Anda di halaman 1dari 7

POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BONE

SEMINAR LAPORAN

KERJA PRAKTIK AKHIR (KPA) TA 2018/2019

NAMA : Alief akbar afwani


NIT : 16.7.05 063
JUDUL : Identifikasi Potensi Hutan Mangrove Sebagai Kawasan Ekowisata Di
Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Barat, Kota Balikpapan

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka dan khas di dunia karna luasnya hanya
2% permukaan bumi (Kusumo Winarto 2006).Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan
untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut dan juga untuk
individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut.Hutan mangrove
memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar, baik ditinjau secara Fisik, Kimia, Biologi,
Ekonomi, bahkan wahana wisata dan pendidikan.Pemamfaatan mangrove untuk ekowisata
sejalan dengan pergeseran minat wisatawan dari oldtourism menjadi newtourism yang
mengelola dan mencari daerah tujuan ekowisata yang spesifik, alami, dan memiliki
keanekaragaman hayati.
I.2 Tujuan
1. Mengetahui kondisi biofisik ekosistem mangrove.
2. Mengetahui kesesuaian ekowisata mangrove.
3. Mengetahui potensi ekowisata mangrove.
I.3 Manfaat
1. Dapat memberikan imformasi tentang kondisi biofisik ekosistem mangrove.
2. Dapat memberikann informasi mengenai kesesuaian ekowisata mangrove.
3. Dapat memberikan informasi mengenai potensi ekowisata mangrove
1. METODE PRAKTIK
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan KerjaPraktekAkhir (KPA) ini dilaksanakan mulai bulan maret- Juni 2019 di
kelurahan Kariangau,Kecamatan Balikpapan Barat, Kota Balikpapan
3.2 Alat dan Bahan
 Alat tulis, Buku identifikasi mangrove, Global Positioning System, Camera underwater,
meteran jahit, rool meter, tali raffia, alat pengukur pasang surut dan alat tangkap biota
3.3 Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan konsultasi dan pengumpulan
literatur bahan penelitian serta literatur pendukung lainnya yang berkaitan
dengan objek penelitian.Berdasarkan hal tersebut dilakukan studi literatur
untuk menentukan parameter.
3.4 Observasi
Metode observasi bertujuan mengumpulkan data berdasarkan
pengamatan langsung terhadap kondisi obyek penelitian dan verifikasi
terhadap data dari sumber data sekunder yang diperoleh.Observasi
dilakukan pada obyek pengamatan tumbuhan mangrove, satwa mangrove
(burung dan mamalia), keunikan ekosistem mangrove (lanskap dan gejala
alam), aksesibilitas, serta sarana dan prasarana.Metode identifikasi
tumbuhan dan satwa mangrove sebatas untuk mengetahui jenis-jenis
tumbuhan dan satwa yang berada dan memanfaatkan ekosistem mangrove.
3.4 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus teliti.Teknik wawancara juga membantu dan
melengkapi pengumpulan data-data yang tidak dapat diungkapkan pada
observasi lapangan.
3.5 Penentuan lokasi
Untuk menentukan lokasi transek di lakukan dengan cara menarik
garis sepanjang 50 meter dan sepanjang garis itu di buat petak atau plot
transek 10x10, 5x5, dan 1x1 dan setiap lokasi harus mewakili setiap luasan
mangrove. Kemudian di tentukan menjadi 3 stasiun dimana setiap stasiun
terdiri dari 3 plot 10x10, 5x5, dan 1x1.
3.6 Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini secara umum ada dua
diantaranya. Yaitu primer dan sekunder
3`.7 Analisa data
Kesesuaian wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter
dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata mangrove
antara lain: ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove,
pasang surut, dan obyek biota.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.2.4 Analisis Kesesuaian Ekowisata Mangrove

Berdasarkan hasil pengambilan yang dilakukan pada tiga stasiun


dapat diketahui kategori tingkat kesesuaian lahan pada masing-masing
parameter disetiap stasium, kemudian dilakukan perhitungan dan penilaian
kesesuaian lahan untuk ekowisata mangrove sehingga didapatkan hasil
seperti yang disajikan pada Tabel 1,2,3 dibawah ini.

Tabel 1. Keseuaian wisata stasiun I

sko bobot x
N Parameter bobot hasil data
r skor
o
1 ketebalan mangrove (m) 5 547 4 20
2 kerapatan mangrove (ind/m2) 4 9,375 2 8
3 jenis mangrove 4 3 3 12
4 pasang surut (m) 3 0,41 4 12
ikan, udang,
5 obyek biota 3 kepiting, molusca, 4 12
reptil, burung,
bekantan
6 Kekhasan 1 3 3
Kalimantan
Jumlah 67

Tabel 2. Kesesuaian wisata stasiun II7


N bobot x
Parameter Bobot hasil data Skor
o skor
1 ketebalan mangrove (m) 5 470 3 15
kerapatan mangrove
2 4 8,444 2 8
(ind/m2)
3 jenis mangrove 4 6 4 16
4 pasang surut (m) 3 0,41 4 12

ikan, udang, kepiting,


5 obyek biota 3 3 9
molusca, burung,

6 Kekhasan 1 bekantan Kalimantan 3 3

Jumlah 63

Tabel 3. Kesesuaian wisata Mangrove stasiun III


N bobot x
Parameter bobot hasil data Skor
o skor
1 ketebalan mangrove (m) 5 708 4 20
kerapatan mangrove
2 4 9,1 2 8
(ind/m2)
3 jenis mangrove 4 5 4 16
4 pasang surut (m) 3 0,41 4 12

ikan, udang, kepiting,


5 obyek biota 3 4 12
molusca, burung,
6 Kekhasan 1 bekantan Kalimantan 3 3

Jumlah 71

Tabel 4. Kesesuaian lahan ekowisata mangrove


Stasiun
Parameter bobot 1 2 3
Skor Nilai skor Nilai Skor Nilai
ketebalan mangrove (m) 5 4 20 3 15 4 20
kerapatan mangrove ind/m2 4 2 8 2 8 2 8
jenis mangrove 4 3 12 4 16 4 16
pasang surut (m) 3 4 12 4 12 4 12
obyek biota 3 4 12 3 9 4 12
Kekhasan 1 3 3 3 3 3 3
Jumlah     67   63   71
nilai kesesuaian     83,75   78,75   88,75
kategori kesesuaian     S1   S1   S1

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai kesesuaian untuk Stasiun I adalah 84%
dengan kategori sangat sesuai, stasiun II adalah 79% dengan kategori sangat sesuai, dan stasiun
III adalah 89% dengan kategori sangat sesuai.

3.2.5 Persepsi Stakeholder


alasan pengunjung
menangkap
ikan dan
21% 24% mencari
kepiting
memantau
tambak
menikmati
12%pemandangan
sekedar
42% melintas untuk
tujuan lain

frequensi pengunjung
6% setiap hari
15%
beberapa kali
24% dalam seminggu
bebrapa kali
dalam sebulan
36%
18% beberapa kali
dalam setahun
tidak pernah

IV. SIMPULAN DAN SARAN


. Simpulan
1. Dari hasil pengambilan data di lapangan kondisi biofisik kawasan ekowisata mangrove
Kariangau terdapat Sembilan (9) jenis mangrove yaitu dengan nilai kerapatan tiap jenis :
Rhizhopora lamarcki (0,09 ind/m2), Rhizhopora mucronata (0,11 ind/m2), Avicennia
officinalis (0,07 ind/m2), Xylocarpus muoluccensis (0,07 ind/m2) , Rhizhopora apiculata
(0,09 ind/m2),Terminalia cettapa (0.09 ind/m2) , Sonneratia caseolaris (0.05 ind/m2),
Sonneratia alba (0,13 ind/m2), dan Bruguiera gymnorrizha (0,12 ind/m2).dan terdapat
beberapa jenis satwa mulai dari jenis ikan, burung, mamalia, reptile, molusca dan
crustacean.
2. Hasil analisa kesesuaian ekowista mangrove, pada kawasan ekowisata mangrove
Kariangau termasuk dalam kategori sangat sesuai untuk di jadikan kawasan ekowisata
mangrove. Yaitu pada stasiun satu nilai kesusuaian dari parameter ekowisata mangrove
yaitu sebanyak 83,75 %, dan pada 78,75 % terdapat pada stasiun 2, sedangkan pada
stasiun 3 memiliki nilai tertinggi yaitu 88,75% dimana pada ke tiga stasiun tersebut
memiliki kategori S1 atau sanagat sesuai untuk di jadikan sebagai tempat ekowisata
mangrove
3. Potensi ekowisata mangrove Karinagau antara lain adanya berbagai jenis mangrove
dengan kerapatan tertinngi terdapat pada stasiun 1 yaitu sebanyak 0.094 ind/m 2, dan
satwa dalam hal ini jenis burung yang di lindungi di Indonesia seperti Burung Kuntul
Besar, Burung Kuntul Karang, Burung Cekakak Suci, Burung kowak Malam Merah dan
Burung Madu sumba, dan salah satu keunikan kawasan ekowisata mangrove Kariangau
yaitu Bekantan Kalimantan yang memiliki kekhasan daerah tersebut, serta memiliki
kondisi pasang surut semi diurnal tide yaitu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dalam rentang kurun waktu 24 jam. Kisaran pasang surut tersebut sudah termasuk
kisaran sangat sesuai untuk pemilihan lokasi wisata pantai kategori wisata mangrove
untuk parameter pasang surut adalah 0 – 1 meter dengan mempertimbangkan keamanan
serta mempengaruhi distribusi vertikal mangrove.

5.2 Saran

1. Perlunya pembuatan tempat sampah terkhusus bagi pengunjung kawasan Ekowisata


mangrove agar tidak membuang sampah sembarangan.
2. Perlunya pembutan papan informasi mengenai kawasan ekowisata mangrove agar
pengunjung bisa mengetahui informasi tentang kawasan ekowista mangrove agar
bernilai edukasi.

Anda mungkin juga menyukai