Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN REMAJHIV/AIDS

KELOMPOK VI

IMROATUR ROSIDAH (201801108)

INDAH SUWANDEWI (201801109)

HERIYANTO (201801103)

UMI KALSUM (201701141)

NI KOMANG RENIASIH (201801117)

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan khadirat tuhan yang maha esa karena atas
karunia dan tuntunan nyalah kami mampu menyelesaikan makalah ini yang mana
merupakan tugas dari mata kuliah HIV/AIDS yang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Remaja Hiv/Aids. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini,oleh


karena itu saya mengharapkan dari menerima saran yang sifatnya membangun
demi lebih baiknya makalah ini.dan semoga makalah ini bisa berguna dan manfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan

Palu, 11 maret 2020

Penyusun

Kelompok VI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan .............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi.............................................................................................
B. etiologi.............................................................................................
C. pencegahan.......................................................................................
D. patofisiologi.....................................................................................
E. manifestasi klinis..............................................................................
F. komplikasi........................................................................................
G. pemeriksaan Diagnostik...................................................................
H. penatalaksanaan...............................................................................
I. asuhan keperawatan.........................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui
hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan dengan
kesehatan reproduksi terutama kelompok perempuan. Kerentanan perempuan
dan remaja putri untuk tertular umumnya karena kurangnya pengetahuan dan
informasi tentang HIV dan AIDS ataupun kurangnya akses untuk mendapatkan
layanan pencegahan HIV (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
RI,2008).
Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO) mengumumkan 34
juta orang di dunia mengidap virus HIV penyebab AIDS dan sebagian besar
dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO
terbaru juga menunjukkan peningkatan jumlah pengidap HIV yang
mendapatkan pengobatan. Tahun 2012 tercatat 9,7 juta orang, angka ini
meningkat 300.000 orang lebih banyak dibandingkan satu dekade sebelumnya
(WHO, 2013).
Berdasarkan data Ditjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2014, kasus HIV
dan AIDS di Indonesia dalam triwulan bulan Juli sampai dengan September
tercatat kasus HIV 7.335, kasus sedangkan kasus AIDS 176 kasus. Estimasi
dan proyeksi jumlah Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) menurut populasi
beresiko dimana jumlah ODHA di populasi wanita resiko rendah mengalami
peningkatan dari 190.349 kasus pada tahun 2011 menjadi 279.276 kasus di
tahun 2016 (Kemenkes RI, 2013).
Dilihat dari prevalensi HIV berdasarkan populasi beresiko Wanita
Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL) di Indonesia pada tahun 2007
mencapai 4,0% kemudian pada tahun 2009-2013 mengalami penurunan dari
3,1% menjadi 2,6% pada tahun 2011, turun kembali menjadi 1,5% pada tahun
2013 (STBP, 2013). Meningkatnya jumlah kasus HIV dan AIDS di Jawa
Tengah tahun 2011 dan 2012 peringkat ke-6, tahun 2013 peringkat ke-5 dan di
tahun 2014 peringkat ke-4 dari 10 Provinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Sumatra Utara, Sulauwesi Selatan,
Banten dan Kalimatan Barat dengan kasus HIV dan AIDS terbanyak bulan
Januari-Desember. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 ditemukan kasus
HIV dan AIDS sebanyak 2.498 kasus, dengan perincian kasus HIV 2.069
orang dan AIDS 428 orang. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki mencapai
61,48% dan perempuan 38,52%. Dilihat dari distribusi kasus AIDS
berdasarkan jenis pekerjaan, IRT dengan HIV dan AIDS dalam beberapa tahun
terakhir meningkat mencapai 18,4% dan menduduki peringkat ke-2 (KPAN,
2014).
Dilihat dari prevalensi HIV berdasarkan populasi beresiko Wanita
Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL) di Indonesia pada tahun 2007
mencapai 4,0% kemudian pada tahun 2009-2013 mengalami penurunan dari
3,1% menjadi 2,6% pada tahun 2011, turun kembali menjadi 1,5% pada tahun
2013 (STBP, 2013). Meningkatnya jumlah kasus HIV dan AIDS di Jawa
Tengah tahun 2011 dan 2012 peringkat ke-6, tahun 2013 peringkat ke-5 dan di
tahun 2014 peringkat ke-4 dari 10 Provinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Sumatra Utara, Sulauwesi Selatan,
Banten dan Kalimatan Barat dengan kasus HIV dan AIDS terbanyak bulan
Januari-Desember. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 ditemukan kasus
HIV dan AIDS sebanyak 2.498 kasus, dengan perincian kasus HIV 2.069
orang dan AIDS 428 orang. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki mencapai
61,48% dan perempuan 38,52%. Dilihat dari distribusi kasus AIDS
berdasarkan jenis pekerjaan, IRT dengan HIV dan AIDS dalam beberapa tahun
terakhir meningkat mencapai 18,4% dan menduduki peringkat ke-2 (KPAN,
2014).
Jumlah penderita tertinggi kasus HIV dan AIDS berdasarkan jenis
kelamin adalah laki-laki, sedangkan pada faktor risiko adalah kelompok
Heteroseksual, dan kelompok Ibu Rumah Tangga (IRT) juga beresiko tinggi
tertular oleh suami yang menderita HIV dan AIDS. Hal ini terjadi karena
rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi mengenai pencegahan
HIV dan AIDS (KPA Surakarta, 2014). Berdasarkan hasil pemetaan data
populasi kunci dan cakupan hasil KPA Surakarta, kasus HIV dan AIDS sampai
bulan Agustus tahun 2015 pada ibu rumah tangga ditemukan sebanyak 417
kasus, tertinggi ke-dua setelah Laki-laki Beresiko Tinggi (LBT) (KPA
Surakarta, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Bgaimana definisi tentang HIV/AIDS?
2. Bagaimana etiologi dari HIV/AIDS?
3. Bagaimana pencegahan dari HIV/AIDS?
4. Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS?
5. Bagiamana manifestasi klinis dari HIV/AIDS?
6. Bagaimana komplikasi dari HIV/AIDS?
7. Bagimana pemeriksaan diagnostik dari HIV/AIDS?
8. Bagaiman penatalaksanaan dari HIV/AIDS?
9. Bagaimana asuhan keperawatan HIV/AIDS pada remaja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi HIV/AIDS pada remaja
2. Untuk mengetahui etiologi HIV/AIDS pada remaja
3. Untuk mengetahui pencegahan HIV/AIDS pada remaja
4. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS pada remaja
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV/AIDS pada remaja
6. Untuk mengetahui komplikasi HIV/AIDS pada remaja
7. Untuk mengetahu pemeriksaan diagnostik HIV/AIDS pada remaja
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan HIV/AIDS pada remaja
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan HIV/AIDS pada remaja
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi HIV/AIDS
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus
(HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan
vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system
kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya
tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit
atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”
B. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan
lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.
C. Pencegahan
Pencegahan hiv aids pada remaja yaitu:
1. Hindari seks bebas
Seks bebas memang sangat dilarang, terlebih jika bergonta-gantipasangan.
Dari segi kesehatan, seks bebas juga bisa memberikan efek yang berbahaya
bagi tubuh.
2. Jangan menggunakan jarum bergantian
Pencegahan HIV yang harus kamu perhatikan adalah jangan gunakan jarum
secara bergantian.
3. Menggunakan kondom
Pencegahan HIV selanjutnya adalah kamu harus ekstra hati-hati jika tahu
bahwa pasangan memiliki HIV.
D. Patofisiologi
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi
dari benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari
binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal
(immune response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu :
Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV)
mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan
tubuh. “ber-aksi” bahkan kemudian dilumpuhkan.
Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan
bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan
terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif
(CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus
memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi
begitu sel T helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T
helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T
helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia
lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di
permukaan sel T helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke
sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan
membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang
identik ke dalam sel T4 helper.
Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse
transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel
T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda).
DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilumpuhkan, genom dari HIV ¬ proviral DNA ¬ dibentuk dan diintegrasikan
pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut berkembang biak sesuai
dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai suatu saat ada mekanisme
pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif membentuk
RNA, ke luar dari T helper dan menyerang sel lainnya untuk menimbulkan
penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka tidak ada mekanisme
pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan
mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.
E. Manifestasi Klinis
Menurut WHO:
1. Gejala mayor
a. Penurunan BB ≥ 10%
b. Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
c. Diare kronis
d. Tuberkulosis
2. Gejala minor
a. Koordinasi orofaringeal
b. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
c. Kelemahan tubuh
d. Berkeringat malam
e. Hilang nafsu makan
f. Infeksi kulit generalisata
g.   Limfodenopati
h. Herpes zoster
i.  Infeksi herpes simplek kronis
j. Pneumonia
k. Sarkoma kaposi
F. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
a.kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
3.  Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a. ELISA
b. Western blot
c. P24 antigen test
d. Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a. Hematokrit.
b. LED
c. CD4 limfosit
d. Rasio CD4/CD limfosit
e. Serum mikroglobulin B2
f. Hemoglobulin 
H. Penatalaksanaan
1.  Respon biologis / aspek fisik
a. Universal precaution
1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien
4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat
kedokteran yang dipakai
5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan
6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar
dan aman
b. Peran perawat dalam pemberian ARV
Tujuan terapi ARV:
1) Menghentikan replikasi HIV
2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi
opurtunistik
3) Memperbaiki kualitas hidup
4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
c. Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV – AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi
tambahan bertujuan untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat
defisiensi vitamin dan mineral
e. Aktivitas dan istirahat
1) Respon adaptif psikologis
a) Pikiran positif tentang dirinya
b) Mengontrol diri sendiri
c)  Rasionalisasi
d) Teknik perilaku
2) Respon sosial
a) Dukungan emosional
b) Dukungan penghargaan
c) Dukungan instrumental
d) Dukungan informative
3) Respon spiritual
a) harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
b) Padai mengambil hikmah
c) Kestabilan hati
4) Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik
a) Perilaku beresiko epidemiologis
b)Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa
menggunakan kondom
c) Pecandu narkotik suntikan
d) Hubungan seksual yang tidak aman
(1)memiliki banyak mitra seksual
(2)mitra seksual yang diketahui pasien HIV / AIDS
(3)mitra seksual di daerah dengan prevalensi HIV / AIDS yang
tinggi
(4)homoseksual
5) Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik,
karaoke atau tempat prostitusi terselubung
6) Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS)
7) Riwayat menerima transfusi darah berulang
8) Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang
tidak steril.
I. Asuhan keperawatan dengan pasien hiv/aids

1. Pengkajian
a. Identitas pasien.
1) Nama :Tn. ABC
2) Umur : 19 Tahun
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Suku/bangsa : Banten/Indonesia.
5) Agama : Kristen Katholik
6) Status perkawinan : Belum kawin
7) Pendidikan/pekerjaan : SMA Makasar
8) Bahasa yang digunakan : Indonesia
9) Alamat : Jl. Garuda
b. Alasan masuk rumah sakit
1) Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat
dingin dan kadang demam serta tubuh terasa lemah.
2) Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut
penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah
bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan pilek.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
sejak 12 tahun, yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan
cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya dikucilkan
oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena merasa terpukul
akibat ditinggal menginggal ibunya. Sejak 1 bulan yang lalu klin
mencret-mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu mencretnya
makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-1-2016, memeriksakan
diri ke UGD RSUD nabire.
3) Riwayat kesehatan keluarga :
Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan
dalam keluarga klien.
2. Pengkajian Kasus Kelolaan
a. ktivitas hidup sehari – hari
Aktivitas sehari-hari Pre-masuk rumah Di rumah sakit
sakit

A.       Makan dan


minum
Pola makan tidak teratur, Pola makan 3 kali/hari
1.      Nutrisi tetapi tidak ada napsu bubur, namun tidak ada
makan, terutama jika napsu makan, nyeri saat
sudah memakai obat. menelan, makan hanya
1/2 porsi.
Minum air putih dengan
2.      Minum jumlah tidak tentu Minum air putih 2-3
kadang minuman keras. gelas dan teh hangat 2-3
gelas.

B.        Eliminasi Mencret 5 X/hari,, Mencret dengan


seperti lendir, tidak frekuensi 5-7 X/hari,
bercampur darah dan encer, tidak ada isi tanpa
berbau. BAK 2 X hari diikuti sakit perut dan
dan tidak ada kelainan. BAK 2 X/hari serta tidak
ada kelainan.

C. Istirahat dan tidur Pasien tidak bisa Pasien istirahat di tempat


istirahat dan tidur tidur saja. Pasien tidak
karena terus keluar bisa istirahat dan tidur
memcret serta perasaan karena terus keluar
tidak menentu akibat mencret serta perasaan
tidak dapat putaw sejak tidak menentu akibat
20 hari. tidak dapat putaw sejak
20 hari.

D. Aktivitas Pasien sebagai guide Pasien mengatakan tidak


freelance sejak sebulan bisa melakukan
tidak bekerja. aktivitasnya karena
lemah, merasa tidak
berdaya dan cepat lelah.
Pasien partial care.

E. Kebersihan diri Jarang dilakukan. Mandi dibantu petugas,


dan menggosok gigi
dilakukan di tempat
tidur. Hambatan dalam
melakukan kebersihan
diri adalah lemah .

F. Rekreasi Tidak ada, hanya dengan Hanya ingin bercerita


memakai putaw. dengan petugas.

b. Psikososial.
1) Psikologis :
pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa
ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien punya kaka di Bandung,
tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.Klien tidak percaya dengan
kondisinya sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin diperlakukan
manusiawi. Klien pada tanggal 14-1-2002 bermaksud melakukan bunuh
diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat merasa tidak berguna
lagi.
2) Sosial :
sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan
ibunya meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang sekarang
entah dimana.
3) Spiritual :
Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta didampingi Pastur
Jelanti dari Menara Kathedral Surabaya.
3. Pemeriksaan Fisik
TTV
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 37,8oC
BB : 40 kg
Head to toe :
a. Kepala:
Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau,
Rambut ikal, nampak kurang bersih.

b. Mata (penglihatan).
Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya
mata baik, tidak menggunakan alat bantu kacamata.
c. Hidung (penciuman).
Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe,
peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
d. Telinga (pendengaran).
Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat
bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran
dan fungsi pendengaran normal.
e. Mulut dan gigi.
Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang
gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak
ada peradangan pada faring.
f. Leher.
Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena
jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
i. Thoraks.
Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru
normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
j. Abdomen.
inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada
nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
k. Repoduksi
Penis normal, lesi tidak ada.
l. Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah.
Ektremitas atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda
bekas suntikan.
m. Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
Tanggal 10-1 2016
Hb : 8,7
Leukosit : 8,8
Trombosit : 208
PCV : 0,25
Terapi : tanggal 14-1-2016
1. Diet TKTP
2. RL 14 X/mnt
3.   Cotimoxazol : 2 X II tab
4. Corosorb : 3 X 1 tab
5. Valium : 3 X 1 tab
5. Klasifikasi Data
Data Subyektif Data Obyektif
a. Pasien mengatakan lemah, cepat f. Keadaan umum :
lelah, bila melaukan aktivitas, Pasien tampak lemah, kurus,
terbatas. dan pucat
b. Pasien mengatakan kadang Kesadaran : Compos
demam. Mentis
c. Pasien mengatakan tidak ada TD : 110/70
nafsu makan, saat menelan sakit, mmHg
mengatakan tidak bisa N : 120 x/ mnt
menghabiskan porsi yang R : 22 x/ mnt
disiapkan SB : 37,8oC
d. Pasien mengatakan diare sejak 1 g. BB : 40 kg Turgor masih
bulan yang lalu, mengatakan baik, inkontinensia alvi,
menceret 5-7 kali/hari, kadang BAB encer, membran
demam dan keringat pada malam mukosa kering, bising usus
hari, minum 2-3 gelas/hari meningkat 20 X/menit
e. Klien merasa diasingkan oleh h. Lemah, 4 hari tidak makan,
keluarga dan teman-temannya, mulut kotor, lemah,
klien tidak punya uang lagi, klien holitosis, lidah ada bercak-
merasa frustasi karena tidak bercak keputihan, Hb
punya teman dan merasa 8,7g/dl, pucat, konjungtiva
terisolasi. Minta dipanggilkan anemis
Pastur Jelantik dari Gereja
Katedral.

6. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Ds :
Pasien mengatakan
kadang demam
Do :
Keadaan umum : Pasien
tampak lemah, kurus,
dan pucat
Immunocompromised Resiko Infeksi
Kesadaran : Compos
Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 38,oC

Ds : Diare intake cairan Resiko tinggi terhadap


Pasien mengatakan kekurangan volume
diare sejak 1 bulan yang cairan
lalu, mengatakan
menceret 5-7 kali/hari,
kadang demam dan
keringat pada malam
hari, minum 2-3
gelas/hari.
Do :
Turgor masih baik,
inkontinensia alvi, BAB
encer, membran mukosa
kering, bising usus
meningkat 20 X/menit
Ds :
Pasien mengatakan
tidak ada nafsu makan,
saat menelan sakit,
mengatakan tidak bisa
menghabiskan porsi
yang disiapkan. Intake yang tidak Perubahan nutrisi
Do : adekuat kurang dari kebutuhan
Lemah, 4 hari tidak tubuh
makan, mulut kotor,
lemah, holitosis, lidah
ada bercak-bercak
keputihan, Hb 8,7g/dl,
pucat, konjungtiva
anemis
Ds : Harga diri rendah Resiko bunuh diri
Klien merasa
diasingkan oleh
keluarga dan teman-
temannya, klien tidak
punya uang lagi, klien
merasa frustasi karena
tidak punya teman dan
merasa terisolasi. Minta
dipanggilkan Pastur.
Do :
Mencoba melakukan
percobaan bunuh diri
tanggal 14-1-2016,
dengan berusaha
menceburkan diri dari
lantai II.

7. Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas


a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang
berlebihan, diare berat
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak
adekuat
c. Resiko infeksi b/d immunocompromised
d. Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah
(DIAGNOSA, INTERVENSI,) PASIEN HIV/AIDS

No Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
. Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan Keseimbangan cairan dan 1. Monitor tanda-tanda 1. Volume cairan deplesi
b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat, elektrolit dipertahankan dehidrasi. merupakan komplikasi dan
ditandai dengan : dengan kriteria intake dapat dikoreksi.
2. Monitor intake dan ouput
Ds : seimbang output, turgor
3. Anjurkan untuk minum 2. Melihat kebutuhan cairan
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, normal, membran mukosa
yang masuk dan keluar.
mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam lembab, kadar urine normal, peroral

dan keringat pada malam hari, minum 2-3 tidak diare setelh 3 hari 4. Atur pemberian infus dan 3. Sebagai kompensasi akibat
peningkatan output.
gelas/hari. perawatan. eletrolit : RL 20 tetes/menit.
Do : 5. Kolaborasi pemberian 4. Memenuhi kebutuhan intake
Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer, yang peroral yang tidak
antidiare antimikroba
membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 terpenuhi.
X/menit 5. Mencegah kehilangan cairan
tubuh lewat diare (BAB).

2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Setelah satu 4 hari perawatan 1. Monitor kemampuan 1. Mengetahui jenis makanan
intake yang tidak adekuat ditandai dengan : pasien mempunyai intake mengunyah dan menelan. yang lebih cocok
Ds : kalori dan protein yang 2. Monitor intake dan ouput. 2. Untuk membandingkan
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat adekuat untuk memenuhi kebutuhan dengan suplai
3. Rencanakan diet dengan
menelan sakit, mengatakan tidak bisa kebutuhan metaboliknya sehingga diharapkan tidak
pasien dan orang penting
menghabiskan porsi yang disiapkan. dengan kriteria pasien makan, terjadi kurang nutrisi
lainnya.Anjurkan oral
Do : serum albumin dan protein
hygiene sebelum makan. 3. Untuk mengurangi kotoran
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, dalam batas normal,
dalam mulut yang dapat
holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb menghabiskan porsi yang 4. Anjurkan untuk beri
menurunkan nafsu makan.
8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis disiapkan, tidak nyeri saat makanan ringan sedikit tapi

menelan, mulut bersih. sering.Timbang TB/BB 4. Untuk mengatasi penurunan


keluhan makan
3 Resiko infeksi b/d immunocompromised ditandai Pasien akan bebas infeksi 1. Monitor tanda-tanda infeksi 1. Untuk pengobatan dini
dengan : oportunistik dan baru. 2. Mencegah pasien terpapar
Ds : komplikasinya dengan
2. gunakan teknik aseptik pada oleh kuman patogen yang
Pasien mengatakan kadang demam kriteria tak ada tanda-tanda
setiap tindakan invasif. Cuci diperoleh di rumah sakit.
Do : infeksi baru, lab tidak ada
tangan sebelum meberikan
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan infeksi oportunis, tanda vital 3. Mencegah bertambahnya
tindakan.
pucat dalam batas normal, tidak ada infeksi

Kesadaran : Compos Mentis luka atau eksudat.


3. Anjurkan pasien metoda 4. Mempertahankan kadar darah
mencegah terpapar terhadap
TD : 110/70 mmHg yang terapeutik.
lingkungan yang patogen.
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt 4. Atur pemberian antiinfeksi
SB : 37,8oC sesuai order
4 Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah ditandai Setelah 4 hari klien tidak 1. Waspada pada setiap 1. Karena tanda tersebut
dengan : membahayakan dirinya ancaman bunuh diri sebagai tanda permintaan
Ds : sendiri secara fisik. tolong
2. Jauhkan semua benda
Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan teman-
berbahaya dari lingkungan 2. Untuk mencegah penggunaan
temannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa
klien benda tersebut untuk
frustasi karena tidak punya teman dan merasa
3. Observasi secara ketat tindakan bunuh diri
terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur.
Do : 4. Observasi jika klien minum 3. Untuk mencegah jika
ditemukan gejala perilaku
Mencoba melakukan percobaan bunuh diri tanggal obat
bunuh diri
14-1-2016, dengan berusaha menceburkan diri dari 5. Komunikasikan kepedulian
lantai II. perawat kepada klien.
4. Obat mengandung
antidepresan dapat
6. Waspada jika tiba-tiba
mengurangi perilaku bunuh
menjadi tenang dan tampak
diri klien.
tentram
5. Untuk meningkatkan harga
7. Dukung perilaku positif
diri klien
klien.
6. Karena hal tersebut
merupakan suatu cara
mengelabui petugas.

7. Meningkatkan harga diri


klien
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus
(HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan
vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system
kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya
tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
Pemahaman remaja tentang HIV /AIDS masih sangat minim, padahal
remaja termasuk usia termasuk kelompok usia yang rentan dengan prilaku
beresiko. Pemahaman yang salah membuat remaja tidak mewaspadai bahwa
penyakit ini dapat merusak hidupnya dimasa yang akan datang. Bahkan tidak
jarang dari mereka baru menyesalinya setelah mereka mengidap penyakit
mematikan yang belum ada obatnya. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di SMKN 6 Surabaya dapat disimpulkan bahwa pemberian
pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan dan perilaku
seseorang khususnya remaja dalam penelitian ini.
Terjadinya peningkatan pengetahuan responden disebabkan karena
responden telah mendapatkan cukup banyak informasi melalui pendidikan
kesehatan yang diberikan. Peningkatan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada
reseponden setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Hal ini dikarenakan
remaja atau responden telah cukup banyak mendapat informasi kesehatan
tentang HIV/AIDS dan responden telah memahami sisi positif dalam perlaku
pencegahan HIV/AIDS tersebut. Dengan adanya pendidikan kesehatan
seseorang yang sebelumnya tidak tahu mengenai HIV/AIDS dapat mengalami
peningkatan pengetahuan dan perilaku pencegahan HIV/AIDS yang semula
dari kurang menjadi baik
B. Saran
Untuk penderita diharapkan untuk selalu kontrol dengan teratur, selalu
konsultasi bila ada keluhan dan ketidaktahuan tentang penyakitnya. Semoga
dengan adanya makalah ini mahasiswa lebih giat lagi belajar dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu
kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan makala
DAFTAR PUSTAKA

Depkes R.I 2008. Pedoman nasional perawat, dukungan pengobatan bagi ODHA.
Buku pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas lainnya. Jakarta : ditjen
PPM dan PL Depkes.
KPA surakarta, 2015. HIV medicine 2015. www.hivmedicine.com. Pari. Flying
publisher.
WHO 2013. Penyakit menular seksual. Jakarta: FKUI
Pelkesi (2015). Pendekatan perencanaan program pencegahan PMS dan AIDS di
masyarakat. Jakarta: PELKESI.

Anda mungkin juga menyukai