Materi Modul Hema 2
Materi Modul Hema 2
Pada pewarnaan Wright retikulosit tampak sebagai eritrosit yang berukuran lebih
besar dan berwarna lebih biru daripada eritrosit. Retikulum terlihat sebagai bintik-bintik
abnormal. Polikromatofilia yang menunjukkan warna kebiru-biruan dan bintik-bintik basofil
pada eritrosit, sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosome tersebut.
Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan digunakan untuk
mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi menggambarkan eritropoesis
yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan akselerasi
produksi eritrosit dalam sumsum tulang. Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-
menerus dapat mengindikasikan keadan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik.
Metode
Prosedur
Ke dalam tabung masukkan darah dan pewarna dengan perbandingan 1 : 1, campur
baik-baik, biarkan selama 15 menit agar pewarnaannya sempurna.
Buatlah sediaan apus campuran itu, biarkan kering di udara.
Periksalah di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Eritrosit nampak biru muda
dan retikulosit akan tampat sebagai sel yang mengadung granula/filamen yang
berwarna biru. Bila kurang jelas waktu pewarnaannya diperpanjang atau
dicounterstain (dicat lagi) dengan cat Wright.
Hitunglah jumlah retikulosit dalam 1000 sel eritrosit. Jika kesulitan menghitung,
lakukan pengecilan medan penglihatan okuler dengan meletakkan kertas berlubang
pada lensa okuler. Hitung retikulosit ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut :
Hitung retikulosit = ( jumlah retikulosit per 1000 eritrosit : 10 ) %
Nilai Rujukan
Dewasa : 0.5 - 1.5 %
Masalah Klinis
Penurunan jumlah : Anemia (pernisiosa, defisiensi asam folat, aplastik, terapi radiasi,
pengaruh iradiasi sinar-X, hipofungsi adrenokortikal, hipofungsi hipofisis anterior,
sirosis hati (alkohol menyupresi retikulosit)
Peningkatan jumlah : Anemia (hemolitik, sel sabit), talasemia mayor, perdarahan
kronis, pasca perdarahan (3 - 4 hari), pengobatan anemia (defisiensi zat besi, vit B12,
asam folat), leukemia, eritroblastosis fetalis (penyakit hemolitik pada bayi baru lahir),
penyakit hemoglobin C dan D, kehamilan.
Retikulosit adalah eritrosit muda yang sitoplasmanya masih mengandung sejumlah besar sisa-
sisa ribosom dan RNA (Ribonucleic acid) yang berasal dari sisa inti dari bentuk penuh
pendahulunya. Ribosom mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan pewarna tertentu
seperti Brilliant Cresyl Blue atau New Methylene Blue untuk membentuk endapan granula
atau filamen yang berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel yang
masih hidup dan tidak difiksasi sehingga disebut pewarnaan supravital (Riswanto, 2013).
Jumlah retikulosit dihitung pada mikroskop cahaya dengan perbesaran 100 x 10, dihitung
minimal per 1000 eritrosit dalam lapang pandang lebih dari 10. Jumlah retikulosit yang
ditemukan dalam lapang pandang tersebut dicatat (Riadi Wirawan, 2011). Jumlah retikulosit
dapat dilaporkan dalam persen atau permil terhadap jumlah eritrosit total atau dilaporkan
dalam jumlah mutlak (Riadi Wirawan, 2011).
Pemeriksaan retikulosit
Prinsip pemeriksaan
Retikulosit adalah eritrosit muda yang tidak berinti dan di dalam
sitoplasmanya masih terdapat sisa ribosom dan RNA. Sisa ribosom dan RNA dapat
dilihat dengan pewarnaan New Methylene Blue (NMB) atau Brilliant Cresyl Blue
(BCB). Sisa RNA tampak sebagai filamen atau granula berwarna ungu atau biru
tergantung zat warna yang dipakai dan hanya terlihat pada sediaan yang tidak
difiksasi dan diwarnai dalam keadaan vital (Riadi Wirawan, 2011).
Metode pemeriksaan
Ada 2 metode pemeriksaan, yaitu cara sediaan basah dan sediaan kering.
Sediaan basah
1. Taruhlah satu tetes larutan BCB dalam metilalkohol (metanol) di tengah-tengah kaca
obyek dan biarkan sampai kering atau taruhlah satu tetes larutan zat warna BCB di atas
kaca obyek.
2. Taruhlah setetes kecil darah di atas bercak kering atau ke atas tetes zat warna dan
segeralah campur darah dan zat warna itu dengan memakai sudut kaca obyek lain.
3. Tutuplah tetes darah itu dengan kaca penutup, lapisan darah dalam sediaan basah ini
harus tipis benar.
4. Biarkan beberapa menit atau masukkanlah ke dalam cawan petri yang berisi kertas
saring basah jika sekiranya pemeriksaan selanjutnya terpaksa ditunda.
5. Periksalah memakai lensa minyak imersi dan tentukan berapa banyak retikulosit
didapat antara 1000 eritrosit.
Sediaan kering
1. Masukkanlah 0,5 sampai 1 mL larutan pewarna (dalam garam) ke dalam tabung kecil.
2. Campurlah 5 tetes darah dengan larutan tadi dan biarkan selama 30 menit.
3. Mengambil 1 tetes dari campuran itu untuk membuat sediaan apus seperti biasa yang
kemudian dipulas Wright atau Giemsa. Campuran di atas boleh juga dipakai untuk
membuat sediaan basah: setetes diletakkan ke atas kaca obyek dengan ditutup kemudian
oleh kaca penutup.
4. Periksalah dengan lensa imersi dan hitunglah jumlah retikulosit yang terlihat per 1000
eritrosit (Gandasubrata, 2007).
Kelebihan dan kekurangan metode pemeriksaan
Kelebihan cara basah adalah lebih mudah, ringkas dan waktu yang diperlukan lebih
singkat/efisien. Kelemahan cara basah adalah tidak dapat disimpan dengan waktu yang
cukup lama dan sel retikulosit bergerak menyebabkan sel dapat terhitung ulang.
Kelebihan cara kering yaitu, sediaan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama
jika harus dilakukan penundaan pemeriksaan. Kelemahan cara kering ada pada proses
pembuatan sediaan karena dikerjakan cukup lama (Kusnadi Supriadi Hidayat).
Pewarnaan
Komposisi larutan BCB atau larutan NMB adalah sebagai berikut:
Brilliant cresyl blue/new methylene blue 1g
Larutan sitrat salin 100 mL
Larutan sitrat salin dibuat dengan mencampur 1 bagian larutan natrium sitrat 30 g/L dengan 4
bagian larutan NaCl 9,0 g/L, kemudian larutan disaring (Riadi Wirawan, 2011).
Hematokrit adalah jumlah sel darah merah dalam darah sehingga dengan melakukan
pemeriksaan hematokrit maka akan kita dapatkan hasil perbandingan jumlah sel darah merah
(eritrosit) terhadap volume darah dalam satuan persen. Di sini kita akan mengetahui
bagaimana prosedur pemeriksaan, nilai hematokrit normal, dan artinya ketika kadarnya tinggi
atau rendah.
Kita tahu bahwa sel-sel darah merah sangat penting untuk kesehatan. Sel darah merah
memiliki peran vital karena bertugas untuk mengangkut oksigen dan nutrisi ke berbagai
lokasi di tubuh. Agar tubuh selalu terjaga kesehatannya, maka tubuh kita memerlukan
proporsi jumlah sel-sel darah merah yang mencukupi sebagai standar nilai normal. Oleh
sebab itu, ketika seseorang memiliki terlalu sedikit atau terlalu banyak eritrosit, maka akan
menimbulkan berbagai gejala atau keluhan fisik, dokter bisa mengamati tanda-tandanya dan
untuk memastikan hal itu, maka ia akan menganjurkan pemeriksaan hematokrit yang
disingkat dengan Ht.
Tes hematokrit dapat membantu dokter mendiagnosis atau mengetahui penyakit yang
diderita pasien, di samping itu juga dapat membantu menentukan seberapa baik tubuh
merespon pengobatan yang telah diberikan. Pemeriksaan penunjang ini dapat dipesan untuk
berbagai alasan, tapi yang paling sering digunakan untuk menguji:
anemia
Leukemia (Ciri-Ciri Leukemia)
dehidrasi
kekurangan nutrisi
Jika dokter memesan pemeriksaan hitung darah lengkap (CBC), maka otomatis
pemeriksaa hematokrit (Ht) sudah termasuk di dalamnya. Tes lain yang juga sudah termasuk
dalam CBC adalah jumlah hemoglobin dan retikulosit Dokter akan melihat hasil tes darah ini
secara keseluruhan untuk memperoleh pemahaman tentang jumlah sel darah merah pasien.
Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan %
dari volume darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena / kapiler.
Prinsip : Darah + antikoagulan disentrifuse pada waktu tertentu dan kecepatan tertentu
Prosedur :
1. Isilah tabung Wintrobe dengan darah antikoagulan oxalat, heparin, atauEDTA sampai garis
tanda 100 di atas.
2. Masukkan tabung tersebut ke dalam sentrifuge (pemusing) yang cukupbesar, pusinglah selama
30 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
- Warna plasma di atas : warna kuning itu dapat dibandingkan dengan larutan kalium
bicarbonat dan intensitasnya disebut dengan satuan. Satu satuan sesuai dengan warna kalium
bicarbonat 1 : 10000.
- Tebalnya lapisan putih di atas sel-sel merah yang tersusun dari leukositdan trombosit (buffy
coat)
B. Mikrometode :
1. Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapanmikrohematokrit dengan darah.
2. Tutuplah ujung satu dengan nyala api atau dengan bahan penutup khusus.
3. Masukkan tabung kapiler itu kedalam centrifuge khusus yang mencapaikecepatan besar, yaitu
lebih dari 16.000 rpm ( centrifuge mikrohematokrit ).
4. Pusingkan selama 3 –5 menit.
Interpretasi Hasil
Setelah didapatkan hasilnya dalam bentuk persen, maka kemudian dibandingkan dengan
nilai standar atau nilai normal. Dengan demikian akan didapatkan kesimpulan apakah
hematokrit darah yang diuji tergolong normal atau abnormal (rendah atau tinggi).
A. Hematokrit Normal
Standar normal antar laboratorium satu dengan lainnya bisa terdapat perbedaan, yang
kelas rentang hematokrit normal tergantung pada jenis kelamin dan usia pasien. Nilai normal
hematokrit yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
Anak-anak usia 15 tahun atau di bawahnya memiliki satu set terpisah karena kadar
hematokrit (Ht) berubah dengan cepat seiring pertambahan usia. Laboratorium khusus akan
menganalisis hasilnya untuk menentukan rentang hematokrit normal bagi anak usia tertentu.
B. Hematokrit Rendah
Jika diketahui kadar hematokrit terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka dapat
menunjukkan berbagai masalah kesehatan. Kadar hematokrit rendah dapat menunjukkan
adanya:
Sebelum melakukan pemeriksaan ini, beritahu dokter jika Anda baru saja menjalani
transfusi darah atau sedang hamil. Kehamilan dapat menurunkan kadar nitrogen urea darah
(BUN) yang ditandai dengan meningkatnya cairan dalam tubuh sehingga kadar hematokrit
lebih rendah. Transfusi darah yang baru saja dijalani juga dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Jika Anda tinggal di dataran tinggi, kadar hematokrit cenderung lebih tinggi
karena jumlah oksigen yang lebih rendah sehingga sebagai kompensasinya tubuh akan
memproduksi lebih banyak sel darah merah.
2. Ukuran eritrositUkuran sel darah merah dapat mempengaruhi vikositasdarah. Vikositas darah
yang tinggi maka nilai hematokrit juga akan tinggi.
Indeks eritrosit merupakan batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Istilah
lain untuk indeks eritrosit adalah indeks kospouskuler. Indeks eritrosit dipergunakan secara
luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan berbagai
macam anemia. Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual dan
elektronik (automatik) menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat menghitung indeks
eritrosit secara manual diperlukan data kadar hemoglobin, hematokrit /PVC dan hitung
eritrosit.
E . DASAR TEORI
Dalam penetapan nilai indeks eritrosit haruslah semua macam penetapan dilaksanakan
dengan sangat teliti dan tepat. Penetapan kadar hemoglobin hendaknya dilakukan secara
fotoelektrik dan menghitung eritrosit harus dilakikan in duplo dengan hasil yang saling sesuai
dalam batas kesalahan + 5%. ( Gandasoebrata , 2006 )
MCV adalah ukuran besarnya sel dan lebih tepat dari pada kemampuan seseorang
untuk menyatakan adanya perubahan – perubahan besarnya sel yang samar – samar pada
pemeriksaan apusan darah tepi. MCH merupakan ukuran jumlah rata – rata hemoglobin
dalam tiap satuan sel ( pada dasarnya memberikan informasi yang sama dengan MCV ).
MCHC merupakan ukuran konsentrasi hemoglobin dalam tiap sel ( ukuran kromisitas ).
( Waterbury , 1998 )
Cara perhitungan inilah yang sering mendasari indeks eritrosit dapat diperhitungkan
dari nilai variable yang didapat pada pemeriksaan darah rutin. ( R Gandasoebrata, 2006 )
G . PROSEDUR
Menghitung masing – masing nilai indeks eritrosit dengan rumus
a. MCV ( Mean Corpuscular Volume )
Ht x 10 = ..... femtoliter ( fl )
∑ eritrosit
b. MCH ( Mean Corpuscular Hemoglobin )
Hb x 10 = ..... pikogram ( pg )
∑ eritrosit
c. MCHC ( Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration )
Bila eritrosit berada dalam larutan yang hipotonis, cairan yang kadar osmolalitasnya
lebih rendah daripada plasma atau serum normal (kurang dari 280 mOsm/kg)
Uji fragilitas osmotik eritrosit (juga disebut resistensi osmotik eritrosit) dilakukan
untuk mengukur kemampuan eritrosit menahan terjadinya hemolisis (destruksi eritrosit)
dalam larutan yang hipotonis. Caranya adalah sebagi berikut : eritrosit dilarutkan dalam
larutan salin dengan berbagai konsentrasi. Jika terjadi hemolisis pada larutan salin yang
sedikit hipotonis, keadaan ini dinamakan peningkatan fragilitas eritrosit (=penurunan
resistensi/daya tahan eritrosit), dan apabila hemolisis terjadi pada larutan salin yang sangat
hipotonis, keadaan ini mengindikasikan penurunan fragilitas osmotik (=peningkatan
resistensi eritrosit).
Hemoglobin keluar dari sel pada masing-masing tabung yang berisi larutan NaCl
yang kadarnya berbeda-beda. Kadar Hb kemudian ditentukan secara fotokolorimetrik.
Hasilnya dilaporkan dalam persentase (%) hemolisis. Kumpulan hasil-hasil hemolisis diplot
dalam suatu kurva dibandingkan dengan data eritrosit normal. Pada keadaan peningkatan
fragilitas, eritrosit biasanya berbentuk sferis, dan kurva tampak bergeser ke kanan. Sedangkan
pada penurunan fragilitas, eritrosit berbentuk tipis dan rata, kurva tampak bergeser ke kiri.
Masalah Klinis
PENURUNAN FRAGILITAS :
Talasemia mayor dan minor (anemia Mediterania atau anemia Cooley), anemia
(defisiensi besi, defisiensi asam folat, defisiensi vit B6, sel sabit), penyakit hemoglobin C,
polisitemia vera, post splenektomi, nekrosis hati akut dan sub akut, ikterik obstruktif.
PENINGKATAN FRAGILITAS :
Sferositosis herediter, transfusi (inkompatibilitas ABO dan Rhesus), anemia hemolitik
autoimun (AIHA), penyakit hemoglobin C, toksisitas obat atau zat kimia, leukemia limfositik
kronis, luka bakar (termal).
Prosedur
Uji ini biasanya dilakukan pada sampel darah segar kurang dari 3 jam dan/atu sampel
darah 24 jam yang diinkubasi pada suhu 37oC. Sampel darah yang digunakan berupa darah
heparin atau darah “defibrinated”. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman.
Pada pengujian ini dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda. Penilaian hasil
dengan metode fotokolorimetri (menggunakan alat fotometer atau spektrofotometer).
Sebelum melakukan pengujian, sediakan dulu larutan stock buffer NaCl 10% yang
terbuat dari NaCl 9 gram, Na2HPO4 1,365 gram, dan NaH2PO4.H2O 0,215 gram. Bahan-
bahan tersebut kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai 100 ml. Sebelum digunakan
untuk pemeriksaan, buatlah larutan pokok NaCl 1,0% dengan cara melarutkan 5,0 ml stock
buffer saline 10% dengan aquadest hingga 50,0 ml.
Nilai Normal
A. Tujuan : Untuk mengeahui ketahanan osmotik dari dinding sel eritrosit terhadap larutan
hipotonik
B. Metode : Sanford
C. Prinsip : Ertrosit akan mengalami lisis, bila dimasukan ke dalam larutan hipotonik (NaCl
0,5 %)
D. Dasar teori
Uji fragilitas osmotik eritrosit dilakukan untuk mengukur kemampuan eritrosit
menahan terjadinya hemolisis dalam larutan yang hipotonis. Hemolisis sendii artinya
pecahnya membran eritrosit, sehingga Hemoglobin bebas ke dalam medium
sekelilingnya. (Plasma).
Eritrosit akan dilarutkan dalam NaCl dalam konsentrasi hipotonis, sehingga disebut
peningkatan fragilitas ostrotik eritrosit (penurunan resistensi/ daya tahan eritrosit). Hemolobin
keluar dari sel pada masing- masing tabung yang berisi larutan NaCl yang kadarnya berbeda-
beda.
Hemolisis meningkat dapat disebabkan oleh :
a. Fungsi lien yang dahulu aktif, misalnya: hipersplenisire
b. Keadaan eritrosit abnormal yang disebabkan oleh :
1. Congenital (turunan), misalnya: Thalasemia, sikle cell anemia,
ovalocyosis,sphenocytosis herediter.
2. Aquired defect, misalnya : drugs, toxin, chemical substnce, parasit, antigen-
antibody resetion.
E. Metode kerja
A. Alat dan Bahan
1. Spuit
2. Botol sampel
3. Torniquit
4. Darah EDTA
5. Kapas alkohol
6. Aquadest
7. NaCl 0,5%
8. Mikropipet
9. Pipet tetes
10. Tabung reaksi
11. Rak tabung
B. Prosedur kerja
1. Siapkan larutan NaCl 0,5%, 12 tabung reaksi kecil, darah dan aquadest
2. Teteskan 25 tetes NaCl 0,5 % ke dalam tabung reaksi 1, dan pada tabung
selanjutnya masing- masing dikurangi 1 tetes.
3. Teteskan masing- masing 1 tetes aquadest ke setiap tabung reaksi lalu kocok
hingga homogen
4. Teteskan masing- masing 1 tetes darah ke setiap tabung reaksi lalu kocok hingga
homogen.
5. Inkubasi selama 2 jam pada suhu kamar.
6. Kemudian amati resistensi maksimum dan minimum dari eritrosit.
Nilai normal
1. Ruam malar : eritema persisten, datar atau meninggi, pada daerahhidung dan pipi.
2. Ruam diskoid : bercak eritematosa yang meninggi dengan sisik keratin yang melekat dan
sumbatan folikel, dapat terjadi jaringan parut.
3. Fotosensitivitas : terjadi lesi kulit akibat abnormalitas terhadap cahaya matahari.
4. Ulserasi mulut : ulserasi di mulut atau nasofaring, umumnya tidak nyeri.
5. Artritis : artritis nonerosif yang mengenai 2 sendi perifer ditandai oleh nyeri, bengkak,
atau efusi.
6. Serositisa. Pleuritis : adanya riwayat nyeri pleural atau terdengarnya bunyi gesekan
pleura atau adanya efusi pleura.b.Perikarditis : diperoleh dari gambaran EKG atau
terdengarnya bunyi gesekan perikard atau efusi perikard.
7. Kelainan ginjala. Proteinuria yang lebih besar 0,5 g/dL atau lebih dari 3+b.Ditemukan
eritrosit, hemoglobin granular, tubular, atau campuran.
8. Kelainan neurologis : kejang tanpa sebab atau psikosis tanpa sebab.
9. Kelainan hematologik : anemia hemolitik atau leukopenia (kurang dari400/mm3) atau
limfopenia (kurang dari 1500/mm3), atau trombositopenia (kurang dari 100.000/mm3)
tanpa ada obat penginduksi gejala tersebut.
10. Kelainan imunologik : anti ds-DNA atau anti-Sm positif atau adanya antibodi
antifosfolipid
11. Antibodi antinukleus :jumlah ANA yang abnormal pada pemeriksaan imunofluoresensi
atau pemeriksaan yang ekuivalen pada setiap saat dan tidak ada obat yang menginduksi
sindroma lupus.
PENATALAKSANAAN SLE
Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien
memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkanadalah yang mengandung
cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam.Pasien disarankan berhati-hati dengan
suplemen makanan dan obattradisional.Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal.
Olah raga diperlukanuntuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi
tidakboleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengankekambuhan. Pasien
disarankan untuk menghindari sinar matahari, bilaterpaksa harus terpapar matahari harus
menggunakan krim pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam. Lampu
fluorescence juga dapatmeningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien LES.