Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASMA PADA ANAK


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH :

1. Diki reynaldi (C.0105.18.006)


2. Siti Fatimah Nurkhalisoh (C.0105.18.023)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDILUHUR CIMAHI


JL. KERKOF NO.243 Telp (022) 6674696. LEUWIGAJAH- CIMAHI
BAB I

PENDAHULUANA

A. LATAR BELAKANG

Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena asma pada anak
berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang berkaitan dengan kualitas hidup, termasuk
proses tumbuh kembang baik pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007). Asma
merupakan suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan dengan manifestasi mengi
kambuhan, sesak nafas, dan batuk terutama pada malam hari dan pagi hari. Asma merupakan
penyakit yang umumnya mempengaruhi orang-orang dari semua usia, dan dapat mempengaruhi
psikologis serta sosial yang termasuk domain dari kualitas hidup. Penyakit ini pada umumnya
dimulai sejak masa anak-anak (Wong, 2009).

Menurut Wong (2009) dampak penyakit kronis dan ketidakmampuan pada anak cukup luas.
Anak mengalami gangguan aktivitas dan gangguan perkembangan. Serangan asma menyebabkan
anak dapat tidak masuk sekolah berhari-hari, berisiko mengalami masalah perilaku dan
emosional, dan dapat menimbulkan masalah bagi anggota keluarga lainnya, orang tua sulit
membagi waktu antara kerja dan merawat anak, masalah keuangan, fisik dan emosional.Keadaan
ini berdampak pada pola interaksi orang tua dan anak serta upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan dan kualitas hidup anak.
Global initiative for asthma (GINA) memperkirakan 300 juta penduduk dunia menderita
asma (GINA, 2011).Prevalensi asma pada anak di Amerika Serikat mencapai 9,4% (National
Centerfor Health Statistics, 2008). World Health Organization (WHO) memperkirakan angka ini
akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Prevalensi total asma di
dunia diperkirakan 6% pada dewasa dan 10% pada anak (Depkes RI, 2009). Menurut Depkes
(2009) angka kejadian asma pada anak dan bayi sekitar 10-85%. Departemen Kesehatan juga
memperkirakan penyakit asma termasuk 10 besar penyebab tingginya angka kesakitan dan
kematian di Rumah Sakit serta diperkirakan 10% dari 25 juta penduduk Indonesia menderita
asma. Apabila tidakdilakukan pencegahan prevalensi asma akan semakin meningkat pada masa
yang akan datang (Depkes RI, 2009).

B. TUJUAN PENULIS

1.Tujuan UmumMendapatkan gambaran untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien


gangguan pernafasan sesuai dengan masalah utama asma
2. Tujuan khususAdapun tujuan khususnya, dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan asma terutama dalam hal :
a. Mahasiswa dapat mengkaji, mengenal masalah utama dari gangguan pernafasan asma
b. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala yang terpenting dari gangguan
pernafasan dengan masalah utama asma.
c. Mahasiswa dapat memahami penanganan dari gangguan pernafasan dengan masalah
utama asma.
d. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan dari gangguan pernafasan dengan
masalah utama asma.
e. Mahasiswa dapat mengevaluasi, mendokumentasikan sebagai tolak ukur guna
menerapkan asuhan keperawatan gangguan pernafasandengan masalah utama asma

C .MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam memepelajari lebih dalam ilmu
keperawatan khususnya pada penyakit Asma.
2.Bagi Institusi Pendidikana.
a. Dapat sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan
mutu pendidikan di masa yang akan datang dan dapat dipakai sebagai salah satu bahan
bacaan kepustakaan.
b. Mengetahui tingkat kemampuan dan sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang
telah diberikan kepada mahasiswa.

3.Bagi Pofesi Keperawatan


Sebagai bahan masukan perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
terutama pada pasien dengan Asma.

4.Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan wacana untuk meningkatkan pelayanan pada pasien dengan Asma. Agar
derajat kesehatan pasien lebih meningkat.

5.Bagi Pasien atau KeluargaPasien


penderita Asma bisa menerima perawatan yang maksimal dari petugas kesehatan.
Sehingga keluarga bisa menjaga anggota keluarga yang lain supaya terhindar dari penyakit
Asma.

6.IPTEK (Ilmu Pengrtahuan dan Tekhnologi)


Manfaat IPTEK sendiri dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam
bidang kesehatan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Asma adalah gangguan inflamasi kronispada jalan napas tempat banyak sel (sel
mast, eosinofil, dan limposit T) memegang peranan. Adapun pengertian asma menurut
Wong (2004 : 475) meupakan proses obstruktif reversible yang ditandai dengan
peningkatan responsivitas dan inflamasi jalan napas, terutama napas bagian bawah.
Asma disebut juga sebagai reactive airway disease (RAD) adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan nafas secara reversible yang ditandai dengan inflamasi, dan
peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan (Suriadi & yuliani, 2010 : 14).

B. Etiologi
Penelitian tentang anak yang menderita asma menunjukan bahwa alergi
mempengaruhi persistensi dan keparahan penyakit. Akan tetapi pada bayi, terdapat
hubungan yang kuat antara infeksi virus dan asma. Alergen tidak begitu berperan
menyebabkan asma karena terjadinya sensitivitas alergi memerlukan waktu. Terdapat
juga factor predisposisi genetic untuk terjadinya respons alergi terhadap allergen yang
banyak terdapat di udara (Nation Asthma Education and Prevation Program, 1997).
Selain allergen, zat dan kondisi lain juga dapat mencetus episode asma.
Meskipun allergen berperan penting untuk terjadinya asma, pada beberapa kasus
tidak ada proses alergi yang dapat dideteksi. Teori – teori lain seperti (1) defek dasar
pada reseptor adrenergic B terhadap leukosit dan (2) peningkatan aktivitas kolinergik
telah dimunculkan. Akan tetapi, sebagian besar ahli menyetujui bahwa asma melibatkan
faktor – faktor biokimia, imunologik, infeksius, endokrin, dan psikologik.

C. Patofisiologi
Terdapat persetujuan umum bahwa inflasi berperan dalam peningkatan reaktifitas
jalan nafas. Mekanisme yang menyebabkan inflamasi jalan nafas cukup beragam, dan
peran setiap mekanisme tersebut berpareasi dari satu anak keanak lain serta selama
perjalanan penyakit. Akan tetapi, pengetahuan mengenai pentingnya inflamasi telah
membuat penggunaan agens anti-inflamasi sebagai komponen inti dalam terapi asma
terbaru.
Komponen penting asma lainnya adalah bronkospasme dan obstruksi. Meliputi :
 Inflamasi dan edema membrane mukosa
 Akumulasi sekresi yang berlebihan dari kelenjar mukosa
 Spasme otot-otot halus bronkus dan brokeolus yang menurunkan diameter
bronkiolus
Konstriksi bronsuk merupakan reaksi normal terhadap stimulus asing, namun
pada anak yang menderita asma biasanya sangat parah hingga menyebabkan gangguan
fungsi pernafasan. Otot halus berbentuk kumparan spiral disekeliling jalan nafas,
menyebabkan penyempitan dan pemendekan jalan nafas, yang secara signifikan
meningkatkan resistensi jala nafas terhadap aliran udara. Secara normal, bronkus
berdilatasi dan memanjang pada saat inspirasi dan berkontraksi serta memendek selama
ekspirasi. Oleh karena, itu kesulitan bernafas lebih berat terjadi selama fase ekspirasi.
Peningkatan tahanan dalam jalan nafas menyebabkan eksprasi yang dipaksakan
melewati lumen sempit. Volume udara yang terjebak dalam paru meningkat pada jala
nafas secara fungsional menutup di titik antara alveoli dan bronkus lobules. Gas yang
terjebak ini mendorong individu bernafas ada volume paru yang semakin tinggi.
Akibatnnya, orang yang menderita asma harus berjuang untuk menginspirasi jumlah
udara yang cukup. Upaya keras untuk bernafas ini akan mengakibatkan keletihan,
penurunan efektivitas pernafasan, dan peningkatan konsumsi oksigen. Inspirasi yang
terjadi ketika volume paru lebih tinggi akan menginplasi alveoli secara berlebi dan
menurunkan efektivitas batuk. Jika obsturksi semakin parah, terjadi penurunan ventilasi
alveolus disertai retensi karbondioksida, hipoksemia, asidosis pernafasan, dan akhirnya
gagal nafas.

D. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatkan kelainan. Selain
itu perlu diperhatikan tanda-tanda asma dan penyakit alergi lainnya. Tanda asma yang paling
sering ditemukan adalah wheezing (mengi) tetapi pada sebagian pasien asma tidak didapatkan
mengi diluar serangan. Pada serangan asma umumnya terdengar mengi, disertai tanda-tanda
lainnya, pada asma yang sangat berat mengi dapat tidak terdengar (sillent chest) dan pasien
dalam keadaan sianosis dan kesadaran menurun. (Depkes, 2009) Pasien yang mengalami
serangan asma, dalam pemeriksaan fisik dapat ditemukan (sesuai derajat serangan): (Depkes,
2009)
a. Infeksi : pasien terlihat gelisah, sesak ( napas cuping hidung, napas cepat, reflaksi
sela iga, refraksi epigastrium, refleksi suprasternal), sianosis.
b. Palpasi : biasanya tidak ada kelainan yang nyata (pada serangan berat dapat terjadi
pulsus paradoksus).
c. Perkusi : biasanya tidak ada kelainan yang nyata
d. Auskultasi : ekspirasi memanjang, wheezing, suara lender.

E. Periksaan Penunjang
1. Spirometer : dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulazer/inhaler),
positif jika peningkatan VEP/KVP > 20%
2. Sputum : eosinofil meningkat
3. Eosinofil darah meningkat
4. Uji kulit
5. RO dada yaitu patologis paru/komplikasi asma
6. AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia
(PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik).
7. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada
poto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.

F. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Alergen (hawa dingin) Bersihan jalan nafas
- Dispnea ↓ tidak efektif
- Sulit berbicara Hipersensivitas
- Ortopnea ↓
Stimulasi Ig E
Do : (immunoglobulin alergi)
- Batuk tidak efektif ↓
- Tidak mampu Pemecahan sel mast
batuk ↓
- Sputum berlebih Melepaskan histamine
- Mengi, wheezing ↓
dan ronchi kering Stimulasi sel goblet
- Meconium jalan ↓
nafas Mukosa meningkatkan
- Gelisah sekresi mucus berlebih
- Sianosis yang sangat lengket
- Bunyi nafas ↓
menurun Merangsang batuk
- Prekuensi nafas ↓
berubah Ketidak efektifan jalan
- Pola nafas berubah napas

2. Ds : Bersihan jalan napas tidak Intoleransi aktivitas


- Mengeluh lelah efektif
- Dipsneu saat atau ↓
setelah aktivitas Akumulasi secret pada
- Merasa tidak jalan napas
nyaman setelah ↓
beraktivitas Gangguan pertukaran gas
- Merasa lemah ↓
Do : Peningkatan penggunaan
- Frekuensi jantung energy untuk bernapas
meningkat > 20% ↓
dari kondisi Penurunan energy
istirahat cadangan

- Tekanan darah Kelemahan
berubah > 20% ↓
dari kondisi Intoleransi aktivitas
istirahat
- Gambaran EKG
menunjukan
aritmia saat atau
setelah aktivitas
- Gambaran EKG
menunjukan
iskemia
- Sianosis
3. Ds : Defisit nutrisi
- Cepat kenyang
setelah makan
- Kram/nyeri
abdomen
- Nafsu makan
menurun
Do :
- Berat badan
menurun 10%
dibawah rentan
ideal
- Bising usus
hiperaktif
- Otot pengunyah
lemah
- Otot menelan
lemah
- Membrane mukosa
pucat
- Sariawan
- Serum albumin
turun
- Rambut rontok
berlebih
- Diare
4. Ds : Infeksi bakteri Pola nafas tidak
- Ortopnea ↓ efektif
- Dispnea Peradangan pada laring
Do : ↓
- Penggunaan obat Udema laring
bantu pernapasan ↓
- Fase ekspirasi Adanya sumbatan pada
memanjang laring
- Pola nafas ↓
abnormal Dispneu
- Pernapasan cuping ↓
hidup Pola napas tidak efektif
- Diameter thoraks
anterior – posterior
meningkat
- Ventilasi semenit
menurun
- Kapasitas vital
menurun
- Tekanan ekspirasi
menurun
- Tekanan inspirasi
menurun
- Ekskursi dada
berubah

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi mukus
2. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
4. Defisit nutrisi b.d intake yang tidak adekuat

H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan napas b.d Tupan : Manajemen jalan napas
Observasi :
akumulasi mukus Setelah dilakukan tindakan - Monitor pola napas
keperawatan 3 x 24 jam - Monitor bunyi napas
Terapeutik :
klien tidak merasakan - Posisikan semi-fowler
sesak. atau fowler
- Berikan minum hangat
Tupen : - Lakukan fisioterapi dada,
Setelah dilakukan tindakan jika perlu
- Berikan oksigen, jika perlu
keperawatan selama 1 x 24 Edukasi :
jam sesak klien berkurang. - Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika
perlu

2. Intoleransi aktivitas b.d Tupan : Manajemen Energi


Observasi :
kelemahan fisik Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi gangguan
keperawatan 3 x 24 jam fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
klien tidak merasakan - Monitor kelelahan fisik
kelemahan. dan emosional
- Monitor pola dan jam
Tupen : tidur
Setelah dilakukan tindakan Terapeutik :
- Sediakan lingkungan
keperawatan selama 1 x 24 nyaman dan rendah
jam kelemahan klien stimulus
- Lakukan latihan rentang
berkurang. gerak pasif atau aktif
Edukasi :
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

3. Defisit nutrisi b.d intake yang Tupan : Obsevasi :


tidak adekuat - Identifikasi status
Setelah dilakukan tindakan
nutrisi
keperawatan 3 x 24 jam - Identifikasi alergi
dan intoleransi
klien tidak merasakan
makanan
keluhannya lagi. - Identifikasi
kebutuhan kalori
Tupen :
dan jenis nutrient
Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi
perlunya
keperawatan selama 1 x 24
penggunaan
jam keluhan klien selang nasogastric
- Monitor asupan
berkurang.
makanan
Terapeutik :
- Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
- Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasogastric jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan,
jika perlu
4. Pola napas tidak efektif b.d Tupan : Pemantauan respirasi
penurunan ekspansi paru. Observasi :
Setelah dilakukan tindakan - Monitor frekuensi, irama,
keperawatan 3 x 24 jam kedalaman dan upaya
napas
klien tidak merasakan - Monitor pola napas
sesak. - Monitor adanya
sumbatan jalan napas
Tupen : - Palpasi kesimetrisan
Setelah dilakukan tindakan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
keperawatan selama 1 x 24 - Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
jam sesak klien berkurang. - Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantaun, jika perlu

BAB III
TINJAUAN KASUS
An. B usia 42 bulan dirawat di RS Hidayah. Klien mengeluh sesak nafas 2 hari SMRS, klien
tidak batuk, terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar bunyi wheezing. Klien
tampak pucat dan tampak gelisah. Ibu klien mengatakan klien ada alergi terhadap udara dingin.
Klien dan ibu klien tampak cemas. Ibu klien belum mengetahui tentang penyakit asma. TTV ;
TD : 100/70 mmHg, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 37˚C, dan RR : 38 x/menit.

A.    Identitas
1.      Identitas Klien
Nama : An. B
Umur : 42 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Pemuda No.1 Kebumen
No.RM : 20605
Tanggal masuk RS : 11 November 2015 pukul 09.30 WIB
Dx. Medis : Asma
2.      Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny.N
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Pemuda No.1 Kebumen
Hubungan dengan klien : Ibu
B.       Riwayat kesehatan
1.      Keluhan Utama : Sesak nafas
2.      Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan klien sesak nafas sejak 1 hari sebelum ke puskesmas, klien tidak batuk,
klien ada alergi dingin kemudian oleh ibunya diperiksakan di Puskesmas, menurut hasil dari
pemeriksaan, klien didiagnosa asma sehingga klien harus menjalani pengobatan dan dokter
menganjurkan agar klien dibawa ke RS Hidayah. Pada tanggal 11 November 2015 pukul 09.30
WIB oleh keluarga klien dibawa ke IGD RS Hidayah. Ibu klien mengatakan klien sesak nafas
sejak 2 hari SMRS, klien tidak batuk, terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar
bunyi wheezing. Klien tampak pucat dan gelisah. Ibu klien mengatakan klien ada alergi terhadap
udara dingin. Di IGD TTV ; TD : 100/70 mmHg, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 37˚C, dan RR : 38
x/menit. Terapi : Oksigen 3 liter/ menit,infus RL 20 tpm, dan nebulizer. Saat dikaji pada tanggal
11 November 2015 pukul 11.00 WIB Ibu klien mengatakan klien sesak nafas sejak 2 hari SMRS,
klien tidak batuk, terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar bunyi wheezing. Klien
tampak pucat dan nafsu makan klien menurun. Ibu klien mengatakan klien ada alergi terhadap
udara dingin. Klien dan ibu klien tampak gelisah dan cemas. Ibu klien belum mengetahui tentang
penyakit asma.

3.      Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu klien mengatakan jika udara dingin klien merasa sesak tetapi sesaknya ringan tidak separah
ini .Klien belum pernah dirawat di RS.

4.      Riwayat kesehatan keluarga


Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien. Dan keluarga tidak
ada yang mengalami penyakit seperti TBC, DM, hipertensi maupun penyakit serius lainnya.

C.    Pemeriksaan Fisik


1.      TTV :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37,5 ˚C
RR : 36 x/menit
2.      Antropometri :
Lingkar Kepala : 54 cm
Lingkar Lengan atas : 16 cm
BB : 14 Kg
TB : 100 cm
3.      Kepala : mesosepal
4.      Mata : konjungtiva anemis, sklera Anikterik, reflek terhadap cahaya pupil isokhor
5.      Hidung : tidak ada polip, terlihat pernafasan cuping hidung, terpasang oksigen kanul nasal
2 liter/menit.
6.      Mulut : bibir terlihat pucat,dan terdapat secret.
7.      Telinga : normal, tidak ada sekret dan darah
8.      Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
9.      Dada :
-          Paru
Inspeksi : pergerakan dada cepat, terdapat tarikan dinding dada ke dalam
Palpasi : retraksi dinding dada sama kanan dan kiri, terdapat vocal fomitus kanan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdapat bunyi wheezing
-          Jantung :
Inspeksi : tampak ictus cordis
Palpasi : tidak terdapat pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 bunyi reguler
-          Abdomen :
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : bising usus 20 x/menit
Palpasi : adanya massa, klien belum BAB.
Perkusi : timpani
10.  Genetalia : laki laki, tidak terpasang DC
11.  Anus : tidak ada lesi
12.  Ekstremitas : atas : akral hangat, CRT < 3 detik, terpasang infus RL 20 tpm, dan tidak ada
gangguan gerak
Bawah : tidak ada gangguan gerak.
13.  Kulit : turgor kulit normal, tidak ada oedema.
E.     Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 11 November 2015 pukul 11.00 WIB
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10.7 gr/dl Pria : 13-18 g/dl, wanita 11.5-16.5
g/dl. Wanita hamil: 11- 16.5 g/dl.
Anak : 12-34 g/dl
Hematokrit L 31 %
Leukosit 14.5 10^3/Ul
Eritrosit 4.1 10^6 /Ul
Diffferent count 0.10/1.40/49.60/40.50/0.40 Basofil : 0-2 %, eosinofil : 1-3%,
netrofil batang : 1-6%, netrofil
segmen: 4-6 %, limfosit 20- 40 %,
monosit: 1-8%
MCV 75# 24-102#
MCH 26 Pg
MCHC 35 g/dl 20-32 g/dl

F.     Terapi
-          IVFD RL = 20 tetes/menit
-          Oksigen 2 L/menit nasal kanul
-          Nebu : Ventolin 4x2,5 mg
-          L Bio 2x1 sac
-          Diet Gizi seimbang

G. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : ketidak mampuan Ketidak efektifan
- Ibu klien mengeluarkan secret pada jalan bersihan jalan nafas
mengatakan klien nafas
sesak nafas
- Tidak ada batuk
- Terdapat secret yang
berlebih
Do :
- RR : 36 x/menit
- Terdengar suara
wheezing
- Terdapat suara
pernafasan cuping
hidung
- Terdapat tarikan
dinding dada ke
dalam
2 Ds : perubahan status kesehatan Ansietas
- Klien dan ibu klien
mengatakan cemas
- Klien sulit tidur
- Klien susah makan
Do :
- Klien tampak gelisah
dan rewel
3 Ds : Kurang informasi tentang kurang pengetahuan
- Klien mengatakan proses penyakit dan perawatan
klien dan keluarga dirumah
belum mengetahui
tentang penyakit
asma
- Klien dan keluarga
tampak cemas
Do :
- Keluarga tampak
bingung
- Ibu klien bertanya-
tanya tentang
penyakit asma

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d ketidak mampuan mengeluarkan secret
pada jalan nafas
2. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang proses penyakit dan
perawatandi rumah

Anda mungkin juga menyukai