - SNI 06 – 6989, 11 -2004
2. COD mg/L IKM/5.4.7/BBLK-MKS (Titrimetri)
3. BOD mg/L Winkler
4. Minyak dan Lemak mg/L Gravimetrik
C. Biologi
1. Total Koliform Jumlah/100 mL IKM/5.4/20/BBLK-MKS
Sumber: Lampiran Pergub Sul-Sel No. 69 Tahun 2010

Pengambilan tiap-tiap sampel dilakukan sebesar 7,02, dan Total Coliform sebesar >
di dua titik, yaitu inlet dan outlet pada masing- 24196/100ml. Setelah mengalami pengolahan
masing IPAL. Sampel yang diambil tersebut menjadi TSS sebesar 64 mg/l, BOD sebesar 96
cukup mewakili untuk mengetahui kualitas air mg/l, COD sebesar 240 mg/l, minyak & lemak
di masing-masing IPAL. sebesar < 0,1 mg/l, pH sebesar 7,42, dan Total
Coliform sebesar > 24196/100ml. Dari hasil uji
laboratorium dapat diketahui bahwa kualitas
HASIL DAN PEMBAHASAN air limbah setelah mengalami pengolahan
masih terdapat beberapa parameter yang
IPAL Bulurokeng melebihi batas maksimum yang
diperbolehkan: TSS sebesar 64 mg/l > 50 mg/l,
Kualitas air limbah sebelum mengalami BOD sebesar 96 mg/l > 75 mg/l, COD sebesar
pengolahan yaitu TSS sebesar 202 mg/l, BOD 240 mg/l > 125 mg/l, dan Total Coliform
sebesar 272 mg/l, COD sebesar 680 mg/l, sebesar > 24196/100ml > 5000/100ml. Dengan
minyak & lemak sebesar < 0,1 mg/l, pH hasil tersebut maka pengolahan limbah

2
domestik IPAL Bulurokeng belum memenuhi
persyaratan baku mutu air limbah. Kualitas air limbah sebelum mengalami
pengolahan yaitu TSS sebesar 428 mg/l, BOD
IPAL Rappokalling sebesar 244,9 mg/l, COD sebesar 612,25 mg/l,
minyak & lemak sebesar < 0,1 mg/l, pH
Kualitas air limbah sebelum mengalami sebesar 7,43, dan Total Coliform sebesar >
pengolahan yaitu TSS sebesar 7056 mg/l, BOD 24196/100ml. Setelah mengalami pengolahan
sebesar 214,32 mg/l, COD sebesar 535,8 mg/l, menjadi TSS sebesar 182 mg/l, BOD sebesar
minyak & lemak sebesar < 0,1 mg/l, pH 48,98 mg/l, COD sebesar 122,45 mg/l, minyak
sebesar 7,34, dan Total Coliform sebesar > & lemak sebesar < 0,1 mg/l, pH sebesar 7,51,
24196/100ml. Setelah mengalami pengolahan dan Total Coliform sebesar > 24196/100ml.
menjadi TSS sebesar 570 mg/l, BOD sebesar Dari hasil uji laboratorium dapat diketahui
71,44 mg/l, COD sebesar 178,6 mg/l, minyak bahwa kualitas air limbah setelah mengalami
& lemak sebesar < 0,1 mg/l, pH sebesar 7,38, pengolahan masih terdapat beberapa parameter
dan Total Coliform sebesar > 24196/100ml. yang melebihi batas maksimum yang
Dari hasil uji laboratorium dapat diketahui diperbolehkan: TSS sebesar 182 mg/l > 50
bahwa kualitas air limbah setelah mengalami mg/l dan Total Coliform sebesar >
pengolahan masih terdapat beberapa parameter 24196/100ml > 5000/100ml. Dengan hasil
yang melebihi batas maksimum yang tersebut maka pengolahan limbah domestik
diperbolehkan: TSS sebesar 570 mg/l > 50 IPAL Tamarunang belum memenuhi
mg/l, COD sebesar 178,6 mg/l > 125 mg/l, dan persyaratan baku mutu air limbah.
Total Coliform sebesar > 24196/100ml >
5000/100ml. Dengan hasil tersebut maka Hasil Pengujian Laboratorium
pengolahan limbah domestik IPAL
Rappokalling belum memenuhi persyaratan Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan
baku mutu air limbah. di Balai Besar Laboratorium Kesehatan
Makassar, diperoleh hasil pengujian sebagai
IPAL Tamarunang berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Air Limbah IPAL Bulurokeng


Hasil Pemeriksaan Batas Maksimum
No. Parameter Satuan
Inlet Outlet yang Diperbolehkan
1 Zat Padat Tersuspensi mg/l 202 64 50
2 BOD mg/l 272 96 75
3 COD mg/l 680 240 125
4 Minyak & Lemak mg/l < 0.1 < 0.1 10
5 pH - 7.02 7.42 6.0 – 9.0
6 Total Coliform Jumlah/100 ml > 24196 > 24196 5.000/100 ml
Hasil penelitian menunjukkan nilai efektivitas penurunan kadar TSS sebesar 68,317%, BOD
64,706%, dan COD 64,706%.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Air Limbah IPAL Rappokalling


Hasil Pemeriksaan Batas Maksimum
No. Parameter Satuan
Inlet Outlet yang Diperbolehkan
1 Zat Padat Tersuspensi mg/l 7056 570 50
2 BOD mg/l 214.32 71.44 75
3 COD mg/l 535.8 178.6 125
4 Minyak & Lemak mg/l < 0.1 < 0.1 10
5 pH - 7.34 7.38 6.0 – 9.0
6 Total Coliform Jumlah/100 ml > 24196 > 24196 5.000/100 ml
Hasil penelitian menunjukkan nilai efektivitas penurunan kadar TSS sebesar 91,922%, BOD
66,666%, dan COD 66,666%.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Air Limbah IPAL Tamarunang

3
Hasil Pemeriksaan Batas Maksimum
No. Parameter Satuan
Inlet Outlet yang Diperbolehkan
1 Zat Padat Tersuspensi mg/l 428 182 50
2 BOD mg/l 244.9 48.98 75
3 COD mg/l 612.25 122.45 125
4 Minyak & Lemak mg/l < 0.1 < 0.1 10
5 pH - 7.43 7.51 6.0 – 9.0
6 Total Coliform Jumlah/100 ml > 24196 > 24196 5.000/100 ml
Hasil penelitian menunjukkan nilai efektivitas penurunan kadar TSS sebesar 57,477%, BOD
80%, dan COD 80%.

1. Zat Padat Tersuspensi (TSS) BOD adalah banyaknya oksigen dalam


Zat padat tersuspensi (Total Suspended ppm atau miligram/liter (mg/l) yang
Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, diperlukan untuk menguraikan benda organik
dan tanah liat) atau partikel-partikel yang oleh bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi
tersuspensi dalam air. Jika Kandungan TSS jernih kembali.
melebihi ambang batas terjadi reaksi Hasil pengujian menunjukkan nilai BOD
pembusukan atau kekeruhan. Selain itu, pada air limbah hasil pengolahan IPAL
kandungan TSS yang berlebih dapat Bulurokeng masih melebihi batas maksimum,
mempengaruhi jumlah kandungan bakteri sedangkan pada IPAL Rappokalling dan IPAL
sehingga kualitas airnya menurun. Tamarunang telah memenuhi baku mutu.
Apabila dibandingkan dengan baku mutu
air limbah berdasarkan Peraturan Gubernur
Sulawesi Selatan No. 69 Tahun 2010 Kandungan BOD
kandungan TSS pada IPAL Bulurokeng, IPAL 300 272
244,9
Rappokalling, dan IPAL Tamarunang 250 214,32
melebihi batas maksimum yang 200
diperbolehkan. 150
96
100 71,44
48,98 75
50
Zat Padat Tersuspensi (TSS) 0
8000 IPAL Bulurokeng IPAL IPAL
7056 Rappokalling Tamarunang
7000
Inlet
6000
5000 Outlet
4000
Baku mutu air limbah Peraturan
3000 Gubernur Sulsel No. 69 Tahun 2010
2000 3. COD (Chemical Oxygen Demand)
1000 570 428 182 COD adalah kebutuhan oksigen dalam
202 64
50
0 proses oksidasi/menguraikan benda organik
IPAL IPAL IPAL secara kimia. COD memberikan gambaran
Bulurokeng Rappokalling Tamarunang jumlah total bahan organik yang mudah urai
Inlet maupun yang sulit terurai (non biodegradable)
(Hariyadi, 2001).
Outlet Hasil pengujian menunjukkan nilai BOD
pada air limbah hasil pengolahan IPAL
Baku mutu air limbah Peraturan
Gubernur Sulsel No. 69 Tahun 2010 Bulurokeng dan IPAL Rappokalling masih
melebihi batas maksimum, sedangkan pada
IPAL Tamarunang telah memenuhi baku mutu.
2. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

4
Kandungan Minyak & Lemak
Kandungan COD 10
800 680 9 10
612,25 8
600 535,8
7
6
400
240 5
178,6
200 122,45 4
125 3
0 2
IPAL Bulurokeng IPAL IPAL 1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Rappokalling Tamarunang 0
Inlet IPAL Bulurokeng IPAL IPAL
Rappokalling Tamarunang
Outlet Inlet

Baku mutu air limbah Peraturan Outlet


Gubernur Sulsel No. 69 Tahun 2010
Baku mutu air limbah Peraturan
Gubernur Sulsel No. 69 Tahun 2010

4. Minyak dan lemak


Minyak dan lemak termasuk senyawa 5. Nilai pH
organik yang relatif stabil dan sulit diuraikan pH menyatakan intensitas keasaman
oleh bakteri. Terbentuknya emulsi air dalam atau alkalinitas dari suatu cairan encer,
minyak akan membuat lapisan yang menutupi dan mewakili konsentrasi hidrogen
permukaan air dan dapat merugikan, karena ionnya. pH merupakan parameter
penetrasi sinar matahari ke dalam air penting dalam analisis kualitas air karena
berkurang serta lapisan minyak menghambat pengaruhnya terhadap proses-proses
pengambilan oksigen dari udara. Karena berat biologis dan kimia di dalamnya
jenisnya lebih kecil dari air maka minyak (Chapman, 2000).
tersebut berbentuk lapisan tipis di permukaan Hasil pengujian menunjukkan nilai
air dan menutup permukaan yang pH pada IPAL Bulurokeng, IPAL
mengakibatkan terbatasnya oksigen masuk Rappokalling, dan IPAL Tamarunang
dalam air. masih memenuhi baku mutu.
Apabila dibandingkan dengan baku mutu
air limbah berdasarkan Peraturan Gubernur
Sulawesi Selatan No. 69 Tahun 2010
kandungan minyak & lemak pada IPAL
Bulurokeng, IPAL Rappokalling, dan IPAL
Tamarunang masih memenuhi baku mutu.

5
untuk parameter TSS sebesar 50 mg/l, BOD
Nilai pH sebesar 75 mg/l, COD sebesar 125 mg/l,
10 minyak & lemak sebesar 10 mg/l, pH antara
8 7,027,42 7,347,38 7,437,519 6.0 – 9.0, dan total coliform sebesar
5.000/100ml.
6 6
Dari hasil analisa maka didapatkan
4 masih terdapat beberapa parameter yang
2 melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.
0 Hal ini dapat disebabkan oleh:
IPAL Bulurokeng IPAL IPAL 1. Penggunaan unit pengolahan limbah yang
Rappokalling Tamarunang kapasitasnya tidak sesuai dengan jumlah
Inlet pengguna yang harus dilayani. Seperti
pada IPAL Tamarunang dimana jumlah
Outlet pengguna 53 kk tetapi menggunakan
tangki AFB yang seharusnya hanya
Baku mutu air limbah Peraturan
Gubernur Sulsel No. 69 Tahun 2010
melayani 30 kk, sehingga kualitas air hasil
olahan tidak seperti yang diharapkan.
6. Total Coliform 2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat
Coliform merupakan bakteri dalam pemanfaatan sarana sanitasi
indikator keberadaan bekteri patogenetik komunal, misalnya dengan tidak
dan masuk dalam golongan memasang saringan pada saluran
mikroorganisme yang mengkontaminasi pembuangan air limbah sehingga benda
air. padat dapat masuk ke saluran pembuangan
Apabila dibandingkan dengan baku yang dapat menyumbat saluran.
mutu air limbah berdasarkan Peraturan 3. Kegiatan pemeliharaan yang tidak
Gubernur Sulawesi Selatan No. 69 terlaksana dengan baik. Pelaksanaan
Tahun 2010 kandungan TSS pada IPAL kegiatan pemeliharaan tidak sesuai
Bulurokeng, IPAL Rappokalling, dan dengan petunjuk pemeliharaan yang ada,
IPAL Tamarunang melebihi batas hal ini dapat menyebabkan proses
maksimum yang diperbolehkan. pengolahan tidak berjalan secara optimal.
Total Coliform KESIMPULAN DAN SARAN
30000
24196 24196 24196 24196 24196 24196
25000 Kesimpulan
20000
15000 Beberapa kesimpulan yang dapat
10000 diperoleh dari hasil pengamatan dan analisis
5000 5000 terhadap data kualitas air di IPAL Bulurokeng,
0 IPAL Rappokalling, dan IPAL Tamarunang
IPAL IPAL IPAL sebagai berikut:
Bulurokeng Rappokalling Tamarunang
1. Dari hasil uji laboratorium dapat diketahui
Inlet bahwa kualitas air limbah di IPAL
Bulurokeng, IPAL Rappokalling, dan IPAL
Outlet
Tamarunang setelah mengalami
Baku mutu air limbah Peraturan
pengolahan masih terdapat beberapa
Gubernur Sulsel No. 69 Tahun 2010 parameter yang belum memenuhi
persyaratan baku mutu air limbah.
2. Beberapa parameter yang melebihi batas
Berdasarkan baku mutu air limbah sesuai maksimum pada IPAL Bulurokeng: TSS,
Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No. 69 BOD, COD, dan Total Coliform. Pada
Tahun 2010 dijelaskan bahwa kadar maksimal

6
IPAL Rapokalling: TSS, COD, dan Total 012/02/modifikasi-desain-anaerobic-
Coliform. Pada IPAL Tamarunang: TSS baffled.html
dan Total Coliform. Anonim. 1997. Rekayasa Lingkungan. Depok:
3. Penggunaan biofilter pada IPAL Universitas Gunadarma.
Bulurokeng, IPAL Rappokalling, dan IPAL Azizah, et al.2011. Pedoman Teknis Instalasi
Tamarunang kurang efektif dalam Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan
mengolah air limbah. Hal ini dapat terlihat Sistem Anaerob Aerob Biofilter pada
dari kualitas air limbah hasil pengolahan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
dimana masih terdapat beberapa parameter Kementrian Kesehatan RI.
yang melebihi batas maksimum yang Badan Lingkungan Hidup Daerah Sulawesi
diperbolehkan. Selatan. 2010. Peraturan Gubernur
Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010
Saran –saran tentang Baku Mutu dan Kriteria
Kerusakan Lingkungan Hidup. Makassar:
1. Warga di kelurahan Bulurokeng, kelurahan Pengurus Provinsi Sulawesi Selatan.
Rappokalling, dan Kelurahan Tamarunang Bawole, Haryawati. 2013. Penerapan Lahan
hendaknya lebih memperhatikan dan Basah Buatan Sebagai Alternatif
merawat IPAL di kelurahnnya masing- Pengolahan Limbah Skala Rumah Tangga.
masing. Yogyakarta: Badan Lingkungan Hidup
2. Hendaknya fasilitator melatih warga untuk Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
menjadi operator IPAL, jadi apabila terjadi Hapsari, Tutwulan Okta. (2008). Ramah
kerusakan atau kebocoran warga bisa Lingkungan. Retrieved from
langsung memperbaiki sendiri tanpa harus http://arluki.wordpress.com/2008/09/15/r
menunggu tim ahli dari fasilitator. amah-lingkungan/
3. Perlu adanya pemeliharaan instalasi IPAL Harahap, Hamidah dan Manurung, Renita.
secara rutin agar proses pengolahan dapat 2004. Beberapa Metoda Alternatif
berjalan lancar dan dapat mengurangi Penanganan Limbah. Medan: Universitas
kandungan bahan pencemar dalam air Sumatera Utara.
limbah secara optimal. Hartati., Anggraini, F., Budiman, M., dan
4. Dalam kaitannya dengan upaya tersebut di Mulyana. 2005. Tata Cara Perencanaan
atas maka perlu adanya kegiatan dan Pemasangan Tangki Biofilter
pemantauan secara rutin terhadap parameter Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
air limbah seperti yang disyaratkan, agar dengan Tangki Biofilter. Jakarta: Badan
dapat secara dini diketahui perubahan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum.
efektivitas IPAL dalam menurunkan kadar Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih
bahan pencemar pada air limbah yang dan Limbah Cair. (2010). Pengolahan Air
terolah. Limbah Teknologi Biofilter Anaerob-
5. Untuk mengurangi kadar total coliform Aerob dengan Media Plastik Sarang
pada air limbah, dapat dilakukan Tawon. Retrieved from
penambahan klorin pada air limbah http://www.kelair.bppt.go.id/Berita/Data/
sebelum dibuang ke saluran umum. 14072010.htm
Kurniawan, Bayu. 2012. Kajian Sistem
Pengolahan Limbah Domestik Sanitasi
DAFTAR PUSTAKA Berbasis Masyarakat (Sanimas) di
Kelurahan Sindurejan Kecamatan
Ali, Azwar. (2012). Modifikasi Desain Purworejo Kabupaten Purworejo.
Anaerobic Baffled Reactor (ABR) Dalam Yogyakarta: Universitas Negeri
Pengolahan Limbah Cair Secara An- Yogyakarta.
aerobik. Retrieved from Laili, Nur. (2013). Penanganan Limbah Cair.
http://azwarlingkunganali.blogspot.com/2 Retrieved from

7
http://belajarbuatapasaja.blogspot.com/20
13/02/penanganan-limbah-cair.html
Muti. (2009). Proses Dasar Pengolahan Air
Limbah. Retrieved from
http://www.airlimbah.com/2009/11/17/pr
oses-dasar-pengolahan-air-limbah/
Muti. (2010). Aerasi di Dalam Pengolahan
Limbah Cair. Retrieved from
http://www.airlimbah.com/2010/08/12/ae
rasi-di-dalam-pengolahan-limbah-cair/
Rhomaidhi. 2008. Pengelolaan Sanitasi Secara
Terpadu Sungai Widuri : Studi Kasus
Kampung Nitiprayan. Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Said, N. I. 2005. “Aplikasi Bio-Ball Untuk
Media Biofilter Studi Kasus Pengolahan
Air Limbah Pencucian Jean”. JAI; Vol 1,
No. 1 2005. Jakarta: Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Tato, Syahriar. (2013). Penggunaan Biofilter
Anaerobic-Aerobic Pada Limbah Cair
Rumah Sakit. Retrieved from
http://syahriartato.wordpress.com/2013/0
8/11/penggunaan-biofilter-anaerobic-
aerobic-pada-limbah-cair-rumah-sakit/
Wibowo, Suprianto. (2012). Cara Pengolahan
Air Limbah Secara Sederhana. Retrieved
from Retrieved from
http://www.sobatbumi.com/solusi/view/3
63/Cara-Pengolahan-Air-Limbah-Secara-
Sederhana

Anda mungkin juga menyukai