Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

PELAKU BULLYING DI SMPN “X” KABUPATEN JEMBER

Kruistanada, Talita*, Subiastutik, Eni**, Suswati, Wahyi S.E.***

¹Mahasiswa STIKES dr. Soebandi Jember


²Dosen Pembimbing 1 (Dosen Poltekkes Malang Kampus Jember)
³Dosen Pembimbing (Dosen Prodi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember)
E-mail : talitakruistanada15@gmail.com

ABSTRAK

Bullying merupakan tindakan atau penyalahgunaan kekuatan yang dimiliki untuk


menyakiti orang lain. Perilaku pelaku bullying dapat terjadi dikarenakan berbagai faktor, antara
lain teman sebaya, lingkungan keluarga serta pengaruh media televisi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor penyebab perilaku bullying pada siswa-siswi di salah satu SMPN yang
berada di Kabupaten Jember. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional.
Sampel berjumlah 38 siswa diambil dengan teknik simple random sampling dengan populasi
awal 152 siswa. Variabel dalam penelitian ini yaitu faktor teman sebaya, lingkungan keluarga,
dan media televisi terhadap perilaku pelaku bullying diukur menggunakan kuesioner. Analisis
data menggunakan uji Fischer. Hasil penelitian faktor teman sebaya terhadap perilaku pelaku
bullying, faktor lingkungan keluarga terhadap perilaku pelaku bullying, dan faktor media televisi
terhadap perilaku pelaku bullying secara berurutan didapatkan nilai p-value=1,00>α=0,05; p-
value=0,342 >α=0,05; dan p-value=1,00>α=0,05, berarti H0 gagal ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara faktor teman sebaya dengan perilaku pelaku bullying; tidak ada hubungan
antara faktor keluarga dengan perilaku pelaku bullying; tidak ada hubungan antara faktor media
televisi dengan perilaku pelaku bullying di salah satu SMPN yang ada di Kabupaten Jember.
Diharapkan agar sekolah mampu mengetahui perilaku bullying yang terjadi pada siswa dan pihak
sekolah diharapkan dapat merumuskan kebijakan dan program untuk menanggulangi perilaku
tersebut serta diharapkan dapat memberi wawasan kepada keluarga/masyarakat tentang faktor
yang dapat menyebabkan perilaku bullying sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap
perilaku bullying.

Kata kunci : teman sebaya, keluarga, media televisi, bullying

ABSTRACT

Bullying is an act or abuse of power that is owned to hurt others. Bullying behavior can occur
due to various factors, including peers, family environment and the influence of television media.
This study aims to determine the factors that cause bullying behavior in students at one of the
junior high schools in Jember Regency. The study design used a cross sectional approach. A
sample of 38 students was taken by simple random sampling technique with an initial population
of 152 students. The variables in this study are the factors of peers, family environment, and
television media on the behavior of bullying actors measured using a questionnaire. Data
analysis using the Fischer test. The results of peer research on bullying behavior, family
environment factors on bullying behavior, and television media factors on bullying behavior are
obtained p-value = 1.00> α = 0.05; p-value = 0.342> α = 0.05; and p-value = 1.00> α = 0.05,
meaning H0 failed to be rejected, meaning that there is no relationship between peer factors and
bullying behavior; there is no relationship between family factors and bullying behavior; there
is no relationship between the factors of television media with bullying behavior in one of the
SMPNs in Jember Regency. It is hoped that schools will be able to know the bullying behavior
that occurs in students and the school is expected to formulate policies and programs to cope
with these behaviors and is expected to provide insight to family / community about factors that
can cause bullying behavior so as to prevent bullying behavior.

Keywords: peers, family, television media, bullying

PENDAHULUAN (Prima, 2012). Berdasarkan hasil wawancara


Permasalahan di dunia pendidikan dengan beberapa siswa di salah satu SMPN
yang saat ini belum terselesaikan salah yang berada di Kabupaten Jember
satunya yaitu fenomena bullying yang terjadi didapatkan 6 dari 10 siswa mengatakan
di kalangan peserta didik, mengingat pernah melakukan bullying pada teman
dampaknya bagi pelaku dan korban bullying sebayanya dan adik kelasnya, dimana 4
akan mempengaruhi kehidupanya di masa orang katerogi bullying verbal yaitu dengan
depan (Olweus, 2007). Korban yang memangil dengan sebutan nama orang tua
mendapat perlakuan kasar dari pelaku akan dan sebutan-sebutan yang tidak
merasakan perasaan terintimidasi karena menyenangkan dan 2 orang termasuk dalam
perilaku agresif yang diterimanya berulang- bullying fisik seperti memukul, menarik
ulang serta tidak memiliki daya dan upaya rambut dari belakang dan menendang.
untuk melawanya (Solberg, 2003). Tindakan Faktor perilaku bullying yang pertama
bullying secara verbal seperti berkata kasar, diakibatkan karena pengaruh media. Di
mengejek, menertawakan, memanggil nama Indonesia, anak usia 6-14 tahun
dengan julukan yang tidak senangi, fisik menggunakan media seperti televisi dan
seperti mendorong, memukul, memalak, internet lebih tinggi dari populasi pada
mencubit, maupun psikologis mengucilkan, umumnya. Penelitian yang dilakukan
mangabaikan, menyebarkan gosip yang Nielsen (2011) membuktikan bahwa
tidak benar, mencibir, meneror akan penerobosan TV di kalangan anak mencapai
mengakibatkan korban merasa tertekan, 98%, dan program yang tidak mendidik
trauma dan tidak berdaya (Sejiwa, 2008). seperti tayangan kekerasan akan cenderung
Pravalensi bullying di sekolah di membentuk karakter anak yang agresif.
beberapa Negara Asia, Amerika, dan Eropa Faktor yang mempengaruhi perilaku
diperkirakan sekitar 8%-50% (Soedjatmiko, bullying yang kedua berasal dari keluarga
2011). Indonesia termasuk dalam urutan ke- seperti keluarga yang bermasalah, orang tua
2 dari 5 negara yang melakukan bullying yang sering menghukum anaknya secara
tertinggi di dunia dan menurut data KPAI berlebihan atau situasi rumah yang penuh
(Komisi Perlindungan Anak Indonesia) stress, agresi dan permusuhan. Anak akan
menemukan anak yang mengalami bullying mempelajari perilaku bullying ketika
di sekolah sebesar 87,6%. Dari angka mengamati konflik-konflik yang terjadi pada
tersebut, sebanyak 29,9% bullying dilakukan orang tua mereka dan kemudian menirunya
oleh guru, 42,1% dilakukan oleh teman terhadap teman-temannya (Ariesto, 2009).
kelas, 28% dilakukan oleh teman beda kelas Faktor dari perilaku bullying yang ketiga
disebabkan oleh adanya pengaruh teman HASIL
sebaya yang menimbulkan pengaruh negatif
melalui cara menyebarkan ide bahwa Tabel 1.1 Karakteristik Umum Responden
bullying bukan suatu masalah besar No. Jenis Kelamin f %
melainkan hal wajar untuk dilakukan (Ratna, 1. Laki-laki 22 57,9%
2005). 2. Perempuan 16 42,1%
Perilaku bullying memberikan dampak Total 38 100%
negatif, baik bagi korban maupun pelaku. Tabel 1.1 didapatkan hasil mayoritas
Dampak bullying fisik bagi korban yaitu sebagian responden berjenis kelamin laki-
mengalami sakit kepala, sakit dada, luka, laki yaitu sebanyak 22 (57,9%)
memar, luka tergores dan sakit fisik lainya,
sedangkan dampak psikologisnya antara lain Tabel 1.2 Data Khusus
No Variabel Kategori f %
menurunya kesejahteraan psikologis, Kurang 7 18,4%
penyesuaian sosial semakin memburuk, Teman
1 Baik 31 81,6%
mengalami emosi seperti marah, dendam, sebaya
Total 38 100%
kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak Kurang 1 2,6%
nyaman, terancam, cemas dan bahkan 2 Keluarga Baik 37 97,4%
keinginan korban bunuh diri dari pada harus Total 38 100%
menghadapi tekanan berupa hinaan dan Rendah 8 21,1%
3 Media tv Tinggi 30 78,9%
hukuman, kerugian bagi pelaku adalah Total 38 100%
adanya sanksi lebih lanjut jika perilaku Perilaku Rendah 13 34,2%
bullying sampai melampaui batas otoritas 4 pelaku Tinggi 25 65,8%
lembaga dan peraturan sekolah karena bulliying Total 38 100%
kekerasan tersebut dapat mengarah pada
pelanggaran atas HAM (Hak Asasi Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa
Manusia) yang dapat dikenakan sebagai sebagian besar teman sebaya berada pada
kasus pidana (Wiyani, 2013). kategori baik dengan frekuensi 31 orang
Berdasarkan penjelasan di atas, (81,6%), faktor keluarga berada pada
peneliti melakukan penelitian tentang kategori baik dengan frekuensi 37 orang
analisis faktor yang berhubungan dengan (97,4%), faktor media TV pada kategori
perilaku pelaku bullying di salah satu SMPN tinggi dengan frekuensi 30 orang (78,9%),
yang berada di Kabupaten Jember. dan perilaku pelaku bullying berada pada
kategori tinggi 25 orang (65,8%).

METODE Tabel 1.3 Hubungan antara Faktor Media, Faktor


Keluarga, dan Faktor Teman Sebaya dengan
Metode penelitian yang digunakan
Perilaku Pelaku Bullying
dalam penelitian ini adalah menggunakan
Variabel Perilaku Pelaku Bullying
metode penelitian cross sectional. Adapun
populasi berjumlah 152 siswa-siswi dengan p-value
Media 1,000
sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak
Keluarga 0,342
38 sampel dengan teknik sampling yang
digunakan adalah simple random sampling. Teman 1,000
Instrumen penelitian yang digunakan adalah Sebaya
kuesioner. Analisis data menggunakan uji
Fisher. Tabel 1.3 menjelaskan bahwa p-value
sebesar 1,000 dan 0,342 > α (0,05) pada
ketiga variabel berarti H0 gagal ditolak,
artinya tidak ada hubungan antara faktor pada perilaku bullying melainkan dari
media dengan perilaku pelaku bullying, masing-masing individu.
tidak ada hubungan antara faktor keluarga Menurut fakta keluarga memiliki
dengan perilaku pelaku bullying, dan tidak kemungkinan kecil sebagai faktor pemicu
ada hubungan antara faktor teman sebaya kejadian bullying karena keluarga responden
dengan perilaku pelaku bullying. mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarganya
PEMBAHASAN terutama pada anak dalam kehidupan
Analisis Faktor Teman Sebaya di SMPN sosialnya.
“X” Kabupaten Jember
Teman sebaya adalah anak-anak atau Analisis Faktor Media Televisi di SMPN
remaja dengan usia dan tingkat kedewasaan “X” Kabupaten Jember
yang sama, dalam penelitian ini menunjukan Frekuensi menonton tayangan
sebagian besar teman sebaya berada pada kekerasan di televisi adalah tingkat
kategori baik dengan frekuensi 31 orang keseringan anak untuk menghabiskan
(81,6%). waktunya di depan layar televisi untuk
Hal ini sesuai dengan penelitian melihat tayangan kekerasan yang ada pada
Santrock (2007), menyatakan bahwa sinetron, film kartun, dan acara televisi
hubungan yang terjadi sifatnya positif, lainya berdasarkan tabel 1.2, frekuensi
dimana jika pengaruh teman sebaya baik menonton tayangan kekerasan di televisi
maka perilaku bullying yang terjadi rendah pada anak usia sekolah di SMPN “X”
dan jika pengaruh teman sebaya kurang baik Kabupaten Jember paling banyak adalah
maka perilaku pelaku bullying yang terjadi kategori tinggi dengan frekuensi 30 orang
tinggi. (78,9%).
Menurut fakta peran teman sebaya Hal tersebut sesuai dengan penelitian
termasuk dalam kategori baik. Teman Huraerah (2012) menyatakan bahwa
sebaya mempunyai peran bagi semakin sering anak menonton televisi maka
perkembangan perilaku sosial anak. Teman makin besar kemungkinan anak akan
sebaya memberi kesempatan untuk berfikir bahwa kekerasan merupakan bagian
berinteraksi dengan orang di luar anggota yang normal dalam kehidupan sehari-hari.
keluarganya. Peneliti beropini bahwa media televisi
adalah salah satu faktor penyebab terjadinya
Analisis Faktor Keluarga di SMPN “X” perilaku bullying dikarenakan dalam
Kabupaten Jember tayangan media televisi banyak informasi
Hasil pengolahan data yang ditunjukan dan perilaku kekerasan yang bisa dicontoh
pada tabel 1.2 dari 38 siswa-siswi SMPN oleh penonton dan diterapkan di kehidupan
“X” Kabupaten Jember didapatkan bahwa sehari-hari.
sebagian besar faktor keluarga berada pada
kategori baik dengan frekuensi 37 orang Analisis Perilaku Pelaku Bullying di
(97,4%). SMPN “X” Kabupaten Jember
Penelitian ini sejalan dengan Perilaku bullying adalah suatu
penelitian yang dilakukan oleh Ahmed tindakan negatif yang dapat merugikan
(2004), menyatakan bahwa keluarga bukan orang lain maupun diri sendiri secara
merupakan faktor yang paling berpengaruh berulang-ulang yang dapat berupa
dalam menentukan keterlibatan seseorang penindasan verbal, fisik, dan psikologis.
Berdasarkan tabel 1.2, perilaku pelaku
bullying pada penelitian ini sebagian besar yang melakukan tindakan bullying. Pelaku
kategori tinggi yaitu sebanyak 25 siswa yang melakukan tindakan bullying kepada
(65,8%). temannya disebabkan oleh sifat
Hal tersebut sama dengan penelitian temperament yang bukan berasal dari teman
Mulyati (2014) bahwa jumlah dan sebaya.
presentase perilaku pelaku bullying
terbanyak menempati kategori tinggi. Analisis Hubungan Faktor Keluarga
Responden dalam kategori ini memiliki arti Terhadap Perilaku Pelaku Bullying di
bahwa siswa tidak lepas dari perilaku SMPN “X” Kabupaten Jember
bullying yang tentunya merupakan perilaku Hasil penelitian menunjukkan bahwa
negatif, namun sebagian besar siswa melum tidak ada hubungan antara faktor keluarga
mampu mengendalikan perilaku pelaku dengan perilaku pelaku bullying, karena
bullying. mayoritas responden berperilaku baik. Hal
ini menunjukkan perhatian orang tua
Analisis Hubungan Faktor Teman Sebaya mempunyai pengaruh negatif sebesar 97,4%
Terhadap Perilaku Pelaku Bullying di terhadap kenakalan remaja pelaku bullying
SMPN “X” Kabupaten Jember dan semakin semakin tinggi nilai positif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga maka semakin rendah perilaku
tidak ada hubungan antara teman sebaya pelaku bullying.
dengan perilaku pelaku bullying di SMPN Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
“X” Kabupaten Jember. Fahrudin (2012) yang dikemukakan oleh Setiawati (2008),
menyebutkan bahwa faktor yang menyatakan bahwa keluarga bukan salah
mempengaruhi perilaku bullying adalah satu faktor kuat/positif berhubungan dengan
individu dan sekolah. Keduanya memiliki perilaku bullying, karena pelaku bullying
peran terhadap kejadian bullying. Faktor juga datang dari keluarga baik, keluarga
tersebut memberikan kontribusi kepada yang penuh perhatian dan latar belakang
remaja sehingga remaja melakukan tindakan yang harmonis.
bullying. Hal ini juga dikemukakan oleh Mayoritas keluarga responden
Cowie (2008) yang menyebutkan faktor termasuk dalam kategori baik sehingga
penyebab perilaku pelaku bullying adalah tidak berdampak terhadap pelaku yang
regulasi emosi yang buruk atau sifat melakukan tindakan bullying. Peneliti
temperament. Seorang anak yang memiliki berpendapat bahwa seseorang yang terlahir
temprament tinggi cenderung akan menjadi dari keluarga yang tidak harmonis tidak
anak yang lebih agresif. selalu menjadi penyebab pelaku melakukan
Fakta penelitian menunjukkan bahwa tindakan bullying kepada teman sekolahnya.
tidak ada hubungan antara faktor teman Seseorang yang lahir dari keluarga yang
sebaya dengan perilaku pelaku bullying harmonis juga tidak menjamin untuk tidak
karena mayoritas peran teman sebaya melakukan tindakan bullying.
berperilaku baik. Hal ini menunjukan bahwa
peran seseorang dalam perilaku bullying Analisis Hubungan Faktor Media Televisi
tidak hanya dipengaruhi oleh teman sebaya, Terhadap Perilaku Pelaku Bullying di
melainkan banyak faktor lain yang SMPN “X” Kabupaten Jember
mempengaruhi perilaku pelaku bullying. Hal Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ini juga diperkuat setelah dilakukan tidak ada hubungan antara media televisi
penelitian mendapatkan hasil bahwa teman dengan perilaku pelaku bullying di SMPN
sebaya tidak berdampak terhadap pelaku “X” Kabupaten Jember. Temuan ini sejalan
dengan hasil penelitian Muthmainah (2012), Siswa diharapkan mampu memilih
bahwa menonton tayangan kekerasan di pergaulan yang baik untuk dirinya sehingga
televisi bukan menjadi faktor utama mampu mengembangkan sikap sosial yang
terjadinya perilaku kekerasan seperti positif agar tidak terjerumus dalam
bullying pada remaja. Ada faktor lain yang pergaulan yang negatif. Orang tua
lebih berpengaruh yaitu perilaku kekerasan hendaknya mengajarkan anaknya untuk
yang dilakukan oleh orang terdekat yang lebih selektif dalam memilih teman sebaya
berada di sekitarnya yang dilihat langsung dalam bergaul. Sekolah diharapkan mampu
oleh anak. mengetahui perilaku bullying yang terjadi
pada siswa.
KESIMPULAN
1. Faktor teman sebaya responden dalam
penelitian ini berada pada kategori baik DAFTAR PUSTAKA
(81,6%).
2. Faktor keluarga responden dalam Abu Huraerah, 2012, Kekerasan terhadap
penelitian berada pada kategori baik Anak, Bandung: Nuansa
(97,4%).
3. Faktor media televisi responden dalam Adnan, M., Mulyati, T., & Isworo, J. T.
penelitian ini berada pada kategori (2014). Hubungan Indeks Massa
positif (78,9%). Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula
4. Perilaku pelaku bullying responden Darah Penderita Diabetes Melitus
dalam penelitian ini berada pada kategori Tipe 2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo
bullying tinggi (65,8%). Semarang. Jurnal Gizi Universitas
5. Tidak ada hubungan antara faktor teman Muhammadiyah Semarang, 23.
sebaya dengan perilaku pelaku bullying
di SMPN “X” Kabupaten Jember, artinya Ariesto, Asdrian. 2009. Pelakasanaan
teman sebaya memiliki sikap yang baik Program Anti Bulliying Teacher
dan bisa menerima antar sesama sehingga Empowerment Program Di Sekolah.
tidak berpengaruh terhadap perilaku Skripsi Ilmu Fakultas Ilmu Sosial dan
pelaku bullying. Politik, Universitas Indonesia : Tidak
6. Tidak ada hubungan antara faktor Diterbitkan.
keluarga dengan perilaku pelaku bullying
di SMPN “X” Kabupaten Jember, artinya Fahrudin, A. (2012). Pendidikan pekerjaan
semakin baik peran keluarga tidak ada sosial; komitmen profesional dan
pengaruh terhadap perilaku pelaku masa depan praktik kerja sosial di
bullying. Malaysia. Kertas kerja dibentangkan
7. Tidak ada hubungan antara faktor media dalam Seminar Kebangsaan Kerja
televisi dengan perilaku pelaku bullying Sosial, Universiti Utara Malaysia,
di SMPN “X” Kabupaten Jember, artinya Sintok, Kedah, 26-27 Januari 2000
tayangan di televisi tidak memiliki
perngaruh terhadap perilaku pelaku Nielsen Indonesia, (2011). Jumlah
bullying. Pembelanja Toko Ritel di Indonesia.,
Warta Ekonomi Vol. 7 No. 4 April
SARAN 2011.
Penelitian ini memberikan kontribusi
kepada siswa, orang tua, maupun sekolah.
Olweus, Dan, and Susan P.
Limber.2007.Olweus Bullying Soedjatmiko. 2011. Panduan Imunisasi
Prevention Program: Teacher Guide. Anak : mencegah lebih baik daripada
Center City, MN: Hazelden mengobati. Jakarta : Satgas Imunisasi
Publishing. IDAI

Prima,P. B. 2012. Menerapkan Dasar Solberg, M.E. Olweus,D. 2003. Aggressive


Pengolahan Dan Pengawetan Bahan Behaviour. Prevalence Estimation of
Hasil Pertanian. Kriya Pustaka. School Bullying With the Olweus
Jakarta Bully/Victim Questionnare, X, 29, 239-
268.
Ratna, Nyoman Khuta. 2005. Sastra dan
Cultural Studies, Representasi Fiksi Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 2014.
dan Fakta. Yogyakarta : Pustaka KPAI: Kasus Bullying dan
Belajar. Pendidikan Karakter.
https://www.kpai.go.id › berita › kpai-
Santrock, J.W. 2007. Remaja (Edisi ke-11
Jilid Satu). Jakarta: Erlangga. kasus-bullying-dan-pendidikan-kara...

Sejiwa. 2008. Bullying: Mengatasi


Wiyani, A.N. 2013. Save Our Children
Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan
from School Bullying. Yogyakarta: Ar
Sekiatar Anak. Jakarta: PT. Garsindo.
RuzzMedia.

Anda mungkin juga menyukai