Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

Cerita
Pendek
“BERSAMA-MU DI SENJA BROMO”

NAMA: RIZZAL BAYU PRASETYO


KELAS: X-TR 1

TOKOH CERPEN
Anton E Ranti (Kekasih Zila)
Zila Marisca (Kekasih Anton)
Deny Caknan (Teman Anton)
“BERSAMA-MU DI SENJA BROMO”

Z ila, ini masih sama. Aku masih menunggu saat dimana kita bersama pada hari itu. Saat
aku pergi mengunjungi sebuah tempat yang indah dikelilingi beragam bunga edelweis
yang bermekaran. Sendu ketika aku menatap dari ufuk timur ke barat, kemudian memoto
sebuah kemilau cahaya yang tenggelam dengan sangat mempesona dibalik kabut putih yang
dingin itu. Panorama yang melingkar membentuk sunset yang sangat memukau sekali.

Kemudian, bersama ulasan senyum kerinduan aku mengirimkan gambar sunset itu melalui
akun whatsaap yang kamu miliki. Dengan caption, “salam rinduku untukmu sayang. dari
puncak bromo yang sangat indah ini”.

Dan, hanya menunggu satu jam sembari aku berjalan mendaki menuju ke puncak Bromo,
ponselku kemudian berdering memberi kabar jika kamu meneleponku. Sontak, aku pun
tersenyum bahagia. Tanpa ragu aku mengangkat telepon darimu dan berkata

“Suatu hari nanti kita akan bersama-sama mendaki ke kaki Bromo itu sayang. Kita akan
menikmati sunset yang sangat indah”.

“Aku akan selalu menunggu dan pasti akan tetap menunggunya sayang. Aku merindukanmu,
sampai bertemu di Bandung”.

Sehingga, dihari itu menjadi hari yang sangat berharga dan paling menyenangkan di dalam
hidupku. Memiliki seorang kekasih yang sangat begitu tampan serta perhatian, seperti yang
kudambakan selama ini.

TETAPI…

DI 1 MINGGU KEMUDIAN

Kalimat apakah yang harus kuuntai dimalam minggu ini. Kalimat apakah yang harus
kukirimkan lagi kepadamu, agar kamu mengerti bahwa aku begitu sangat rindu.

Aku telah kembali ke kota kembang ini, tapi kamu seketika berubah drastis bukan kekasihku
yang kukenal dulu. Kamu tiba-tiba tak acuh dan selalu saja berkata sibuk jika aku berusaha
menghubungimu.

Aku mengerti Anton, kita masih dalam ikatan berumur jagung. Masih 1 bulan menjalani kisah
cinta berpacaran.

HINGGA 1 MINGGU BERLALU

(Zila menelpon Anton)


Hai Anton kekasihku, aku masih menuggumu di depan terasku. Menunggu kehadiranmu yang
datang ke rumahku untuk mencari tahu bagaimana kabarku.

Aku masih menunggu kamu, Anton kekasihku yang pengertian selalu. Apakah kamu tahu
Anton, walau sudah 1 minggu semenjak aku kembali ke kota Bandung, kami tidak ada
mengunjungiku dan begitu cuek denganku, namun karena cinta ini aku senantiasa berfikir
positif tentang kamu.

Namun,

bagaimana jika aku mulai jenuh?. Aku hanya punya satu cara Anton, sepertinya untuk
sementara itu aku harus pergi dari otakku yang terus galau memkirkan kamu.

Sembari menunggu, apakah kamu akan mencari keberadaanku, jika aku sementara pergi dari
hidupmu?.

AKHIR WEEKEND

Tidak bisa ku ungkari, kegilaanku dalam mendaki gunung memang tidak dapat kutinggalkan.

Hufffff........

tinggal menunggu 3 hari lagi, maka aku akan melepas statusku sebagai mahasiswi dengan
gelar baru Sarjana Pendidikan.

(Anton berkeinginan menanjak ke Puncak Bromo lagi)

Selagi menunggu kepergianku ke Malaysia guna melanjutkan sekolah magister Sejarahku,


aku mengajak Deny sahabat terbaikku untuk mendaki kaki gunung Bromo bersama.

“Apa yang membuat lo sangat ingin mendaki ke Bromo ini Ton?”

“Karena tempat ini adalah janji terakhir Zila kepada gue sebelum dia pergi menghilang begitu
saja”

“Lo masih merindukan kekasihmu yang jahat itu?”.

Mendengar pernyataan Deny, aku hanya bisa melepas senyim tipis, dan melanjutkan kembali
pendakian menuju puncak Bromo yang paling atas.

DAN TERLIHAT BATU BERTULISKAN

“I MISS YOU ANTON E RANTI”

Aku pun terkejut…


“Ton, kenapa ada nama lo di sini?”

Sebuah batu tersusun rapi dan sangat indah membentuk namaku, tepat di puncak Bromo.

“Apakah ini bagian dari rencana lo Den?”

Aku masih kikuk dan bingung entah perihal apa yang terjadi pagi ini di atas gunung Bromo.

“Apakah ini untuk gue Den?”. Aku bertanya kepada Deny dengan wajah bingung.

5 MENIT KEMUDIAN

“Iya ini untuk lo Ton”

Sontak, mendengar suara yang cukup familiar itu pun, aku memalingkan wajahku ke
belakang. Dan ini semua ternyata adalah surprise dari Zila untukku. Namun apa dayaku,
bibirku seketika terdiam, bungkam, tak mengutarakan sepatah katapun. Melihatnya yang
kembali muncul, membuat hatiku ingin rasanya meronta menunjukkan amarah kepadanya.
Bukan hanya itu, jikalau memandangnya kembali, rasanya aku ingin memukul pundaknya
berulang kali sembari melepaskan amarahku.

„Darimana saja kamu selama ini Ton?. Kenapa kamu pergi begitu saja tanpa pamit. Aku
sangat mengkhawatirkanmu, apakah kamu tahu itu?‟, ucapku dalam diam dan menangis.

Anton perlahan berjalan mendekatiku. Masih seperti semula, dia terlihat tampan dengan
postur tubuhnya yang tinggi tegap mengenakan jacket kulit coklat, sepatu gunung, gazebo
hitam dan syal merah yang melingkar di lehernya.

“Maafkan aku Zila”

“Apakah kamu tahu. Jika setiap waktu aku selalu merindukanmu?”.

“Aku tahu itu. Itulah sebabnya aku datang menemuimu di sini, memenuhi janjiku untuk
mendaki bersama kamu di kaki gunung bromo ini. Zila, terimakasih telah datang dan ingat
dengan janjiku”

“Tapi mengapa saat itu kamu mengacuhkanku?”

Bersama senyumnya yang manis dan tulus, Anton melepas syal merahnya dan kemudian
mendekatiku seraya mengikatkan syal merah miliknya di leherku. Tertera indah, di syal
merah tersebut bertuliskan kalimat “ANTON FOR ZILA”.

“Saat akan menemuimu, aku mengalami kecelakaan. Dan koma. Setelah sadar dari koma,
selama satu bulan aku tidak dapat berjalan dan harus melakukan fisiotraphy rutin agar
kembali normal.
Disaat itulah, aku tidak ingin kamu tahu, karena aku tidak ingin membuat kamu sedih. Justru
disaat itu aku ingin sembuh dan kemudian dapat mewujudkan mimpi kita untuk bisa mendaki
bersama di Puncak gunung Bromo ini. Zila, aku mencintaimu”.

“Aku juga mencintaimu Anton”.

Dan di atas Puncak gunung Bromo, bersama Deny dan juga Zila, aku berhasil menikmati
indahnya sunset kedua di atas Bromo ini. Dengan di sampingku adalah Zila kekasihku yang
menggandeng lengan tangaku penuh cinta dan kehangatan.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai