Anda di halaman 1dari 16

LATIHAN KESEIMBANGAN UNTUK MENURUNKAN RESIKO

JATUH PADA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

BALANCING TRAINING TO REDUCE THE FALLING RISK OF GERONTIC


NURSING CARE

Rina Kartikasari ¹, Ida Untari ², Ika Kusuma Wardani ³

1
Mahasiswa Program DIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
2
Pembimbing 1 Program DIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
3
Pembimbing 2 ProgramDIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

ITS PKU Muhammadiyah Surakarta


Jl. Tulang Bawang Selatan No. 26 Tegalsari RT 02 RW 32
Kadipiro, Surakarta
Email: kristadwiyana@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang : Resiko jatuh merupakan meningkatnya kerentanan peristiwa jatuh yang
dapat menyebabkan bahaya fisik. Selain perubahan fisik karena menua dan masalah
kesehatan yang umum terjadi pada lansia, kesehatan psikologis juga berpengaruh terhadap
penyebab resiko jatuh pada lansia. Latihan keseimbangan ditunjukan untuk membatu
meningkatkan kekuatan otot pada anggota bawah (kaki) dan untuk meningkatkan vestibuler /
keseimbangan tubuh. Latihan keseimbangan sangat penting pada lansia karena latihan ini
sangat membantu untuk mempertahankan tubuhnya agar stabil sehingga mencegah terjatuh
yang sering terjadi pada lansia. Tujuan : Mengidentifikasi manfaat latihan keseimbangan
untuk pencegahan resiko jatuh pada lansia.
Metode Penelitian : Desain penelitian yang digunakan adalah tipe studi kasus dengan
pendekatan deskriptif yang bisa didapat melalui wawancara maupun observasi dengan
menggunakan tiga lansia wanita (60-80 th) yang belum pernah mengikuti latihan
keseimbangan. Hasil : Penelitian menunjukan bahwa nilai resiko jatuh kepada Ny. S yang
semula 23 menjadi 25, Ny. SH yang semula 21 menjadi 24, dan Ny. G yang semula 20
menjadi 24 dengan menggunakan latihan keseimbangan. Kesimpulan : Latihan keseimbangan
bermanfat untuk menurunkan resiko jatuh pada lansia.

Kata Kunci : Resiko Jatuh, Latihan Keseimbangan, Lansia

ABSTRACT
Background : Fall risk is an increased vulnerability to a fall event that can cause physical
harm. In addition to physical changes due to aging and health problems that commonly occur
in the elderly, psychological health also affects the cause of the risk of falling in the elderly.
Balance training is intended to help increase muscle strength in the lower limbs and to
improve vestibular / bodily balance. Balance training is very important in the elderly because
it helps to maintain a stable body so as to prevent frequent falls in the elderly Objective : To
identify the benefits of balance training to prevent the risk of falling in the elderly.Research
Methods : The research design used is a type of case study with a descriptive approach that
can be obtained through interviews and observations using three elderly women (60-80 years
old) who have never attended balance training. Results : Research shows that the risk value
falls to Ny. S which was originally 23 to 25, Ny. SH, who was originally 21 to 24, and Ny. G
which was originally 20 to 24 using balance exercises.Conclusion: Benefit balance exercise
to reduce the risk of falls in the elderly.

Keywords: Fall Risk, Balance Training, Elderly


PENDAHULUAN 135.644 orang atau 12,95% dari jumlah
Salah satu tolak ukur kemajuan penduduk Sleman (Ramlis, 2018).
suatu bangsa sering kali dilihat dari usia Menurut Azizah (2011) Usia
harapan hidup penduduknya. lanjut dalam perjalanan hidupnya akan
Meningkatkan Usia Hrapan Hidup mengalami segala keterbatasan dalam
(UHH) di Indonesia menyebabkan masalah kesehatan. Hal tersebut
poulasi lanjut usia yang berumur 60 diperkuat lagi dengan pernyataan, bahwa
tahun juga bertambah (Kemenkes RI, kelompok lansia lebih banyak menderita
2012). Pada tahun 2013 proposi dan penyakit yang menyebabkan menurunnya
populasi penduduk berusia lebih dari 60 kemampuan dalam melakukan aktivitas
tahun adalah 11,7% dari total populasi dibanding dengan orang yang masih
dunia dan diperkirakan jumlah tersebut muda. Keadaan tersebut masih
akan meningkat seiring dengan dipengaruhi dengan lansia yang lebih
peningkatan usia harapan hidup. Data memiliki kecenderungan menderita
WHO menunjukan pada tahun 2012 usia berbagai macam gangguan secara
harapan hidup orang di dunia adalah 70 biologis, psikologis, sosial, ekonomi,
tahun, dan pada tahun 2013 didapatkan fisiologis, dan akan mengalami masalah
proposi lansia sebesar 8,1% dari total kemunduran. Masalah yang akan
populasi (Badan Pusat Statistika, 2015). dihadapi lansia diantaranya penurunan
Jumlah penduduk lansia pada jasmani, rohani, dan sosial. Penyakit dan
tahun 2014 di Indonesia mencapai masalah yang sering dihadapi oleh lansia
18.781 juta jiwa (Badan Pusat Statistika, antara lain mudah jatuh, mudah lelah,
2015). Presentasi penduduk lansia tahun dan gangguan pada ketajaman
2011, 2012 dan 2013 telah mencapai di penglihatan.
atas 7% dari keseluruhan penduduk Jatuh merupakan salah satu
dengan spesifikasi 13,04% berada di penyebab utama kematian dan cidera
Yogyakarta, 10,4% berada di Jawa yang banyak di alami oleh lanjut usia.
Timur, 10,34% berada di Jawa Tengah, 20%-30% lansia akan mengalami
dan 9,78% berada di Bali. Penduduk keterbatasan fisik yang di akibatkan oleh
lansia terbesar di Yogyakarta berasal dari jatuh dan mereka akan mengalami
Kabupaten Sleman, yaitu berkisar kehilangan kebebasan ADL (aktivitas
hidup sehari-hari), penurunan kualitas kondisi lansia (Darmojo dan Wartono,
hidup dan kematian (Jamebozorgi, 2013). 2009). Perawat sebagai bagian dari
Resiko jatuh merupakan pemberi pelayanan kesehatan,
meningkatmya kerentanan peristiwa mempunyai kewajiban untuk melakukan
jatuh yang dapat menyebabkan bahaya tindakan/pencegahan jatuh pada lansia.
fisik. Menurut Miller (2012) selain Latihan fisik yang baik, benar,
perubahan fisik karena menua dan terukur dan teratur (BBTT) serta latihan
masalah kesehatan yang umum terjadi yang sesuai dengan tingkat kesehatan,
pada lansia, kesehatan psikologis juga tingkat aktifitas fisik dan tingkat
berpengaruh terhadap penyebab resiko kebugaran masing-masing individu dapat
jatuh pada lansia. mengurangi resiko kelainan tulang yang
Di Indonesia prevalensi cidera menyebabkan resiko jatuh pada lansia.
jatuh pada penduduk diatas usia 55 tahun Salah satu latihan fisik yang baik dan
mencapai 49,4%, umur diatas 65 tahun benar adalah latihan keseimbangan.
keatas 67,1% (Fristantia dkk, 2018). Latihan keseimbangan ditunjukan untuk
Insidensi jatuh setiap tahunnya di antara membatu meningkatkan kekuatan otot
lansia yang tinggal di komunitas pada anggota bawah (kaki) dan untuk
meningkat dari 25% pada usia 70 tahun meningkatkan vestibuler / keseimbangan
menjadi 35% setelah berusia lebih dari tubuh. Latihan keseimbangan sangat
75 tahun (Stanley & Beare, 2012). penting pada lansia karena latihan ini
Kejadian jatuh dilaporkan terjadi pada sangat membantu untuk mempertahankan
sekitar 30% lansia berusia 65 tahun ke tubuhnya agar stabil sehingga mencegah
atas yang tinggal di rumah (komunitas), terjatuh yang sering terjadi pada lansia
separuh dari angka tersebut mengalami (Nurkuncoro, 2015)
jatuh berulang. Lansia yang tinggal Hasil penelitian yang dilakukan
dirumah mengalami jatuh sekitar 50% Anggraini, (2016) mengenai “Faktor
dan memerlukan perawatan di rumah yang berhubungan kejadian jatuh lansia”
sakit sekitar 10-25%. (Darmojo & menunjukan bahwa lansia yang
Martono, 2009). Dilihat dari dampak mengalami jatuh sebanyak 68,4%,
jatuh, pencegahan terjadinya jatuh pada gangguan gerak sebanyak 51,9%,
lansia merupakan langkah yang perlu gangguan penglihatan sebanyak 69,6%,
dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh, dan gangguan pendengaran sebanyak
akan menyebabkan komplikasi, 57,0%. Faktor ekstrinsik yaitu lansia
meskipun ringan tetap memberatkan yang mempunyai alat bantu berjalan
sebanyak 82,3% dan lingkungan Keperawatan Gerontik ” di Kiringan
sebanyak 50,6%. Hasil penelitian yang RW 06, Kiringan Boyolali
dilakukan Rokhima, (2016) mengenai
“Faktor yang berhubungan dengan resiko METODE PENELITIAN
jatuh pada kejadian jatuh lansia” Dalam penyusunan karya tulis
menunjukan bahwa kejadian resiko jatuh ilmiah ini penulis menggunakan
pada lansia diperoleh hasil 46% berisiko metode deskriptif dengan pendekatan
tinggi, 36% beresiko rendah dan 18% case study research (studi kasus). Studi
tidak beresiko jatuh. kasus ini dilakukan pada bulan maret
2019 di desa Kiringan RW 06,
Alasan penulis mengambil judul
Kiringan Boyolali. Peneliti
tersebut adalah untuk memberikan
mendapatkan data-data klien meng-
penatalaksanaan non farmakologi pada
gunakan metode observasi,
lansia dengan penggunaan metode
wawancara, pemeriksaan fisik, dan
latihan keseimbangan Dengan
dokumentasi. Instrumen dari studi
melakukan latihan keseimbangan akan
kasus dengan menggunakan format
banyak memberi manfaat dalam
pengkajian asuhan keperawatan
membantu mempertahankan
gerontik, SOP latihan keseimbangan,
keseimbangan antara lain dapat melatih
dan lembar observasi pengkajian resiko
pernafasan dan relaksasi, menguatkan
jatuh.
otot-otot, serta melatih keseimbanga.
Kesiapan ini merupakan bekal penting
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk lansia yang mempunyai masalah
HASIL
mengenai keseimbangan. Berdasarkan
Pada bab ini akan dilakukan
uraian di atas maka penulis tertarik
pembahasan tentang resume asuhan
untuk menyusun karya tulis ilmiah
keperawatan gerontik dalam pada
dengan judul “Latihan Keseimbangan
kasus penerapan latihan keseimbangan
Untuk Menurunkan Resiko Jatuh Pada
untuk mengurangi resiko jatuh pada
Asuhan Keperawatan Gerontik”.
Ny. S, Ny. SH dan Ny. G di desa
Berdasarkan uraian di atas, maka Kiringan RW 06 Kiringan Boyolali.
peneliti tertarik untuk melakukan Resume kasus ini meliputi pengkajian,
penelitian tentang “Latihan analisa data, diagnosa keperawatan,
Keseimbangan Untuk Menurunkan intervensi, implementasi dan evaluasi.
Resiko Jatuh Pada Asuhan
Pengkajian pada klien Ny. S mengikuti senam. Klien mengatakan
dilakukan pada tanggal 21 April 2019 bahwa untuk duduk dikursi sulit dan
di desa Kiringan Kabupaten Boyolali sering kali terjungkal, dan juga
didapatkan data menggunakan merasakan kedua kaki sakit untuk
metode observasi, metode berjalan. Klien mengatakan bahwa
wawancara, metode pengukuran, saat mulai berdiri dari duduk harus
metode dokumentasi. Nama Ny. S berpegangan dengan benda-benda
berusia 80 tahun, jenis kelamin disekitarnya. emeriksaan tanda
perempuan, beragama islam, suku tanda vital, tekanan darah 1 0 0
bangsa Jawa, pendidikan SD, mm g, respirasi 1 menit, nadi
pekerjaan petani, status cerai mati. menit, suhu 36, . iwayat
Klien mengatakan belum pernah penyakit hipertensi, klien mengatakan
melakukan latihan keseimbangan, memiliki penyakit keturunan
klien juga belum pernah mengikuti hipertensi.
senam. Klien juga mengatakan sering
Pengkajian pada klien Ny. G
pegal saat berjalan dan terkadang
dilakukan dihari yang sama. Identitas
sempoyongan. Pemeriksaan tanda
umum Ny. G adalah seorang ibu
tanda vital, tekanan darah 140/80
berusia 70 tahun, jenis kelamin
mmHg, respirasi 19×/menit, nadi 80
perempuan, beragama islam, suku
menit, suhu 3 . klien
bangsa Jawa, pendidikan SD,
mengatakan tidak memiliki penyakit
pekerjaan wiraswasta, status
keturunan seperti hipertensi, diabetes
perkawinan kawin. Klien mengatakan
militus dan penyakit menular seperti
belum pernah melakukan latihan
HIV/AIDS, TBC.
keseimbangan dan takut jika tidak bisa
Pengkajian pada klien Ny. SH beraktifitas seperti biasanya.
dilakukan pada hari yang sama. Pemeriksaan tanda tanda vital, tekanan
Nama Ny. SH adalah seorang ibu darah 110/80 mm g, respirasi
berusia 67 tahun, jenis kelamin 22 menit, nadi menit, suhu
perempuan, beragama islam, suku 36, . iwayat penyakit magh, klien
bangsa Jawa, pendidikan SD, status mengatakan tidak memiliki penyakit
perkawinan kawin. Klien mengatakan keturunan seperti hipertensi, diabetes
belum pernah melakukan latihan militus dan penyakit menular seperti
keseimbangan dan belum pernah HIV/AIDS, TBC. Klien mengatakan
jika berjalan sudah tidak bisa lama- meningkatkan keseimbangan, Bantu
lama harus berhenti disela-sela dengan program penguatan
perjalanan, dan terkadang jatuh jika pergelangan kaki dan berjalan,
dipaksakan untuk berjalan, jika berdiri Intruksikan pasien untuk melakukan
dari lantai harus dibantu atau mencari latihan keseimbangan, seperti berdiri
benda-benda disekitar untuk dengan satu kaki, membungkuk ke
mempermudah saat berdiri. depan, peregangan dan resistensi yang
sesuai, Kolaborasi dengan terapi fisik,
Diagnosa keperawatan yang
okupasional, dan terapis rekreasi dalam
muncul pada Ny. S, Ny. SH dan Ny. S
mengembangkan dan melaksanakan
berdasarkan hasil pengkajian yaitu
program yang sesuai.
resiko jatuh berhubungan dengan
gangguan keseimbangan. Tujuan yang Implementasi yang dilakukan
telah ditetapkan adalah setelah pada Ny. S dilakukan pada tanggal 22
dilakukan tindakan keperawatan 6x April 2019 pada pukul 15.00 WIB
latihan keseimbangan diharapkan adalah dengan memeriksa tekanan
tingkat resiko jatuh klien menurun. darah dan latihan keseimbangan
NOC: Resiko Jatuh. Indikator : selama 20 menit. Pada hari pertama
Mempertahankan keseimbangan ketika respon subyektif: Klien mengatakan
berdiri (5), Mempertahankan jika berjalan kadang sempoyongan
keseimbangan dari posisi duduk ke dan harus berpegangan pada benda-
posisi berdiri (5), Mempertahankan benda disekitarnya. Respon
keseimbangan ketika berjalan (5), Obyektif: Keadaan klien baik dengan
Mempertahankan keseimbangan tekanan darah 140/80 mmHg. Klien
sementara menggeser berat badan dari tampak berpegangan pada tembok.
satu kaki ke kaki lain (5). Intervensi : Latihan hari pertama yang dilakukan
Kaji ulang riwayat jatuh bersama selama 20 menit didapatkan hasil
dengan pasien dan keluarga, keseimbangan klien hanya bisa
Identifikasi karakteristik dan melakukan beberapa latihan seperti
lingkungan yang mungkin pemanasan kurang lebih 2 menit
meningkatkan potensi jatuh (misalnya, dengan tarik nafas dalam dari hidung
lantai licin dan tangga terbuka), dan keluar dari mulut, memutar bahu
Intruksikan pasien mengenai kedepan dan kebelakang selama
pentingnya latihan dalam mejaga dan kurang lebih 2 menit, berdiri dengan
ujung kaki 10 detik selama 4x pemanasan kurang lebih 2 menit
periode, mengangkat lutut kanan ke dengan tarik nafas dalam dari hidung
atas tanpa menggerakan atau dan keluar dari mulut, memutar bahu
menekuk pinggang selama 6x atau kedepan dan kebelakang selama
kurang lebih selama 1-2 menit, kurang lebih 2 menit, berdiri dengan
mengakat salah satu kaki kesamping ujung kaki selama 6x periode,
semala 3x periode, menekuk lutut mengangkat lutut kanan ke atas tanpa
kanan kearah belakang sehingga kaki menggerakan atau menekuk pinggang
kanan terangkat kebelakang tubuh selama 7x atau kurang lebih selama
klien hanya dapat melakukan 2x 2-3 menit, mengangkat salah satu
periode. Pada latihan hari kedua kaki kesamping semala 4x periode,
dilakukan pada pukul 15.30 menekuk lutut kanan kearah belakang
didapatkan respon subyektif: klien sehingga kaki kanan terangkat
mengatakan bahwa klien masih sama kebelakang tubuh klien mampu
dengan hari pertama latihan melakukan selama 4x periode.
dilakukan selama 20 menit
Implementasi yang dilakukan
didapatkan respon obyektif:
pada Ny. SH dilakukan pada tanggal
pemanasan kurang lebih 2 menit
22 April pukul 08.00 WIB adalah
dengan tarik nafas dalam dari hidung
memeriksa tekanan darah dan latihan
dan keluar dari mulut, memutar bahu
keseimbangan. Pada hari pertama
kedepan dan kebelakang selama
respon subyektif: klien mengatakan
kurang lebih 2 menit, berdiri dengan
goyah jika setelah berdiri tidak
ujung kaki 10 detik selama 4x
berpegangan apapun, klien juga
periode, mengangkat lutut kanan ke
mengatakan tidak bisa berdiri terlalu
atas tanpa menggerakan atau
lama karena merasakan sakit pada
menekuk pinggang selama 7x atau
kedua kakinya. Klien juga
kurang lebih selama 5 menit,
mengatakan bersedia dilatih klatihan
mengakat salah satu kaki kesamping
keseimbangan selama 20-30 menit.
semala 3x periode, menekuk lutut
Respon Obyektif: Latihan hari
kanan kearah belakang sehingga kaki
pertama yang dilakukan selama 20
kanan terangkat kebelakang tubuh
menit didapatkan hasil keseimbangan
klien hanya dapat melakukan 2x
klien hanya bisa melakukan beberapa
periode. Pada latihan hari ketiga klien
latihan seperti pemanasan kurang
masih sama pada hari kedua yaitu
lebih 2 menit dengan tarik nafas detik dan klien bisa melakukan
dalam dari hidung dan keluar dari selama 6x periode, berdiri dengan
mulut, memutar bahu kedepan dan ujung kaki klien dapat melakukan
kebelakang selama kurang lebih 2 selama 4x periode, mengangkat lutut
menit, mengangkat salah satu kaki kanan ke atas tanpa menggerakan
kesaming selama 10 detik dan klien atau menekuk pinggang selama 6x,
bisa melakukan selama 5x periode, menekuk lutut kanan kearah belakang
berdiri dengan ujung kaki klien dapat sehingga kaki kanan terangkat
melakukan selama 4x periode, kebelakang tubuh klien hamya dapat
mengangkat lutut kanan ke atas tanpa melakukan 2x periode.
menggerakan atau menekuk pinggang
Pada hari ketiga respon
selama 5x, menekuk lutut kanan
subyektif klien mengatakan kakinya
kearah belakang sehingga kaki kanan
lebih enakan dan sudah bisa untuk
terangkat kebelakang tubuh klien
berjalan, respon obyektif latihan yang
hamya dapat melakukan 2x
dilakukan selama 20 menit
periode.Pada hari kedua respon
didapatkan hasil keseimbangan klien
subyektif klien mengatakan bahwa
hanya bisa melakukan beberapa
mau berusaha untuk berlatih
latihan seperti pemanasan kurang
walaupun hanya beberapa saja
lebih 2 menit dengan tarik nafas
dikarenakan kaki sakit untuk berjalan
dalam dari hidung dan keluar dari
. Respon obyekif dari hari kedua
mulut, memutar bahu kedepan dan
adalah klien berusaha berdiri namun
kebelakang selama kurang lebih 2
tidak bisa dalam satu kali upaya
menit, mengangkat salah satu kaki
melainkan harus beberapa kali usaha
kesamping selama 10 detik dan klien
Latihan hari pertama yang dilakukan
bisa melakukan selama 7x periode,
selama 20 menit didapatkan hasil
berdiri dengan ujung kaki klien dapat
keseimbangan klien hanya bisa
melakukan selama 5x periode,
melakukan beberapa latihan seperti
mengangkat lutut kanan ke atas tanpa
pemanasan kurang lebih 2 menit
menggerakan atau menekuk pinggang
dengan tarik nafas dalam dari hidung
selama 6x, menekuk lutut kanan
dan keluar dari mulut, memutar bahu
kearah belakang sehingga kaki kanan
kedepan dan kebelakang selama
terangkat kebelakang tubuh klien
kurang lebih 2 menit, mengangkat
hamya dapat melakukan 3x periode.
salah satu kaki kesamping selama 10
Implementasi yang dilakukan keseimbangan. Respon obyektif klien
pada Ny. G yang dilakukan pada saat dilakukan latihan kesimbangan
tanggal 22 April pukul 17.00 WIB pasien mampu melakukan beberapa
adalah memeriksa tekanan darah dan latihan seperti pemanasan dilakukan
pengukuran keseimbangan. Pada hari kurang lebih 2 menit dengan tarik
pertama Respon Subyektif: klien nafas dalam dari hidung dan keluar
mengatakan tidak bisa berdiri dan jalan dari mulut, memutar bahu kedepan dan
terlalu lama dan jika berdiri klien harus kebelakang selama kurang lebih 2
dibantu atau berpegangan agar tidak menit, mengangkat salah satu kaki
jatuh. Klien juga mengatakan takut kesaming selama 10 detik dan klien
jatuh karena menyadari bisa melakukan selama 5x periode,
ketidakmampuannya saat berdiri. Klien berdiri dengan ujung kaki klien dapat
bersedia dilakukan latihan melakukan selama 7x periode,
keseimbangan selama 20-30 menit. mengangkat lutut kanan ke atas tanpa
Respon Obyektif: Klien dapat menggerakan atau menekuk pinggang
melakukan beberapa latihan seperti selama 4x, menekuk lutut kanan kearah
pemanasan dilakukan kurang lebih 2 belakang sehingga kaki kanan
menit dengan tarik nafas dalam dari terangkat kebelakang tubuh klien
hidung dan keluar dari mulut, memutar hanya dapat melakukan 3x periode.
bahu kedepan dan kebelakang selama Pada hari ketiga respon subyektif klien
kurang lebih 2 menit, mengangkat mengatakan sudah mulai berlatih
salah satu kaki kesaming selama 10 sendiri setiap pagi walaupun hanya
detik dan klien bisa melakukan selama beberapa latihan. Respon obyektif saat
4x periode, berdiri dengan ujung kaki dilakukan latihan kesimbangan pasien
klien dapat melakukan selama 6x mampu melakukan beberapa latihan
periode, mengangkat lutut kanan ke seperti pemanasan dilakukan kurang
atas tanpa menggerakan atau menekuk lebih 2 menit dengan tarik nafas dalam
pinggang selama 4x, menekuk lutut dari hidung dan keluar dari mulut,
kanan kearah belakang sehingga kaki memutar bahu kedepan dan kebelakang
kanan terangkat kebelakang tubuh selama kurang lebih 2 menit,
klien hamya dapat melakukan 3x mengangkat salah satu kaki kesaming
periode. Pada hari kedua respon selama 10 detik dan klien bisa
subyektif klien mengatakan bahwa melakukan selama 6x periode, berdiri
ingin belajar untuk berlatih dengan ujung kaki klien dapat
melakukan selama 8x periode, dilakukan 2 kali dalam sehari dengan
mengangkat lutut kanan ke atas tanpa durasi waktu 20 sampai 40 menit
menggerakan atau menekuk pinggang dengan latihan keseimbangan
selama 5x, menekuk lutut kanan kearah didapatkan data kondisi klien baik
belakang sehingga kaki kanan dengan tekanan darah 1 0 0 mm g,
terangkat kebelakang tubuh klien nadi 0 menit, respirasi 20 menit,
hanya dapat melakukan 3x periode. suhu 36, . Klien klien mampu
menjaga keseimbangan berdiri dan
Evaluasi dilakukan pada
berjalan. Sehingga dapat di
tanggal 24 April 2019 pada Ny. S
simpulkan masalah teratasi sebagian
pukul 08.00 setelah dilakukan asuhan
dengan data pasien mampu
keperawatan selama 3 hari pada Ny.
mempertahankan keseimbangan
S yang dilakukan 2 kali dalam sehari
berdiri dan berjalan walaupun
dengan durasi waktu 20 sampai 40
terkadang masih sempoyongan.
menit dengan latihan keseimbangan
Intervensi yang dapat diprogram
didapatkan data kondisi klien baik
adalah dengan kolaborasi keluarga
dengan tekanan darah 140 0 mm g,
untuk membantu klien dalam latihan
adi menit, espirasi 20 menit,
keseimbangan.
uhu 36, . Klien mampu
mempertahankan keseimbangan saat Evaluasi dilakukan pada tanggal
berjalan dan berdiri walaupun hanya 24 April 2019. Evaluasi pada Ny. G
bebrapa menit. Sehingga dapat pada pukul 15.00 setelah dilakukan
disimpulkan masalah teratasi asuhan keperawatan selama 3 hari pada
sebagian dengan data pasien mampu Ny. G yang dilakukan 2 kali dalam
mempertahankan keseimbangan. sehari dengan durasi waktu 20 sampai
Intervensi yang dapat diprogram 40 menit dengan latihan keseimbangan
adalah dengan kolaborasi keluarga didapatkan data kondisi klien baik
untuk membantu klien dalam latihan dengan tekanan darah 130/80 mmHg,
keseimbangan. nadi 88×/menit, respirasi 20×/menit,
Evaluasi dilakukan pada suhu 37,3 C. Klien nampak dapat
tanggal 24 April 2019. Evaluasi pada menjaga keseimbangan berdiri tanpa
Ny. SH pada pukul 15.00 setelah pegangan walaupun hanya 2-3 menit.
dilakukan asuhan keperawatan Sehingga dapat disimpulkan masalah
selama 3 hari pada Ny. SH yang teratasi sebagian dengan data klien
mampu mempertahankan melakukan gerakan tertentu
keseimbangan berdiri tanpa (Savira, 2016).
berpegangan. Intervensi yang dapat
Rencana keperawatan
diprogram adalah dengan kolaborasi
Rencana keperawatan
keluarga untuk membantu klien dalam
adalah suatu proses di dalam
latihan keseimbangan.
memecah-kan masalah yang
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan awal
tentang suatu apa yang akan
Pada bab ini akan
dilakukan, kapan dilakukan,
membahas masalah keperawatan
siapa yang melakukan dari
pada Ny. S, Ny. SH dan Ny. S
semua tindakan perawat
dengan diagnosa resiko jatuh
(Dermawan, 2017).
berubungan dengan gangguan
Berdasarkan hasil dari
keseimbangan. Didapatkan dari
tujuan masalah keperawatan
data subjektif : pasien
diatas ditentukan NOC : Resiko
mengatakan cemas, perasaan
Jatuh. Berdasarkan hasil dari
gelisah, dan aktivitasnya menjadi
tujuan asuhan keperawatan
terganggu.
gerontik dengan latihan
Keseimbangan
keseimbangan adalah tingkat
merupakan kemampuan untuk
resiko jatuh klien menurun
mempertahankan stabilitas
dengan kriteria hasil :
postural yang dapat didefinisikan
Mempertahankan keseimbangan
sebagai kemampuan individu
ketika berdiri (5),
untuk mempertahankan pusat
Mempertahankan keseimbangan
gravitasi (center of gravity) dan
dari posisi duduk ke posisi
bidang tumpu (base of support).
berdiri (5), Mempertahankan
Keseimbangan dibagi menjadi
keseimbangan ketika berjalan
keseimbangan statis dan dinamis.
(5), Mempertahankan
Keseimbangan statis adalah
keseimbangan sementara
mempertahankan posisi berdiri
menggeser berat badan dari satu
tanpa ada pergerakan, sedangkan
kaki ke kaki lain (5).
keseimbangan dinamis adalah
Intervensi yang dapat
kemampuan untuk
dilakukan yaitu NIC: Latihan
mempertahankan postur saat
Keseimbangan. Intervensi yang yang baik dan benar adalah
dilakukan adalah dengan (1) latihan kesimbangan. Latihan
Intervensi : 1) Kaji ulang riwayat keseimbangan ditujukan untuk
jatuh bersama dengan pasien dan membantu meningkatkan
keluarga, (2) Identifikasi kekuatan otot pada anggota
karakteristik dan lingkungan bawah (kaki) dan untuk
yang mungkin meningkatkan meningkatkan sistem
potensi jatuh (misalnya, lantai vestibular/kesimbangan tubuh.
licin dan tangga terbuka), (3) Latihan keseimbangan berguna
Intruksikan pasien mengenai untuk memandirikan para lansia
pentingnya latihan dalam mejaga agar mengoptimalkan
dan meningkatkan kemampuannya sehingga
keseimbangan, (4) Bantu dengan menghindari dari dampak yang
program penguatan pergelangan terjadi yang disebabkan karena
kaki dan berjalan, (5) Intruksikan ketidakmampuannya. Otak, otot
pasien untuk melakukan latihan dan tulang bekerja bersamasama
keseimbangan, seperti berdiri menjaga keseimbangan tubuh
dengan satu kaki, membungkuk agar tetap seimbang dan
ke depan, peregangan dan mencegah terjatuh. Ketiga organ
resistensi yang sesuai, (6) ini merupakan sasaran yang
Kolaborasi dengan terapi fisik, terpenting dan harus
okupasional, dan terapis rekreasi dioptimalkan pada latihan
dalam mengembangkan dan keseimbangan, untuk itu program
melaksanakan program yang latihan integrasi yang lengkap
sesuai. harus dipersiapkan oleh seorang
Dalam NIC peneliti fisioterapis. (Irwan, 2015).
menggunakan intervensi dengan
Implementasi Keperawatan
mengajarkan penggunaan terapi
Implementasi yang dilaku-
non farmakologi (hipnosis,
kan terhadap klien adalah
relaksasi, terapi musik,
menerapkan senam hamil
aromaterapi, dll) menggunakan
terhadap Ny. S, Ny. SH dan Ny.
Latihan Keseimbangan untuk
G dengan cara menginstruksikan
menurunkan resiko jatuh pada
klien untuk melakukan latihan
lansia. Salah satu latihan fisik
pertama sampai latihan keenam. yang tepat sejauh mana tujuan
Penerapan latihan keseimbngan tercapai (Dermawan, 2012).
dikatakan efektif apabila terjadi Berdasarkan yang telah
penurunan tingkat resiko dilakukan didapatkan hasil kedua
kecemasan, dan dikatakan tidak pasien Ny. S Ny. SH dan Ny. G
efektif apabila terjadi mempunyai ambang kecemasan
peningkatan resiko jatuh setelah yang hampir sama karena dalam
dilakukan penerapan latihan proses pemberian-nya, tingkat
keseimbangan selama 30 hari.. penurunan kecemasan pada
Metode yang digunakan untuk kedua pasien juga hampir sama.
melakukan tindakan tersebut Adapun perbedaan hasil akhir
adalah dengan menggunakan kecemasan dapat dipengaruhi
metode demon-strasi dan metode dari pasien itu sendiri, seperti
pengukuran. Demonstrasi adalah halnya Ny. S dan Ny. G lebih
suatu cara penyampaian materi kooperatif, dan terbuka
dengan memperagakan suatu dibanding Ny. SH yang
proses atau kegiatan untuk membutuhkan pendekatan lebih
memperjelas suatu proses atau untuk membina hubungan saling
kegiatan untuk memperjelas percaya terhadap pasien dan
suatu pengertian atau untuk keluarga.
mem-perlihatkan bagaimana cara Nama Klien Sebelum Sesudah
melakukan sesuatu atau proses
terjadinya sesuatu (Suaedi, Ny. S 23 25
2011). Metode pengukuran Ny. SH 21 24
adalah penulis melakukan
Ny. G 20 24
pengukuran respon klien
terhadap tindakan keperawatan
yang dilakukan.
Tabel menunjukkan bahwa
a. Evaluasi keperawatan
penerapan latihan keseimbangan
Evaluasi adalah mem-
pada lansia efektif dapat
bandingkan suatu hasil atau
menurunkan resiko jatuh secara
perbuatan dengan standar untuk
non farmakologis.
tujuan pengambilan keputusan
Hal ini sejalan dengan setelah melakukan senam hamil.
penelitian yang dilakukan Eka Pada pasien II didapati hasil
Nurhayati (2015). Latihan bahwa kecemasan klien
keseimbangan dapat mengurangi berkurang setelah melakukan
insiden jatuh sebesar 17 persen, oleh senam hamil. Penerapan Latihan
karena itu latihan keseimbangan
Keseimbangan bermanfaat untuk
yang salah satunya adalah dengan
mengurangi resiko jatuh pada
olahraga senam lansia dapat
lansia.
dilakukan lansia untuk memperbaiki
perubahan yang terjadi pada lansia
terutama pada keseimbangan tubuh
DAFTAR PUSTAKA

lansia. Tujuan penelitian ini adalah Ahyar. 2010. Konsep Diri dan
Mekanisme Koping dalam Aplikasi
untuk menganalisis perbedaan Keperawatan.
keseimbangan tubuh lansia Anna, S. 2009. Menjaga
Kesuburan, Jakarta: Prestasi.
berdasarkan keikutsertaan senam
Aryani, F. Dkk. 2016. Senam
lansia. Hamil Berpengaruh trhadap Tingkat
Kecemasan pada Primigravida
Trimester III. JNKI. Volume 4 no 3,
KESIMPULAN 129-134.
a. Asuhan keperawatan ke- Aulia H & Hindun S. 2010.
Pengaruh Senam Hamil terhadap
perawatan pada N, Ny. SH dan Proses Persalinan Normal di Klinik
Ny. G dengan kecemasan YK Madira Palembang. JKK. No 1: 42.
David. 2008. Hubungan Antara
ditemukan data subjektif : pasien Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Sikap
mengatakan cemas, perasaan Ibu Hamil Tentang Senam Hamil.
Skripsi Surakarta. Fakultas Ilmu
gelisah, dan aktivitasnya menjadi Kesehatan Universitas Muhammadiyah
terganggu. Data obyektif : pasien Surakarta.
Dewi PK., Patimah S dan
tampak cemas. Dari analisa Khairiyah. 2018. Pengaruh Relaksasi
diatas muncul masalah Otot Progresif terhadap Penurunan
Nyeri Punggung Bagian Bawah Ibu
keperawatan ansietas Hamil Trimester III. Jurnal Bidan
berhubungan dengan ancaman “Midwife Journal”. Volume 4 no 2.
Hawari, D. 2010. Manajemen
kematian. Implementasi yang Stres Cemas dan Depresi. Jakarta;
dapat dilakukan yaitu mengajari Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
teknik latihan keseimbangan. Hidayati. 2009. Asuhan
Evaluasi pada pasien I Keperawatan pada Kehamilan
Fisiologis dan Patologis. Jakarta:
didapatkan hasil dimana Salemba Medika.
kecemasan klien berkurang
Hutahaean. 2013. Perawatan Antara Siswa Program Reguler dengan
Antenatal. Yogyakarta: Salemba
Program Akselerasi. Tesis. Universitas
Medika.
Joyce Y J. 2014. Keperawatan Sumatra Utara.
Maternitas. Yogyakarta: Rapha
Suryani P & Handayani I. 2018.
Publishing.
Kaplan, H.I., Saddock, B.J., & Senam Hamil dan Ketidaknyamanan
Grabb, J.A. 2010. Kaplan-Sadock
Ibu Hamil Trimester Ketiga. Jurnal
Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Prilaku Psikiatri Klinis. Bina Rupa Bidan “Midewife Journal”. Volume 5
Aksara. Tangerang.
no 5.
Kemenkes RI. 2010. Standart
Laboratorium Keperawatan Susilo R., Notoatmodjo dan
Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta
Soekidjo. 2012. Metode Penelitian
: Badan PPSDM Kesehatan.
Kumalasari. 2015. Panduan Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Praktik Laboratorium dan Klinik
Widyawati & Syahrul F. 2013.
Perawatan Antenatal, Intranatal,
Postnatal Bayi Baru Lahir dan Pengaruh Senam Hamil terhadap
Kontrasepsi. Jakarta Selatan: Salemba
Proses Persalinan dan Status Kesehatan
Medika
Larasati, I. P & Wibowo. A. Neonatus. Jurnal Berkala
2012. Pengaruh Keikutsertaan Senam
Epidemiologi. Volume 1 no 2: 316-
Hamil terhadap Kecemasan
Primigravida Trimester Ketiga dalam 324.
Menghadapi Persalinan. Jurnal
Wulandari P Y. 2008. Efektivitas
Biometrika dan Kependudukan.
Volume 1 no 1: 26-32. Senam Hamil sebagai Pelayanan
Mitayani. 2009. Asuhan
Prenatal dalam Menurunkan
keperawatan maternitas. Yogyakarta:
Salemba Medika. Kecemasan Menghadapi Persalinan
Mufdilah, 2009. Panduan
Pertama. Jurnal INSAN. Volume 8 no
Asuhan Kebidanan Ibu Hamil.
Yogyakarta: Nuha Medika. 2.
Prawirohardjo. 2014. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Rasmun. 2009. Stress Koping
dan Adaptasi : Teori dan Pohon
Masalah Keperawatan. CV. Sagung
Seto. Jakarta.
Salmah. 2011. Asuhan
Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W., & Sundden, S.J.
2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa,
Edisi 3. EGC. Jakarta.
Suliswati. 2014. Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC.
Jakarta.
Supriyantini. 2010. Perbedaan
Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian

Anda mungkin juga menyukai