PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Seorang anak laki-laki berusia 2 bulan di rawat di ruang anak sebuah rumah sakit di daerah
kuningan. Hasil wawancara di dapatkan keluarga mengeluh kulit anaknya sedikit demi sedikit
tampak berwarna kuning semenjak 1 bulan pasca kelahiran, demam sudah 5 hari, urine tampak
berwarna gelap , tinja berwarna pucat, perut membesar dan selalu rewel. Keluarga juga mengatakan
berat badan anak turun 9 ons dan anak tidak mau makan. Riwayat imunisasi hepatitis B-1 diberikan
waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan saat lahir, polio oral diberikan besamaan dengan
DTP.Hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya hipertensi vena porta, kadar bilirubin total 2,5
mg/dl , albumin 3,27 g/dl,terdapat pruritus di daerah pantat dan punggung anak, hasil rontgen
didapatkan adanya pembesaran hati dan pemeriksaan TTV didapatkan suhu 38,5°C. Nadi 103x/menit
RR 35 x/menit, Saat ini klien mendapatkan obat Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari.Saat ini pasien
didiagnosa atresia bilier
5. Aktivitas bermain
a. Frekuensi Tidak ada data Tidak ada data
b. Jenis Tidak ada data Tidak ada data
c. Alat permainan Dot Tidak ada
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada
6. Istirahat Tidur
a. Frekuensi Tanpak nyenyak Tanpak kurang tidur
b. Kebiasaan Tidak ada Tidak ada
c. Waktu/lama tidur/hari 8 jam tidur siang, 8 jam Tidak tertentu
tidur malam
d. Keluhan Tidak ada Sulit tidur
7. Personal Higien
a. Oral care Tidak ada Tidak ada
b. Mandi 2X Sehari Waslap
c. Keramas 2X Sehari Tidak ada
d. Penampilan Umum Tanpak Segar Tanpak lemas
X. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Inflamasi yg progresif Hypertermi
(38°C) duktus bilier
RR meningkat >24x/menit
Mekanisme tubuh untuk
meningkatkan suhu tubuh
Hypertermi
2 DS : cairan asam empedu balik Pola nafas tidak efektif
pasien terlihat sesak. ke hati
DO :
RR= 35x/menit Peradangan sel hati
distensi abdomen
menekan diafragma
peningkatan Komplain
paru
Kebutuhan oksigen
meningkat
Frekuensi napas
meningkat
tidunya toksik
4.
x/menit seperti
penggunaan
AC/ kipas
angin
5. memberikan
obat anti piretik
sesuai
kebutuhan
2. Pola nafas Setelah dilakukan 1. mengkaji 1. dengan mengukur
tidak efektif tindakan 1x24 distensi abdomen lilitan atau lingkar
b.d jam diharapkan 2. mengkaji RR, abdomen
peningkatan Menunjukkan kedalaman, dan kerja 2. Untuk mengetahui
distensi pola nafas yang pernafasan. adanya gangguan
abdomen efektif dengan 3. Waspadakan pernafasan pada pasien
Kriteria Hasil klien agar leher tidak 3. Menghindari
: tertekuk/posisikan penekanan pada jalan
• RR= 30- semi ekstensi atau nafas untuk
40 napas/ menit eksensi pada saat meminimalkan
• beristirahat penyempitan jalan nafas
4. mempersiapkan 4. Operasi diperlukan
Kedalaman operasi bila untuk memperbaiki
inspirasi dan diperlukan. kondisi pasien
kedalaman
bernafas
• Tidak ada
penggunaan otot
bantu nafas
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. mengkaji 1. Distensi abdomen
pemenuhan tindakan distensi merupakan tanda
nutrisi kurang keperawatan abdomen non verbal
dari selama 2x24 jam
gangguan pencerna
kebutuhan diharapkan
2. memantau an.
tubuh polanutrisi
masukan nutrisi 2. Mengidentifikasi
berhubungan adekuat.
dan frekuensi kekurangan /
dengan Kriteria hasil :
anoreksia dan 1. BB pasien
muntah kebutuhan nutrisi
4.
I. Evaluasi Keperawatan
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Atresia Bilier adalah suatu defek kongenital yang merupakan hasil dari tidak adanya atau obstruksi
satu atau lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau intrahepatik (Suriadi dan Rita Yulianni, 2006).
Penyebab atresia bilier tidak diketahui dengan jelas, tetapi diduga akibat proses inflamasi yang destruktif.
Atresia biliar terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran empedu di dalam maupun diluar
hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui. Meskipun
penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi diduga karena kelainan kongenital, didapat dari proses-
proses peradangan, atau kemungkinan infeksi virus dalam intrauterine.Dalam hal ini pengobatan tidak
memberikan efek yang terlalu besar. Satu-satunya terapi yang memberikan harapan kesembuhan bagi
atresia biliar adalah pembedahan. Secara historis, berbagai operasi telah disusun, termasuk reseksi hepatik
parsial dengan drainase luka permukaan, penusukan hepar dengan tabung hampa, dan pengalihan duktus
limfatik torasikus kedalam rongga mulut. Dalam hal pencegahannya perawatdiharapkan dapat
memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya
obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu), dengan keadaan fisik yang menunjukan anak tampak
ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat). (Sarjadi,2000)
4.2 Saran
Saran bagi perawat, sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan kepada
klien atresia biliaris sesuai dengan indikasi penyakit, dan sebaiknya dengan baik dan benar sesuai standar.
DAFTAR PUSTAKA
Widodo Judarwanto. 2010. Atresia Bilier, Waspadai Bila Kuning Bayi Baru Lahir yang berkepanjangan.
From : url :http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2010/02/07/atresia-bilier waspadai-bila-kuning-
bayi-baru-lahir-yang-berkepanjangan/
Attasaranya S, 2008. Choledocholithiasis, ascending cholangitis, and gallstone
pancreatitis.http://health.nytimes.com/health/guides/disease/cholangitis/overview.html. (diakses pada
tanggal 11 maret 2015 pukul 16.22)
Craft-Rosernberg, Martha & Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna
Pustaka
Parlin.1991.Atresia Bilier. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak FK UI.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M.2006. Patofisiologi, Konsep Klinis, Proses-proses Penyakit,
Volume 1, edisi 6.J akarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G.. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M.2007. Buku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2012/05/pustaka_unpad_atresia_biliaris.pdf( diakses
tanggal 10 Maret 2015)
Jurnal