Anda di halaman 1dari 24

BAB 1.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1.1 Anatomi dan fisiologi

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah
cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel
darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat badan atau
kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri
atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah
yang dipadatkan yang berkisar anatara 40-47. Diwaktu sehat volume darah adalah
konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah
dan dalam jaringan.
Kandungan yang ada di dalam darah :
-        Air : 91%
-        Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinigen)
-      Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,
magnesium, kalsium dan zat besi.
-       Bahan Organik    : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin, kolesterol, dan
asam amino)
Fungsi Darah :
a.       Sebagai alat pengangkut, yaitu :
-      Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh.
-          Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
-     Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh
jaringan / alat tubuh.
-     Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui ginjal dan kulit.
-          Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses fisiologis.
b.   Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.
c.      Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
d.      Menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan.

Karakteristik Darah :
-        Volume darah : 7% - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)
-        Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit →40% - 45% volume darah;
tersuspensi dalam plasma darah
-          PH darah : 7,37 – 7,45
-          Temp : 38°C
-          Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 – 1,067
Bagian-Bagian Darah
         Sel-Sel Darah
-            Eritrosit (Sel darah merah)
Anatomi : Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya 0.007
mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm³, warnanya kuning kemerah-
merahan karena didalamnya mengandung hemoglobin (hemoglobin adalah protein
pigmen yang meberi warnamerah pada darah. Hemoglobin terdiri atas protein yang di
sebut globin dan pigmen non-protein yang disebut heme.), setiap eritrosi mengandung
sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sifatnya kenyal sehingga dapat berubah bentuk
sesuai dengan pembuluh darah yang dilalui.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino.
Mereka juga memerlukan zat besi wnita memerlukan lebih banyak zat besi karena
beberapa diantaranya dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hsmil diperlukan zat besi
dalam jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu.
Sel darah merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, pipih,
dan tak beraturan dari jaringan konselus pada ujung tulang pipa dan dari sumsum
dalam batang iga-iga dan dari sternum.
Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap mula-mula
besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin; kemudian dimuati hemoglobin
dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah.
Rata-rata panjang hidup sel darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang dan
dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin
dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam
jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk
digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin
diubah lagi menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna
kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak
pada luka memar.
Bila terjadi perdarahan maka sel merah dengan hemoglobinnya sebagai pembawa
oksigen, hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa
minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau
dibawahnya, maka diperlukan tranfusi darah.
Fungsi : Mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan
tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui
paru-paru / melalui jalan pernafasan.
Produksi Eritrosit (Eritropoesis):
-          Terjadi di sumsum tulang dan memerlukan besi, Vit B12, asam folat, piridoksin (B6)
-          Di pengaruhi oleh O₂ dalam jaringan
-          Masa hidup : 120 hari
-          Eritrosit tua dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati dan limpa)
-          Pemecahan Hb menghasilkan bilirubin dan besi. Besi berkaitan dengan protein
(transferin) dan diolah kembali menjadi Hb baru.
-            Leukosit (Sel darah putih)
Anatomi : Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar dari sel
drah merah (eritrosit), dapat berubah dan bergerak dengan perantaraan kaki palsu
(psedoupodia),dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah
putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat, sekitar 7000-25000 sel per
tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000)
sel darah putih.
Leukosit selain berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan
tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit di sebabkan oleh masuknya kuman /
infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan lebih banyak dari
biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar
limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit tersebut.
Rentang kehidupan leukosit setelah di produksi di sumsum tulang, leukosit bertahan
kurang lebih satu hari di dalam sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap
dalam jaringan selama beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan,
tergantung jenis leukositnya.
Fungsi : sebagai pertahan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit /
bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat
pembikannya didalam limpa dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu
mengangkut membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh
darah.
Macam-Macam Sel Darah Putih (Leukosit), meliputi :
A.       Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari :
o   Limfosit 
yaitu macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe,
bentuknya ada yang besar dan kecil, didalam sitoplasmanya tidak terdapat glandula
dan intinya besar, banyaknya kira-kira 15%-20%. rentang hidupnya dapat mencapai
beberapa tahun.
-     Striktur : Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi
lapisan tipis sitoplasma. Ukurannya bervariasi ukuran kecil 5 µm – 8 µm, ukuran
terbesar 15 µm
-  Fungsi : membunuh dan memakan bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh dan
berfungsi juga dalam reaksi imunologis.
o   Monosit
Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit, mencapai 3%-8%
jumlah total.
-   Struktur : merupakan sel darah terbesar. Memilik protoplasma yang lebar, berwarna
biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan, inti selnya bulat dan
panjang, warnanya lembayung muda.
-    Fungsi : sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui pembuluh
darah. Jika monosit telah meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi hitosit
jaringan (makrofag tetap).
B.        Granulosit
Disebut juga leukosit granular yang terdiri dari :
o   Neutrofil
atau disebut juga polimorfonuklear leukosit banyaknya mencapai 50%-60%.
-     Struktur : neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya
dan banyak bintik-bintik halus / glandula. Nukleusnya memiliki 3-5 lobus yang
terhubungkan dengan benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 µm – 12 µm
-   Fungsi : pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil
lainnya, serta biasanya juga juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap
infeksi bakteri, aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak
menyebabkan adanya nanah.
o   Eusinofil
mencapai 1%-3% jumlah sel darah putih.
-   Struktur : memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan pewarnaan oranye
kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus dua, dan berdiameter 12 µm – 15 µm.
-   Fungsi : merupakan fagosti lemah, jumlahnya akan mengikat saat terjadi alergi atau
penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama stres berkepanjangan. Sel ini berfungsi
dalam detoksifikasi hestamin yang di produksi sel mast dan jaringan yang cedera saat
inflamasi berlangsung.
o   Basofil
mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit.
-      Struktur ; memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan
dan akan bewarna keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nukleus berbentuk S.
Diameternya 12 µm – 15 µm.
-  Fungsi : bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan
mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
-            Trombosit (Sel pembeku darah
Anatomi : trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih, normal
pada orang dewasa 200.000-300.000/mm³. Bagian inti yang merupakan fragmen sel
tanpa nukleus yang berasal dari sumsum tukang. Ukuran trombosit mencapai setengah
ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan
mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses koagulasi
darah.
Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari
200.000 disebut trombositopenia. Trombosit memiliki masa hidup dalam drah antara
5-9 hari. Trombosit yang tua atau mati di ambil dari sistem perdaran darah, terutama
oleh makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam
limpa, pada waktu darah melewati organ tersebut.
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa
pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Ketika kita luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan akan
mengeluarkan zat yang di namakan trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu
dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan
bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang
tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah
pembekuan. Protrombin ini dibuat di dalam hati dan untuk membuatnya diperlukan
vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah.
Fungsi : memegang peranan penting dalam pembekuan darah (hemostatis).
Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku
sehingga timbul perdarahan yang terus-menerus.
         Plasma Darah
Anatomi : merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan bagian
darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein plasma darah 7%, asam amino, lemak,
glukosa, urea, garam sebanyak 0,9%, dan hormon, antibodi sebanyak 0,1% .
Protein Plasma :
Mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasma yang
tidak dapat menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein
plasma yang utama :
a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi ukurannya paling
kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan
osmotik koloid darah. Mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg).
b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta globulin disintesis di
hati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormone,
berbagai subtrat, dan zat penting lainnya. Gamma globulin (immunoglobulin) fungsi
utama berperan sebagai antibody.
c.    Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma. Disintesis di hati dan merupakan
komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.
Fungsi : mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel
ke tempat pembuangan selain itu plasma darah juga menghasilkan zat kekebalan
tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.
1.2 Pengertian Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML)

Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos (putih) dan haima (darah).
Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah
bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya.
Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang
dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru
akan menggantikannya.
Tetapi terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, sel-sel baru ini
terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti
seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-
sel darah putih secara abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML) adalah salah satu
jenis leukemia; dimana terjadi proliferasi neoplastik dari sel mieloid (ditemukannnya sel
mieloid : granulosit, monosit imatur yang berlebihan). AML meliputi leukemia
mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, leukemia mielositik akut, leukemia
monomieloblastik, dan leukemia granulositik akut
1.3 Etiologi
a) Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom. Insidensi leukemia meningkat pada penderita
kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s
Anemia, Sindroma Wiskott-Aldrich, Sindroma Ellis van Creveld, sindroma
Kleinfelter, D-Trisomy Sindrome, Sindroma von Reckinghausen, dan
Neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misalnya pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau
pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy .
1. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana
kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku
juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi.
2. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom,
misalnya : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan
insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya ANLL.
b) Virus.
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan
adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan
pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus
RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis
leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus ini ditemukan
oleh Takatsuki dkk.
c) Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kronis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan peningkatan
insidensi leukemia akut, misalnya pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen.
Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML,
antara lain : produk – produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan
ladang elektromagnetik.
Sedangkan dari obat-obatan, obat anti neoplastik ( misalnya : alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan
AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML.
d) Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada pasien-
pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain :
seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari
ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang
mendapat terapi radiasi, misalnya: pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos
radiasi dan para radiologis .
a) Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut
Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk
diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini
disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif
selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA
1.4 Patofisiologi
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat. Normalnya,
produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila
mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai
ke tingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat
terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik, maupun herediter.
Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum tulang.
Sedangkan limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe,
limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang,
khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka dibutuhkan dalam
sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia,
maka akan terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada kasus
AML, dimulai dengan pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini neutrofil,
monosit, atau lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh
sehingga sel-sel darah putih dibentuk pada banyak organ ekstra medula.
Sedangkan secara imunologik, patogenesis leukemia dapat diterangkan sebagai berikut.
Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen
tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke dalam tubuh manusia dan
merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur antigennya sesuai dengan struktur
antigen manusia tersebut, maka virus mudah masuk. Bila struktur antigen individu tidak
sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini
terbentuk dari struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang
terletak di permukaan tubuh atau HL-A (Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-A
diturunkan menurut hukum genetik, sehingga etiologi leukemia sangat erat kaitannya dengan
faktor herediter.
Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain
tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme (terjadi granulositopenia,
trombositopenia). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang
menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang. Proliferasi sel leukemia
dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat pembesaran limpa atau hati,
masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemia meningeal.
1.5 Pathway

1.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai
berikut :
a) Pilek tidak sembuh-sembuh & sakit kepala
b) Pucat, lesu, mudah terstimulasi, merasa lemah atau letih
c) Demam, keringat malam dan anorexia
d) Berat badan menurun
e) Ptechiae, memar tanpa sebab, mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
f) Nyeri pada tulang dan persendian
g) Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran
limpa).
1.7 Klasifikasi

Klasifikasi pertama, dikutip dari laman Mayo Clinic, adalah dari seberapa cepat leukemia
berkembang.

1. Leukemia akut

Pada leukemia akut, sel darah abnormal merupakan sel darah yang tidak matang
(hancur). Sel darah ini tidak bisa melaksanakan fungsi normalnya, dan
berkembang dengan sangat cepat, sehingga penyakit dengan cepat memburuk.
Leukemia akut membutuhkan pengobatan yang agresif dan berkala.

2. Leukemia kronis

Ada beberapa jenis leukemia kronis. Sebagian memproduksi terlalu banyak sel
dan sebagian menyebabkan terlalu sedikit sel yang diproduksi. Leukemia kronis
melibatkan sel darah yang lebih matang. Sel-sel darah ini bereplika atau
berakumulasi lebih lambat dan dapat berfungsi normal selama beberapa waktu.
Beberapa bentuk leukemia kronis awalnya tidak memperlihatkan gejala awal dan
bisa tidak tersadari atau tidak terdiagnosis selama beberapa tahun.

Klasifikasi kedua leukemia adalah berdasarkan tipe sel darah putih yang terinfeksi.

1. Leukemia limfositik

Leukemia jenis ini mempengaruhi sel lifoid (limfosit) yang membentuk


jaringan limfoid atau limfatik. Jaringan limfatik adalah jaringan yang
membentuk sistem imun Anda.

2. Leukemia myelogenous
Jenis leukemia ini mempengaruhi sel myeloid. Sel myeloid yang
meningkatkan sel darah merah, sel darah putih, dan sel yang memproduksi
trombosit.

Sedangkan jenis leukemia ada beberapa janis leukimia besar yang umum terjadi.

1. Leukemia limfositik akut

Merupakan jenis leukemia yang umum terjadi pada anak-anak kecil. Tapi, bisa
juga muncul pada orang dewasa.

2. Leukemia myelogenous akut

Merupakan jenis leukemia yang sering terjadi. Bisa muncul pada anak-anak
dan orang dewasa. Leukemia jenis ini adalah yang paling sering terjadi pada
leukemia akut orang dewasa.

3. Leukemia limfositik kronis

Ini merupakan jenis leukemia kronis yang sering terjadi pada orang dewasa,
Anda bisa merasa baik-baik saja selama bertahun-tahun tanpa butuh
pengobatan.

4. Leukemia myeolgenous kronis

Leukemia jenis ini lebih utama menyerang dewasa. Seseorang yang terkena
leukemia jenis ini mungkin memiliki sedikit gejala atau tidak sama sekali
selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelum memasuki fase di
mana sel leukemia berkembang lebih cepat.

1.8 Komplikasi
a) Nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)
b) Pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah.
c) Anemia
d) Infeksi bakteri berulang
e) Gagal ginjal
1.9 Pemeriksaan diagnostik
a) Hitung darah lengkap (CBC). Pasien dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat
didiagnosis, memiliki prognosis paling baik. Jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3
adalah tanda prognosis kurang baik pada pasien sembarang umur.
b) Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP.
c) Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum
d) Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% sel blast memperkuat diagnosis.
e) Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang.
f) Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik
g) Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.
1.10 Terapi
Pengobatan leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan penyakit penyerta,
antara lain :
a) Radioterapi dan Kemoterapi, dilakukan ketika sel leukemia sudah terjadi metastasis.
Kemoterapi juga dilakukan pada fase induksi remisi yang bertujuan  mempertahankan
remisi selama mungkin.
b) Terapi modlitas, untuk mencegah komplikasi, karena adanya pansitopenia, anemia,
perdarahan, dan infeksi. Pemberian antibiotik  dan transfusi darah dapat diberikan.
c) Pencegahan terpaparnya mikroorganisme dengan isolasi.
d) Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif terbaik
dalm penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan pada pasien dengan
limphoma, dan anemia aplastik.
BAB 2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat
dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan
meliputi :
a) Kaji adanya manifestasi klinik AML (kelelahan, nyeri, pucat, anoreksi, perdarahan,
penurunan berat badan, letargi, hipertropi ginggiva, ulserosa perirektal, dll)
b) Kaji reaksi pasien terhadap kemoterapi : diare, anoreksia, mual, muntah, retensi
cairan, hiperuremia, demam, stomatitis, ulkus mulut, alopesia, nyeri, dll
c) Kaji adanya tanda dan gejala infeksi : peningkatan leukosit, demam, peningkatan
LED
d) Kaji adanya tanda dan gejala hemoragi
e) Kaji adanya tanda dan gejala komplikasi : somnolens radiasi, gejala SSP, lisis sel.
f) Kaji koping pasien dan keluarga.
2.2 Diagnosa Keperawatan
a) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
c) Resiko cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
d) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
e) Kerusakan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi.
f) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis.
g) Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.
h) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
i) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
j) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak atau kerabat yang
menderita leukemia
2.3 Intervensi dan Rasional
A. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Agar tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
1. Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Tempatkan pasien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya pasien dari sumber infeksi.
3. Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif.
4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan pasien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi.
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme.
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler.
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh.
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
B. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan.
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.
4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri.

C. Resiko cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.


Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :
1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi pasien dengan adanya anemia
2. Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat,
dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
1. Ajarkan pada keluarga dan pasien untuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
D. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan munta
Tujuan :
1. Tidak terjadi kekurangan volume cairan
2. Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
1. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
2. Kaji respon pasien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
3. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
E. Kerusakan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi :
1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut
kasa.
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi pasien
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan
mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
F. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
1. Dorong keluarga untuk tetap rileks pada saat pasien makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan
muntah serta kemoterapi
2. Izinkan pasien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan pasien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau
suplemenyang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan pasien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar pasien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila
BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal
G. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima pasien
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat
akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

H. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,


radioterapi, imobilitas
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam
area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif
7. Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

I. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk memilih wig (bagi perempuan) yang serupa gaya dan warna
rambut pasien sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan
rambut
2. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin
atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
3. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
4. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan pasien dan keluarga terhadap perubahan penampilan
rambut baru
5. Dorong hygiene, berdandan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya
wig, skraf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan

J. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak atau kerabat yang
menderita leukemia
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau
terapi
Intervensi :
1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada pasien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu pasien
menjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan pasien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan pasien
sebelum diagnosa dan prospek pasien untuk bertahan hidup.
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara
realistis
5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu pasien tentang hasil
tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Iman Supandiman, dr.Els Anggraeni, dkk. 1997. Pedoman Terapi Hematologi Onkologi.
Bandung : Alumni.
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit.
Jakarta : Pustaka Bunda.
Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi 1. Jakarta : Buku Kedokteran.
Yatim, Faisal. 2003. Talasemia Leukemia dan Anemia. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, dan Siti Setiati.
2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta Pusat : Interna
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai