Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI

INFEKSI PASCA PARTUM

NAMA KELOMPOK : 1. ANANIA AZMI MIFTIA (201802091)


2. ANIS SULISTYANI (201802092)
3. RITA MARDICA (2018)

DOSEN PEMBIMBING :
KARTIKA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019/2020
BAB I

1.1 latar belakang


Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara
utuh, tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dalam sistem reproduksi, serta sistem dan prosesnya (Widyastuti, 2009).
WHO (World Health Organization) tahun 2013 memperkirakan bahwa 800/100.000
ibu meninggal setelah melahirkan akibat komplikasi masa nifas. Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 Angka Kematian Ibu (AKI) akibat
infeksi di Indonesia menempati 1 2 urutan tertinggi di ASEAN yaitu 359/100.000
kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menginginkan terjadi penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) akibat komplikasi sebesar 307/100.000 kelahiran hidup.

1.2 rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan “ persepsi ibu nifas tentang perawatan
genetalia “ di RSU Muhammadiyah Ponorogo.

1.3 tujuan
Untuk mengetahui persepsi ibu nifas tentang perawatan genetalia di RSU Muhammadiyah
Ponorogo.

1.4 manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Intitusi (Fakultas Ilmu Kesehatan) Penelitian ini dapat digunakan sebagai media
untuk menambah beragam hasil penelitian dalam dunia pendidikan serta dapat dijadikan
referensi bagi pembaca lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut baik penelitian
yang serupa maupun penelitian yang lebih kompleks.
2. Bagi IPTEK Penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian yang berkaitan dengan
persepsi ibu nifas tentang perawatan genetalia.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Peneliti
Peneliti dapat mengaplikasikan hasil penelitian yang didapat secara langsung serta
mendapatkan informasi, tentang persepsi ibu nifas tentang perawatan genetalia.
2. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Bagi perkembangan ilmu keperawatan dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai
dasar untuk pemberian informasi dan pengetahuan.
3. Profesi Keperawatan
Bagi profesi keperawatan dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai peningkatan
mutu asuhan keperawatan dan sebagai masukan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dalam rangka mengembangkan profesi keperawatan.
BAB II

2.1 Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga di sebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang di perlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelumhamil
(Bobak,2010).

Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa
aterm, tidak terjadi komplikas,terdapat satu janin presentasi puncak kepala
dan persalinan selesai dalam 24 jam (Bobak,2005).

2.2 Prevalensi/insidensi

Di Indonesia beberapa penelitian sudah dilakukan tentang depresi


postpartum, menurut penelitian yang dilakukan oleh Edward (2006) angka
kejadian depresi postpartum di Indonesia mencapai 23%, sedangkan
skrinning dengan menggunakan EPDS didapatkan bahwa 14-17% wanita
postpartum berisiko mengalami depresi postpartum. Tingginya angka
kejadian depresi postpartum pada ibu pasca melahirkan dapat
menimbulkan dampak yang signifikan terhadap keadaan psikologis ibu.
Angka kejadian depresi postpartum menunjukkan data dasar untuk
mengetahui dan memprediksi kemungkinan risiko terjadinya depresi
postpartum pada ibu pasca melahirkan. Ibu yang pernah mengalami
depresi postpartum akan berisiko mengalami depresi postpartum pada
kehamilan selanjutnya hingga 50% (Haque, 2015).
2.3 Etiology
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain, dengan bantuan.
Partus dibagi menjadi 4 kala :
kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-
jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida sekitar 8 jam.
Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan
interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang
akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong
kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan
diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala
dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu
belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa
badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya
plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke
atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi
yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-
tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap
masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba,
1989).
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor
janin, dan faktor persalinan pervaginam.

 Faktor Ibu

Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah
kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari
28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah
mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah
anaknya ( Oxorn, 2003).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan
kelahiran atau partus. Pada primipara robekan perineum hampir selalu
terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono,
2005).
Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan
dan memang ingin mengejang (Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat
meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).

 Faktor Janin

Berat Badan Bayi Baru lahir


Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2001).
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan
melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah
tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi
jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).
Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul
ibu ( Dorland, 1998).
Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap
extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau
diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah
bagian antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian
terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).
Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini
berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian
terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah diameter
verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior
kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).
Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan
dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan
penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong
dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi bokong sempurna,
presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong
lutut (Oxorn, 2003).

 Faktor Persalinan Pervaginam

Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat
vacum yang dipasang di kepalanya ( Mansjoer,
2002).
Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin
dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2002).
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep
antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok,
perdarahan post partum, pecahnya varices vagina (Oxorn, 2003).
Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan
melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada
bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk
melahirkan keseluruhan tubuh bayi
tersebut (Syaifudin, 2002).

 Persalinan Presipitatus

Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat


cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas
kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan yang
sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu
tidak menyadari adanya proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham,
2005).

2.4 Tanda gejala


Gejalapost partum depression atau postnatal depression bisa terjadi
pada awal kehamilan,beberapa minggu sesudah melahirkan,atau sudah
setahun sesudah bayi lahir. Ketika mengalami postpartum seseorang akan
mengalami beberapa gejala-gejala berikut :

 Merasa cepat lelah atau tidak bertenaga


 Mudah tersinggung dan marah.
 Menangis terus-menerus.
 Merasa gelisah tanpa alasan yang jelas.
 Mengalami perubahan suasana hati yang drastis.
 Kehilangan nafsu makan atau justru makan lebih banyak dari
biasanya.
 Tidak dapat tidur atau tidur lebuh lama.
 Sulit berpikiran jernih
 Munculnya pikiran untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri.

2.5 Patophysiology/WOC
1.Adaptasi Fisiologi
a.Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus
berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi
fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-
kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus
normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan
dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60
gr. Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi
pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
3. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :

 Fase taking in / ketergantungan

Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.Fase taking hold /
ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada hari ketiga
setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima.
Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar
tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi
sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan
penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik

 Fase letting go / saling ketergantungan

Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem


keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh
pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

2.6 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan post partum menurut siswosudarmo,2008:
 pemeriksaan umum :tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
 keadaan umum : TTV,selera makan dan lain-lain
 payudara : air susu,putting
 dinding perut,perineum,kandung kemih,rectum
 sekres yang keluar atau lochea
 keadaan alat kandungan

2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a) observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b) 6-8 jam pasca persalinan:istirahat dan tidur tenang,usahakan miring
kanan kiri
c) Hari ke1-2 : memberikan KIE kebersihan diri,cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara,perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas,pemberian informasi tentang masa nifas.
d) Hari ke-2:mulai latihan duduk
e) Hari ke-3:di perkenankan latihan berdiri dan berjalan
Daftar pustaka (ojo dicantumne)
(

Anda mungkin juga menyukai