Anda di halaman 1dari 23

METODE IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN RISIKO

OLEH KELOMPOK 1 :

1. Lourenda Gwee (1707521024)


2. Made Bintang Sriwahyuni (1707521026)
3. Anak Agung Made Emma Aprillyani (1707521027)

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
POKOK PEMBAHASAN

2.1. Prose Mapping Risiko


2.2. Teknik Identifikasi Risiko
2.3. Pengukuran Risiko
2.4. Ilustrasi Identifikasi Risiko pada Suatu Perusahaan.
PEMBAHASAN

2.1. Prose Mapping Risiko


Bagan berikut ini menggambarkan siklus mapping risiko. Pertama kali,
risiko perlu diidentifikasikan. Kemudian kita perlu mempelajari karakteristik
risiko tersebut, serta melakukan evaluasi. Pemahaman yang baik
terhadap karakteristik tersebut akan bermanfaat untuk merumuskan
metode yang tepat untuk mengelola risiko tersebut. Langkah berikutnya
adalah melakukan prioritisasi risiko, di mana kuantifikasi risiko merupakan
salah satu komponen penting dalam langkah tersebut. Melalui kuantifikasi
tersebut, kita bisa mengukur tinggi rendahnya risiko dan bagaimana
dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan. Selanjutnya kita bisa
memfokuskan pada risiko yang paling relevan (misal, mempunyai dampak
paling besar dan probabilitas yang besar) bagi perusahaan. Langkah
selanjutnya adalah mengelola risiko. Pengelolaan risiko akan banyak
dibicarakan di Bab 13 sampai 20. Langkah berikutnya adalah revisit, yaitu
mengevaluasi ulang langkah- langkah yang sudah dilakukan, untuk
meningkatkan efektivitas manajemen risiko.
2.2 Teknik Identifikasi Risiko

2.2.1 Analisis Sekuen Risiko


Risiko mempunyai sekuen dari sumber risiko sampai kemudian
munculnya kerugian karena risiko tersebut. Bagan berikut ini
menggambarkan sekuen semacam itu disertai dengan ilustrasi analisis
sekuen risiko untuk risiko kebakaran.
a. Sekuen risiko

Bagan di atas menunjukkan, pertama ada sumber risiko yaitu api.


Api bisa menyebabkan kebakaran dan kerugian bagi organisasi.
Kemudian ada risk factors (faktor risiko) yang menjadi katalis
(catalyst), yaitu yang mempercepat atau memperbesar kemungkinan
munculnya kejadian yang tidak diinginkan. Dalam contoh di atas, risk
factor tersebut adalah minyak tanah yang ditaruh di dekat kompor.
Situasi tersebut akan meningkatkan kemungkinan
terjadinyakebakaran. Jika terjadi kebakaran maka gedung yang
ditempati kompor tersebut akan terbakar. Dengan kata lain, gedung
tersebut menghadapi eksposur terhadap risiko kebakaran. Kemudian
terjadi kejadian yang tidak kita inginkan (peril), yaitu kebakaran.
Kebakaran tersebut mengakibatkan kerugian.
Setelah melakukan analisis sekuen semacam itu, kita bisa
melakukan pencegahan munculnya kejadian yang tidak diinginkan
dengan memfokuskan pada sekuen yang terjadi. Sebagai contoh, api
barangkali tidak bisa dihilangkan. Api selalu ada, dan keberadaannya
dalam beberapa situasi bisa membantu manusia. Tetapi kita bisa
melakukan sesuatu misal terhadap risk factors atau bangunan yang
menghadapi eksposur terhadap kebakaran. Sebagai contoh, kita bisa
mengendalikan risiko (risk control) dengan jalan menjauhkan minyak
tanah dari kompor. Alternatif lain, kita bisa menggunakan kompor listrik
yang tidak akan terpengaruh oleh minyak tanah. Kita juga bisa
melakukan sesuatu terhadap gedung yang ditempati kompor tersebut.
Misal, kita membuat gedung yang tahan api, sehingga bisa
mengurangi kemungkinan kerusakan karena kebakaran. Kita juga bisa
memasang tabung pemadam kebakaran di gedung tersebut, sehingga
jika api muncul, pencegahan bisa dilakukan dengan cepat.
Analisis semacam itu sangat sesuai untuk eksposur aset fisik
seperti gedung yang rentan terhadap kebakaran, bangunan yang
rentan terhadap kebanjiran, dan sebagainya. Tetapi meskipun
demikian, analisis sekuen semacam itu juga bisa dipakai untuk risiko
lainnya. Sebagai contoh, Fidelity Investment mempunyai program risk
event log, di mana setiap kerugian yang signifikan dicatat di database
perusahaan. Kemudian manajer risiko menganalisis akar
permasalahannya Ipenyebabnya), dan alternatif pencegahan yang bisa
dilakukan. Analisis semacam itu pada dasarnya sama dengan analisis
sekuen risiko seperti dalam bagan di atas. Program tersebut diklaim
cukup sukses karena bisa mengurangi potensi kerugian sampai 72%.

Teknik lain adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko.


Setelah sumber-sumber risiko tadi diidentifikasi, kita mencoba melihat
risiko-risiko apa saja yang bisa amuncul dari sumber-sumber risiko
tersebut. Sumber-sumber risiko dari lingkungan sekitar kita :
 LINGKUNGAN FISIK :bangunan yang dimakan usia sehingga
menjadi rapuh, sungai yang bisa menyebabkan banjir, gempa bumi,
badai, topan, vandalism (pengerusakan).
 LINGKUNGAN SOSIAL : kerusuhan social, demonstrasi, konflik
dengan msayarakat local. Pemogokan pegawai, pencurian.
 LINGKUNGAN POLITIK : perubahan perundangan, perubahan
peraturan, konflik antar negara yang mendorong terjadinya boikot
produk perusahaan.
 LINGKUNGAN LEGAL : gugatan karena gagal mematuhi peraturan
dan perundangan yang berlaku.
 LINGKUNGAN OPERASIONAL : kecelakaan kerja, kerusakan
mesin, kegagalan system computer, serangan virus terhadap
computer.
 LINGKUNGAN EKONOMI : kelesuan ekonomi (resesi), inflasi yang
tidak terkendali.

Dengan mengamati sumber-sumber risiko, kita bisa memperoleh


gambaran risiko-risiko apa saja yang mungkin muncul dan
membahayakan organisasi. Alternative kategori sumber risiko adalah
sebagai berikut :

 KONSUMEN : keluhan dari konsumen yang mengakibatkan


kekecewaan dan tidak mau lagi membeli produk perusahaan,
konsumen merasa dirugikan kemudian menuntut perusahaan.
 SUPPLIER : pasokan dari supplier tidak datang sesuai dengan
yang diharapkan (terlambat) / spesifikasinya berbeda.
 PESAING : pesaing meluncurkan produk yang lebih baik,
menurunkan harga yang bisa mengakibatkan persaingan harga
yang menurunkan tingkat keuntungan perusahaan
 REGULATOR : perusahan gagal mematuhi peraturan/
perundangan yang berlaku. Perubahan perundangan yang berlaku
yang mengakibatkan perusahaan merugi (misal upah minimum
naik).
Kita juga bisa menggabungkan sumber diatas dengan sumber risiko
sebelumnya. Nampak bahwa dengan mengamati sumber-sumber risiko
tersebut, risiko yang dihadapi perusahaan menjadi tidak terbatas. Daftar
risiko tersebut akan sangat banyak diluar kendali perusahaan. Tahap
berikutnya adalah melakukan prioritisasi yaitu menetapkan risiko mana
saja yang paling relevan terhadap organisasi.

2.2.2. TEKNIK PENDUKUNG LAINNYA

Disamping Teknik identifikasi risiko yang telah dipelajari diatas, berikut


ini Teknik pendukung lainnya untuk mengidentifikasi risiko.

a) Metode Laporan Keuangan


Metode tersebut dimulai dengan melihat rekening dalam laporan
keuangan. Dari rekening tersebut,  kemudian dianalisis risiko-risiko
apa saja yang bisa muncul dari rekening atau transaksi yang
melibatkan rekening tersebut. Sebagai contoh KAS merupakan
salah satu rekening di neraca. Risiko apa saja yang bisa muncul
dari atau yang melibatkan kas?   tentu saja banyak, misal,
pencurian kas, penyelewengan kas, dan seterusnya. ada istilah
yang mengatakan bahwa " cash is king”. merupakan item yang
yang paling banyak memicu kejahatan. contoh lain adalah hutang
bank. risiko yang bisa muncul dari utang bank sama seperti
sebelumnya, banyak risiko yang melibatkan utang Bank, seperti
risiko gagal membayar kewajiban atau bunga dan cicilan pada saat
jatuh tempo. dengan melihat rekening laporan keuangan satu
persatu dan melihat risiko yang bisa muncul dari rekening tersebut
kita bisa memperoleh gambaran risiko apa saja yang mungkin
dihadapi oleh perusahaan.

b) Menganalisis  flow chart Kegiatan Operasi Perusahaan


Metode ini berusaha melihat sumber-sumber risiko dari flowchart
kegiatan dan operasi perusahaan. metode ini terutama sangat
sesuai untuk risiko tertentu seperti risiko dari proses produksi
proses produksi dimulai dari masuknya input tertentu,  pengertian
input tersebut sampai menjadi tertentu dalam rangkaian kegiatan
produksi tersebut ada kemungkinan munculnya kejadian yang tidak
diinginkan misalnya kecelakaan kerja, kerusakan mesin, dan
sebagainya. dengan mengamati rangkaian prosesnya, kita akan
bisa melihat atau melokalisir terjadinya kejadian tersebut kemudian
bisa mengidentifikasi sumber risiko yang menyebabkan kejadian
negatif tersebut.
c) Analisis Kontrak
Analisis kontrak bertujuan untuk melihat kemungkinan risiko yang
akan terjadi akibat adanya suatu kontrak  tertentu. Risiko ini lebih
berkaitan dengan unsur hukum. spesifikasi kontrak yang tidak
menyeluruh bisa menimbulkan celah-celah yang dimanfaatkan
oleh pihak yang tidak bertanggung jawab karena itu sedapat
mungkin kontrak dituliskan dengan bahasa yang jelas (hitam
putih),  menyeluruh untuk meminimalkan Berikut yang bukan
hukum atau ganti rugi Salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan meminta Departemen hukum atau kepatuhan untuk
memeriksa poin-poin dalam kontrak untuk menganalisis
kemungkinan-kemungkinan konsekuensi hukum jika suatu kontrak
dituliskan dengan redaksi yang tertentu.
d) Catatan Statistik Kerugian dan Laporan Kerugian Perusahaan.
Jika perusahaan mempunyai database yang baik, perusahaan bisa
mencatat kerugian-kerugian yang dialami oleh perusahaan.
perusahaan bisa menetapkan standar penormalan yang tertentu
untuk setiap kejadian. Jika suatu kejadian muncul dengan catatan
yang tidak normal makam managerku bisa memeriksa lebih lanjut 
penyebabnya. Ketidaknormalan bisa terjadi karena terlalu sering
atau lebih sering dari frekuensi normal akan kerugian yang terlalu
tinggi dan lebih tinggi dibandingkan nilai kerugian yang normal.
Analisis terhadap penyimpangan bisa membantu mengidentifikasi
sumber-sumber risiko.
e) Survey atau Wawancara Terhadap Manajer
Manajer merupakan pihak paling tahu operasi perusahaan,
termasuk risiko risiko yang dihadapi perusahaan karena itu mereka
bisa diminta bantuannya  mengidentifikasi buku yang diperlukan
adalah metodologi yang sistematis yang bisa memfasilitasi sesi
diskusi tersebut.
Sebagai ilustrasi, United Green Growers  yang merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang pertanian di Kanada melakukan sesi
"brainstorming" antara manajernya dengan  konsultan manajemen risiko
untuk mengidentifikasi risiko risiko yang paling penting yang dihadapi oleh
perusahaan. hasil diskusi tersebut menunjukkan ada 6 tipe risiko yang
paling penting dengan urutan sebagai berikut :
1. Risiko komoditas: harga komoditas yang jatuh padahal perusahaan
memegang komoditas tersebut
2. Cuaca cuaca yang tidak menguntungkan sehingga menghasilkan
panen, dan kemudian menurunkan volume pertanian yang
dikirimkan oleh perusahaan atau penjualan menurun.
3. Risiko counterparty:  yaitu counterparty perusahaan gagal
memenuhi kontraknya terhadap perusahaan.
4. Risiko lingkungan: yaitu perusahaan menghadapi tuntutan hukum
Karena perusahaan ditunjuk merusak lingkungan seperti
mencemarkan lingkungan.
5. Risiko persediaan: yaitu persediaan yang dipegang mengalami
kerusakan misalnya membusuk.
6. Risiko kredit: yaitu counterparty  gagal bayar kepada perusahaan.
2.3. Mengukur Resiko
Setelah risiko diidentifikasi, tahap berikutnya adalah mengukur risiko.
Jika risiko bisa diukur, kita bisa melihat tinggi rendahnya risiko yang
dihadapi oleh perusahaan. Kemudian bisa melihat dampak dari risiko
tersebut terhadap kinerja perusahaan, sekaligus bisa melakukan
prioritisasi risiko (risiko mana yang paling relevan). Pengukuran risiko
biasanya dilakukan melalui kuantifikasi risiko. Kuantifikasi bisa dilakukan
dengan metode yang sederhana sampai metode yang sangat kompleks.
Pengukuran dan kuantifikasi risiko akan sangat tergantung dari
karakteristik risiko tersebut. Sebagai contoh, risiko pasar dengan risiko
kredit akan menghasilkan teknik kuantifikasi yang berbeda, dan dengan
demikian pengukuran yang berbeda.
Tabel berikut ini menyajikan ringkasan tipe-tipe risiko dan teknik
pengukurannya yang berbeda-beda.
Tabel 1.1 Pengukuran Untuk Beberapa Risiko
Tipe Risiko Definisi Teknik Pengukuran
Risiko pasar Harga pasar kea rah Value at risk (VAR),
yang tidak stress testing
menguntungkan
(merugikan)
Risiko kredit Counterparty tidak Credit rating,
bisa membayar creditmentrics
kewajibannya (gagal
bayar) ke
perusahaan
Risiko tingkat Tingkat bunga Metode pengukuran
perubahan bunga berubah yang jangka waktu, durasi
mengakibatkan
kerugian pada
portofolio
perusahaan
Risiko operasional Kerugian yang terjadi Matriks frekuensi
melalui operasi kerugian, VAR
perusahaan (missal operasional
sistem yang gagal,
serangan teroris)
Risiko kematian Manusia mengalami Probabilitas kematian
kematian dini dengan tabel moralitas
Ridiko kesehatan Manusia terkena Probbilitas terkena
penyakit tertentu penyakit dengan
menggunakan tabel
mornilitas
Risiko teknologi Perubahan teknologi Analisi skenario
mempunyai
konsekuensi
negative terhadap
perusahaan

Tabel di atas menunjukkan tipe risiko yang berbeda menghadirkan


teknik pengukuran yang berbeda juga. Teknik pengukuran berbeda tingkat
kecanggihannya (tingkat kuantifikasinya), mulai dari yang paling
sederhana, yaitu matriks frekuensi dan signifikansi kerugian, sampai pada
stress-testing yang lebih rumit. Beberapa tipe risiko lebih sulit
dikuantifikasi, misal risiko teknologi. Untuk tipe risiko tersebut, kita bisa
menggunakan teknik analisis skenario, yaitu mengembangkan beberapa
skenario dan melihat dampaknya terhadap organisasi.

2.3.1.Matriks Frekuensi dan Signifikansi


Teknik pengukuran yang cukup sederhana (tidak terlalu melibatkan
kuantifikasi yang rumit) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan dua
dimensi yaitu frekuensi dan signifikansi. Proses tersebut pada dasarnya
melakukan dua hal:
(1) mengembangkan standar risiko, dan
(2) menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi.
Sebagai contoh, manajer risiko membuat standar frekuensį muhculnya
kejadian yang merugikan dengan menggunakan tiga kriteria, misal
frekuensi rendah, sedang, dan menengah. Manajer tersebut juga bisa
membuat standar signifikansi kerugian dengan menggunakan, misal, tiga
kriteria yaitu nor- mal, menengah, dan serius. Setelah kita menetapkan
standar untuk dua dimensi tersebut, langkah berikutnya adalah
menerapkan teknik tersebut untuk mengevaluasi risiko tertentu.
Sebagai contoh, misal kita menggunakan dua standar untuk frekuensi
dan signifikansi, yaitu tinggi dan rendah. Kemudian kita ingin
mengevaluasi risiko kesalahan manusia (human error) dalam pemrosesan
transaksi. Berdasarkan pengalaman masa lalu, kejadian seperti itu sering
terjadi. Manusia gampang melakukan kesalahan jika mereka kelelahan
atau tidak konsentrasi. Tetapi kerugian yang ditimbulkan biasanya tidak
terlalu besar. Berdasarkan informasi tersebut, risiko kesalahan manusia
dalam pemrosesan transaksi bisa dikategorikan sebagai frekuensi tinggi,
signifikansi rendah. Bagan berikut ini meringkaskan hasil tersebut.

Penentuan tinggi rendah untuk frekuensi dan signifikansi bisa


diperoleh melalui survey terhadap manajer. Senbagai ilustrasi lain,
misalkan 50 manajer yang berpartisipasi dalam sesi untuk mengevaluasi
risiko peraturan (regulatory) dan lingkungan. Masing – masing manajer
akan memberikan skor tersebut adalah 2 untuk frekuensi dan 6 untuk
signifikansi. Dengan kata lain, nampaknya risiko tersebut mempunyai
kemungkinan terjadi yang jarang (frekuensi yang rendah) dan mempunyai
dampak yang serius (signifikansi tinggi). Dampak yang serius tersebut
barangkali disebabkan karena munculnya tuntutan ganti rugi dengan nilai
yang signifikan. Bagan berikut ini meringkaskan hasil analisis tersebut.
Terlihat bahwa resiko regulatory dan lingkungan terlihat berada pada
kuadran signifikansi tinggi dan rendah.
Matriks frekuensi dan signifikansi merupakan salah satu contoh
bagaimana kita berusaha mengkuantifisir risiko. Setelah kita bisa
mengetahui posisi dari risiko yang kita evaluasi, kita bisa merancang
tindakan yang lebih tepat untuk menghadapi risiko tersebut (menentukan
prioritas risiko). Sebagai contoh jika suatu risiko berada dalam kuadran
frekuensi rendah dan signifikansi rendah maka monitoring secara berkala
barangkali cukup. Jika suatu risiko berada kuadran frekuensi tinggi dan
signifikansi tinggi maka risiko tersebut sangat serius. Organisasi harus
secepatnya mengatasi permasalahan tersebut. Jika tidak, risiko seperti itu
bisa mengakibatkan kehancuran perusahaan dengan cepat.
2.4. Ilustrasi Identifikasi Risiko pada Suatu Perusahaan.

2.4.1. Ilustrasi : Identifikasi Risiko Unggul Airlines

Unggul Airlines adalah perusahaan penerbangan yang berdiri 10 tahun


yang lalu. Perusahaan tersebut didirikan oleh dua orang bersaudara yang
tertarik dengan bisnis penerbangan. Mereka memperkirakan bahwa suatu
saat akan terjadi deregulasi di bidang penerbangan. Deregulasi tersebut
memunculkan kesempatan bisnis karena salah satu komponen deregulasi
adalah membolehkan perusahaan penerbangan baru untuk terjun di bisnis
tersebut. Antispasi mereka ternyata benar, lalu PT Unggul Airlines
akhirnya berdiri.
Joko Muryanto merupakan staf yang baru saja masuk. Dia lulusan
program Magister Universitas ternama di Negeri ini. Atasannya meminta
Joko untuk mengevaluasi risiko yang dihadapi oleh perusahaan
penerbangan Unggul Airlines, dan mengembangkan solusi untuk
menghadapi risiko tersebut. Secara spesifik, atasannya meminta Joko
untuk mengidentifikasi risiko strategis, yaitu risiko yang dianggap secara
signifikan mempengaruhi bisnis penerbangan PT Unggul Airlines. Joko
kemudian mencoba melakukan analisis yang mendalam mengenai bisnis
PT Unggul Airlines. Hasil dari analisis tersebut diringkaskan sebagai
berikut:

1. PT Unggul Airlines menggunakan pesawat yang lebih tua


dibandingkan pesaing-pesaingnya. Pesawat tua tersebut digunakan
karena biaya sewa dan biaya pembelian (Sebagian dibeli oleh PT
Unggul Airlines) lebih murah. Sayangnya, pesawat tua tersebut
lebih boros bahan bakar. Diperkirakan bahan bakar mencapai
sekitar 30% dari komponen, sementara persentase untuk pesaing
adalah 15-20%. Dengan struktur biaya yang semacam itu, PT
Unggul Airlines menjadi lebih rentan terhadap kenaikan harga
bahan bakar pesawat. Untuk melihat seberapa besar pengaruh
bahan bakar tersebut, Joko memplot pengaruh perubahan harga
bahan bakar terhadap EPS (Earning Per Share) PT Unggul
Airlines, seperti berikut ini:
Terlihat bahwa, jika harga bahan bakar meningkat, maka EPS
perusahaan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Untuk melihat
seberapa besar pengaruh tersebut, Joko kemudian mencoba
membandingkan pengaruh harga bahan bakar terhadap EPS untuk
PT Unggul Airlines dan perusahaan penerbangan lainnya.
Perbandingan tersebut bisa dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar diatas menunjukan bahwa EPS Unggul Airlines lebih


sensitif terhadap perubahan harga bahan bakar. Jika harga bahan
bakar rendah, maka EPS Unggul Airlines cenderung lebih tinggi
dibandingkan EPS perusahaan penerbangan lainnya. Tetapi jika
harga bahan bakar bergerak naik, maka EPS unggul Airlines akan
jatuh cukup signifikan. Analisis tersebut menunjukan bahwa Unggul
Airlines mempunyai eksposur terhadap perubahan harga bahan
bakar yang lebih besar dibandingkan dengan pesaingnya.

2. PT Unggul Airlines mempunyai rute penerbangan luar negeri


(terutama ke Australia, Malaysia, Hongkong). Selama ini, PT
Unggul Airlines lebih banyak mengandalkan wisatawan domestik
atau pembisnis domestik yang akan berpergian ke luar negeri untuk
rute-rute tersebut. Yang jadi masalah, jika rupiah melemah
terhadap mata uang asing, maka harga tiket yang biasanya
ditetapkan dalam dolar Amerika Serikat ($) menjadi lebih mahal.
Penetapan harga dalam $ dilakukan karena PT Unggul Airlines
harus membayar biaya dalam dolar untuk operasi luar negeri
mereka. Sebagai contoh, biaya parkir pesawat di airport, membayar
tenaga kerja di Australia, Hongkong dan lainnya menggunakan
dolar. Jika rupiah melemah terhadap dolar, maka biaya dalam
rupiah (setelah dikonversi ke rupiah) akan meningkat. Peningkatan
biaya tersebut akan menurunkan tingkat keuntungan perusahaan.
Perusahaan dengan demikian mengalami masalah ganda jika
rupiah melemah, yaitu menurunnya daya beli masyarakat Indonesia
dan meningkatnya biaya operasional rute luar negeri. Tabel berikut
ini mengilustrasikan efek depresiasi rupiah terhadap dolar.

Harga Tiket Kurs Harga Tiket (Rp)


($)
Awal Periode $100 Rp10.000/$ Rp1.000.000
Akhir Periode $100 Rp20.000/$ Rp2.000.000

Biaya Kurs Biaya


Operasional ($) Operasional (Rp)
Awal $100 Rp10.000/$ Rp1.000.000
Periode
Akhir $100 Rp20.000/$ Rp2.000.000
Periode

Panel A diatas menunjukan efek perubahan kurs terhadap


penumpang domestik. Misalkan harga tiket ditetapkan $100. Jika
kurs adalah Rp10.000/$, maka harga tiket dalam rupiah adalah Rp1
juta. Jika rupiah depresiasi terhadap dolar, misal menjadi
Rp20.000/$, maka harga tiket sekarang menjadi Rp2 juta. Dengan
kata lain, harga meningkat hanya karena perubahan kurs.
Peningkatan harga tersebut akan menurunkan minat penumpang
domestik untuk berpergian ke luar negeri.

Panel B menunjukan efek perubahan kurs terhadap biaya


operasional rute luar negeri. Misalkan biaya operasional adalah
$100. Sebelum perubahan kurs, biaya tersebut dalam rupiah
adalah Rp1 juta. Jika rupiah melemah terhadap dolar, maka biaya
tersebut akan meningkat menjadi Rp2 juta.

Rute penerbangan luar negeri dengan demikian rentan terhadap


perubahan kurs. PT Unggul Airlines mempunyai eksposur terhadap
perubahan kurs yang signifikan.

3. PT Unggul Airlines saat ini menggunakan utang yang cukup


signifikan. Utang tersebut terdiri dari 2 tipe: (1) membayar bunga
secara tetap, dan (2) membayar bunga mengambang. Joko
Muryanto kemudian mencoba menganalisis efek perubahan tingkat
bunga terhadap EPS PT Unggul Airlines. Bagan berikut ini
menyajikan efek tersebut.
Dari kedua bagan tersebut terlihat bahwa jika tingkat bunga naik,
EPS Unggul Airlines juga mengalami kenaikan. Analisis selanjutnya
menunjukan bahwa tingkat bunga meningkat pada kondisi
perekonomian baik, dimana lebih banyak penumpang yang
memanfaatkan jasa penerbangan (karena pendapatan mereka
meningkat). Karena itu, meskipun biaya bunga naik, efek bersih
yang terjadi adalah kenaikan EPS. Analisis selanjutnya
menunjukan bahwa pengaruh utang dengan bunga tetap terhadap
EPS ternyata lebih besar dibandingkan pengaruh utang dengan
bunga variabel (mengambang). Sekilas nampaknya hasil tersebut
tidak masuk akal, karena bunga tetap membayarkan bunga yang
tetap, sementara bunga mengambang membayarkan bunga yang
berubah. Dengan bunga mengambang, biaya bunga bisa
meningkat pada saat tingkat bunga meningkat. Tetapi analisis
lanjutan menunjukan terjadinya ‘hedging’ secara alamiah dari utang
mengambang. Pada saat kondisi perekonomian membaik, lebih
banyak penumpang yang memanfaatkan jasa penerbangan.
Penjualan perusahaan akan meningkat dalam situasi tersebut. Jika
perekonomian meningkat, ancaman inflasi menjadi lebih besar.
Bank Sentral biasanya tidak suka dengan peningkatan inflasi,
karena dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Bank
Sentral cenderung menaikkan tingkat bunga dalam situasi tersebut,
untuk mengendalikan inflasi. Dengan demikian, pada saat tingkat
bunga meningkat, perusahaan sudah punya khas yang lebih
banyak, yang bisa digunakan untuk membayar utang.

Pada akhirnya, Joko Muryanto menyimpulkan bahwa PT


Unggul Airlines menghadapi 3 jenis risiko strategis yaitu : (1) risiko
kenaikan harga bahan bakar, (2) risiko perubahan kurs (rupiah
melemah), (3) risiko perubahan tingkat bunga. Joko kemudian
membuat laporan keatasannya untuk ditindaklanjuti

2.5. Kasus Garuda Indonesia

Kasus yang belakangan menjadi viral, yaitu gugatan seorang


penumpang kepada maskapai Garuda Indonesia layak untuk kita pelajari
dan ambil hikmahnya. Gugatan yang dilayangkan jumlahnya tidak main-
main, B.R.A Kosmariam Djatikusomo menggugat PT Garuda Indonesia
Tbk (Persero) sebesar Rp 11,25 miliar.

Kalau saja gugatan ini dimenangkan oleh Kosmariam, tentu saja ini
akan semakin memberatkan keuangan Garuda Indonesia. Apalagi
belakangan kita ketahui bahwa tahun lalu Garuda Indonesia belum
berhasil mencetak laba. Pada tahun 2017, Garuda menderita kerugian
bersih sebesar 213,4 juta dollar AS. Angka tersebut menurun
dibandingkan laba bersih yang dileroleh Garuda pada tahun 2016 sebesar
9,36 juta dollar AS

a. Risiko Operasional

Kasus di atas adalah bagian dari risiko operasional. Risiko


operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan atau tidak
berfungsinya proses internal. Risiko ini diakibatkan oleh tidak adanya
atau tidak berfungsinya prosedur kerja, kesalahan manusia, kegagalan
sistem dan/adanya kejadian-kejadian eksternal yang memengaruhi
operasional perusahaan.

b. Risiko Pasar

Risiko perubahan harga pasar pada posisi portofolio (saham di


IHSG) dan rekening administratif, termasuk di dalamnya transaksi
derivatif. Dari pantauan saya pribadi pada tanggal 5 Maret 2018
setidaknya harga saham Garuda Indonesia (GIAA) di lantai bursa
saham sempat menyentuh Rp 320 per lembar saham.

Namun karena ramainya pemberitaan kasus ini di media, harga


saham GIAA pada penutupan kemarin hari Jumat tanggal 13 Maret
2018 hanya 296, atau turun sekitar 7,5%. Bukan angka penurunan
yang kecil bila dilihat dari sudut pandang investor saham. Kita harus
memahami betul bahwa sepanjang perusahaan masih memiliki produk
dan jasa, maka perusahaan tersebut selalu akan berada dalam
bayang-bayang risiko operasional. Lebih gawatnya lagi, dari satu risiko
bisa menimbulkan risiko yang lainnya.

Pertanyaan

1. Seperti apakah penerapan manajemen risiko yang berhasil?


2. Dalam melakukan segala sesuatu tentunya pasti ada hambatan
atau kesulitan-kesulitan. Begitupun dalam melakukan manajemen
risiko. Lalu, apa saja kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami
perusahaan pada saat melakukan manajemen risiko ?
3. Apa peran manajemen risiko dalam menghadapi tantangan-
tantangan yang dihadapi perusahaan untuk mendukung
pencapaian visi dan misi perusahaan?”

Pembahasan
1. Penerapan manajemen risiko yang berhasil ditunjukkan dengan
adanya identifikasi dan analisis risiko sesuai tingkat
kepentingannya. Risiko dilacak, dan dikendalikan secara efektif.
Permasalahan dicegah sebelum terjadi dan pegawai secara sadar
fokus pada apa yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan.
2. Kendala-kendala tersebut umumnya adalah :
Ketidakmampuan membuat Rencana atau Rencana yang tidak
cukup Baik. Tentu saja tidak semua manajer otomatis memiliki
kemampuan membuat perencanaan. Faktor penyebabnya adalah
kurangnya pengalaman, pendidikan atau bahkan karena diajari
atau tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana membuat
rencana yang benar.
Kurangnya Komitmen dalam proses pembuatan rencana
manajemen risiko. Mengembangkan sebuah rencana adalah
pekerjaan yang membutuhkan pemikiran yang cukup banyak dan
menyita waktu. Kebanyakan manajer beralasan mereka tidak
cukup punya waktu untuk mengikuti proses pembuatan rencana
yang cukup panjang, atau bahkan mereka tidak membuat rencana
yang memadai karena sebenarnya mereka takut gagal tidak
mencapai yang mereka targetkan dalam rencana tersebut.
Lemahnya informasi. Karena yang menjadi dasar dari sebuah
rencana adalah informasi, maka bagaimanapun canggihnya
seorang manajer dalam teknik pembuatan rencana, namun apabila
informasi yang digunakan dalam penyusunan rencana tersebut
kurang memadai (informasi kurang akurat, kurang lengkap, basi),
maka rencana tersebut juga akan kurang bermutu atau bahkan
rencana yang gagal.
Terlalu berfokus pada masa kini. Kegagalan mempertimbangkan
efek jangka panjang sebuah rencana karena terlalu menekankan
pada penanganan persoalan-persoalan jangka pendek, justru
dapat menyebabkan kegagalan organisasi mempersiapkan
masadepan. Seorang manajer seharusnya memiliki gambaran
besar dalam benaknya tentang masa depan dan sasaran-sasaran
jangka panjang yang ingin diraih saat menyusun sebuah rencana.
3. Manajemen risiko diharapkan dapat menuntun suatu perusahaan
untuk perjalanan ke depannya (forward-looking). Hal ini
dikarenakan yang namanya strategi tidak bisa langsung diterapkan
secara pasti di dalam perjalanan perusahaan karena harus
disesuaikan dengan perkembangan situasi perusahaan tersebut.
Dengan demikian, manajemen risiko dapat membantu suatu
perusahaan dalam menetapkan strategi ke depannya, kemudian
meninjau kembali strategi yang telah diterapkan sehingga dapat
relevan dengan situasi yang terus berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Hafani Mamduh. 2014. Manajemen Risiko Edisi 3. Yogyakarta


https://www.kompasiana.com/johanpamz/5ad17ce1caf7db09cd55b302/ka
sus-garuda-indonesia-dan-pentingnya-manajemen-risiko?page=2 (diakses
pada tanggal 6 Februari 2020).

Anda mungkin juga menyukai