Proposal Tesis GI
Proposal Tesis GI
JUDUL PIPM
C. PENDAHULUAN
1
yang perlu mampu meningkatkan keaktifan siswa daam pembelajaran matematika,
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan model
pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir logis,
kritis dan kreatif.
Kenyataan yang terjadi hingga saat ini, hasi belajar matematika siswa masih
rendah, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun jenjang menengah. Rendahnya
hasil belajar dan kurangnya pemahaman siswa beajar matematika. Slah satu penyebab
siswa adalah kurangnya memiiki kemampuan untuk mengenal dan memahami konsep
dasar matematika yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan.
Menurut Piage yang diutarakan Bell Gedler dalam Uno (2007:131) bahwa untuk
memahami konsep yang tinggi, berjalan seiring dengan perkembangan intelektual anak
yangdipilahnya menjadi empat periode berfikir, yaitu : periode sensorik motor,
praoperasional, operasi konkret dan peirode operasi formal.
Kesulitan pada matematika salah satunya disebabkan karena pembelajaran
matematika kurang bermakna, siswa masih belum aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran, hingga pemahaman siswa tentang konsep matematika sangat lemah.
Menurut Rahma Johar (2003), hal ini terjadi karena pembelajaran matematika pada saat
ini pada umumnya siswa telah mengenal ide-ide matematika sejak dini. Siswa memiliki
pengalaman belajar, sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk berkembang.
Dengan demikian, pembelajaran di sekolah akan lebih bermakna jika guru mengaitkan
pengetahuan yang dimiliki siswa.
Seorang anak yang akan ingin mencapai hasil belajarnya pada mata
pelajaran matematika, diperlukan proses kerja untuk memecahkan masalah matematika.
Kemampuan pemecahan masalah siswa, jika dapat menerapkannya untuk memecahkan
masalah (problem solving) yang sedang mereka hadapi. Gagne berpendapat bahwa
kemampuan Generalisasi adalah kemampuan seseorang untuk menangkap struktur
pokok, pola dan prinsip-prinsip umum, yang artinya bahwa siswa akan mampu
mengadakan generalisai yaitu menangkap cirri atau sifat umum yang terdapat dari
sejumlah hal khusus, apabila siswa telah memecahkan masalah. Memecahkan masalah
merupakan hal penting, karena hal ini merupakan tujuan umum yang harus dicapai
dalam pembelajaran matematika.
2
Berdassarkan lapangan, diperoleh informasi bahwa matematika merupakan
salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Anggapan ini mengakibatkan
beberapa siswa menjadi malas dalam belajar matematika, sehingga beberapa siswa
masih enggan untuk ikut berperan aktif pada saat pembelajaran langsung.
Pada pembelajaran dengan model pembelajaran langsung, guru merupakan
subyek utama kegiatan pembelajaran. Guru dalam menyampaikan dan menyajikan
bahan pelajaran disertai dengan macam-macam penggunaan metode pembelajaran lain,
seperti diskusi, Tanya jawab, pemberian tugas dan sebagainya. Guru menjelaskan
materi yang diajarkan dengan menggunakan contoh, kemudian siswa diminta untuk
menyebutkan kembali dan menerapkan ke soal yang lain yang sesuai dengan contoh
tersebut, guru merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran siswa selama
kegiatan pembelajaran hanya mendengarkan semua hal yang dijelaskan oleh guru.
Sehingga selama pembelajaran siswa menerima suatu materi yang sudah jadi, siswwa
tidak ikut berfikir dan menggunakan pengalaman belajarnya.
Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa, perlu
dikembangkan suatu pembelajaran yang tepat, sehingga dapat memberikan kesempatan
bagi siswa untuk bertukar pendapat, bekerja sama dengan tean, berinteraksi dengan
guru, menggunakan maupun mengingat kembali konsep yang dipelajari.
Mengingat pentingnya pelajaran matematika untuk pendidikan, guru
diharapkan mampu merencanakan pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa akan
tertarik dengan matematika. Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran portofolio, model
pembelajaran kooferatif dan model pembelajaran penemuan.
Model pembelajaran tersebut melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus
ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsure permainan. Aktivitas belajar dirancang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan siswa dapat belajar lebih sanatai, disamping menumbuhkan tanggung
jawab, bekerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Melalui belajar
kelompok diharapkan siswa dalam pembelajaran matematika mengalami peningkatan,
sebab siswa bias ikut berperan aktif dan dapat memperoleh informasi tambahan dari
kelompoknya.
3
Dalam pembelajaran matematika, seringkali rendahnya motivasi belajar
siswa disebabkan karena siswa memiliki beban belajar yang banyak. Tinggi rendahnya
motivasi belajar matematika siswa dikaitkan dengan keberhasilan atau kegagalan siswa
dalam berhasil. Siswa yang memiliki motivasi belajar matematika tinggi dan sedang
selalu berusaha menyelesaikan tugas dengan baik, serta membandingkan hasilnya
dengan orang lain. Salah satu factor yang mempengaruhi motivasi belajar matematika
siswa adalah karakteristik mata pelajaran yang dipelajari. Dalam hal ini dapat di duga
bahwa motivasi belajar siswa terhadap matematika merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap perolehan hasil belajar matematika siswa.
4
G. Manfaat Hasil PIPM
1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis PIPM ini bermanfaat sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan berfikir kreatif bagi siswa
SMP Negeri Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas, sebagai salah asatu alternative
untuk pengembangan penelitian lain senada dengan PIPM ini
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
b. Bagi Siswa
d. Bagi Kurikulum
5
G. KAJIAN PUSTAKA
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Menurut Herman Hudojo (2003: 123) matematika merupanan suatu ilmu yang
berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan
hubungan-hubungan di antara hal-hal itu. untuk dapat memahami struktur-struktur serta
hubungan-hubungan, tentu saja diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang
terdapat di dalam matematika itu.
James dan James (Suherman dkk, 2003:18) mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi
kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, geometri.Matematika tumbuh dan
berkembang karena proses berpifir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk
terbentuknnya matematika.
Berikut ini beberapa definisi atau pengertian tentang matematika oleh beberapa
pakar yang diungkapkan oleh Robert E.Reys (1998:2)
b. Matematika Sekolah
6
dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (SLTA dan SMK). Matematika
sekolah terdiri dari bagian-bagian matematika yang dipilih guna
menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpadu
pada perkembangan IPTEK. Matematika sekolah tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki
matematika yaitu memilki objek kejadian yang abstrak serta berpola pikir deduktif
konsisten.
Fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat, pola pikir dan ilmu atau
pengetahuan. siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat
memahami atau menyampaikan suatu informasi dalam model-model matematika yang
merupakan menyederhanakan dari soal-soal cerita atau soal uraian matematika laiinyya.
Belajar matematika bagi para siswa juga merupakan pembentuk pola pikir dalam
pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan anatara
pengertian-pengertian. dari ketiga fungsi tersebut, guru berperan sebagai motivator dan
pembimbing siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
7
Salah satu unsur pokok dalam pengajaran matematika adalah matematika itu
sendiri. Seorang guru matematika perlu mengetahui dan memahami objek langsung
pengajaran matematika pada siswa. Setiap obyek langsung pengajaran matematika
tersebut memiliki kesulitan yang menuntut kemampuan kognitif yang berbeda, maka me
ngajarkan obyek langsung dalam pembelajaran matematika memerlukan strategi
mengajar tersendiri yang sesuai dengan obyek langsung yang diajarkan. Hanya dengan
memahami fakta, konsep, dan prinsip yang dipelajari maka siswa akan memiliki
keterampilan operasional dalam menyelesaikan permasalahan matematika.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulan dasar materi yang diberikan
di tingkat sekolah dasar adalah materi bilangan, yang digunakan sebagai bekal agar
siswa memiliki kemampuan memperoleh, mengolah dan memanfaatkan informasi
sehingga di tingkat berikutnya tidak akan hilang, bahkan dapat berkembang.
8
lingkungan belajar mengajar yang member suatu nuansa agar program belajar tumbuh
dan berkembang secara optimal.
Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan
sistematik dari pada belajar yang hanya dari pengalaman dalam kehidupan social di
masyarakat. Dalam proses belajar pembelajaran, selain kegiatan belajar ada kegiatan
lain yaitu (mengajar) , dimana dapat dikatakan mengajar jika ada subyek yang diberi
pelajaran (siswa) dan ada subyek yang mengajar yaitu pengajar atau guru.
Belajar bukan merupakan suatu tujuan, tetapi merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan. Jadi merupakan suatu langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.
Dalam suatu pencapaian tujuan belajar tersebut, perlu diciptakan adanya system
lingkungan (kondisi) belajar yang kondusif. Masing-masing system lingkungan
diperuntukkan tujuan-tujuan belajar yang berbeda. Dengan kata lain, untuk mencapai
tujuan belajar tertentu harus diciptakan system belajar yang tertentu pula.
Apabila terjadinya proses mengajar dan belajar matematika baik, maka hasil
belajar siswa akan baik pula. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses
mengajar dan belajar matematika adalah siswa, guru atau pendidik, sarana atau
prasarana, serta penilaian. Keempat factor tersebut digambarkan sebagai berikut :
9
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalahsuatu aktivitas
siswa yang dilakukan untuk menguasi pengetahuan, kebiasaan, keterampilan dan sikap
yangberlangsung dalam interaktif dengan lingkungan.
10
6) kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan
mengembangkan rasa jati diri),
7) kecerdasan antarpribadi (kemampuan memahami orang lain).
Di antara ketujuh macam kecerdasan ini, apabila guru mampu meramu
pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik yang dipadukan dengan
karakteristik masing-masing mata pelajaran, maka akan dapat membantu siswa untuk
melalukan eksplorasi dan elaborasi dalam rangka membangun konsep.
b. Perkembangan Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui
oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap
tersebut antara lain:
1. Tahap kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi
karena peserta didik masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-
gerakannya. Dia harus berpikir sebelum melakukan suatu gerakan.
2. Tahap asosiatif
Pada tahap ini, seorang peserta didik membutuhkan waktu yang lebih pendek
untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan
gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini
masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotor.
3. Tahap otonomi
Pada tahap ini, seorang peserta didik telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi.
Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap dapat memperbaiki
gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi karena peserta
didik sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-
gerakan.
c. Perkembangan Aspek Afektif
Keberhasilan proses pembelajaran juga ditentukan oleh pemahaman tentang
perkembangan aspek afektif peserta didik . Ranah afektif tersebut mencakup emosi atau
perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pemahaman terhadap apa yang
dirasakan dan direspon, dan apa yang diyakini dan diapresiasi merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing. Faktor
11
pribadi yang lebih spesifik dalam tingkah laku peserta didik yang sangat penting dalam
penguasaan berbagai materi pembelajaran, yang meliputi:
1. Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri.
2. Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego.
3. Anxiety (kecemasan), yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang, dsbnya.
4. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.
5. Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.
6. Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang
lain.
Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan
semakin teratur dan semakin abstrak cara berfikirnya. Guru harus memahami tahap-
tahap perkembangan kognitif, psikomotorik, dan afektif peserta didiknya, agar ketika
mendesain dan melaksakan proses pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan
yang telah dijelaskan diatas. Sehingga dapat tercipta proses pembelajaran yang
bermakna (meaningfully).
2. Pembelajaran Kooperatif
Kerja kelompok merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan siswa dalam
kegiatan belajar, karena strategi ini banyak member kesempatan kepada siswa untuk
bekerja bersama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. Diharapkan siswa
semakinmenyukai pelajaran matematika. Keaktifan siswa untuk bertanya kepada guru,
menjawab pertanyaan guru, serta menuliskan jawaban di papan tulis atas inisiatif sendiri
dan bekerja sama dalam kelompok diharapkan bertambah sehingga meningkatkan
keaktifan pembelajaran pada umumnya (Rahmadi Widdiharto, 2004 :14).
12
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama
lainya. ”Sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem
kerja/belajar kelompok yang terstruktur” (Lie, 2004:18).
b. kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi, sedang
dan rendah, serta berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
13
meningkatkan hasil belajar akademik dimana siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas-
tugas akademik. Tujuan kedua adalah member peluang pada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas
bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooopertif, belajar untuk
menghargai satu sama lain. Tujuan ketiga adalah untuk mengajarkan siswa keterampilan
bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat, dimana mereka saling melakukan kerjasama dalam organisasi dan saling
melakukan kerjasama sama lain kondisi kebdayaanyang beranekaragam.
Menurut Slavin (2005:73), “Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui
keterampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya
heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama
dan membantu dalam memahami suatu bahan ajar. Selama kerja kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman
sekelompok dalam mencapai ketuntasannya. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama
lainya. ”Sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem
kerja/belajar kelompok yang terstruktur” (Lie, 2004:18).
Menurut Cilibert-Macmilan (dalam Isjoni, 2007:23), “Pembelajaran kooperatif
memiliki beberapa keunggulan yang dilihat dari asfek siswa adalah memberi peluang
kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang
diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan
kelompok”. Sedangkan kelemahan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif
menurut Isjoni (2007:25) adalah memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan
waktu.
Menurut Suprijono (2009:89), “Model-model pembelajaran kooperatif yang
dapat diterapkan adalah Jigsaw, Think Pair Share, Numbered Heads Together, Group
Investigation, Two Stay two Stray¸ Make a Match, Listening Team, Inside Outside
Circle, Bamboo Dancing, Point Counter Point, The Power of Two, dan Listening
Team”. Model-model pembelajaran kooperatif ini semua dapat diterapkan pada mata
14
pelajaran matematika. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti akan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
15
Fase ini sering disebut sebagai meletakkan landasan kerja atau pembentukan tim.
Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan non akademik yang
dapat membangun norma-norma prilaku kooperatif yang sesuai di dalam kelas.
2) Perencanaan
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka
butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan
mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas
3) Peran guru
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-
kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa
mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam
interaksi kelompok.
16
presentasikan di depan kelas.
Tahap VI :
Evaluasi
dilakukan peneliti:
17
7) Setelah pengintisarian akan topik telah terkumpul maka kelompok tersebut akan
mempresentasikan hasil investigasi mereka di depan kelas.
B. Pembelajaran Langsung
a. Pengertian
18
3) Bahan pelajaran dapat diberikan secara urut sesuai kurikulum
E. Hasil Belajar
“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interkasi tindak belajar dan
tindak mengajar” (Dimyati dan Mudjiono, 2009:3). Sedangkan Hamalik (2003:30)
mengatakan bahwa “Bukti seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti”. Suprijono (2009:5) mengatakan bahwa “Hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan”.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pola pikir
yang diperoleh dari aktivitas belajar siswa. Hasil yang didapat ini dapat berupa
pemahaman, sikap dan keterampilan.
19
Dalam buku petunjuk belajar mengajar (Depdikbud: 1994) menyebutkan bahwa
salah satu pendekatan iduktif yang menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus
menjadi umum disebut dengan Generalisasi.
Pada tahap ini siswa baru sampai pada tahap mengenal sebuah aturan/pola. Pada
tahap ini siswa juga telah mampu mempersepsi atau mengidentifikasi pola. Siswa
telah mengetahui bahwa masalah yang disajikan dapat diselesaikan menggunakan
aturan/pola.
G. Kerangka Berpikir
20
Dalam pembelajaran matematika dengan model kooperatif Group Investigation
(GI) guru sebagai fasilitatorbagi siswa. Sedangkan dalam pembelajaran langsung guru
merupakan objek utama dalam pembelajaran, siswa cenderung sebagai siswa yang pasif.
dengan demikian dalam pembelajaran dengan model kooperatif Group Investigation
(GI) siswa dituntut untuk lebih aktif dibandingkan pembelajaran langsung. Oleh karena
itu hasil belajar dengan pembelajaran kooperatif akan lebih baik.
Model Pembelajaran
1. Kooperatif Tipe GI
2. Langsung
Kemampuan Generalisasi
21
H. PROSEDUR PIPM
1. .Lokasi PIPM
Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah kelas VII SMP Negeri Muara
Beliti Kabupaten Musi Rawas. Praktik PIPM di sekolah ini dengan
mempertimbangkan lokasi dimana praktikan bertugas sebagai guru sehingga
mempermudah dalam pelaksanaan PIPM.
2. Waktu PIPM
Pelaksanaan PIPM sesuai jadwal pada awal Oktober 2015 sampai awal bulan
Desember 2015.
Tabel 2. Kegiatan PIPM
Bulan /Minggu
Oktober November Desembe Januari
No Kegiatan
r
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal dan √ √
Perencanaan
2. Proses Pembelajaran √ √ √ √
3. Evaluasi √ √
4. Pengumpulan Data √
5. Penyusunan Hasil √ √ √
B. Subjek PIPM
Subjek PIPM ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri Muara Beliti Kabupaten
Musi Rawas berjumlah 32 siswa terdiri dari 15 laki-laki dan 17 Perempuan dan PIPM
ini dilakukan oleh praktikan.
Kondisi siswa heterogen, dan kompetensi siswa ini sangat beragam, dari anak
yang cerdas sampai yang lamban belajar.
penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Ada empat tahapan
PIPM ini yang terdiri dari : (1) perencanaan (planning); (2) Pelaksanaan Tindakan
(action); (3) pengamatan (observation); (4) refleksi (reflection). Keempat tahapn dalam
22
PIPM tersebut adalah unsure yang membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran
kegiatan yang berurutan yang kembali ke langkah semula.Siklus dalam penelitian ini
1. Persiapan Tindakan
Siklus 1
a. Perencanaan Tindakan
23
pengetahuannya dan pengalamannya sendiri sesuai dengan kemampuan daya
pikir masing-masing siswa sehingga didapat penyelesaian yang beragam)
5) Guru mengkondisikan situasi kelas dan membentuk siswa menjadi beberapa
kelompok untuk mendiskusikan masalah.
6) Siswa berdiskusi dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya dan
mendiskusikan masalah tersebut.
7) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan setiap kelompok.
8) Siswa melakukan presentasi didepan kelas terhadap hasil penyelesaian
permasalahan yang dilakukan saat diskusi kelompok
9) Guru meminta siswa yang memiliki jawaban berbeda untuk mendemonstrasikan
jawabannya, sehingga beberapa kelompok mengungkapkan jawaban yang
berbeda terhadap masalah tersebut.
10) Guru menanggapi hasil permasalahan dan memberikan penjelasan mengenai
masalah yang baru diselesaikan siswa yang berbeda-beda tentang masalah yang
disajikan
11) Guru memberikan kesimpulan dari hasil pembelajaran.
12) Guru memberikan soal tes siklus 1 kepada siswa, untuk melihat penalaran
matematis siswa dalam proses pembelajaran yang menyajikan pendekatan open-
ended.
b. Observasi
Observasi dilakukan oleh pengamat terhadap semua kegiatan siswa pada saat
proses pembalajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi siswa yang
telah disiapkan oleh peneliti. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
pelaksanaan dengan rencana tindakan tersebut. Selain itu akan dicatat hal-hal yang
akan terjadi selama pembelajaran berlangsung.
c. Refleksi
Melalui refleksi penelitian, hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpul
dan dianalisis pada tahap ini, peneliti dapat mengidentifikasi hal-hal yang telah dicapai
dan belum dicapai, serta menelaah penyebab kurang berhasilnya tindakan yang
dilakukan, mengapa terjadi demikian, dan langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk
24
memperbaiki dan dari hasil refleksi dapat dijadikan dasar untuk memutuskan perlu
tindaknya siklus berikutnya.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan setelah melihat hasil refleksi pada siklus I dan pada siklus II ini
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yaitu lembar observasi kegiatan siswa dan
lembar tes kemampuan penalaran.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi siswa dan guru. Lembar
observasi siswa dan guru digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran berlangsung dan mengukur tingkah laku individu. .
Lembar observasi siswa dan guru digunakan sebagai acuan pengamatan dalam
mengetahui kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam
kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dan sebagai pedoman untuk memperbaiki
pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus selanjutnya.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2008: 32).
25
Hasil tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan penalaran matematis
siswa baik secara individu maupun klasikal setelah pembelajaran matematika dengan
menggunakan penerapan pendekatan open-ended.
Bentuk tes yang digunakan dalam penerapan pendekatan open-ended adalah tes
uraian (essay). Tes tersebut merupakan tes yang terstruktur, disusun berdasarkan
indikator tes kemampuan penalaran matematis.
D. Hipotesis Tindakan
Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri
26
Daftar Pustaka
Arends, Richard I. 2004. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw
Hill Companies, Inc.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Renika Cipta
Dimyati dan Mudjiono.2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Prosedur Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
(http://herdy.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-generalisasi-matematis/)
Hudojo. Herman. 2003. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud Dirjen
Dikti
Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfababeta.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia.
Sardiman. 2004. Interaksi Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta : Penerbit
Universitas Terbuka Depdikbud
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Suherman, E dan Sukjaya Y. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Mtematika. Bandung: Wijaya Kusumah.
Suherman, E. Dkk. 2003. Strategi pembelajaran Matematika Kotemporer. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAKEM).
Yogyakarta: Pustaka Relajar.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Masmedia Buana Pustaka.
27
PROPOSAL PIPM
Disusun Oleh :
HUSNI THAMRIN
A2C014004
28
29