Anda di halaman 1dari 29

A.

JUDUL PIPM

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Dan Berpiikir Kreatif


Siswa SMP Negeri Purwodadi Kabupaten Musi Rawas Kelas VII Melalui Model
Pembelajaran GI (Group Investigation)

B. MATA PELAJARAN DAN BIDANG KAJIAN

Mata Pelajaran : Matematika

Bidang Kajian : Jajar Genjang

C. PENDAHULUAN

Kemajuan suatu bangsa sangat ditemukan oleh kualitas sumber daya


manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas
pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang
cerdas, damai terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus
selalu dilakukan untuk meningkatkan kuaitas pendidikan sutu bangsa. Kemajuan bangsa
Indonesia dapat dicapai mealui penataan pendidikan yang baik, dengan adanya berbagai
upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat
manusia Indonesia. Untuk mencapainya, pembaharuan pendidikan di Indonesia per
uterus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang adaptif terhadap perubahan
zaman.
Pada kurikulum 2013,tujuan pembelajaran dirumuskan dalam suatu
perangkat kompetensi.setiap kompetensi mengandung beberapa aspek
Berbagai upaya yang telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, antara lain : pembaharuan daam kurikulum, pengembangan model
pembelajaran, perubahan system penilaian dan lain sebagainya. Salah satu unsure yang
sering dikaji daam hubungan dengan keaktifan dan hasi belajar adalah model yang
digunakan guru di dalam kelas berpusat kepada guru, sehingga siswa cenderung kurang
aktif. Banyak cara yang dapat dilaksanakan agar siswa menjadi aktif, salahh satunya
yaitu dengan merubah paradigm pembelajaran. Guru bukan sebagai pusat pembelajaran,
meainkan sebagai pembimbing, motivator dan fasilitator. Selam kegiatan pembelajaran
berlangsung, siswalah yang dituntut untuk aktif sehingga guru tidak merupakan peran
utama pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu model pembelajaran

1
yang perlu mampu meningkatkan keaktifan siswa daam pembelajaran matematika,
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan model
pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir logis,
kritis dan kreatif.
Kenyataan yang terjadi hingga saat ini, hasi belajar matematika siswa masih
rendah, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun jenjang menengah. Rendahnya
hasil belajar dan kurangnya pemahaman siswa beajar matematika. Slah satu penyebab
siswa adalah kurangnya memiiki kemampuan untuk mengenal dan memahami konsep
dasar matematika yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan.
Menurut Piage yang diutarakan Bell Gedler dalam Uno (2007:131) bahwa untuk
memahami konsep yang tinggi, berjalan seiring dengan perkembangan intelektual anak
yangdipilahnya menjadi empat periode berfikir, yaitu : periode sensorik motor,
praoperasional, operasi konkret dan peirode operasi formal.
Kesulitan pada matematika salah satunya disebabkan karena pembelajaran
matematika kurang bermakna, siswa masih belum aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran, hingga pemahaman siswa tentang konsep matematika sangat lemah.
Menurut Rahma Johar (2003), hal ini terjadi karena pembelajaran matematika pada saat
ini pada umumnya siswa telah mengenal ide-ide matematika sejak dini. Siswa memiliki
pengalaman belajar, sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk berkembang.
Dengan demikian, pembelajaran di sekolah akan lebih bermakna jika guru mengaitkan
pengetahuan yang dimiliki siswa.
Seorang anak yang akan ingin mencapai hasil belajarnya pada mata
pelajaran matematika, diperlukan proses kerja untuk memecahkan masalah matematika.
Kemampuan pemecahan masalah siswa, jika dapat menerapkannya untuk memecahkan
masalah (problem solving) yang sedang mereka hadapi. Gagne berpendapat bahwa
kemampuan Generalisasi adalah kemampuan seseorang untuk menangkap struktur
pokok, pola dan prinsip-prinsip umum, yang artinya bahwa siswa akan mampu
mengadakan generalisai yaitu menangkap cirri atau sifat umum yang terdapat dari
sejumlah hal khusus, apabila siswa telah memecahkan masalah. Memecahkan masalah
merupakan hal penting, karena hal ini merupakan tujuan umum yang harus dicapai
dalam pembelajaran matematika.

2
Berdassarkan lapangan, diperoleh informasi bahwa matematika merupakan
salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Anggapan ini mengakibatkan
beberapa siswa menjadi malas dalam belajar matematika, sehingga beberapa siswa
masih enggan untuk ikut berperan aktif pada saat pembelajaran langsung.
Pada pembelajaran dengan model pembelajaran langsung, guru merupakan
subyek utama kegiatan pembelajaran. Guru dalam menyampaikan dan menyajikan
bahan pelajaran disertai dengan macam-macam penggunaan metode pembelajaran lain,
seperti diskusi, Tanya jawab, pemberian tugas dan sebagainya. Guru menjelaskan
materi yang diajarkan dengan menggunakan contoh, kemudian siswa diminta untuk
menyebutkan kembali dan menerapkan ke soal yang lain yang sesuai dengan contoh
tersebut, guru merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran siswa selama
kegiatan pembelajaran hanya mendengarkan semua hal yang dijelaskan oleh guru.
Sehingga selama pembelajaran siswa menerima suatu materi yang sudah jadi, siswwa
tidak ikut berfikir dan menggunakan pengalaman belajarnya.
Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa, perlu
dikembangkan suatu pembelajaran yang tepat, sehingga dapat memberikan kesempatan
bagi siswa untuk bertukar pendapat, bekerja sama dengan tean, berinteraksi dengan
guru, menggunakan maupun mengingat kembali konsep yang dipelajari.
Mengingat pentingnya pelajaran matematika untuk pendidikan, guru
diharapkan mampu merencanakan pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa akan
tertarik dengan matematika. Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran portofolio, model
pembelajaran kooferatif dan model pembelajaran penemuan.
Model pembelajaran tersebut melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus
ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsure permainan. Aktivitas belajar dirancang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan siswa dapat belajar lebih sanatai, disamping menumbuhkan tanggung
jawab, bekerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Melalui belajar
kelompok diharapkan siswa dalam pembelajaran matematika mengalami peningkatan,
sebab siswa bias ikut berperan aktif dan dapat memperoleh informasi tambahan dari
kelompoknya.

3
Dalam pembelajaran matematika, seringkali rendahnya motivasi belajar
siswa disebabkan karena siswa memiliki beban belajar yang banyak. Tinggi rendahnya
motivasi belajar matematika siswa dikaitkan dengan keberhasilan atau kegagalan siswa
dalam berhasil. Siswa yang memiliki motivasi belajar matematika tinggi dan sedang
selalu berusaha menyelesaikan tugas dengan baik, serta membandingkan hasilnya
dengan orang lain. Salah satu factor yang mempengaruhi motivasi belajar matematika
siswa adalah karakteristik mata pelajaran yang dipelajari. Dalam hal ini dapat di duga
bahwa motivasi belajar siswa terhadap matematika merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap perolehan hasil belajar matematika siswa.

Terkait dengan hal diatas, peneliti melakukan penelitian tentang : “Meningkatkan


Kemampuan Komunikasi Matematika Dan Berpiikir Kreatif Siswa SMP Negeri Muara
Beliti Kabupaten Musi Rawas Kelas VII Melalui Model Pembelajaran GI (Group
Investigation)”

D. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHANNYA


1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah di atas maka dapat


dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah model pembelajaran dengan model kooperatif tipe Group Investigation
(GI) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan berfikir kreatif
bagi siswa kelas VII SMP Negeri Muara Beliti Musi Rawas ?
b. Bagaimana proses aktifitas belajar siswa pada model Group Investigation (GI) ?
2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1 Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan berfikir kreatif siswa


kelas VII SMP Negeri Muara Beliti Musi Rawas.
2 Untuk mengetahui proses aktifitas belajar siswa pada model pembelajaran Group
Investigation (GI)

4
G. Manfaat Hasil PIPM

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis PIPM ini bermanfaat sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan berfikir kreatif bagi siswa
SMP Negeri Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas, sebagai salah asatu alternative
untuk pengembangan penelitian lain senada dengan PIPM ini

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Dapat menerapkan model pembelajaran matematika Group Investigation (GI)


sehingga dapat meminimalkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, dapat
mengubah paradigma pembelajaran.

b. Bagi Siswa

Menambah motivasi sehingga dapat memperoleh pengalaman belajar secara


aktif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa.

c. Bagi Penelitian Lain

Dapat mengembangkan pembelajaran yang lain

d. Bagi Kurikulum

Sebagai upaya penyempurnaan kurikulum.

e. Bagi Pengembangan Kurikulum

Memberikan masukkan kepada guru matematika tentang berbagi kelebihan dan


kekurangan dari pembelajaran menggunakan model kooperatif Group
Investigation

5
G. KAJIAN PUSTAKA
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Menurut Herman Hudojo (2003: 123) matematika merupanan suatu ilmu yang
berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan
hubungan-hubungan di antara hal-hal itu. untuk dapat memahami struktur-struktur serta
hubungan-hubungan, tentu saja diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang
terdapat di dalam matematika itu.
James dan James (Suherman dkk, 2003:18) mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi
kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, geometri.Matematika tumbuh dan
berkembang karena proses berpifir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk
terbentuknnya matematika.

Berikut ini beberapa definisi atau pengertian tentang matematika oleh beberapa
pakar yang diungkapkan oleh Robert E.Reys (1998:2)

1 Matematika adalah studi atau kajian tentang pola atau hubungan


2 Matematika adalah suatu cara berpifir
3 Matematika adalah seni, digolongkan dengan tata urutan dan kejelasan didalamnya
4 Matematika adalah suatu bahasa, menggunakan istilah dan symbol tertentu dengan
hati-hati
5 Matematika adalah suatu alat.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah suatu ilmu yang berhubungan tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang
abstrak serta hubungan di antara hal-hal tersebut.

b. Matematika Sekolah

Menurut Erman Suherman dkk (2003:55) matematika sekolah adalah


matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di pendidikan

6
dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (SLTA dan SMK). Matematika
sekolah terdiri dari bagian-bagian matematika yang dipilih guna
menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpadu
pada perkembangan IPTEK. Matematika sekolah tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki
matematika yaitu memilki objek kejadian yang abstrak serta berpola pikir deduktif
konsisten.

Fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat, pola pikir dan ilmu atau
pengetahuan. siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat
memahami atau menyampaikan suatu informasi dalam model-model matematika yang
merupakan menyederhanakan dari soal-soal cerita atau soal uraian matematika laiinyya.
Belajar matematika bagi para siswa juga merupakan pembentuk pola pikir dalam
pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan anatara
pengertian-pengertian. dari ketiga fungsi tersebut, guru berperan sebagai motivator dan
pembimbing siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan matematika sekolah adalah


matematika yang diajarkan di tingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah. Dimana
dalam belajar matematika, siswa dapat membentuk pola pikir dalam memahami suatu
pengertian maupun penalaran tentang permasalahan matematika yang dihadapinya.
sedangkan guru merupakan fasilitator dan motivator mereka.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi


modern, mempelajari peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang dan matematika diskrit. Untuk menguassai dan mencipta teknologi diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

7
Salah satu unsur pokok dalam pengajaran matematika adalah matematika itu
sendiri. Seorang guru matematika perlu mengetahui dan memahami objek langsung
pengajaran matematika pada siswa. Setiap obyek langsung pengajaran matematika
tersebut memiliki kesulitan yang menuntut kemampuan kognitif yang berbeda, maka me
ngajarkan obyek langsung dalam pembelajaran matematika memerlukan strategi
mengajar tersendiri yang sesuai dengan obyek langsung yang diajarkan. Hanya dengan
memahami fakta, konsep, dan prinsip yang dipelajari maka siswa akan memiliki
keterampilan operasional dalam menyelesaikan permasalahan matematika.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulan dasar materi yang diberikan
di tingkat sekolah dasar adalah materi bilangan, yang digunakan sebagai bekal agar
siswa memiliki kemampuan memperoleh, mengolah dan memanfaatkan informasi
sehingga di tingkat berikutnya tidak akan hilang, bahkan dapat berkembang.

c. Proses Pembelajaran Matematika

Dalam kegiatan pembelajaran, terjadi proses belajar sekaligus proses mengajar.


Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil pembelajaran atau hasil
belajar. Menurut Sardiman A.M (1992:22), belajar merupakab perubahan tingkah laku
atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, seperti membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan sebagainya. Belajar akan baik jika siswa mengalami atau
melakukannya secara relative tetap sebagai hasil dari penngalaman.

Dalam konsep sosiologi dalam Erman Suherman (2003:8), belajar merupakan


jantungnya dari proses sosialisasi, sedangkan pembelajaran adalah rekayasa sosio-
psikologis untuk memelihara kegiatan belajar sehingga setiap individu yang belajar
akan secara opyimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai
anggota masyarakat yang baik. Sedangkan dalam arti sempit, proses pembelajaran
adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru,
sumber/fasilitas, dan teman sesame siswa. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran
adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa,
dalam rangka perubahan sikap dan pola piker yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa
yang bersangkutan. Dengan demikian, pembelajaran merupakan upaya penataan

8
lingkungan belajar mengajar yang member suatu nuansa agar program belajar tumbuh
dan berkembang secara optimal.

Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan
sistematik dari pada belajar yang hanya dari pengalaman dalam kehidupan social di
masyarakat. Dalam proses belajar pembelajaran, selain kegiatan belajar ada kegiatan
lain yaitu (mengajar) , dimana dapat dikatakan mengajar jika ada subyek yang diberi
pelajaran (siswa) dan ada subyek yang mengajar yaitu pengajar atau guru.

Belajar bukan merupakan suatu tujuan, tetapi merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan. Jadi merupakan suatu langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.
Dalam suatu pencapaian tujuan belajar tersebut, perlu diciptakan adanya system
lingkungan (kondisi) belajar yang kondusif. Masing-masing system lingkungan
diperuntukkan tujuan-tujuan belajar yang berbeda. Dengan kata lain, untuk mencapai
tujuan belajar tertentu harus diciptakan system belajar yang tertentu pula.

Apabila terjadinya proses mengajar dan belajar matematika baik, maka hasil
belajar siswa akan baik pula. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses
mengajar dan belajar matematika adalah siswa, guru atau pendidik, sarana atau
prasarana, serta penilaian. Keempat factor tersebut digambarkan sebagai berikut :

9
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalahsuatu aktivitas
siswa yang dilakukan untuk menguasi pengetahuan, kebiasaan, keterampilan dan sikap
yangberlangsung dalam interaktif dengan lingkungan.

d. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah

Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai


perasaan dan pikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan dasar
yang perlu dipenuhi (pangan, sandang, papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
untuk mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi
dirinya sendiri sesuai dengan potensinya). Dalam tahap perkembangannya, peserta
didik  SMP berada pada tahap periode  perkembangan Operasional formal (umur
11/12-18 tahun). Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis. Model berpikir ilmiah dengan tipehipotetico-
deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik
kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.
Sebagai upaya memahami mekanisme perkembangan intelektual, Piaget
menggambarkan fungsi intelektual kedalam tiga persfektif, yaitu: (1) proses mendasar
bagaimana terjadinya perkembangan kognitif (asimilasi, akomodasi, dan equilibirium);
(2) cara bagaimana pembentukan pengetahuan; dan (3) tahap-tahap perkembangan
intelektual. Berikut ini disajikan perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan
pembelajaran, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
a. Perkembangan Aspek Kognitif
Pada tahap perkembangan ini juga ada ketujuh kecerdasan dalam Multiple
Intelligences  yaitu:
1) kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional),
2) kecerdasan logis-matematis (kemampuan berfikir runtut),
3) kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada dan
irama),
4) kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mental tentang realitas),
5) kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang
halus),

10
6) kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan
mengembangkan rasa jati diri),
7) kecerdasan antarpribadi (kemampuan memahami orang lain).
Di antara ketujuh macam kecerdasan ini,  apabila guru mampu meramu
pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik yang dipadukan dengan
karakteristik masing-masing mata pelajaran, maka  akan dapat membantu siswa untuk
melalukan eksplorasi dan elaborasi dalam rangka membangun konsep.
b. Perkembangan Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui
oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap
tersebut antara lain:
1.  Tahap kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi
karena peserta didik  masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-
gerakannya. Dia harus berpikir sebelum melakukan suatu gerakan.
2.    Tahap asosiatif
   Pada tahap ini, seorang peserta didik  membutuhkan waktu yang lebih pendek
untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan
gerakan  yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini
masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotor.
3. Tahap otonomi 
Pada tahap ini, seorang peserta didik  telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi.
Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap dapat memperbaiki
gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi karena peserta
didik  sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-
gerakan.
c.  Perkembangan Aspek Afektif
Keberhasilan proses pembelajaran juga ditentukan oleh pemahaman tentang
perkembangan aspek afektif peserta didik . Ranah afektif tersebut mencakup emosi atau
perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pemahaman terhadap apa yang
dirasakan dan direspon, dan apa yang diyakini dan diapresiasi merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing. Faktor

11
pribadi yang lebih spesifik dalam tingkah laku peserta didik  yang sangat penting dalam
penguasaan berbagai materi pembelajaran, yang meliputi:
1. Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri.
2.  Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego.
3.  Anxiety (kecemasan), yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang, dsbnya.
4.  Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.
5.  Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.
6. Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang
lain.
Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan
semakin teratur dan semakin abstrak cara berfikirnya. Guru harus memahami tahap-
tahap perkembangan kognitif, psikomotorik, dan afektif peserta didiknya, agar ketika
mendesain dan melaksakan proses pembelajaran  sesuai dengan tahap perkembangan
yang telah dijelaskan diatas. Sehingga dapat tercipta proses pembelajaran yang
bermakna (meaningfully).

2. Pembelajaran Kooperatif

Kerja kelompok merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan siswa dalam
kegiatan belajar, karena strategi ini banyak member kesempatan kepada siswa untuk
bekerja bersama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. Diharapkan siswa
semakinmenyukai pelajaran matematika. Keaktifan siswa untuk bertanya kepada guru,
menjawab pertanyaan guru, serta menuliskan jawaban di papan tulis atas inisiatif sendiri
dan bekerja sama dalam kelompok diharapkan bertambah sehingga meningkatkan
keaktifan pembelajaran pada umumnya (Rahmadi Widdiharto, 2004 :14).

Menurut Slavin (2005:73), “Pembelajaran kooperatif merupakan strategi


pembelajaran yang mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui
keterampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya
heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama
dan membantu dalam memahami suatu bahan ajar. Selama kerja kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman
sekelompok dalam mencapai ketuntasannya. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk

12
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama
lainya. ”Sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem
kerja/belajar kelompok yang terstruktur” (Lie, 2004:18).

Menurut Cilibert-Macmilan (dalam Isjoni, 2007:23), “Pembelajaran kooperatif


memiliki beberapa keunggulan yang dilihat dari asfek siswa adalah memberi peluang
kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang
diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan
kelompok”. Sedangkan kelemahan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif
menurut Isjoni (2007:25) adalah memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan
waktu.

Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang


berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah teman dalam menyelesaikan suatu
masalah. Menurut Arend (2004 : 356), model pembelajaran kooperatif mempunyai cirri-
ciri :

a. siswa bekerja dalam kelompok dengan bekerjasama untuk menyelesaikan materi


belajar.

b. kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi, sedang
dan rendah, serta berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

c. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang
menerapkan system kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu di tentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya (Slavin 2005 :35)
Menurut Ibrahim,dkk (2000 :7), model pembelajaran kooperatif paling tidak
mempunyai tiga tujuan penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman dan pengalaman keterampilan kooperatif. Tujuan pertama adalah

13
meningkatkan hasil belajar akademik dimana siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas-
tugas akademik. Tujuan kedua adalah member peluang pada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas
bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooopertif, belajar untuk
menghargai satu sama lain. Tujuan ketiga adalah untuk mengajarkan siswa keterampilan
bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat, dimana mereka saling melakukan kerjasama dalam organisasi dan saling
melakukan kerjasama sama lain kondisi kebdayaanyang beranekaragam.
Menurut Slavin (2005:73), “Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui
keterampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya
heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama
dan membantu dalam memahami suatu bahan ajar. Selama kerja kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman
sekelompok dalam mencapai ketuntasannya. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama
lainya. ”Sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem
kerja/belajar kelompok yang terstruktur” (Lie, 2004:18).
Menurut Cilibert-Macmilan (dalam Isjoni, 2007:23), “Pembelajaran kooperatif
memiliki beberapa keunggulan yang dilihat dari asfek siswa adalah memberi peluang
kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang
diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan
kelompok”. Sedangkan kelemahan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif
menurut Isjoni (2007:25) adalah memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan
waktu.
Menurut Suprijono (2009:89), “Model-model pembelajaran kooperatif yang
dapat diterapkan adalah Jigsaw, Think Pair Share, Numbered Heads Together, Group
Investigation, Two Stay two Stray¸ Make a Match, Listening Team, Inside Outside
Circle, Bamboo Dancing, Point Counter Point, The Power of Two, dan Listening
Team”. Model-model pembelajaran kooperatif ini semua dapat diterapkan pada mata

14
pelajaran matematika. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti akan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

4. Kooperatif Group Investigation

Menurut Rachmadi Widdiharto (2004 : 16) beberapa jenis kegiatan kelompok


yang dikemukakan oleh ahli antara lain sebagai berikut :

1) Circle Learning/Learning Together (Belajar bersama)


2) Group Investigation (GI)
3) Co-op co-op
4) Jigsaw
5) Number Head Together (NHT)
6) Student Teams Achievment Divison (STAD)
7) Team Assited Individualization (TAI)
8) Teams Games Tournaments (TGT)
Tujuan dari penerapan model pembelajaran kooperatif, memurut Muslimin
Ibrahim, dkk (2000: 7) paling tidak mempunyai tiga tujuan penting, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan kooperatif.

Menurut Suyatno (2009:56), “Metode GI merupakan pembelajaran kooperatif


yang melibatkan kelompok kecil di mana siswa bekerja menggunakan inquiri
kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok dan kemudian
mempresentasikan penemuan mereka pada kelas”. Menurut Trianto (2009:78), “Dalam
implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen”. Kelompok disini dapat dibentuk
dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik
tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan
yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

Slavin (2009:215), “mengemukakan unsur-unsur model pembelajaran


kooperatif tipe Group Investigation yaitu :

1) Menguasai kemampuan kelompok

15
Fase ini sering disebut sebagai meletakkan landasan kerja atau pembentukan tim.
Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan non akademik yang
dapat membangun norma-norma prilaku kooperatif yang sesuai di dalam kelas.

2) Perencanaan
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka
butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan
mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas

3) Peran guru
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-
kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa
mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam
interaksi kelompok.

Masih menurut Slavin (2009:218) dalam Group Investigation, para murid


bekerja melalui enam tahap yaitu :

Tahap I : Mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.

Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi


kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk
berdasarkan heterogenitas
Tahap II Merencanakan tugas yang akan dipelajari
:
Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota.
Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti,
bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai

Tahap III : Melaksanakan investigasi

Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi


informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian
mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi
masalah kelompok.

Menyiapkan laporan akhir


Tahap IV :
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan di

16
presentasikan di depan kelas.

Tahap V : Mempresentasikan laporan akhir

Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap


mengikuti.

Tahap VI :
Evaluasi

Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah di selidiki dan d


ipresentasikan.
Menurut Suprijono (2009:93) langkah-langkah penerapan model kooperatif

tipe Group Investigation sebagai berikut:

1) Pembelajaran di mulai dengan pembagian kelompok


2) Guru bersama siswa memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan dapat
dikembangkan dari topik-topik itu
3) Peserta didik beserta guru menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk
memecahkan masalah
4) Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah dirumuskan.
Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistematik keilmuan mulai dari
mengumpulkan data, menganalisis data, sintesis hingga menarik kesimpulan
5) Presentasi hasil oleh masing-masing kelompok

Langkah-langkah penerapan model kooperatif tipe Group Investigation yang

dilakukan peneliti:

1) Sebelum pembelajaran dimulai, guru menyampaikan atau mengenalkan topik,


bahan pelajaran dan tujuan pembelajaran untuk hari itu.
2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5
orang
3) Guru bersama siswa memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan yang dapat
dikembangkan dari topik-topik itu
4) Setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama
untuk memikirkan topik yang ada.
5) Setiap kelompok setelah selesai merumuskan alternatif jawaban akan topik yang
dibagikan maka anggota dari kelompok tersebut mengadakan investigasi ke
kelompok lain.
6) Setelah melakukan investigasi kelompok lain maka kelompok tersebut akan
kembali ke kelompok masing-masing untuk mengintisarikan hasil investigasi
mereka dari kelompok lain.

17
7) Setelah pengintisarian akan topik telah terkumpul maka kelompok tersebut akan
mempresentasikan hasil investigasi mereka di depan kelas.

Menurut Suherman (dalam Nurnaasih, 2009:25)) pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation memiliki kelebihan dan kekurangan, di antaranya:

1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation.


a) Siswa menjadi lebih aktif
b) Tugas guru menjadi lebih ringan
c) Diskusi menjadi lebih aktif
2) Kekurangan model pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation.
a) Siswa cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit.
b) Membutuhkan waktu yang lama.
c) Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil
temuannya kepada temannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
kooperatif Group Investigation merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan
kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, dalam
implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok di sini dapat di bentuk
dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik
tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk di selidiki dan melakukan penyelidikan
yang mendalam atas topik yang di pilih. Selanjutnya menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

B. Pembelajaran Langsung

a. Pengertian

Mengajar yang bersifat langsung bersifat langsung menekankan pada


penyampaian pengetahuan kepada siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih berpusat
pada guru. Di samping kelemahan, kelebihan yang dimiliki dari pembelajaran langsung
yaitu :
1) Dapat menampung kelas yang besar dan setiap siswa mempunyai kesempatan yang
sama untuk mendapatkan penjelasan dari guru
2) Kemampuan masing-masing siswa kurang mendapatkan perhatian sehingga isi dari
silabus dapat mudah diselesaikan

18
3) Bahan pelajaran dapat diberikan secara urut sesuai kurikulum

b. Langkah-langkah Pembelajaran langsung

E. Hasil Belajar

“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interkasi tindak belajar dan
tindak mengajar” (Dimyati dan Mudjiono, 2009:3). Sedangkan Hamalik (2003:30)
mengatakan bahwa “Bukti seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti”. Suprijono (2009:5) mengatakan bahwa “Hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan”.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pola pikir
yang diperoleh dari aktivitas belajar siswa. Hasil yang didapat ini dapat berupa
pemahaman, sikap dan keterampilan.

F. Kemampuan Generalisasi Matematika

19
Dalam buku petunjuk belajar mengajar (Depdikbud: 1994) menyebutkan bahwa
salah satu pendekatan iduktif yang menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus
menjadi umum disebut dengan Generalisasi.

Generalisasi matematis adalah bagian dari penalaran induktif matematik.


Penalaran induktif merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang hal
umum yang berpijak untuk memperoleh kesimpulan yang kuat. Pada penalaran induktif,
dari kebenaran suatu kasus dapat disimpulkan kebenaran untuk semua khusus. (Lehman,
2001 : 1). Generalisasi merupakan terjemahan dari Generalization yang artinya
perumuman.

Menurut Soekadijo dalam herdian


(http://herdy.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-generalisasi-matematis/) proses
generalisasi matematika terdiri dari 4 tahap yaitu :

1. Tahap perception of generality

Pada tahap ini siswa baru sampai pada tahap mengenal sebuah aturan/pola. Pada
tahap ini siswa juga telah mampu mempersepsi atau mengidentifikasi pola. Siswa
telah mengetahui bahwa masalah yang disajikan dapat diselesaikan menggunakan
aturan/pola.

2. Tahap ekspression of generality


Pada tahap ini siswa telah mampu menggunakan hasil identifikasi pola untuk
menentukan struktur/data/gambar/suku berikutnya. Pada ini siswa juga telah mampu
menguraikan sebuah aturan/pola, baik secara numeric maupun verbal.
3. Tahap symbolic ekspression of generalit
Pada tahap ini siswa telah mampu menghasilkan sebuah aturan dan pola umum.
Selain itu siswa juga telah mampu memformulasikan keumuman secara simbolis.
4. Tahap manipulation of generality
Pada tahap ini siswa telah mampu menggunakan hasil generalisasi untuk
menyelesaikan masalah dan mampu menerapkan aturan/pola yang telah mereka
temukan pada berbagai persoalan.

G. Kerangka Berpikir

20
Dalam pembelajaran matematika dengan model kooperatif Group Investigation
(GI) guru sebagai fasilitatorbagi siswa. Sedangkan dalam pembelajaran langsung guru
merupakan objek utama dalam pembelajaran, siswa cenderung sebagai siswa yang pasif.
dengan demikian dalam pembelajaran dengan model kooperatif Group Investigation
(GI) siswa dituntut untuk lebih aktif dibandingkan pembelajaran langsung. Oleh karena
itu hasil belajar dengan pembelajaran kooperatif akan lebih baik.

Motivasi belajar dari diri masing-masing siswa sangat berpengaruh terhadap


intensitas siswa dalam belajar matematika. siswa yang belajar dengan model kooperatif
Group Investigation (GI) akan menjadi lebih aktif dan kreatif dan lebih cerdas
dibandingkan siswa dengan pembelajaran secara langsung. Akan tetapi memotivasi
belajar matematika belajar matematika juga berpengaruh ketika pembelajaran langsung.
Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan sedang akan lebih cepat beradaptasi
dengan model pembelajaran yang baru, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar
matematika rendah sama saja diberikan pembelajaran dengan model saperti apapun.

Model Pembelajaran
1. Kooperatif Tipe GI
2. Langsung

Tingkat Motivasi Belajar


1. Tinggi Hasil Belajar
2. Sedang
3. Rendah

Kemampuan Generalisasi

21
H. PROSEDUR PIPM

A. Lokasi dan Waktu PIPM

1. .Lokasi PIPM
Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah kelas VII SMP Negeri Muara
Beliti Kabupaten Musi Rawas. Praktik PIPM di sekolah ini dengan
mempertimbangkan lokasi dimana praktikan bertugas sebagai guru sehingga
mempermudah dalam pelaksanaan PIPM.
2. Waktu PIPM
Pelaksanaan PIPM sesuai jadwal pada awal Oktober 2015 sampai awal bulan
Desember 2015.
Tabel 2. Kegiatan PIPM

Bulan /Minggu
Oktober November Desembe Januari
No Kegiatan
r
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal dan √ √
Perencanaan
2. Proses Pembelajaran √ √ √ √
3. Evaluasi √ √
4. Pengumpulan Data √
5. Penyusunan Hasil √ √ √

B. Subjek PIPM

Subjek PIPM ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri Muara Beliti Kabupaten
Musi Rawas berjumlah 32 siswa terdiri dari 15 laki-laki dan 17 Perempuan dan PIPM
ini dilakukan oleh praktikan.
Kondisi siswa heterogen, dan kompetensi siswa ini sangat beragam, dari anak
yang cerdas sampai yang lamban belajar.

C. Langkah –langkah PIPM


PIPM ini merupakanjenis penelitian tindakan kelas (PTK). PTK ini merupakan

penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Ada empat tahapan

PIPM ini yang terdiri dari : (1) perencanaan (planning); (2) Pelaksanaan Tindakan

(action); (3) pengamatan (observation); (4) refleksi (reflection). Keempat tahapn dalam

22
PIPM tersebut adalah unsure yang membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran

kegiatan yang berurutan yang kembali ke langkah semula.Siklus dalam penelitian ini

akan dihentikan jika permasalahan sudah berhasil dipecahkan.

1. Persiapan Tindakan

Siklus 1

a. Perencanaan Tindakan

Sebelum pelaksanaan tindakan, beberapa hal yang perlu direncanakan dengan


baik, antara lain adalah sebagai berikut :

1) Menelaah silabus pembelajaran untuk materi persamaan linier tiga variabel


2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
3) Mempersiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk siklus 1 digunakan untuk
mengukur kemampuan penalaran dan mengukur kemajuan terhadap penguasaan
materi.
4) Mempersiapkan lembar observasi siswa untuk mengamati aktivitas siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
5) Membuat alat evaluasi berupa tes penalaran matematis.
Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan skenario


pembelajaran yang telah direncanakan. Adapun pelaksanaan tindakannya adalah
sebagai berikut :

1) Guru menjelaskan tentang pembelajaran matematika yang menggunakan


pendekatan open-ended.
2) Guru memberikan motivasi dengan menjelaskan manfaat dari materi pelajaran
3) Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) yang di dalamnya memberikan
masalah terbuka kepada siswa yang memiliki beberapa cara penyelesaian atau
memiliki beberapa jawaban yang benar
4) Siswa menyelesaikan masalah secara individu (siswa diberi kesempatan untuk
membuat penemuannya sendiri pada tahap mereka sendiri membangun

23
pengetahuannya dan pengalamannya sendiri sesuai dengan kemampuan daya
pikir masing-masing siswa sehingga didapat penyelesaian yang beragam)
5) Guru mengkondisikan situasi kelas dan membentuk siswa menjadi beberapa
kelompok untuk mendiskusikan masalah.
6) Siswa berdiskusi dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya dan
mendiskusikan masalah tersebut.
7) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan setiap kelompok.
8) Siswa melakukan presentasi didepan kelas terhadap hasil penyelesaian
permasalahan yang dilakukan saat diskusi kelompok
9) Guru meminta siswa yang memiliki jawaban berbeda untuk mendemonstrasikan
jawabannya, sehingga beberapa kelompok mengungkapkan jawaban yang
berbeda terhadap masalah tersebut.
10) Guru menanggapi hasil permasalahan dan memberikan penjelasan mengenai
masalah yang baru diselesaikan siswa yang berbeda-beda tentang masalah yang
disajikan
11) Guru memberikan kesimpulan dari hasil pembelajaran.
12) Guru memberikan soal tes siklus 1 kepada siswa, untuk melihat penalaran
matematis siswa dalam proses pembelajaran yang menyajikan pendekatan open-
ended.
b. Observasi

Observasi dilakukan oleh pengamat terhadap semua kegiatan siswa pada saat
proses pembalajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi siswa yang
telah disiapkan oleh peneliti. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
pelaksanaan dengan rencana tindakan tersebut. Selain itu akan dicatat hal-hal yang
akan terjadi selama pembelajaran berlangsung.

c. Refleksi

Melalui refleksi penelitian, hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpul
dan dianalisis pada tahap ini, peneliti dapat mengidentifikasi hal-hal yang telah dicapai
dan belum dicapai, serta menelaah penyebab kurang berhasilnya tindakan yang
dilakukan, mengapa terjadi demikian, dan langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk

24
memperbaiki dan dari hasil refleksi dapat dijadikan dasar untuk memutuskan perlu
tindaknya siklus berikutnya.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan setelah melihat hasil refleksi pada siklus I dan pada siklus II ini

melakukan perbaikan tindakan-tindakan yang belum berhasil pada siklus pertama.

Siklus II ini dilaksanakan jika diperlukan

Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yaitu lembar observasi kegiatan siswa dan
lembar tes kemampuan penalaran.

a. Lembar Observasi

Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan


dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis
(Arikunto, 2008: 30).

Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi siswa dan guru. Lembar
observasi siswa dan guru digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran berlangsung dan mengukur tingkah laku individu. .

Lembar observasi siswa dan guru digunakan sebagai acuan pengamatan dalam
mengetahui kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam
kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dan sebagai pedoman untuk memperbaiki
pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus selanjutnya.

b. Lembar tes penalaran

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2008: 32).

25
Hasil tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan penalaran matematis
siswa baik secara individu maupun klasikal setelah pembelajaran matematika dengan
menggunakan penerapan pendekatan open-ended.

Bentuk tes yang digunakan dalam penerapan pendekatan open-ended adalah tes
uraian (essay). Tes tersebut merupakan tes yang terstruktur, disusun berdasarkan
indikator tes kemampuan penalaran matematis.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan penelitian ini, bahwa penggunaan model pembelajaran

Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri

muara Beliti Kabupaten Musi Rawas.

26
Daftar Pustaka

Arends, Richard I. 2004. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw
Hill Companies, Inc.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Renika Cipta
Dimyati dan Mudjiono.2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Prosedur Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
(http://herdy.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-generalisasi-matematis/)
Hudojo. Herman. 2003. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud Dirjen
Dikti
Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfababeta.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia.
Sardiman. 2004. Interaksi Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta : Penerbit
Universitas Terbuka Depdikbud
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Suherman, E dan Sukjaya Y. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Mtematika. Bandung: Wijaya Kusumah.
Suherman, E. Dkk. 2003. Strategi pembelajaran Matematika Kotemporer. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAKEM).
Yogyakarta: Pustaka Relajar.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Masmedia Buana Pustaka.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prestasi


Pustaka.

. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
Yang Kreatif dan Efektif. Gorontalo : Bumi Aksara

27
PROPOSAL PIPM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIKA DAN BERPIIKIR KREATIF SISWA SMP
NEGERI MUARA BELITI KABUPATEN MUSI RAWAS
KELAS VII MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GI
(GROUP INVESTIGATION)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(Classroom Action Ressearch)

Disusun Oleh :

HUSNI THAMRIN
A2C014004

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015

28
29

Anda mungkin juga menyukai