Anda di halaman 1dari 44

TEKNOLOGI LAS

Oleh:
Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


2014
Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT
05/03/2015 1
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Pengelasan
Merupakan salah satu teknik
penyambungan logam dengan
cara mencairkan sebagian logam
induk dan logam pengisi dengan
atau tanpa tekanan dan dengan
atau tanpa logam pengisi
(elektroda / filler) dan
menghasilkan sambungan yang
kontinyu.
Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT
05/03/2015 2
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Klasifikasi
TEKNIK
PENGELASAN

PENGELASAN PENGELASAN
CAIR TEKAN

LAS RESISTENSI
LAS GAS LAS BUSUR LAS GESEK
LISTRIK

OKSI-ASETILEN LAS ELEKTRODA LAS ELEKTRODA


SPOT WELDING
(OAW) TERUMPAN TAK TERUMPAN

SMAW FCAW (FLUX GMAW (GAS SAW GTAW/TIG


(SUBMERGED CORE ARC METAL ARC (SUBMERGED (TUNGSTEN
ARC WELDING) WELDING) WELDING) ARC WELDING) INERT GAS)

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 3
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
SAW
(Submerged Arc Welding)

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 4
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Daftar Isi
Introduction

Prinsip
Operasi
Equipment

Cacat Las
SAW Material
&
Electrode

Parameter
Flux pengelasan

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 5
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Pendahuluan
✔ Submerged Arc Welding (SAW) merupakan proses las yang
menggunakan arc/busur yang timbul antara elektroda dan benda kerja.

✔ Busur yang dihasilkan dan logam las cair terendam oleh granular
fusible flux., proses las ini tanpa melibatkan tekanan.

✔ Hal yang membedakan dengan proses las lainnya adalah flux yang
melindungi busur, sehingga menguragi asap, percikan dan radiasi.

✔ Flux adalah elemen fundamental pada proses las ini, dimana stabilitas
busur sangat tergantung pada jenis flux yang digunakan.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 6
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Pendahuluan
✔ Sifat mekanik dan kimia dari logam las yang dihasilkan dapat dikontrol
dengan memilih flux yang tepat, serta kualitas las dapat dipengaruhi
oleh cara penanganan flux.

✔ SAW dapat digunakan juga pada proses cladding (pelapisan) yang


dapat beroperasi pada arus AC maupun DC dengan kapasitas arus
maksimum hingga 2000 Ampere dengan menggunakan single maupun
multiple wire / strip

✔ Proses ini banyak digunakan dalam fabrikasi bejana tekan, kapal dan
kerta api dan industri yang melibatkan proses pengelasan yang besar.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 7
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Prinsip Operasi
✔ Pada proses SAW, ujung elektroda disisipkan kedalam flux yang
melindungi (merendam) area yang akan di las.
✔ Saat penyalaan busur dimulai dan mekanisme pengumpan kawat dimulai
untuk mengumpankan kawat disepanjang sambungan pengelasan,
pengumpan kawat bisa bergerak secara manual atau otomatis disepanjang
sambungan.
✔ Pada pengelasan yang otomatis , benda kerja yang bergerak terhadap wire
feeder/pengumpan kawat yang statis/diam
✔ Flux secara kontinyu ditambahkan di depan atau disekeliling elektroda

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 8
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Prinsip Operasi
✔ Panas yang dihasilkan dari busur listrik akan mencairkan sebagian flux
dan ujung elektroda serta ujung logam dasar yang akan disambung
membentuk kubangan las yang ketika membeku akan membentuk
logam las.

✔ Slag yang mencair akan mengapung diatas logam las yang masih cair
dan akan melindungi logam las dari atmosfer, ketika membeku akan
membentuk terak/slag.

✔ Flux juga bisa berguna sebagai penambah atau menghilangkan elemen


paduan tertentu dari logam las.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 9
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Prinsip Operasi
✔ Sebelum mengelas layer selanjutnya, slag yang dihasilkan harus dihilangkan
dari permukaan logam las
✔ Faktor yang harus diperhatikan ketika menggunakan atau memilih proses las
SAW:
✔ Komposisi kimia dan sifat mekanik logam las yang dipersyaratkan
✔ Tebal base metal
✔ Akses untuk melakukan pengelasan terhadap sambungan
✔ Panjang sambungan
✔ Posisi pengelasan yang akan dilakukan

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 10
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Prinsip Operasi

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 11
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Kelebihan
• Kualitas dan produktifitas tinggi.
• Dapat diimplementasikan pada 3 mode yaitu semiotomatis, mechanized
dan otomatis.

Keterbatasan
• Hanya dapat digunakan pada posisi las 1G dan 2G untuk pengelasan
plat dan pipa.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 12
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Peralatan
1. Power Sources
✔ Sumber daya untuk SAW adalah salah satu
komponen penting yang harus dipilih dengan tepat.
✔ SAW biasanya adalah proses las dengan arus dan
duty cycle yang tinggi.
✔ Disarankan menggunakan sumber daya dengan
duty cycle 100%.
✔ Ada 2 tipe sumber daya yang cocok untuk proses
SAW , DC dan AC dengan output constant current
atau constant voltage

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 13
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
a.) Direct Current Constant Voltage
✔ output yang dihasilkan antara 400-1500 Ampere.
✔ pembangkit yang digunakan bisa menggunakan transformer-rectifier atau
menggunakan motor generator.
✔ sumber daya ini digunakan untuk semiotomatis SAW dengan kisaran
arus antara 300-600 A dengan diameter elektroda 1,6 mm 2,0 mm dan 2,4
mm.
✔ Proses SAW otomatis dan mechanized memmerlukan arus antara
300-1000A dengan diameter elektroda antara 2.0-6,4 mm
✔ Aplikasi untuk pengelasan dengan sumber daya DC menggunakan arus
melebihi 1000A terbatas karena akan menimbulkan defleksi busur yang
berlebihan
✔ Dengan sumber daya DC constant voltage maka akan terdapat mekanisme
self regulating dimana kecepatan umpan elektroda, tegangan busur dan
besar kecilnya arus akan secara otomatis terkontrol.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 14
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
b.) Direct Current Constant Current
✔ sumber daya DC constant current juga tersedia jenis transformer rectifier
dan motor generator dengan output hingga 1500A.
✔ DC constant curret tidak seperti constant voltage yang menyediakan
mekanisme self regulating, sehingga harus digunakan bersama
voltage-sensing wire feed speed control.
✔ Tipe kontrol ini mengatur wire feed speed sebagai respon terhadap
perubahan tegangan busur/arc length.
✔ Dengan sistem ini tegangan busur tergantung pada wire feed speed dan
diameter elektroda.
✔ voltage-sensing variable wire feed speed control adalah lebih komplek
dan juga mahal daripada constant wire feed speed control yang
digunakan pada sistem constant voltage

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 15
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
c.) AlternatingCurrent
✔ sumber daya yang digunakan pada proses SAW kebanyakan
adalah menggunakan transformers

✔ Output yang dihasilkan antara 800-1500A dengan duty cycle 100%

✔ Jika amper yang besar diperlukan maka alat ini bisa dihubungkan
diparalel

✔ Kebanyakan penggunaan sumber daya AC untuk proses SAW


adalah untuk aplikasi arus tinggi , multiple wire, pengelasan
dengan groove simpit dan aplikasi pengelasan dimana defleksi
busur menjadi problem.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 16
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Peralatan
2. Control Systems
sistem kontrol dasar untuk proses SAW berisi:

✔ Control wire feed speed

✔ Control power source dengan pengaturan voltase untuk CV


dan pengaturan arus untuk CC

✔ Welding start/stop switch

✔ Manual atau otomatis travel on/off switch

✔ Cold wire feed up/down.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 17
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Peralatan
3. Welding Head and Guns
✔ menyatu dengan wire feed motor, feed roll, gun assembly dan contact tip.

✔ Wire feed motor biasanya adalah heavy-duty, permanent magnet motors yang
terintegrasi dengan reducing gearbox. Wire feed motor mampu mengumpankan
elektroda dengan kecepatan antara 0,5-14 m/menit.
✔ Feed roll assembly bisa terdiri dari satu drive dan satu roll, dua drive roll atau
bahkan empat drive roll. Roller dibuat beralur dengan kebanyakan bentuk alur
adalah knurled V, selain itu ada U.
✔ Desain gun assembly bisa bermacam-macam, tapi tujuannya sama. Gun berfungsi
mengarahkan/memandu elektroda melewati contact tip ke zona atau area las.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 18
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Peralatan
✔ jika menggunakan elektroda
bentuk strip pada SAW maka
diperlukan rakitan feed roll khusus
dengan jenis water cooling,
dimana dapat mengakomodasi
ukuran elektroda strip dengan
lebar 30 mm, 45 mm, 60 mm, dan
90 mm dengan ketebalan strip 0,5
mm.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 19
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Peralatan
4. Flux Delivery Systems
✔ flux delivery system/flux feed yang umum digunakan pada proses
SAW adalah jenis pneumatic (dengan tekanan).
✔ untuk operasi semiotomatis flux feed diproduksi dengan ikuran
kecil kapasistas 1,8 kg dengan sistem gravity feed flux atau
mengunakan tekanan udara untuk mendorong flux kearea las.
✔ Flux ditransfer di sekeliling elektroda melewati gun/nozel, leading
flux feed atau trailing bisa digunakan sebagai alat bantu untuk
mencegah arc flashing saat pengumpanan flux mengalami
gangguan/tidak sempurna.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 20
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Peralatan
5. Accessories
✔ Peralatan yang termasuk aksesoris tambahan untuk
proses las SAW meliputi:
✔ Travel equipment
✔ Baking oven
✔ fixturing

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 21
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Material
Proses las SAW dapat diaplikasikan pada berbagai material
mulai dari plain carbon steel hingga nickel base alloy (nikel
paduan):

• Baja karbon
• Baja paduan rendah
• Baja Cr-Mo
• Stainless steel
• Paduan Nikel

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 22
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Electrodes (Elektroda)
Elektroda yang tersedia untuk proses las SAW meliputi:

✔ Baja karbon
✔ Baja paduan rendah
✔ Baja karbon tinggi
✔ Baja paduan khusus
✔ Stainless steel
✔ Paduan nikel
✔ Atau baja paduan khusus untuk aplikasi surfacing

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 23
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Electrodes (Elektroda)
✔ Elektroda juga tersedia dengan bentuk produk bare solid
atau strip
✔ Elektroda di packing dalam bentuk gulungan dengan berat
mulai dari 11 kg hingga 454 kg, semakin berat maka
efisiensi akan semakin tinggi karena meminimalisir sisa
elektroda yang tak terpakai serta mengurangi start and
stop pada pengelasan, dimana lokasi start and stop adalah
rawan sekali untuk terjadinya cacat las.
✔ Elektroda umumnya terlapisi oleh tembaga, kecuali
elktroda untuk aplikasi pelapisan permukaan agar tahan
korosi.
Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT
05/03/2015 24
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Electrodes (Elektroda)
✔ Lapisan tembaga ini memiliki fungsi meningkatkan
konduktifitas listrik serta melindungi elektroda itu sendri
dari korosi.
✔ Elektroda memiliki ukuran bervariasi mulai dari diameter
1,6 hingga 6,4 mm,
✔ Kisaran arus yang disarankan berdasarkan diameter
elektroda dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 25
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Electrodes (Elektroda)
Range arus pengelasan SAW berdasarkan ukuran
diameter elektroda

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 26
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Electrodes (Elektroda)
✔ Spesifikasi elektroda untuk baja karbon dicantumkan
dalam SFA-5.17
✔ Spesifikasi elektroda untuk baja paduan rendah beserta
flux dicantumkan dalam SFA-5.23
✔ Spesifikasi elektroda untuk stainless steel dicantumkan
dalam SFA-5.9
✔ Spesifikasi elektroda untuk nikel dan paduannya
dicantumkan dalam SFA-5.14

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 27
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Flux
A. Neutral Flux
– Elemen-elemen flux tidak akan merubah sifat mekanik, dengan
kata lain komposisi elemen sebelum dan sesudah pengelasan
tidak banyak berubah. Direkomendasikan untuk multipass
welding.
B. Active Flux (custom mixture)
– Mengandung Mangan dan Silikon, elemen ini akan bercampur
ke dalam logam las dan dapat mempengaruhi sifat mekanik
logam las. Direkomendasikan untuk single pass, kadang dapat
digunakan untuk multipass tapi terbatas.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 28
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Flux Basicity
✔ Dilihat dari kadar basicity flux diklasifikasikan menjadi :
Acid flux = basicity < 0,9
Neutral = 0,9 – 1,0
Basic = 1,0 – 2,0
High basic = > 2

✔ Kadar basicity atau acidity dari flux diukur berdasarkan rasio


CaO atau MgO terhadap SiO2.
✔ Flux yang memiliki rasio > 1 dikatakan basic flux
✔ Semakin besar basicity maka sifat mekanik yang dihasilkan
akan semakin tinggi.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 29
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Flux Storage and Handling
✔ Flux dipacking menggunakan bungkus plastik atau kertas
untuk mengurangi kontaminasi pengotor selama
pengiriman/pemindahan.
✔ Jika bungkus flux terbuka dan terekspos oleh kelembaban
udara maka disarankan untuk dikeringkan di dalam oven.
✔ Temperatur proses pengeringan 149oC - 454oC

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 30
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Kodifikasi Flux – Elektroda SAW

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 31
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Kodifikasi Flux – Elektroda SAW

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 32
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Kodifikasi Flux – Elektroda SAW

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 33
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Kodifikasi Flux – Elektroda SAW

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 34
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Kodifikasi Flux – Elektroda SAW

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 35
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Kodifikasi Flux – Elektroda SAW

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 36
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Kodifikasi Flux – Elektroda SAW

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 37
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Electrodes (Elektroda)
✔ Spesifikasi elektroda untuk baja karbon dicantumkan
dalam SFA-5.17
✔ Spesifikasi elektroda untuk baja paduan rendah beserta
flux dicantumkan dalam SFA-5.23
✔ Spesifikasi elektroda untuk stainless steel dicantumkan
dalam SFA-5.9
✔ Spesifikasi elektroda untuk nikel dan paduannya
dicantumkan dalam SFA-5.14

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 38
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Parameter Pengelasan
✔ Welding Current
✔ Type Flux
✔ Welding Voltage
✔ Travel Speed
✔ Electrode Type and Size
✔ Electrode Extension
✔ Width and Dept of the Layer of Flux

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 39
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Weld Backing

✔ Backing Strips
✔ Backing Welds
✔ Copper Backing Bars
✔ Flux Backing
✔ Ceramic Backing Tape
Flux Backing

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 40
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Cacat Las
✔ Porosity
• Gas yang terperangkap dalam weld metal yang terbentuk dari hasil
reaksi kimia tertentu saat pengelasan
• Penyebabnya bisa adanya kontaminasi dan flux yang tidak cukup
dalam menutupi busur pengelasan
✔ Inclusion
• Materi yang terperangkap dalam logam las, bisa berupa solid seperti
slag/flux atau oksida
• Penyebab bisa karena viskositas flux terlalu tinggi sehingga
mobilitasnya berkurang, kurangnya pembersihan saat akan
melakukan layer berikutnya

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 41
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Cacat Las
✔ Incomplete Fusion

• Disebabkan oleh busur yang tidak stabil


• Kecepatan las terlalu tinggi

• Heat input terlalu rendah


• Sudut head/gun yang kurang benar.
• Adanya sisa lapisan oksida

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 42
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Cacat Las
✔ Hot Crack Disebabkan oleh kandungan sulfur yang tinggi
• Excess depth to width rasio (mengelas plat tebal dengan 1 layer
penuh)

✔ Cold Crack
• Kebanyakan cold crack terjadi pada daerah HAZ
• Yang termasuk cold crack adalah hydrogen induced cracking dan
stress corrosion cracking.

Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT


05/03/2015 43
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
SUMBER PEMBELAJARAN / PUSTAKA
PUSTAKA UTAMA
• AWS Welding Handbook. (2004), Welding
Processes Part 1, 9th edition, Vol.2. American
Welding Society., Miami.

PUSTAKA PENUNJANG
• Sonawan, H. dan Rochim .S. (2006), Pengantar
Untuk Memahami Proses Pengelasan Logam,
Alfabeta.,Bandung.
Hendri Budi Kurniyanto, S.ST.,MT
05/03/2015 44
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Anda mungkin juga menyukai