Disusun Oleh:
Rahmad Arrajib
Siska Ayu
Ulfa Wana Daera
Umi Nurul Wahyuni
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3
1.3 Tujuan................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 5
2.1 Komplemen………........................................................................... 5
2.2 Sitokin.............................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 17
3.2 Saran.................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh
dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun
dari dalam tubuh. Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host) dari patogen-patogen
penginvasi dan untuk menghilangkan penyakit. Sistem imun diklasifikasikan sebagai sistem
imun bawaan (innate immunity system) atau sering juga disebut respon/sistem nonspesifik
serta sistem imun adaptif (adaptive immunity system) atau respon/sistem spesifik, bergantung
pada derajat selektivitas mekanisme pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang:
imunitas humoral, yang merupakan fungsi protektif imunisasi dapat ditemukan pada humor
dan imunitas selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel. Imunologi adalah cabang
ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons organisme terhadap penolakan antigenic,
pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia
Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau
kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya.
Sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan
tipe pertahanan yang mempunyai spektrum luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada
antigen yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme
imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkitkan karena paparan antigen
yang spesifik. Tipe yang terakhir ini, dapat dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat
4
2. Apa saja fungsi komplemen ?
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komplemen
Komplemen merupakan salah satu molekul humoral dari imunitas innate/ non
membentuk suatu sistem yang disebut sistem komplemen merupakan salah satu
sistem enzim yang diketahui terdapat lebih dari 30 molekul yang terlarut maupun
reaksi proteolitik yang berantai (cascade) pada permukaan mikroba (antigen), namun
tidak terjadi pada permukaan sel host (penyimpangan). Komplemen ini akan
melapisi permukaan mikroba tersebut dengan fragmen yang dikenali dan berikatan
(Janeway et al., 2001) Saat ini, komplemen merupakan kelompok protein membran
maupun plasma yang memegang peranan pada sistem imun non spesifik maupun
properdin dan C7 diproduksi di sel myeloid, dan faktor D diproduksi di sel adiposit
(yang dikenal juga sebagai adipsin) (Sullivan and Grumach, 2014). Molekul
komplemen ini bersifat labil atau terdegradasi terhadap suhu panas (> 56°C) yang
dibedakan dari komponen serum lainnya yaitu antibodi yang lebih tahan panas
(Isenman et al., 2013). Komplemen beraksi sebagai sistem perondaan yang cepat 3
dan efisien, sehingga dapat membedakan pengaruh sel host yang sehat dan sel host
6
yang telah mengalami perubahan serta membedakan bahan asing yang menyusup ke
Komplemen beredar di darah dalam kondisi yang tidak aktif. Ketika dirasa
terjadi ancaman bahan asing oleh sistem imun, komplemen akan aktif dan sistem
perannya dalam eliminasi mirkroba, komplemen yang teraktivasi juga berperan pada
proses yang beragam seperti maturasi sinaps, cleareance kompleks imun (ikatan
dan metabolism lipid (Ricklin et al., 2010). Reaksi yang ditimbulkan dari aktivasi
komplemen terminal/ ujung (C5 – C9) yang mencetuskan/ trigger proses lisisnya
membrane sel target (contoh : mikroba), proses ini disebut dengan Membrane Attack
Complex (MAC).
Aktivitas utama dari sistem komplemen adalah untuk mengubah membran dan
mengikat antigen melalui pengikatan kovalen dari fragmennya yang sedang aktif
(Atkinson, 2013). Komplemen juga memiliki fungsi sentral pada inflamasi menyebabkan
kemotaksis pada fagosit, aktivasi sel mast dan fagosit, opsonisasi dan lisis sel pathogen,
juga sebagai clearance kompleks imun (Male et al., 2006) Setelah aktivasi awal, berbagai
komponen komplemen berinteraksi melalui reaksi berantai yang diatur sedemikian rupa,
7
b. Opsonisasi, yang mendukung fagositosis antigen tertentu.
c. Berikatan dengan reseptor komplemen spesifik pada sel dari sistem imun, memicu
d. Clearence kompleks imun, yaitu menyingkirkan kompleks imun dari sirkulasi dan
lalu mengendapkannya pada limpa atau hepar (Kindt et al. et al. 2007).
Komplemen ada dalam keadaan inaktif, untuk menjadi aktif harus ada yang
lektin.Aktivasi dari ketiga jalur dibedakan berdasarkan aktivatornya. Pada jalur klasik,
aktivasi terjadi karena adanya ikatan antara antigen dan antibodi selanjutnya akan
berikatan dengan komplemen C1, dst. Jalur alternatif diaktifkan oleh komponen asing,
baik berupa patogen maupun non patogen. Dan jalur Lektin diaktifkan molekul
karbohidrat (manosa) yang ada dipermukaan antigen tersebut. Reaksi berantai terakhir
dari masing-masing ketiga jalur tersebut akan mengawali terjadinya suatu proses
pelisisan membran target atau disebut dengan Membrane-Attack Complec (MAC) (Kindt
et al., 2007).
a. Jalur Klasik
antigen-antibodi soluble/ terlarut, atau ikatan antara antibodi terhadap antigen pada target
tertentu, seperti sel bakteri (Ag). Pembentukan ikatan Ag-Ab menginduksi perubahan
yang selanjutnya memapar komponen komplemen C1, yaitu C1q (Kindt et al., 2007).
imunoglobulin (setelah antibodi berikatan dengan antigen). Beberapa bakteri dari genus
8
mengaktifkan C1q dan memicu full cascade komplemen. Molekul endogen seperti kristal
asam urat, deposit amyloid, DNA, ataupun komponen dari sel yang telah rusak
(apoptosis) juga dapat mengaktifkan C1q. C1q disintesis di retina, dan otak (Johnston,
2011). Ikatan antara C1q terhadap Fc dapat membentuk perubahan konformasi pada C1r
yang mengubah C1r menjadi enzim protease serin, C1r, yang selanjutnya mengubah C1s
menjadi enzim aktif yang serupa, C1s. Komponen C4 teraktivasi ketika C1s
inflamasi), dan meninggalkan fragmen yang lebih besar (C4b). Fragmen C4b berikatan
dengan permukaan target (sel yang mengalami apoptosis, sel pathogen dll) dan
dipecah oleh C1s, dan fragmen yang lebih kecil C2b lepas dan menyebar, menyisakan
mampu menghasilkan 200 molekul C3b dan merupakan sinyal yang dahsyat pada tahapan
reaksi berantai ini. Beberapa C3b akan berikatan dengan kompleks C4b2a membentuk
C4b2a3b atau C5 konvertase. C3b dari kompleks ini mampu mengikat C5 dan
mengubah konformasinya, sehingga C4b2a dapat memecah C5 menjadi C5a yang lepas
dan menyebar (sebagai anafilatoksin) dan C5b yang berikatan dengan C6-C9 yang
berperan dalam Membrane-Attack Complex (MAC) dan terjadilah lisis sel target (Kindt
et al., 2007).
b. Jalur Alternatif
Jalur Alternatif dari sistem komplemen ini merupakan jalur pintas atau shortcut.
Dikatakan jalur Alternatif atau jalur pintas karena menghasilkan C5b produk yang sama
dari yang dihasilkan oleh jalur Klasik. Jalur ini dicetuskan oleh semua bahan-bahan yang
9
dianggap asing oleh host (contoh : baik bakteri gram positif maupun gram negatif). Pada
jalur Alternatif, C3 merupakan komplemen yang mengandung ikatan thioester yang tidak
stabil dan dapat mengalami hidrolisis spontan menjadi C3a yang lepas dan menyebar
(sebagai anafilatoksin) dan C3b. Komplemen C3b dapat berikatan dengan antigen
permukaan asing, seperti sel bakteri atau partikel virus atau bahkan sel host itu sendiri.
Sebagian besar membran sel mamalia mengandung konsentrasi tinggi sialic acidyang
berperan dalam inaktivasi spontan ikatan C3b pada sel host. Jika terjadi kesalahan dalam
target aktivasi komplemen, dan sel normal host yang menjadi target, tidak akan terjadi
kerusakan yang berkelanjutan. Beberapa antigen permukaan sel asing (dinding sel bakteri,
dinding sel kapang/ yeast, atau selubung/ envelope virus tertentu) mengandung sialic acid
dalam konsentrasi rendah, sehingga C3b yang berikatan dengan permukaan sel tersebut
akan tetap aktif dan meneruskan reaksi berantai dalam waktu yang lama. C3b yang
menempel pada permukaan sel diatas dapat juga berikatan dengan protein serum ain yang
disebut faktor B. Ikatan antara C3b dengan faktor B akan berperan sebagai substrat untuk
enzim suatu protein serum aktif (Faktor D). Faktor D memecah ikatan C3b dan faktor
B, melepaskan fragmen kecil faktor Bb. Faktor Bb berikatan dengan C3b sekelillingnya
Komplemen non enzimatik C3b berikatan dengan C5, dan komponen Bb akan
menghidrolisis C5 menjadi C5a dan C5b. Selanjutnya sama seperti jalur Klasik, C5a akan
lepas dan menyebar menjadi anafilatoksin, sedangkan C5b berikatan dengan C6-C9
c. Jalur Lektin
Jalur Lektin dan jalur Klasik hanya berbeda pada awal, yaitu pada tahap pengenalan
dan aktivasi oleh bahan asingnya (aktivator). Pada jalur Klasik dibutuhkan antibodi untuk
10
mengaktifkan jalur, sedangkan pada jalur Lektin tanpa keberadaan antibodi pun mampu
teraktivasi. Lektin merupakan suatu protein yang mengenali dan berikatan secara spesifik
dengan karbohirat yaitu manosa. Beberapa istilah lain digunakan untuk jalur Lektin ini
adalah jalur Mannan – Binding Lektin (MBL) (Kindt et al., 2007). Jalur Mannan –
Binding Lektin megikat karbohidrat sederhana manosa dan N-acetyl gucosamine yang
berada di dinding sel pada kebanyakan pathogen, termasuk yeast, bakteri, virus, dan
fungi. Ikatan dengan manosa menyebabkan perubahan bentuk MBL yang menginduksi
aktivasi autokatalitik pada MASPs, enzim ini dapat memecah C4 dan C2 untuk berlanjut
ke aktivasi berikutnya seperti pada jalur Klasik (Male et al., 2006). Jalur Lektin seperti
jalur Alternatif, tidak tergantung antibodi untuk aktivasinya, tetapi mekanismenya lebih
mirip dengan jalur Klasik karena setelah tahap aktivasi melalui aksi C4 dan C2 untuk
memproduksi C5 konvertase. Jalur Lektin ini diaktifkan oleh ikatan manosa dan Lektin
(MBL), yaitu yang berasal dari residu manosa di karbohidrat atau glikoprotein pada
juga pada spesies Cryptococcus neoformans dan Candida albicans (Kindt et al., 2007).
Mannan – Binding Lektin adalah protein fase akut yang merupakan produk dari respon
inflamasi yang fungsinya mirip dengan C1q pada sistem komplemen. Setelah MBL
berikatan dengan permukaan sel atau pathogen, molekul yang dinamakan MBL-
Associated Serin Protease (MASP) akan berikatan dengan MBL. Konsekuensi dari
asosiasi tersebut akan membentuk kompleks aktif antara MASP-MBL, kompleks ini akan
menyebabkan aktivasi C4 dan C2. Molekul MBL-Associated Serin Protease (MASP) ini
terdiri atas MASP1 dan MASP2 yang masing-masing memiliki struktur yang mirip
dengan C1r danC1s yang termasuk pada jalur Klasik. Aktivasi C4 dan C2 selanjutnya
11
Gambar 5. Aktivasi Sistem Komplemen Jalur Klasik, Alternatif dan Lektin (Male et
al., 2006).
berbagai substansi biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen.
disebut seperti pisau bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks
zimogen. Zimogen pertama kali ditemukan pada saluran pencernaan, sebuah protease
yang disebut pepsinogen dan bersifat proteolitik. Pepsinogen dapat teriris sendiri menjadi
12
2.1.5 Aktivitas Biologis Komplemen
urutan interaksi komplemen adalah : C1q, C1r, C1s, C4, C2, C3, kemudian C5 sampai
enzimatik yang menghasilkan zat yang aktif atau proses penyesuaian tanpa pemecahan.
Pada beberapa tahap dari proses ini diperlukan ion kalsium dan magnesium.
sel yang tidak dapat diperbaiki lagi. Aktivasi lengkap terjadi dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut : C2 melepaskan suatu peptida dengan berat molekul kecil dan aktivitas
kinin, hasil aktivasi C3 dan C5 merangsang mastosit, otot halus dan leukosit sehingga
terjadi efek anafilaktik, unsur lain dari C3 dan C5 berikatan dengan membran sel dan
menyebabkan sel lebih mudah di fagositosis, proses ini disebut opsonisasi, fragmen C3
dan C4 menyebabkan proses perlekatan yaitu partikel yang dilapisi komplemen melekat
pada permukaan sel yang memiliki reseptor untuk komplemen, C3 dan C4 aktif dapat
sebaliknya aktivitas prokoagulan faktor XII dapat mencetuskan aktivasi C1. Plasmin dan
2.2 Sitokin
oleh sel limfosit dan sel-sel lain seperti makrofag, eosinofil, sel mast dan sel endotel.
Sitokin berfungsi sebagai sinyal interseluler yang mengatur hampir semua proses biologis
13
penting seperti halnya aktivasi, pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi, proses inflamasi
rangsangan dari luar. Sitokin mempunyai berat molekul rendah, sekitar 8-40 KD, di
Biasanya diproduksi oleh sel sebagai respons terhadap rangsangan. Sitokin yang
dibentuk segera dilepas dan tidak disimpan di dalam sel. Sitokin yang sama dapat
diproduksi oleh berbagai sel. Satu sitokin dapat bekerja terhadap beberapa jenis sel dan
dapat menimbulkan efek melalui berbagai mekanisme. Berbagai sitokin dapat memiliki
banyak fungsi yang sama, Sitokin dapat/sering mempengaruhi sintesis atau efek sitokin
lain, efeknya akan tampak saat berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan
tugasnya, sitokin dapat juga bekerja sebagai inhibitor atau antagonis sitokin lain,
bahkan dapat pula menghambat kerja sitokin yang bersangkutan. Diketahui pula
bahwa sitokin ikut berperan dalam sistem imunitas alamiah maupun imunitas
dengan kebutuhan masing-masing, antara lain berdasar pada sumber sel yang
memproduksinya, efeknya pada sel, atau berdasar pada jenis ikatan dengan
mediated nature immunity). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah: interferon
14
sel limfosit, antara lain: IL-2 (interleukin-2), IL-4 (interleukin-4 ),TGF-b
(transforming growth factor -b). Yang ketiga adalah sitokin pengatur mediator
Sitokin adalah poli peptida / gliko protein dengan berat molekul rendah, yaitu
antara 840 KD, yang diproduksi dan disekresi oleh berbagai sel yang berperan dalam
respons imun bawaan atau natural, dan respons imun yang didapat atau adaptif
Sitokin tidak tersedia sebagai molekul yang siap digunakan, melainkan sintesa
sitokin diawali oleh transkripsi gen baru yang sesaat, sebagai hasil aktivasi seluler.
sel3.Suatu jenis sitokin sering mempengaruhi kerja dan sintesa sitokin lain.
Kemampuan ini menuju pada kaskade dimana sitokin kedua dan ketiga dapat
memfasilitasi pengaruh biologik dari sitokin pertama. Sitokin dapat bekerja secara
local ( autocrine action ) atau pada sel lain didekatnya (paracrine action) dan bahkan
dengan mengikatkan diri secara kut pada reseptor, pada membrane yang spesifik dari
sel target. Ekspresi reseptor sitokin diatur oleh sinyal eksternal spesifik, misalnya :
15
stimulasi limfosit T ataupun B oleh antigen, menyebabkan peningkatan ekspresi
reseptor sitokin. Respons seluler terhadap sitokin terdiri atas perubahan dalam
ekspresi gen dalam sel target, bermuara pada ekspresi fungsi baru dan proliferasi sel
target. Sitokin seringkali mempunyai berbagai efek pada sel target yang sama. Untuk
berbagai sel target, sitokin berfungsi sebagai regulator dalam pembelahan sel.
Abbas pada tahun1994 menyatakan bahwa fungsi sitokin dapat disebutkan dalam
Theze pada tahun 1999 menyatakan bahwa fungsi dasar sitokin yang diproduksi
utama dalam kelanjutan hidup sel, proliferasi sel, diferensiasi sel dan kematian sel.
Kelompok sitokin ini terutama diproduksi oleh fagosit mononuklear sebagai respon
terhadap agen infeksi. PAMP’s seperti lipopolisakarida atau LPS, dsRNA virus, berikatan
dengan TLR pada permukaan sel atau dalam endosom makrofag dan merangsang sintesis
dan sekresi beberapa jenis sitokin. Sitokin yang sama dapat juga disekresi oleh makrofag
yang diaktifasi oleh limfosit-T yang distimulasi oleh antigen sehingga bagian dari respon
imun didapat.
16
Kelompok sitokin ini diproduksi terutama oleh limfosit-T sebagai respon terhadap
pengenalan spesifik antigen asing. Sitokin yang diproduksi sel T berfungsi terutama untuk
memegang peranan penting pada fase aktifasi respon imun yang bergantung pada sel T.
Sitokin yang lain yang diproduksi oleh sel T merekrut, mengaktifasi dan mengatur sel-sel
efektor spesifik seperti fagosit mononuklear, neutrofil, dan eosinofil untuk mengeliminasi
c. Stimulator homopoesis
Diproduksi oleh sel-sel stroma dalam sum-sum tulang, leukosit, dan sel-sel lain, dan
merangsang pertumbuhan dan diferensiasi leukosit imatur. Tabel sitokin imunitas bawaan
dan didapat.
(makrofag, eosinofil,
mastosit)
Rangsangan LPS (Endotoksin), Antigen protein
peptidoglikan bakteri,
serum
Efek lokal atau sistemik Keduanya Biasanya hanya lokal
Peran dalam penyakit Penyakit sistemik Kerusakan jaringan lokal
17
(misalnya renjatan (misalnya inflamasi
sistemik) granulomatosa)
Inhibitor Kortikosteroid Siklosforin
kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk
reseptor sitokin, proliferasi, dan sekresi molekul-molekul efektor. Sitokin bisa bereaksi
pada sel-sel yang mensekresikanya disebut juga aksi autokrin, atau pada sel-sel terdekat
dari sel sel yang mensekresikanya atau disebut juga aksi parakrin. Sitokin bisa juga
beraksi secara sinergis jika dua atau lebih sitokin beraksi secara bersama-sama atau secara
Sitokin meliputi kemokin, interferon, interleukin, limfokin dan tumor necrosis
stroma. (Lackie,2010).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komplemen merupakan salah satu molekul humoral dari imunitas innate/ non spesifik.
18
Komplemen membentuk suatu sistem yang disebut sistem komplemen. Aktivitas utama dari
sistem komplemen adalah untuk mengubah membran dan mengikat antigen melalui
sel limfosit dan sel-sel lain seperti makrofag, eosinofil, sel mast dan sel endotel. Sitokin
berfungsi sebagai sinyal interseluler yang mengatur hampir semua proses biologis penting
seperti halnya aktivasi, pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi, proses inflamasi sel, imunitas,
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Admadi Soeroso. 2007. SITOKIN, Jurnal Oftamologi Indonesia vol.5 No.3 : 171 – 180.
https://immunologyonline.wordpress.com/2016/06/19/1280/
19
https://dokumen.tips/documents/makalah-serologi-antigen-dan-antibodipdf.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_komplemen
https://www.scribd.com/document/356500087/REAKSI-IMUNOLOGI-dan-
SEROLOGI-docx
https://www.scribd.com/doc/251336805/Makalah-Serologi-Imunologi
PERTANYAAN
Jawab :
Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi sebagai enzim
20
untuk membantu sistem kekebalan seluler dan sistem kekebalan humoral untuk
meindungi tubuh dari infeksi, sedangkan sitokin berfungsi sebagai sinyal yang mengatur
hampir semua proses biologis penting seperti halnya aktivasi, pertumbuhan, proliferasi,
morfogenesis.
Jawab :
1) jalur klasik, aktivasi terjadi karena adanya ikatan antara antigen dan antibodi
2) Jalur alternatif diaktifkan oleh komponen asing, baik berupa patogen maupun non
patogen.
antigen tersebut.
Jawab :
Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks antigen – antibodi pada jaringan
berlangsung terus menerus akan terjadi kerusakan jaringan dan organ termasuk kulit,
Jawab :
Hasil akhir dari aktivasi sistem komplemen adalah penghancuran sel atau lisis sel target
( antigen ).
Jawab :
Salah satu penyakit yang berhubungan dengan sitokin adalah penyakit kanker.
21
22