KELAS: 1 B
DS: klien merasa minder kepada kedua adiknya, sedih Isolasi sosial: menarik
Klien suka membentak dan menyerang orang yang terhadap orang lain
mata empati
perawat
2. 2. Klien dapat 2.1 Klien 2.1.1 Beri kesempatan untuk
ataupun kesal
3. 3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien
tanda dan gejala perasaan saat marah atau dialami dan dirasakannya saat
menyelesaikan masalah
5. 5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Bicarakan akibat atau
mengidentifikasi menjelaskan akibat dari kerugian dari cara yang
mencegah perilaku kekerasan secara fisik: fisik yang biasa dilakukan klien
oleh klien
dipelajari
peaksanaan latihan
keberhasilan klien
marah
7. 7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 7.1.1. diskusikan cara bicara
mendemonstrasikan menyebutkan cara yang baik dengan klien
cara social untuk bicara yang baik dalam 7.1.2. Beri contoh cara bicara
yang rendah.
sendiri
7.2.3. Beri pujian atas
keberhasilan klien
waktunya; menceritakan
dipelajari.
kegiatan ( self-evaluation )
latihan
keberhasilan klien
7.4.4 Tanyakan kepada klien : “
berkurang?”
8. 8. Klien dapat 8.1 Klien dapat 8.1.1. Diskusikan dengan klien
keberhasilan klien
kegiatan ibadah
harian (self-evaluation)
latihan
keberhasilan klien
marah berkurang
9. 9. Klien dapat 9.1 Klien dapat 9.1.1 Diskusikan dengan klien
obat untuk obat serta manfaat dari besarnya); waktu minum obat
mencegah perilaku obat itu (prinsip 5 benar: (jika 3x : pukul 07.00, 13.00,
minum obat :
dosis
bersama klien
harian (self-evaluation)
keberhasilan klien
keberhasilannya
(self- evaluation).
merawat klien
merawat klien :
secara konstruktif
perilaku kekerasan
mendemonstrasikan cara
merawat klien
mengngkapkan perasaannya
ke rumah.
Berduka disfungsional
Isolasi Sosial
Core Problem
Perilaku kekerasan
E. Evaluasi
7. Klien dapat menggunakan koping adaptif dan meilhat sisi positif dari masalahnya
Kasus Fiktif.
Klien Tn. R, umur 27 tahun, suku Makassar, anak ke 2 dari 3 bersaudara. Tinggal
bersama pamannya di Jl.Bojong nangka timur. Klien masuk Rumah Sakit Jiwa dengan
keluhan utama mengamuk, sering marah dan memukul orang. sebelumnya klien pernah
dirawat di RSJ yang sama pada tahun 2012 dengan keluhan yang sama karena saat di
rumah klien tidak teratur minum obat. Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, klien
sering marah bila keinginannya tidak terpenuhi. Keadaan ini semakin memburuk hingga
akhirnya sehari sebelum masuk rumah sakit, klien mengamuk dan memukul tantenya
karena keinginannya untuk dibelikan sepeda motor tidak dipenuhi. Klien mempunyai
mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan seperti sering dipukuli pamannya dan
orang tuanya bercerai pada saat klien berusia 9 tahun kemudian adiknya meninggal
dunia. Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak tegang, gelisah, rahang terkatup,
tangan mengepal dan tatapan mata tajam. Berbicara dengan keras dan cepat, saat interaksi
klien mengatakan suka memukul orang di rumah, mengatakan dirinya seorang jagoan,
Klien malas bergaul dengan orang lain, merasa tidak diperhatikan karena jarang dijenguk
oleh keluarganya, dan sejak orang tuanya bercerai klien kurang mendapat perhatian oleh
keluarga.
2. Pengkajian
a. Aspek biologis.
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil
melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan
dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati,
c. Aspek intelektual
peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu
e. Aspek sosial.
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa
sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.
Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain,
menolak mengikuti aturan.
f. Aspek spiritual.
Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan
3. Diagnosa
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan/ amuk.
1) Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin
2) Data objektif.
b. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
1) Data Subjektif :
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
2) Data Objektif
1. Resiko
mencederai diri,
lingkungan
berhubungan
dengan perilaku
kekerasan/ amuk
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan
penyebab perilakukekerasan
1. Berikesempatanmengungkapkan perasaan.
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri harga diri rendah.
Tujuan Umum :
Tujuan khusus :
3. Sediakan waktu
Untuk mendengarkan klien. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yangberharga
1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki. yang dapat
dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
mandiri,bantuansebagian,bantuan total ).