Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Bimbingan
Menurut Smith (1999:94) “ bimbingan adalah proses layanan yang diberikan
kepada individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rancana, dan interprestasi yang
diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan baik.”
Menurut Miller (1961) bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap
individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Dapat dipahami bahwa bimbingan adalah proses pemberian arahan yang diberikan
konselor kepada kliennya baik secara individu ataupun kelompok baik kepada anak-anak,
remaja, dan orang dewasa dan dilakukan secara sadar sehingga klien dapat
mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan bisa memilih keputusan dalam
menentukan tujuan, memahami dan mengenal diri sertamampu beradaptasi dengan
lingkungan dengan baik.
Menurut Arthur J. Jones (1970), bimbingan adalah proses dimana pembimbing
membantu si terbimbing sehingga terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan,
menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Di sini,
pembimbing membantu individu agar dapat mengatasi masalah-masalah dengan
memberikan alternatif yang tepat sesuai dengan keadaan dirinya; membantu memahami
permasalahan dan sanggup menerimanya sebagai suatu kenyataan; membantu
membukakan jalan yang bisa jadi tidak disadari oleh si terbimbing bahwa ada jalan yang
bisa diambil; dan mensugesti si terbimbing agar memiliki kemauan menuju jalan
pemecahan, yang bisa jadi karena tekanan emosional, kelelahan, stres, sehingga
kemampuan dan kemauannya menjadi hilang. Sementara Peters dan Shertzer (1974)
mengartikan, bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu agar ia
memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan demikian ia dapat memanfaatkan
potensi-potensinya.
Bimbingan merupakan upaya yang bersifat preventif, dapat dilakukan secara
individual maupun kelompok, dan bisa dilakukan oleh para guru, pemimpin, ketua-ketua
organisasi, dan sebagainya. Yang penting para pembimbing tersebut memiliki
pengetahuan tentang psikologi, sosiologi, budaya, dan berbagai teknik bimbingan seperti
dinamika kelompok, sosio-drama, teknik wawancara, dan sikap-sikap yang menghargai,
ramah jujur, dan terbuka. Bimbingan bisa dilakukan oleh siapa saja yang berminat, asal
mendapat pelatihan terlebih dahulu. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa
bimbingan merupakan salah satu aktifitas bantuan psikologis yang masih bersifat umum
dan memecahkan masalah-masalah kejiwaan individu yang belum bersifat serius dan
mendalam.
B. Konseling
Menurut Kavanagh, konseling merupakan hubungan anatara seorang penolong
yang terlatih dan seorang yang mencari pertolongan, dimana keterampilan si penolong dan
situasi yang diciptakan olehnya menolong orang untuk belajar berhubungan dengan
dirinya sendiri dan orang lain dengan terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh.
Menurut Pepinsky 7 Pepinsky, konseling merupakan interaksi yang (a) terjadi
antara dua orang individu, yang masing-masing disebut konselor dan klien; (b) terjadi
dalam suasana yang propesional; (c) dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudahkan
perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.
Menurut Bernard dan Fullmer (1969), konseling meliputi pemahaman dan
hubungan individu untuk menungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-
potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk
mengapresiasikan ketiga hal tersebut.
Menurut Schertzer dan Stone (1980), Konseling adalah upaya membantu individu
melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli
mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan
tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif
perilakunya.
Menurut Jones (1951), Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta
dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk
diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung
dalam pemecahan untuk lkien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang
progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
Prayitno dan Erman Amti (2004:105), Konseling adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Menurut A.C. English dalam Shertzer & Stone (1974), Konseling merupakan
proses dalam mana konselor membantu konseli (klien) membuat interprestasi tentang
fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian
yang perlu dibuatnya.
Menurut APGA (American Personel Guidance Association) dalam Prayitno
(1987 : 25), Konseling adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan
bantuan untuk mengatasi kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik atau
masalah pengambilan keputusan.
Menurut Galdding, konseling berlangsung dalam jangka waktu yang relative
singkat,bersifat antar pribadi, sesuai dengan teori-teori yang ada, dilakukan oleh orang
yang ahli di bidangnya serta sesuai dengan etika dan aturan-aturan yang ada yang berpusat
pada pemberian bantuan kepada orang-orang yang pada dasarnya mengalami gangguan
psikologis agar orang-orang yang menyimpang dan mengalami masalah situsional dapat
kembali normal.
Konseling, kadang disebut penyuluhan, adalah suatu bentuk bantuan. Merupakan
suatu proses pelayanan yang melibatkan kemampuan profesional pada pemberi layanan. Ia
sekurang-kurangnya melibatkan pula orang kedua, penerima layanan, yaitu orang yang
sebelumnya merasa ataupun nyata-nyata tidak dapat berbuat banyak dan setelah mendapat
layanan menjadi dapat melakukan sesuatu. Para ahli mendefinisikan konseling sebagai
suatu bantuan seseorang kepada orang lain. Adapun tujuannya, menurut English &
English (1958), membantu orang lain agar memahami masalah dan apat memecahkannya
dalam rangka penyesuaian diri. Sedang menurut Glen E. Smith (1955), adalah agar
individu tersebut bisa melakukan pemilihan, perencanaan dan penyesuaian diri sesuai
dengan kebutuhan. Sementara Milton E. Hahn (1955), adalah agar individu tersebut
mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.
Menurut Willis, konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang
pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang
membutuhkannya, agar berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi
masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.
Menurutnya, dalam era global dan pembangunan saat ini, konseling bukan saja bersifat
klinis-psikologis, tapi harus lebih menekankan pada pengembangan potensi individu yang
terkandung didalam dirinya, baik intelektual, afektif, sosial, emosional, dan religius;
menjadikannya sebagai individu yang akan berkembang dengan nuansa yang lebih
bermakna, harmonis, sosial, dan bermanfaat. Dengan demikian, ada perubahan
konsepsional antara pengertian konseling lama dengan konseling baru, dimana konseling
bukan saja bersifat klinis, tapi juga bersifat preventif dan pengembangan individu.
Sementara Mohamad Surya, menyimpulkan beberapa prinsip dalam pengertian
konseling, yaitu:
1. Konseling merupakan alat yang paling penting dalam keseluruhan program
bimbingan.
2. Dalam konseling terlibat adanya pertalian dua orang individu yaitu konselor dan
konseli, dimana konselor membantu konseli melalui serangkaian wawancara dalam
serangkaian pertemuan.
3. Wawancara merupakan alat utama dalam keseluruhan kegiatan konseling.
4. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling adalah agar konseli:
a. memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.
b. mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke arah tingkat
perkembangan yang optimal.
c. mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.
d. mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang obyektif tentang
dirinya.
e. memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya dan dapat menyesuaikan diri secara
lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan.
f. mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
g. terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah suai (maladjustment).
5. Konseling merupakan kegiatan profesional, artinya dilaksanakan oleh konselor yang
telah memiliki kualifikasi profesional dalam pengetahuan, ketrampilan, pengalaman
dan kualitas pribadinya.
6. Konseling merupakan suatu proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan
yang bersifat fundamental dalam diri konseli terutama perubahan dalam sikap dan
tindakan.
7. Tanggung jawab utama dalam pengambilan keputusan berada pada tangan konseli,
dengan bantuan konselor.
8. Konseling lebih menyangkut masalah sikap dari pada tindakan.
9. Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional dari pada maslaah
intelektual.
10. Konseling berlangsung dalam suatu situasi pertemuan yang sedemikian rupa.
Dari uraian tersebut, konseling memiliki fungsi yang sangat luas, bukan saja
bersifat klinis, membantu klien mengatasi permasalahan yang dihadapi, tapi juga
memberikan bantuan klien menjadi individu yang berkembang secara optimal.
Bila dibandingkan dengan bimbingan, konseling lebih membutuhkan landasan
operasional bidang psikologi yang lebih mendalam. Namun dalam perkembangan
selanjutnya, antara bimbingan dan konseling, sebagaimana Sofyan S. Willis yang pada
mulanya menguraikan pengertian bimbingan dan konseling secara terpisah,
menjadikannya sebagai satu kesatuan istilah, yaitu bimbingan dan konseling.
Perkembangan pemahaman konseling di atas sejalan dengan perkembangan
konseling itu sendiri, dimana ruang lingkup konseling juga semakin luas, terlebih jika
antara bimbingan dan konseling menjadi satu kesatuan istilah dan kegiatan. Bimbingan
dan Konseling memiliki ruang lingkup yang sangat luas, yaitu: bidang vokasional
(pekerjaan dan jabatan); bidang pendidikan; bidang kesehatan (psikoterapis, psikoanalitis,
dan klinis); dan bidang keagamaan. Dengan demikian, bimbingan dan konseling memiliki
peran yang penting dalam segenap bidang kehidupan saat ini.
Adapun tujua dari konseling, Prof. Rosjidan menyatakan adanya tiga kategori yang
bisa dicatat dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan sebuah konseling. Tujuan khusus
ini meliputi:
1. Merubah tingkah laku yang terganggu
2. Mempelajari tingkah laku yang terganggu, dan
3. Mencegah problem-problem .
Dalam pelaksanaannya, secara umum, teknik konseling meliputi: Penggunaan
hubungan intim (rapport); Memperbaiki pemahaman diri; Pemberian nasehat dan
perencanaan program kegiatan; dan Menunjukkan kepada petugas lain atau reeral bila
dirasa tidak mampu menangani masalah klien .
Sedangkan menurut Willis, teknik konseling meliputi:
1. Perilaku attending; mencakup kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan.
2. Empati; merasakan apa yang dirasakan klien.
3. Refleksi; memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran dan
pengalaman klie sebagai hasil pengamatan.
4. Eksplorasi; menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien.
5. Menangkap pesan utama tentang perasaan, pengalaman, atau pikiran klien dan
disampaikan kembali kepada klien.
6. Bertanya untuk membuka percakapan
7. Bertanya tertutup melalui sebuah pernyataan yang membutuhkan tanggapan.
8. Dorongan minimal; upaya konselor secara halus agar klien tetap terlibat dalam
hubungan yang komunikatif.
9. Interpretasi perasaan, pengalaman, atau pikira klien berdasarkan teori-teori yang ada.
10. Mengarahkan agar klien tetap dalam situasi dan hubungan komunikasi yang ideal. 11)
Menyimpulkan
11. sementara secara periodik agar tahapan-tahapan bisa berkesinambungan.
12. Memimpin arah pembicaraan
13. Fokus pada permasalahan.
14. Konfrontasi; kemampuan konselor untuk bisa mengungkapkan adanya inkonsistensi
dalam diri klien.
15. Menjernihkan ucapan klien yang samar-samar.
16. Memudahkan berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan dengan baik.
17. Diam sebagai fariasi komunikasi guna menumbuhkan pemusatan perhatian dan
penekanan.
18. Mengambil inisiatif untuk bisa membuka, mencairkan, mendorong terciptanya
komunikasi yang mandeg.
19. Memberi nasehat dengan mempertimbangkan aspek kemandirian klien
20. Pemberian informasi kemandirian klien untuk mencari informasi sendiri.
21. Merencanakan dengan cara membantu klien menyusun program untuk action.
22. Membantu klien menyimpulkan hasil sebuah pertemuan.
C. Psikoterapi
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang
menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam
tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku
abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembangan sebagai
seorang individu.
Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan
pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu
"Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya
penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga
dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.
Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan
konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu
dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung ketika akan
melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai karier baru atau akan
mengalami perceraian (hariyanto, 2010).
Secara terminologis psikoterapi berasal dari kata psiko dan terapi. Psiko artinya
kejiwaan atau mental dan terapi adalah penyembuhan atau usada. Sedangkan pengertian
umum psikoterapi adalah proses formal interaksi antara dua pihak atau lebih. Yang satu
adalah profesional penolong dan yang lain adalah "petolong" (orang yang ditolong),
interaksi ini menuju pada perubahan rasa, pikir, perilaku, kebiasaa yang ditimbulkan
dengan adanya tindakan profesional penolong dengan latar belakang ilmu perilaku dan
teknik-teknik usada yang dikembangkannya. Kegiatan psikoterapi ini harus dilandasi oleh
data yang ditemukan selama proses wawancara atau interaksi . Dari definisi ini bisa
diambil kesimpulan bahwa dalam psikoterapi dibutuhkan adanya profesionalisme serta
tindakan-tindakan yang terprogram, formal serta dengan data-data yang lebih akurat dan
teliti.
Adapun tujuan psikoterapi adalah:
1. Memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar.
2. Mengurangi tekanan emosi melalui kesempatan untuk mengekspresikan perasaan yang
mendalam.
3. Membantu klien mengembangkan potensinya.
4. Mengubah kebiasaan.
5. Mengubah struktur kognitif individu.
6. Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas untuk mengambil keputusan dengan tepat.
7. meningkatkan pengetahuan diri atau insight.
8. Meningkatkan hubungan antar pribadi.
9. Mengubah lingkungan sosial individu.
10. Mengubah proses somatik supaya mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kesadaran
tubuh.
11. Mengubah status kesadaran untuk mengembangkan kesadaran, kontrol, dan kreatifitas
diri .
Dengan demikian, tujuan psikoterapi jauh lebih spesifik, menyangkut
permasalahan psikologis yang lebih mendalam dan lebih bersifat klinis-psikologis.
Mengatasi gangguan mental yang telah mengganggu perilaku dan struktur fungsi dan
organisasi fisik. Oleh karena itu, teknik-teknik psikoterapi lebih spesfik dan fokus pada
pembedahan psikologis.
D. Penyuluhan
Pengertian penyuluhan berasal dari berasal dari bahasa inggris yaitu counseling
yang berarti perkembangan, pemberian nasehat, penyuluhan penerangan atau informal
(Abu Ahmadi, 1991:21)
Menurut Jones (2001:21) penyuluhan adalah membicarakan masalah dan biasanya
yang diajak bicara memiliki pengalaman, pengertian dan kemampuan yang tidak dimiliki
orang yang ingin membicarakan permasalahannya dengan orang lain yang sedang
dihadapinya.
Menurut James F. Adams dalam Jumhul (1986:29) bahwa penyuluhan adalah
penilaian timbal balik antara 2 individu dimana yang seorang membantu yang lain supaya
ia dapat lebih baik memahami dirinya itu pada waktu yang datang.
Jadi penyuluhan adalah suatu aktivitas wawancara yang dilakukan seorang ahli
kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah untuk membicarakan dan
memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan memberikan bantuan sehingga
teratasinya masalah pada klien dan dapat beradaptasi dengan baik dan efektif dengan
lingkungannya.
Perbedaan konseling dan psikoterapi didefinisikan oleh Pallone (1977) dan Patterson
(1973) yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983), sebagai berikut:
KONSELING PSIKOTERAPI
1. Klien 1. Pasien
2. Gangguan yang kurang serius 2. Gangguan yang serius
3. Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb 3. Masalah kepribadian dan pengambilan
keputusan
4. Berhubungan dengan pencegahan 4. Berhubungan dengan penyembuhan
5. Lingkungan pendidikan dan non medis 5. Lingkungan medis
6. Berhubungan dengan kesadaran 6. Berhubungan dengan ketidaksadaran
7. Metode pendidikan 7. Metode penyembuhan
Hai teman-teman, apa pandangan masyarakat sudah benar dalam memandang guru BK? Lalu
apa sih yang sudah mengakar dimasyarakat? Oke, saya kembali lagi dengan menulis 15 alasan
yang sudah mengakar di masyarakat terhadap guru BK.
1. Bimbingan dan Konseling disamakan saja dengan pembelajaran atau bahkan dipisahkan
secara terpisah dengan pembelajaran.
Pembelajaran mata pelajaran sekolah tidak bisa digabung oleh pembelajaran
bimbingan konseling. Walau, keduanya harus berjalanan beriringan dikarenakan sifat
penjalan yang berbeda.
2. Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah.
Polisi sekolah yang dimaksud adalah mwnjadi pengingat apabila ada yang
melanggar. Bahkan bisa memberi hukuman apabila dibutuhkan. Namun, seorang konselor
bekerja pada setiap siswa mulai dari pemantauan hingga membentuk siswa sesuai cita-cita
sekolah.
3. Bimbingan dan Konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.
Nasihat bisa diberikan oleh siapa saja. Namun pekerjaan BK bukan hanya sekedar
nasihat. Dikarenakan nasihat belum tentu dapat merubah beberapa anak yang
membutuhkan bimbingan dan konseling.
4. Bimbingan dan Konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat
incidental.
Pekerjaan seorang BK bukan dilakukan hanya pada suatu waktu saat permasalahan
muncul. Namun, pekerjaan itu dilakukan secara teratur dan rutin berulang-ulang.
5. Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya pada klien-klien tertentu.
Sebagai seorang konselor harus melayani seluruh peserta didik yang
membutuhkan. Tidak menganak tirikan peserta didik yang ada.
6. Bimbingan dan Konseling melayani orang sakit atau kurang normal.
Dibeberapa sekolah apabila ada yang sakit atau bahkan kesurupan yang diberi
tugas adalah guru BK, namun itu tidak sepenuhnya benar.
7. Bimbingan dan Konseling bekerja sendiri.
Guru BK membutuhkan kerjasama dari pihak sekolah dan orang tua dalam
melakukan sesuatu untuk peserta didik. Agar mendapat hasil yang lebih maksimal.
8. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif.
Didalam proses ini diharuskan konselor dan peserta didik harus bersama-sama
memiki sifat aktif. Karena, jika hanya salah satu pihak yang aktif tidak akan
menyelesaikan suatu masalah.
9. Menganggap pekerjaan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja.
Pekerjaan Bimbingan dan Konseling membutuhkan orang-orang terlatih untuk
bekerja. Dikarenakan seorang konselor akan menghadapi semua tahap-tahap yang terjadi
tanpa rentang waktu yang dapat ditentukan.
10. Pelayanan Bimbingan dan Konseling berpusat pada keluhan pertama saja.
Berpusat pada keluhan pertama saja tidak dapat menyelesaikan masalah. Seorang
konselor diharapkan mampu menghadapi setiap proses yang akan ditempuh peserta didik.
11. Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling segera dilihat.
Pekerjaan seorang konselor bukan seperti pekerjaan dokter yang setelah
memberikan resep lalu pasien sembuh. Namun, seorang konselor harus sabar dalam
menghadap seluruh tahap perubahan peserta didik.
12. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
Dalam menyelesaikan masalah akan beda penyelesaian masalah apabila ada anak
yang bermasalah di bidang kehidupan rumah dengan permasalahan seorang anak
dibidang teman bermainnya. Jadi seorang konselor harus memiliki berbagai pemecahan
masalah secara tepat.
13. Memastikan usaha Bimbingan dan Konseling hanya penggunaan Instrumen Bimbingan
dan Konseling. (misal: tes, angket, inventori, dan alat pengungkapan lainnya).
Dalam penanganan suatu masalah memerlukan berbagai metode yang tepat dan
menanganinya dan tidak terpaku pada satu metode saja.
14. Bimbingan dan Konseling dibatasi pada hanya mengalami masalah-maslah yang ringan
saja.
Tidak bisa disimpulkan setiap permasalahan yang ada di peserta didik semuanya
ringan dan setara. Setiap masalah memiliki kadar penyelesaian yang berbeda dan metode
yang berbeda pula.
Ulasan diatas menjelaskan bahwa tugas seorang konselor atau guru BK bukan hal mudah.
Mereka sangat luar biasa dalam membantu peserta didik. Dengan banyak anggapan yang
salah terhadap mereka, mereka tetap menjalankan tugas mereka dengan sepenuh hati.