Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SEROLOGI DAN IMUNOLOGI


KOMPLEMEN DAN SITOKIN

Disusun Oleh:

Rahmad Arrajib
Siska Ayu
Ulfa Wana Daera
Umi Nurul Wahyuni

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG


FAKULTAS FARMASI
S1 FARMASI
SEMSTER V
2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik

dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai

“KOMPLEMEN DAN SITOKIN”.

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai

pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah

ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh

karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat

membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk

penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang, 24 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. 1

DAFTAR ISI................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 4

1.3 Tujuan................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 5

2.1 Komplemen………........................................................................... 5

2.1.1 Definisi Komplemen................................................................ 6

2.1.2 Fungsi Komplemen.................................................................. 6

2.1.3 Jalur Aktivasi……................................................................... 8

2.1.4 Sistim Aktivasi......................................................................... 10

2.1.5 Aktivitas Biologis…………………………............................ 10

2.2 Sitokin.............................................................................................. 10

2.2.1 Definisi Sitokin….................................................................... 10

2.2.2 Sifat Sitokin…….................................................................... 10

2.2.3 Fungsi Sitokin......................................................................... 11

2.2.4 Pengelompokan Sitokin…....................................................... 13

2.2.5 Aktivitas Biologis….............................................................. 14

BAB III PENUTUP..................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan........................................................................................ 17

3.2 Saran.................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh

dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun

dari dalam tubuh. Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host) dari patogen-patogen

penginvasi dan untuk menghilangkan penyakit. Sistem imun diklasifikasikan sebagai sistem

imun bawaan (innate immunity system) atau sering juga disebut respon/sistem nonspesifik

serta sistem imun adaptif (adaptive immunity system) atau respon/sistem spesifik, bergantung

pada derajat selektivitas mekanisme pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang:

imunitas humoral, yang merupakan fungsi protektif imunisasi dapat ditemukan pada humor

dan imunitas selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel. Imunologi adalah cabang

ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons organisme terhadap penolakan antigenic,

pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia

fisika fenomena imun.

Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau

kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya.

Sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan

tipe pertahanan yang mempunyai spektrum luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada

antigen yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme

imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkitkan karena paparan antigen

yang spesifik. Tipe yang terakhir ini, dapat dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat

secara aktif dan didapat secara pasif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan komplemen ?

4
2. Apa saja fungsi komplemen ?

3. Bagaimana jalur aktivasi komplemen ?

4. Bagaimana sistim aktivasi komplemen ?

5. Bagaimana aktivitas biologis komplemen ?

6. Apa yang dimaksud dengan sitokin ?

7. Bagaimana sifat sitokin ?

8. Apa saja fungsi sitokin ?

9. Apa saja pengelompokan sitokin?

10. Bagaimana aktivitas biologis sitokin ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisidari komplemen

2. Mengetahui fungsi dari komplemen

3. Mengetahui jalur aktivasi komplemen

4. Mengetahui sistim aktivasi komplemen

5. Mengetahui aktivitas biologis komplemen

6. Mengetahui definisi dari sitokin

7. Mengetahui sifat dari sitokin

8. Mengetahui fungsi dari sitokin

9. Mengetahui pengelompokan sitokin

10. Mengetahui aktivitas biologis sitokin

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komplemen

2.1.1 Definisi Komplemen

Komplemen merupakan salah satu molekul humoral dari imunitas innate/ non

spesifik, walaupun perannya juga terlibat di imunitas spesifik. Komplemen

membentuk suatu sistem yang disebut sistem komplemen merupakan salah satu

sistem enzim yang diketahui terdapat lebih dari 30 molekul yang terlarut maupun

yang terikat sel (Kindt et al., 2007).

Komplemen memnbetuk suatu sistem protein di plasma yang mengatifkan suatu

reaksi proteolitik yang berantai (cascade) pada permukaan mikroba (antigen), namun

tidak terjadi pada permukaan sel host (penyimpangan). Komplemen ini akan

melapisi permukaan mikroba tersebut dengan fragmen yang dikenali dan berikatan

dengan reseptor fagosit (makrofag). Reaksi berantai ini juga meghasilkan/

melepaskan peptida-peptida (fragmen) kecil yang berperan untuk proses inflamasi

(Janeway et al., 2001) Saat ini, komplemen merupakan kelompok protein membran

maupun plasma yang memegang peranan pada sistem imun non spesifik maupun

spesifik (Atkinson, 2013).

Komponen komplemen sebagian besar diproduksi di hepatosit, walaupun C1q,

properdin dan C7 diproduksi di sel myeloid, dan faktor D diproduksi di sel adiposit

(yang dikenal juga sebagai adipsin) (Sullivan and Grumach, 2014). Molekul

komplemen ini bersifat labil atau terdegradasi terhadap suhu panas (> 56°C) yang

dibedakan dari komponen serum lainnya yaitu antibodi yang lebih tahan panas

(Isenman et al., 2013). Komplemen beraksi sebagai sistem perondaan yang cepat 3

dan efisien, sehingga dapat membedakan pengaruh sel host yang sehat dan sel host

6
yang telah mengalami perubahan serta membedakan bahan asing yang menyusup ke

dalam host (Ricklin et al., 2010).

Komplemen beredar di darah dalam kondisi yang tidak aktif. Ketika dirasa

terjadi ancaman bahan asing oleh sistem imun, komplemen akan aktif dan sistem

komplemen secara keseluruhan akan teraktivasi. Sistem komplemen merupakan

serangkaian dan kumpulan komponen komplemen di dalamnya. Satu persatu

komponennya akan teraktivasi dengan reaksi yang berantai (cascade). Disamping

perannya dalam eliminasi mirkroba, komplemen yang teraktivasi juga berperan pada

proses yang beragam seperti maturasi sinaps, cleareance kompleks imun (ikatan

antigen-antibodi), angiogenesis, mobilisasi sel progenitor atau stem cell

hematopoietik (HSCP = Hematopoietik Stem Cell Progenitor), regenerasi jaringan

dan metabolism lipid (Ricklin et al., 2010). Reaksi yang ditimbulkan dari aktivasi

komplemen berjalan berurutan (casacade) yang pada akhirnya mengaktivkan suatu

komplemen terminal/ ujung (C5 – C9) yang mencetuskan/ trigger proses lisisnya

membrane sel target (contoh : mikroba), proses ini disebut dengan Membrane Attack

Complex (MAC).

2.1.2 Fungsi Komplemen

Aktivitas utama dari sistem komplemen adalah untuk mengubah membran dan

mengikat antigen melalui pengikatan kovalen dari fragmennya yang sedang aktif

(Atkinson, 2013). Komplemen juga memiliki fungsi sentral pada inflamasi menyebabkan

kemotaksis pada fagosit, aktivasi sel mast dan fagosit, opsonisasi dan lisis sel pathogen,

juga sebagai clearance kompleks imun (Male et al., 2006) Setelah aktivasi awal, berbagai

komponen komplemen berinteraksi melalui reaksi berantai yang diatur sedemikian rupa,

untuk menjalankan fungsi utamanya, yaitu :

a. Lisis sel, bakteri atau virus.

7
b. Opsonisasi, yang mendukung fagositosis antigen tertentu.

c. Berikatan dengan reseptor komplemen spesifik pada sel dari sistem imun, memicu

fungsi sel spesifik, inflamasi, mensekresi molekul immunoregulatory.

d. Clearence kompleks imun, yaitu menyingkirkan kompleks imun dari sirkulasi dan

lalu mengendapkannya pada limpa atau hepar (Kindt et al. et al. 2007).

2.1.3 Jalur Aktivasi

Komplemen ada dalam keadaan inaktif, untuk menjadi aktif harus ada yang

mengaktifkan. Aktivasi komplemen melalui 3 jalur, jalur klasik, alternatif dan

lektin.Aktivasi dari ketiga jalur dibedakan berdasarkan aktivatornya. Pada jalur klasik,

aktivasi terjadi karena adanya ikatan antara antigen dan antibodi selanjutnya akan

berikatan dengan komplemen C1, dst. Jalur alternatif diaktifkan oleh komponen asing,

baik berupa patogen maupun non patogen. Dan jalur Lektin diaktifkan molekul

karbohidrat (manosa) yang ada dipermukaan antigen tersebut. Reaksi berantai terakhir

dari masing-masing ketiga jalur tersebut akan mengawali terjadinya suatu proses

pelisisan membran target atau disebut dengan Membrane-Attack Complec (MAC) (Kindt

et al., 2007).

a. Jalur Klasik

Aktivasi komplemen jalur klasik umumnya diawali dnegan pembentukan kompleks

antigen-antibodi soluble/ terlarut, atau ikatan antara antibodi terhadap antigen pada target

tertentu, seperti sel bakteri (Ag). Pembentukan ikatan Ag-Ab menginduksi perubahan

konformasi dari Fc (Fragmen crystallizable) immunoglobulin (biasanya IgM dan IgG)

yang selanjutnya memapar komponen komplemen C1, yaitu C1q (Kindt et al., 2007).

Jalur Klasik berlanjut dengan menempelnya C1 (C1q) dengan bagian Fc dari

imunoglobulin (setelah antibodi berikatan dengan antigen). Beberapa bakteri dari genus

Mycoplasma,RNA virus, dan komponen lipid A dari endotoksin bakteri dapat

8
mengaktifkan C1q dan memicu full cascade komplemen. Molekul endogen seperti kristal

asam urat, deposit amyloid, DNA, ataupun komponen dari sel yang telah rusak

(apoptosis) juga dapat mengaktifkan C1q. C1q disintesis di retina, dan otak (Johnston,

2011). Ikatan antara C1q terhadap Fc dapat membentuk perubahan konformasi pada C1r

yang mengubah C1r menjadi enzim protease serin, C1r, yang selanjutnya mengubah C1s

menjadi enzim aktif yang serupa, C1s. Komponen C4 teraktivasi ketika C1s

menghidrolisis fragmen kecil C4a (berfungsi sebagai anafilatoksin/ mediator

inflamasi), dan meninggalkan fragmen yang lebih besar (C4b). Fragmen C4b berikatan

dengan permukaan target (sel yang mengalami apoptosis, sel pathogen dll) dan

mengaktifkan C2 (sebagai proenzim). C2 berikatan di sisi aktif dari C4b, selanjutnya C2

dipecah oleh C1s, dan fragmen yang lebih kecil C2b lepas dan menyebar, menyisakan

C4b2a atau disebut C3 konvertase. C3 konvertase berfungsi untuk mengaktifkan C3.

Hidrolisis C3a oleh C3 11 konvertase membentuk C3b. Satu molekul C3 konvertase

mampu menghasilkan 200 molekul C3b dan merupakan sinyal yang dahsyat pada tahapan

reaksi berantai ini. Beberapa C3b akan berikatan dengan kompleks C4b2a membentuk

C4b2a3b atau C5 konvertase. C3b dari kompleks ini mampu mengikat C5 dan

mengubah konformasinya, sehingga C4b2a dapat memecah C5 menjadi C5a yang lepas

dan menyebar (sebagai anafilatoksin) dan C5b yang berikatan dengan C6-C9 yang

berperan dalam Membrane-Attack Complex (MAC) dan terjadilah lisis sel target (Kindt

et al., 2007).

b. Jalur Alternatif

Jalur Alternatif dari sistem komplemen ini merupakan jalur pintas atau shortcut.

Dikatakan jalur Alternatif atau jalur pintas karena menghasilkan C5b produk yang sama

dari yang dihasilkan oleh jalur Klasik. Jalur ini dicetuskan oleh semua bahan-bahan yang

9
dianggap asing oleh host (contoh : baik bakteri gram positif maupun gram negatif). Pada

jalur Alternatif, C3 merupakan komplemen yang mengandung ikatan thioester yang tidak

stabil dan dapat mengalami hidrolisis spontan menjadi C3a yang lepas dan menyebar

(sebagai anafilatoksin) dan C3b. Komplemen C3b dapat berikatan dengan antigen

permukaan asing, seperti sel bakteri atau partikel virus atau bahkan sel host itu sendiri.

Sebagian besar membran sel mamalia mengandung konsentrasi tinggi sialic acidyang

berperan dalam inaktivasi spontan ikatan C3b pada sel host. Jika terjadi kesalahan dalam

target aktivasi komplemen, dan sel normal host yang menjadi target, tidak akan terjadi

kerusakan yang berkelanjutan. Beberapa antigen permukaan sel asing (dinding sel bakteri,

dinding sel kapang/ yeast, atau selubung/ envelope virus tertentu) mengandung sialic acid

dalam konsentrasi rendah, sehingga C3b yang berikatan dengan permukaan sel tersebut

akan tetap aktif dan meneruskan reaksi berantai dalam waktu yang lama. C3b yang

menempel pada permukaan sel diatas dapat juga berikatan dengan protein serum ain yang

disebut faktor B. Ikatan antara C3b dengan faktor B akan berperan sebagai substrat untuk

enzim suatu protein serum aktif (Faktor D). Faktor D memecah ikatan C3b dan faktor

B, melepaskan fragmen kecil faktor Bb. Faktor Bb berikatan dengan C3b sekelillingnya

membentuk kompleks C3bBb yang memiliki peran sebagai C3 konvertase. Aktivitas

C3 konvertase ini menghasilkan C3bBb3b yang berperan sebagai C5 konvertase.

Komplemen non enzimatik C3b berikatan dengan C5, dan komponen Bb akan

menghidrolisis C5 menjadi C5a dan C5b. Selanjutnya sama seperti jalur Klasik, C5a akan

lepas dan menyebar menjadi anafilatoksin, sedangkan C5b berikatan dengan C6-C9

membentuk kompleks MAC.

c. Jalur Lektin

Jalur Lektin dan jalur Klasik hanya berbeda pada awal, yaitu pada tahap pengenalan

dan aktivasi oleh bahan asingnya (aktivator). Pada jalur Klasik dibutuhkan antibodi untuk

10
mengaktifkan jalur, sedangkan pada jalur Lektin tanpa keberadaan antibodi pun mampu

teraktivasi. Lektin merupakan suatu protein yang mengenali dan berikatan secara spesifik

dengan karbohirat yaitu manosa. Beberapa istilah lain digunakan untuk jalur Lektin ini

adalah jalur Mannan – Binding Lektin (MBL) (Kindt et al., 2007). Jalur Mannan –

Binding Lektin megikat karbohidrat sederhana manosa dan N-acetyl gucosamine yang

berada di dinding sel pada kebanyakan pathogen, termasuk yeast, bakteri, virus, dan

fungi. Ikatan dengan manosa menyebabkan perubahan bentuk MBL yang menginduksi

aktivasi autokatalitik pada MASPs, enzim ini dapat memecah C4 dan C2 untuk berlanjut

ke aktivasi berikutnya seperti pada jalur Klasik (Male et al., 2006). Jalur Lektin seperti

jalur Alternatif, tidak tergantung antibodi untuk aktivasinya, tetapi mekanismenya lebih

mirip dengan jalur Klasik karena setelah tahap aktivasi melalui aksi C4 dan C2 untuk

memproduksi C5 konvertase. Jalur Lektin ini diaktifkan oleh ikatan manosa dan Lektin

(MBL), yaitu yang berasal dari residu manosa di karbohidrat atau glikoprotein pada

permukaan mikroorganisme termasuk genus strain Salmonella, Listeria,Neisseria, atau

juga pada spesies Cryptococcus neoformans dan Candida albicans (Kindt et al., 2007).

Mannan – Binding Lektin adalah protein fase akut yang merupakan produk dari respon

inflamasi yang fungsinya mirip dengan C1q pada sistem komplemen. Setelah MBL

berikatan dengan permukaan sel atau pathogen, molekul yang dinamakan MBL-

Associated Serin Protease (MASP) akan berikatan dengan MBL. Konsekuensi dari

asosiasi tersebut akan membentuk kompleks aktif antara MASP-MBL, kompleks ini akan

menyebabkan aktivasi C4 dan C2. Molekul MBL-Associated Serin Protease (MASP) ini

terdiri atas MASP1 dan MASP2 yang masing-masing memiliki struktur yang mirip

dengan C1r danC1s yang termasuk pada jalur Klasik. Aktivasi C4 dan C2 selanjutnya

identik dengan jalur Klasik (Kindt et al., 2007).

11
Gambar 5. Aktivasi Sistem Komplemen Jalur Klasik, Alternatif dan Lektin (Male et

al., 2006).

2.1.4 Sistim Aktivasi

Aktivasi sistem komplemen menyebabkan interaksi berantai yangmenghasilkan

berbagai substansi biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen.

Aktivasi sistem komplemen tersebut selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh,

sebaliknya juga dapat membahayakan bahkan mengakibatkan kematian, hingga efeknya

disebut seperti pisau bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks

antigen-antibodi pada jaringan berlangsung terus-menerus, akan terjadi kerusakan

jaringan dan dapat menimbulkan penyakit.

Protein komplemen di dalam serum darah merupakan prekursor enzim yangdisebut

zimogen. Zimogen pertama kali ditemukan pada saluran pencernaan, sebuah protease

yang disebut pepsinogen dan bersifat proteolitik. Pepsinogen dapat teriris sendiri menjadi

pepsin saat terstimulasi derajat keasaman pada lambung.

12
2.1.5 Aktivitas Biologis Komplemen

Komplemen dinyatakan dengan nomor dan huruf. Proses aktivasi tidak

berlangsung berurutan sesuai dengan urutan nomor komplemen. Disepakati bahwa

urutan interaksi komplemen adalah : C1q, C1r, C1s, C4, C2, C3, kemudian C5 sampai

C9. Aktivasi komplemen dapat merupakan proses pemecahan molekul-molekul secara

enzimatik yang menghasilkan zat yang aktif atau proses penyesuaian tanpa pemecahan.

Pada beberapa tahap dari proses ini diperlukan ion kalsium dan magnesium.

Aktivasi lengkap dari C1 sampai C9 mengakibatkan pecahnya membran dan kerusakan

sel yang tidak dapat diperbaiki lagi. Aktivasi lengkap terjadi dengan tahapan-tahapan

sebagai berikut : C2 melepaskan suatu peptida dengan berat molekul kecil dan aktivitas

kinin, hasil aktivasi C3 dan C5 merangsang mastosit, otot halus dan leukosit sehingga

terjadi efek anafilaktik, unsur lain dari C3 dan C5 berikatan dengan membran sel dan

menyebabkan sel lebih mudah di fagositosis, proses ini disebut opsonisasi, fragmen C3

dan C4 menyebabkan proses perlekatan yaitu partikel yang dilapisi komplemen melekat

pada permukaan sel yang memiliki reseptor untuk komplemen, C3 dan C4 aktif dapat

pula menetralisir virus, dan akhirnya fragmen C3 da C4 merangsang aktivitas

kemotaktik neutrofil sehingga neutrofil bergerak menghampiri fragmen protein yang

bersangkutan. Kompleks C5-C9 mempunyai aktivitas prokoagulan trombosit dan

sebaliknya aktivitas prokoagulan faktor XII dapat mencetuskan aktivasi C1. Plasmin dan

trombin bersifat proteolitik dan dapat memecah C3 hingga terbentuk C3 aktif.

2.2 Sitokin

2.2.1 Definisi Sitokin

Sitokin adalah golongan protein/glikoprotein/polipeptida yang larut dan diproduksi

oleh sel limfosit dan sel-sel lain seperti makrofag, eosinofil, sel mast dan sel endotel.

Sitokin berfungsi sebagai sinyal interseluler yang mengatur hampir semua proses biologis

13
penting seperti halnya aktivasi, pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi, proses inflamasi

sel, imunitas, serta pertahananjaringan ataupun morfogenesis. Kesemuanya terjadi akibat

rangsangan dari luar. Sitokin mempunyai berat molekul rendah, sekitar 8-40 KD, di

samping kadarnya juga sangat rendah.

2.2.2 Sifat Sitokin

Biasanya diproduksi oleh sel sebagai respons terhadap rangsangan. Sitokin yang

dibentuk segera dilepas dan tidak disimpan di dalam sel. Sitokin yang sama dapat

diproduksi oleh berbagai sel. Satu sitokin dapat bekerja terhadap beberapa jenis sel dan

dapat menimbulkan efek melalui berbagai mekanisme. Berbagai sitokin dapat memiliki

banyak fungsi yang sama, Sitokin dapat/sering mempengaruhi sintesis atau efek sitokin

lain, efeknya akan tampak saat berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan

sel sasaran atau sel target.

Pada dasarnya sitokin berfungsi sebagai autokrin, namun pada kenyataannya

juga dapat berfungsi sebagai parakrin ataupun endokrin. Dalam melaksanakan

tugasnya, sitokin dapat juga bekerja sebagai inhibitor atau antagonis sitokin lain,

bahkan dapat pula menghambat kerja sitokin yang bersangkutan. Diketahui pula

bahwa sitokin ikut berperan dalam sistem imunitas alamiah maupun imunitas

dapatan/spesifik.Banyak sarjana yang mengelompokkan klasifikasi sitokin sesuai

dengan kebutuhan masing-masing, antara lain berdasar pada sumber sel yang

memproduksinya, efeknya pada sel, atau berdasar pada jenis ikatan dengan

reseptornya. Abbas dkk pada tahun1994mengelompokkan sitokin berdasar pada

fungsinyayaitu sitokin yang berperan dalam imunitas bawaan (cytokines that

mediated nature immunity). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah: interferon

tipeI,TNF-a (tumor necrosis factor-a), IL-1 (interleukin-1), IL-6 (interleukin-6 ),

chemokin. Keduanya yaitu sitokin pengatur aktivasi, pertumbuhan dan diferensiasi

14
sel limfosit, antara lain: IL-2 (interleukin-2), IL-4 (interleukin-4 ),TGF-b

(transforming growth factor -b). Yang ketiga adalah sitokin pengatur mediator

imun dalam proses inflamasi, antara lain: interferon-g, limfotoxin, IL-10

(interleukin-10),IL-2(interleukin-2), migrationinhibition factors, TNF- a (tumor

necrosis factor- a) sitokin merangsang haematopoetik, contoh : C -kitligand,IL-

3(interleukin-3), granulocyte-macrophage colony-stimulating factor,

monocyte-macrophage colony-stimulating factor, interleukin-7 (IL-7), other

colony stimulating factors cytokines.

2.2.3 Fungsi Sitokin

Sitokin adalah poli peptida / gliko protein dengan berat molekul rendah, yaitu

antara 840 KD, yang diproduksi dan disekresi oleh berbagai sel yang berperan dalam

respons imun bawaan atau natural, dan respons imun yang didapat atau adaptif

sebagai respons terhadap masuknya antigen ke dalam tubuh.

Sitokin tidak tersedia sebagai molekul yang siap digunakan, melainkan sintesa

sitokin diawali oleh transkripsi gen baru yang sesaat, sebagai hasil aktivasi seluler.

Sitokin seringkali bekerja secara pleiotropic: yaitu sitokin mempunyai

pengaruh/bekerja pada berbagai sel target dan redundants: yang berarti

beberapa/berbagai sitokin melaksanakan fungsi yang sama terhadap satu jenis

sel3.Suatu jenis sitokin sering mempengaruhi kerja dan sintesa sitokin lain.

Kemampuan ini menuju pada kaskade dimana sitokin kedua dan ketiga dapat

memfasilitasi pengaruh biologik dari sitokin pertama. Sitokin dapat bekerja secara

local ( autocrine action ) atau pada sel lain didekatnya (paracrine action) dan bahkan

dapat bekerja secara sistemik (endocrine action). Sitokin mengawali kerjanya

dengan mengikatkan diri secara kut pada reseptor, pada membrane yang spesifik dari

sel target. Ekspresi reseptor sitokin diatur oleh sinyal eksternal spesifik, misalnya :

15
stimulasi limfosit T ataupun B oleh antigen, menyebabkan peningkatan ekspresi

reseptor sitokin. Respons seluler terhadap sitokin terdiri atas perubahan dalam

ekspresi gen dalam sel target, bermuara pada ekspresi fungsi baru dan proliferasi sel

target. Sitokin seringkali mempunyai berbagai efek pada sel target yang sama. Untuk

berbagai sel target, sitokin berfungsi sebagai regulator dalam pembelahan sel.

Abbas pada tahun1994 menyatakan bahwa fungsi sitokin dapat disebutkan dalam

beberapa kategori, yaitu:3 sebagai mediator imunitas bawaan, mengatur aktivasi,

pertumbuhan dan diferensiasi sel limfosit, mengatur immune mediated

inflammation, merangsang leukosit yang belum matang/ immature dalam

pertumbuhan dan diferensiasi.

Theze pada tahun 1999 menyatakan bahwa fungsi dasar sitokin yang diproduksi

akibat adanya respons terhadap rangsangan yang bersifat imunologik, berperan

utama dalam kelanjutan hidup sel, proliferasi sel, diferensiasi sel dan kematian sel.

2.2.4 Pengelompokan Sitokin

Sitokin dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok fungsional berdasarkan aktivitas

biologiknya yang utama, yaitu :

a. Mediator dan regulator imunitas bawaan

Kelompok sitokin ini terutama diproduksi oleh fagosit mononuklear sebagai respon

terhadap agen infeksi. PAMP’s seperti lipopolisakarida atau LPS, dsRNA virus, berikatan

dengan TLR pada permukaan sel atau dalam endosom makrofag dan merangsang sintesis

dan sekresi beberapa jenis sitokin. Sitokin yang sama dapat juga disekresi oleh makrofag

yang diaktifasi oleh limfosit-T yang distimulasi oleh antigen sehingga bagian dari respon

imun didapat.

b. Mediator dan regulator imunitas didapat

16
Kelompok sitokin ini diproduksi terutama oleh limfosit-T sebagai respon terhadap

pengenalan spesifik antigen asing. Sitokin yang diproduksi sel T berfungsi terutama untuk

mengatur pertumbuhan dan diferensiasi berbagai populasi limfosit, dengan demikian

memegang peranan penting pada fase aktifasi respon imun yang bergantung pada sel T.

Sitokin yang lain yang diproduksi oleh sel T merekrut, mengaktifasi dan mengatur sel-sel

efektor spesifik seperti fagosit mononuklear, neutrofil, dan eosinofil untuk mengeliminasi

antigen dalam fase respon imun yang didapat.

c. Stimulator homopoesis

Diproduksi oleh sel-sel stroma dalam sum-sum tulang, leukosit, dan sel-sel lain, dan

merangsang pertumbuhan dan diferensiasi leukosit imatur. Tabel sitokin imunitas bawaan

dan didapat.

Imunitas bawaan Imunitas didapat


Contoh TNF, IL-1, IL-2, IFN- IL-2, IL-4, IL-5, IFN ϒ
Sumber utama Makrofag, sel NK Limfosit-T
Fungsi fisiologi utama Mediator inflamasi (lokal Mengatur pertumbuhan

dan sistemik) dan diferensiasi limfosit,

aktifasi sel-sel efektor

(makrofag, eosinofil,

mastosit)
Rangsangan LPS (Endotoksin), Antigen protein

peptidoglikan bakteri,

RNA virus, sitokin yang

dihasilkan sel-T (IFN)


Jumlah diproduksi Banyak; dapat dideteksi Pada umumnya sedikit,

dalam serum tidak terdeteksi dalam

serum
Efek lokal atau sistemik Keduanya Biasanya hanya lokal
Peran dalam penyakit Penyakit sistemik Kerusakan jaringan lokal

17
(misalnya renjatan (misalnya inflamasi

sistemik) granulomatosa)
Inhibitor Kortikosteroid Siklosforin

(siti boedina kresno, 2010)

2.2.5 Aktivitas Biologis Sitokin

Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang

kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk

mengubah aktivitasnya (ekspresi gen). Respon-respon terhadap sitokin diantaranya

meningkatkan atau menurunkan ekspresi protein-protein membran termasuk reseptor-

reseptor sitokin, proliferasi, dan sekresi molekul-molekul efektor. Sitokin bisa bereaksi

pada sel-sel yang mensekresikanya disebut juga aksi autokrin,  atau pada sel-sel terdekat

dari sel sel yang mensekresikanya atau disebut juga aksi parakrin. Sitokin bisa juga

beraksi secara sinergis jika dua atau lebih sitokin beraksi secara bersama-sama atau secara

antagonis jika aktivitas sitokinya berlawanan.

Sitokin meliputi  kemokin, interferon, interleukin, limfokin dan tumor necrosis

factor. Sitokin diproduksi oleh berbagai sel, termasuk sel-sel kekebalan tubuh

seperti makrofag, limfosit B, limfosit T dan sel mast,  endotel, fibroblas, dan berbagai sel

stroma. (Lackie,2010). 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komplemen merupakan salah satu molekul humoral dari imunitas innate/ non spesifik.

18
Komplemen membentuk suatu sistem yang disebut sistem komplemen. Aktivitas utama dari

sistem komplemen adalah untuk mengubah membran dan mengikat antigen melalui

pengikatan kovalen dari fragmennya yang sedang aktif

Sitokin adalah golongan protein/glikoprotein/polipeptida yang larut dan diproduksi oleh

sel limfosit dan sel-sel lain seperti makrofag, eosinofil, sel mast dan sel endotel. Sitokin

berfungsi sebagai sinyal interseluler yang mengatur hampir semua proses biologis penting

seperti halnya aktivasi, pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi, proses inflamasi sel, imunitas,

serta pertahanan jaringan ataupun morfogenesis.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Admadi Soeroso. 2007. SITOKIN, Jurnal Oftamologi Indonesia vol.5 No.3 : 171 – 180.

Universitas Negri Sebelas Maret.

https://immunologyonline.wordpress.com/2016/06/19/1280/

19
https://dokumen.tips/documents/makalah-serologi-antigen-dan-antibodipdf.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_komplemen

https://www.scribd.com/document/356500087/REAKSI-IMUNOLOGI-dan-

SEROLOGI-docx

https://www.scribd.com/doc/251336805/Makalah-Serologi-Imunologi

PERTANYAAN

1. Perbedaan komplemen dan sitokin ?

Jawab :

Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi sebagai enzim

20
untuk membantu sistem kekebalan seluler dan sistem kekebalan humoral untuk

meindungi tubuh dari infeksi, sedangkan sitokin berfungsi sebagai sinyal yang mengatur

hampir semua proses biologis penting seperti halnya aktivasi, pertumbuhan, proliferasi,

diferensiasi, proses inflamasi sel, imunitas serta pertahanan jaringan ataupun

morfogenesis.

2. Jelaskan sistem aktivasi ketiga jalur dari komplemen ?

Jawab :

1) jalur klasik, aktivasi terjadi karena adanya ikatan antara antigen dan antibodi

selanjutnya akan berikatan dengan komplemen C1, dst.

2) Jalur alternatif diaktifkan oleh komponen asing, baik berupa patogen maupun non

patogen.

3) Jalur Lektin diaktifkan molekul karbohidrat (manosa) yang ada dipermukaan

antigen tersebut.

3. Apa yang terjadi jika komplemen berlebihan ?

Jawab :

Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks antigen – antibodi pada jaringan

berlangsung terus menerus akan terjadi kerusakan jaringan dan organ termasuk kulit,

ginjal dan saraf.

4. Bagaimana hasil akhir dari sistem komplemen ?

Jawab :

Hasil akhir dari aktivasi sistem komplemen adalah penghancuran sel atau lisis sel target

( antigen ).

5. Adakah penyakit yang berhubungan dengan sitokin ?

Jawab :

Salah satu penyakit yang berhubungan dengan sitokin adalah penyakit kanker.

21
22

Anda mungkin juga menyukai