Anda di halaman 1dari 8

1.

Biologi Ikan Nila

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk

dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004). Ikan ini

merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari

Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke

Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan nila

secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar

pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara

200 - 400 gram, sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa

hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman, 2003).

Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan

dengan kadar Dissolved Oxygen (DO) antara 2,0 - 2,5 mg/l. Secara umum nilai

pH air pada budidaya ikan nila antara 5 sampai 10 tetapi nilai pH optimum adalah

berkisar 6 - 9. Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau,

waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, memiliki toleransi terhadap salinitas

sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak di perairan payau dengan

salinitas 20 - 25‰ (Setyo, 2006).

Adapun klasifikasi ikan nila (Sugiarto, 1988) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Osteichthyes

Sub Class : Acanthoptherigii

Ordo : Percomorphi

Sub Order : Percoidea


Family : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis niloticus

`Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis memang berbeda

dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh nila memanjang dan

ramping, dengan sisik berukuran besar. Bentuk matanya besar dan menonjol

dengan tepi berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah

tubuh, kemudian berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan

dengan letak garis yang memanjang di atas sirip dada. jumlah sisik pada gurat sisi

34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip duburnya memiliki jari-jari

D.XVII.13; V.15; P.15; A.III.10; dan C.18. Sirip punggung dan sirip dada

berwarna hitam. Pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam. Nila

memiliki lima sirip, yaitu satu sirip punggung (dorsal fin), sepasang sirip dada

(pectoral fin), sepasang sirip perut (venteral fin), sepasang sirip anal (anal fin),

dan satu sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas

tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan

sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk

agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk

bulat. Morfologi ikan nila dapat dilihat pada Gambar 1.

Ikan nila bersifat omnivora yang cenderung herbivora sehingga lebih


mudah beradaptasi dengan jenis pakan seperti plankton hewani, plankton nabati,

dan daun tumbuhan yang halus. Selain itu ikan nila dapat diberi pakan buatan

seperti pellet dan pakan tambahan seperti dedak halus, tepung bungkil sawit, dan

ampas kelapa (Sayed, 1999). Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan serta


kelangsungan hidupnya ikan memerlukan pakan yang cukup dari segi kualitas dan

kuantitas. Pakan yang bermutu baik, salah satunya ditentukan oleh kandungan gizi

(protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral) dalam komposisi yang tepat.

Habitat Dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila

Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar,

terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin

(payau). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat

hidup pada kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai

habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan

danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada

habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang

karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup di perairan dingin,

yang umumnya bersuhu di bawah 21 ° C (Harrysu, 2012). Menurut

Mudjiman (2001), Ikan Nila (oreochormis niloticus) adalah termasuk

campuran ikan pemakan campuran(omnivora).

Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran

suhu 14-38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan

perkembangannya yaitu 25-30°C. Pada suhu 14°C atau pada suhu tinggi

38°C pertumbuhan ikan nila akan terganggu. Pada suhu 6°C atau 42°C

ikan nila akan mengalami kematian. Kandungan oksigen yang baik bagi
pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L, kandungan karbondioksida kurang

dari 5mg/L dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5-9 (Amri, 2003).

Menurut Santoso (1996), pH optimum bagi pertumbuhan nila yaitu antara

7-8 dan warna di sekujur tubuh ikan dipengaruhi lingkungan hidupnya.


Bila dibudidayakan di jaring terapung (perairan dalam) warna ikan lebih

hitam atau gelap dibandingkan dengan ikan yang dibudidayakan di kolam

(perairan dangkal). Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan,
konsentrasi karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tanaman air.

Nilai CO2 ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam

perairan yang bertambah akan menekan aktivitas pernapasan ikan dan

menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat

membuat ikan menjadi stress. Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan

pembesaran nila sebaiknya kurang dari 15 mg/liter (Sucipto dan

Prihartono, 2005).

2. Manajemen Budidaya

Kolam air tenang adalah kolam yang memiliki sumber air keluar -masuk pada

kolam dengan sangat terbatas, atau kolam yang hanya diisi satu kali pada awal

penebaran hingga masa panen. Penambahan volume air yang dilakukan sesekali

hanya untuk mempertahankan volume air minimum pada kolam. Keadaaan ini

sangat berbeda dengan kolam karamba di rawa atau danau yang tenang (tidak ada

arus)

Adapun konstruksi kolam yang digunakan sebagai budidaya ikan nila di kolam air
tenang adalah sebagai berikut:

Bentuk petakan tidak perlu segi empatLuas petakan kolam (500-1000) M2


Pematang kolam kokoh, kedap air dengan Iebar 50 cmSaluran pemasukan dan
pengeluaran terletak pada sisi yang berseberanganSaringan terbuat dari kawat,
bambu atau jaring/hapa yang diletakkan pada saluran pemasukan dan
pengeluaranKedalam kolam berkisar antara (0,5-1,5) mParit keliling atau diagonal
dengan kedalaman antara (20-50) cm dengan Iebar berkisar antara (50-200) cm.
Selanjutnya ketika konstruksi kolam sudah diketahui dan sudah disiapkan,
langkah selanjutnya adalah melakuykan persiapan pemeliharaan ikan nila,
namun ada beberapa persiapan sebelum berlangsungnya pemeliharaan,
sebagai berikut:

Penjemuran kolam sampai tanah dasar menjadi retak-retak selama 4-7


hariPemberian kapur tohor dengan dosis 25-50 g/M2Pemupukan dasar berupa
pupuk organik dengan dosis 250-500 g/m2 dan pupuk anorganik seperti urea
15 g/ M2, TSP 10 g/ M2, dan NH4NO315 g/M2, untuk menumbuhkan
plankton. Pupuk yang digunakan ditebarkan secara merata di dasar kolam.

Setelah itu, tahapan masuk pada menentukan padat penebaran benih ikan. Ini
berkaitan dengan ukuran kolam ikan nila yang digunakan. Untuk itu, budidaya
ikan nila di kolam air tenang juga harus memikirkan padat penebaran benih.

Adapun padat penebaran benihnya adalah sebagai berikut: 5-10 ekor/ M2


ukuran 8-12 cm atau bobot ±15-20 g/ekor.

Metode Pemberian Pakan Ikan Nila

Dalam pemberian pakan ikan nila ada beberapa metode yang digunakan, di
antaranya adalah :

Selain pakan alami yang tersedia di kolam, diberikan juga pakan tambahan
(pellet) dengan kadnugan protein minimal 28%Frekuensi pemberian pakan 2-3
kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore hariJumlah pakan yang diberikan sebanyak
3-5% dari bobot biomassa ikan perhari tergantung dari umur dan bobot ikan

Mengatur Volumer Air Budidaya Ikan Nila di Kolam Air Tengan

Pengelolaan air pada proses budidaya ikan nila di kolam air tenang juga penting
dilakukan. Pengelolaan air ini dimaksudkan agar air dapat terjaga kondisinya.
Karena air untuk budidaya ikan nila juga memiliki ukuran ideal. Kondisi air untuk
digunakan ikan nila idealnya memiliki temperatur 28-30°C, pH (7-8,5), debit air
±5 Udetik/1.000 M2.Sumber air yang didapat untuk mengaliri budidaya ikan nila
di kolam air tenang ini adalah sungai, mata air, suymur, atau air hujan.
Proses Panen Ikan Nila Kolam Air Tenang

Terakhir yang harus dipikirkan adalah proses produksi hasil budidaya. Jadi dalam
panen ikan nila di kolam air tenang ini, kurang lebihnya lama pemeliharaan 3-6
bulan. Ukuran panen sebesar 200-300 gram per ekor. Sementara produksi yang
dihasilkan bisa mencapai 1-2 Kg/M2/MT. Tentunya ukuran ini menjadi ukuran
ideal sebagai ikan konsumsi.

Kelemahan dan Kelebihan Kolam Air Tenang

Kolam air tenang memiliki beberapa kelemahan yaitu:


1. Memiliki supply oksigen terlarut yang sangat terbatas, sehingga padat
penebaran juga harus dibatasi.
2. Jenis ikan yang dipelihara sangat terbatas, hanya lele dan gurami / gurame,
karena kedua ikan ini mampu mengambil oksigen dari udara dan
membawa masuk ke dalam air sehingga menjadi oaksigen yang terlarut
dalam air.
3. Padat penebaran ikan lele lebih banyak dari pada ikan gurami, karena lele
tidak memiliki sisik yang dapat terkelupas seperti pada gurami, ketika ikan
dalam kolam terlalu padat.
4. Kurang tersedianya pakan alami berupa plankton dan hewan renik yang
biasanya ikut masuk bersama sumber air.
5. Kurangnya oksigen terlarut akan mengurangi nafsu makan ikan, sehingga
perlu ditambah supplement penabah nafsu makan.
6. Tidak adanya saluran air masuk dan keluar selama masa pembesaran,
membuat racun dan amonia dari sisa makanan dan kotoran tidak dapat
terbuang keluar, hal ini dapat meracuni ikan jika tidak rajin untuk
menyedot (sifon) sisa makanan dan kotoran dari dasar kolam.
Meskipun terlihat lebih banyak kelemahan dan keterbatasan pada jenis
ikan yang dipelihara, sebenarnya kolam air tenang juga memiliki keuntungan,
yaitu
1. Tidak selalu bergantung pada sumber air yang mengalir masuk dalam
kolam, sehingga siapapun dapat membuat kolam air tenang tanpa harus
mempertimbangankan lokasi yang dekat dengan aliran sungai atau sumber
air lainnya.
2. Minimnya ikan kompetitor dan predator pada kolam, karena tidak mampu
beradaptasi dengan oksigen terlarut yang terbatas.
Sistem Kerja Kolam Air Tenang (Stagnant Water Pond)

Kolam air tenang adalah wadah pemeliharaan ikan yang didalamnya


terdapat air besifat mengenang (stagnant). Kolam air tenang menggunakan
perairan tawar sebagai sumber airnya, yaitu sungai, saluran irigasi, mata air,
hujan, sumur, waduk, danau, dan situ. Didalam kolam air tenang terjadi proses
ekologi seperti proses produksi biomassa nabati melalui aktifitas fotosintetis oleh
fitoplanton atau tumbuhan air (makrofit), proses konsumsi oloeh organisme
hewani (antara lain ikan), dan proses dekomposisi bahan organik di dasar kolam
menjadi hara oleh bakteri pengurai.
Komponen kolam air tenang meliputi pematang kolam, dasar kolam, pintu
air masuk, (inlet), pintu air keluar (outlet), saluran pemasukan air, dan saluran
pembuangan air. Pematang kolam dan dasar kolam berfungsi, menahan massa air
selama mungkin didalam kolam sehingga ikan pemeliharaan dapat hidup, tumbuh,
dan berkembangbiak. Pematang dan dasar kolam terbuat dari beton atau dari tanah
asal tempat kolam tersebut dibangun. Pembuatan kolam dilakukan dengan
menggali permukaan tanah dan tanah bekas galian tersebut digunakan untuk
membangun pematang. Pematang dibuat miring dan kemiringannya tegantung
pada jenis tanah. Pada tanah yang memiliki tekstur halus, seperti tanah liat, dibuat
pematng dengan kemiringan yang lebih curam. Sebaliknya untuk tanah dengan
tekstur kasar seperti tanah berpasir pematang dibuat lebih landai.
Pintu air kolam berfungsi untuk memasukan air atau mengeluarkan air dari
kolam. Air yang dimaksud adalah air segar dan kaya oksigen. Sedangkan air yang
dikeluarkan adalah air kotor didasar kolam yang banyak mengandung amonia,
CO2, dan limbah metabolisme (metabolit) lainya. Inlet kolam bisa terbuat dari
pralon atau berbentuk saluran, sedangkan oulet kolam bisa terbuat dari pralon atau
beton. Oulet kolam yang terbuat dari pralon disebut tempurung lutut atau pipa
goyang. Pipa tersebut bisa digoyang miring-tegak sehingga menentukan tinggi air
didalm kolam. Oulet yang terbuat dari beton salah satunya disebut monik. Saluran
pemasukan air berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber air keperkolaman,
sedangkan saluran pembuangan berfungsi menyalurkan air dari perkolaman ke
luar.
Saluran pemasukan dan pembuangan dikelompokan menjadi saluran
utama (primer), saluran sukunder, dan saluran tersier. Saluran pemasukan primer
berfungsi menyalurkan air dari sumber air (sungai, danau, dan sebagainya) ke
saluran pemasukan sekunder. Saluran pemasukan sekunder berfungsi
menyalurkan air ke saluran pemasukan tersier dan saluran pemasukan tersier
menyalurkan air ke kolam-kolam.

Anda mungkin juga menyukai