Anda di halaman 1dari 20

COMMUNITY READINESS LEVEL IN TECHNOLOGY IMPLEMENTATION OF

DRIP IRRIGATION NETWORK


(Case Study of Doropeti and Soritatanga Village, Pekat District, Dompu
Regency, West Nusa Tenggara)

TINGKAT KESIAPAN MASYARAKAT DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI


JARINGAN IRIGASI TETES
(Studi Kasus: Desa Doropeti dan Desa Soritatanga, Kecamatan Pekat,
Kabupaten Dompu, Propinsi Nusa Tenggara Barat)

Irwan Kusdariyanto
Peneliti Balai Litbang Penerapan Teknologi Sumber Daya Air
Pusat Kebijakan Penerapan Teknologi
Gedung Balai Bendungan Lt.4
Jl.Sapta Taruna Raya, Komplek PU Pasar Jumat-Jakarta Selatan
Email: irwankus@yahoo.com

Abstrak

Salah satu peluang yang cukup besar tetapi sering terabaikan adalah pemanfaatan lahan kering. Lahan kering memiliki
banyak potensial yang mampu menghasilkan bahan pangan yang cukup bila dikelola dengan menggunakan strategi
pengembangan yang tepat dan teknologi yang efektif. Guna mendukung penerapan teknologi jaringan irigasi tetes diperlukan
mengukur tingkat kesiapan masyarakat dan bagaimana penanganan dalam penerapan teknologi Jaringan Irigasi Tetes yang
berkelanjutan dalam mendukung peningkatan produktivitas lahan kering. Kontribusi penelitian adalah tidak hanya
mengukur tingkat kesiapan masyarakat saja namun menyiapkan strategi penanganan kesiapan masyarakat dalam
mengadopsi teknologi Jaringan Irigasi tetes di lahan kering. Kajian penelitian menggunakan pendekatan mixed method
dimana data primer dan data sekunder dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis tingkat kesiapan pemangku kepentingan
menggunakan data hasil isian kuesioner yang dibangun dan dikembangkan dari konsep Tri Ethnic for Prevention Center. Hasil
analisis tingkat kesiapan yang dimiliki oleh Desa Doropeti berada pada skor 4,744(preplanning): memiliki sedikit kesadaran
mengenai issue mengenai pengetahuan tentang JIAT, kemitraan dan kelembagaan. Sedangkan hasil analisis Desa Sori
Tatanga adalah 5.043 (Preparation): memiliki keingintahuan mengenai sumberdaya lokal dari aspek pendanaan dan
keterlibatan. Strategi penanganannya melalui pemberdayaan masyarakat seperti sosialisasi dan sekolah lapang dalam
rangka mendukung keberlanjutan penerapan teknologi irigasi tetes.
Kata Kunci: Tingkat Kesiapan Masyarakat, Teknologi Irigasi Tetes, Pengembangan Lahan Kering

Abstract

One of the bigger but often overlooked opportunities is the use of dry land. Dry land has many potentials capable of producing
enough food if managed using appropriate development strategies and effective technologies. In order to support the
application of drip irrigation network technology, it is necessary to measure the level of community preparedness and how to
handle the application of the technology of Sustainable Drip Irrigation Network in support of increasing the productivity of
dry land. The contribution of the research is not only to measure the level of community preparedness but to prepare the
community preparedness management strategy in adopting the Drip Irrigation Network technology in dry land. The research
study used mixed method approach where primary data and secondary data were collected and then analyzed. Stakeholder
level readiness analysis using questionnaires questionnaire data developed and developed from Tri Ethnic for Prevention
Center concept. The results of the analysis of the degree of readiness possessed by Doropeti Village are in the score of 4,744
(preplanning): have little awareness of the issue of knowledge about JIAT, partnerships and institutions. While the result of
Sori Tatanga Village analysis is 5,043 (Preparation): having curiosity about local resources from funding aspect and
involvement. Strategy of handling through community empowerment such as socialization and field schools in order to support
the sustainability of the application of drip irrigation technology.
Keywords: Community Readiness Levels, Drip Irrigation Technology, Development of Dryland
PENDAHULUAN

Keberadaan 13, 3 juta ha lahan kering iklim kering penggunaan, dan pembuangan air irigasi untuk
yang ada di Indonesia, sekitar 1, 5 juta ha lahan menunjang pertanian dengan menggunakan
kering di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pompa air tanah. Selanjutnya Irigasi pompa air
perlu mendapat perhatian yang serius khususnya tanah dapat diartikan sebagai usaha pengambilan
terkait dengan sumber air dan pengelolaannya, air dari bawah permukaan tanah
mengingat ketersediaan air merupakan faktor (mengangkat/memindahkan air dari tempat yang
pembatas utama akibat curah hujan yang sangat rendah ke tempat yang lebih tinggi) dengan
rendah. Oleh karena itu, sangat logis jika wilayah menggunakan bantuan pompa air, sehingga dapat
lahan kering iklim kering berasumsi dengan didistribusikan dan digunakan untuk keperluan
kantong-kantong kemiskinan dan menjadi daerah irigasi (Wiryawan, 2015).
rawan pangan, terutama di Propinsi Nusa Puslitbang Sumberdaya Air telah mengembangkan
Tenggara Barat. Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) yang didalamnya
Program Nawacita Presiden Republik Indonesia terdapat teknologi irigasi tetes (drip technology)
salah satunya poinnya adalah membangun dan teknologi irigasi sprinkler yang dapat
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat dimanfaatkan untuk penyediaan air pada kondisi
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara lahan memiliki keterbatasan air. Kemampuan
kesatuan (Poin No.3 Nawacita), Meningkatkan teknologi Jaringan Irigasi Air Tanah sebagai irigasi
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar yang cocok belum banyak diaplikasikan padahal
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju cocok untuk dipakai di pertanian atau perkebunan.
dan bangkit bersama bangsa-bangsa asia lainnya Dalam menyelesaikan permasalahan lahan kering
(Poin No.6 Nawacita) dan mewujudkan dibutuhkan inovasi teknologi yang disesuaikan
kemandirian ekonomi dengan menggerakan dengan potensi dan karakteristik sosial, ekonomi,
sektor-sektor strategis ekonomi domestik (Poin budaya, dan lingkungan wilayah tersebut. Kondisi
No.7 Nawacita). Untuk itu dalam rangka lahan kering yang tidak memiliki potensi air
mendukung agenda Nawacita tersebut, permukaan dapat memanfaatkan potensi dari air
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan tanah sebagai alternatif untuk menjamin
Rakyat melalui Rencana Strategis Kementerian ketersediaan air. Unsur sosial ekonomi memegang
PUPR 2015-1019 berusaha mewujudkan peranan penting sebelum teknologi diterapkan.
kemandirian ekonomi melalui pengelolaan sumber Unsur sosial ekonomi lingkungan memegang
daya air yang terpadu dengan memperhatikan peranan penting sebelum teknologi diterapkan.
kedaulatan pangan dan kinerja layanan irigasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Sinaga dan White
Untuk mendukung kedaulatan pangan dan kinerja (1980) dalam Setiawan (2008), struktur
layanan irigasi, Balitbang Kementerian PUPR kelembagaan masyarakat merupakan faktor
dalam hal ini Puslitbang Sumber Daya Air dan penentu dari dampak positif maupun negatif dari
Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi teknologi yang berpengaruh pada pendapatan
melakukan kegiatan penelitian terpadu. Kegiatan masyarakat. Untuk itu dibutuhkan riset mengenai
terpadu tersebut, terdiri dari Puslitbang Sumber penerapan teknologi Jaringan Irigasi Air Tanah
Daya Air melakukan penerapan teknologi Sumber (JIAT) yang dikembangkan oleh Pusat penelitian
Daya Air sedangkan Puslitbang Kebijakan dan dan pengembangan Sumber Daya Air yang sesuai
Penerapan Teknologi mengukur tingkat kesiapan dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi sosial,
masyarakat di lokasi penerapan teknologi. ekonomi dan lingkungan.
Penerapan teknologi Sumber Daya Air yang Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, tampak
diterapkan berupa Teknologi Jaringan Irigasi Air bahwa selama ini belum banyak yang mengkaji
Tanah. tingkat kesiapan masyarakat namun sebagian
Irigasi air tanah atau irigasi sumur pompa belum sampai strategi menyiapkan dan
merupakan bagian dari irigasi permukaan guna meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mensuplesi kebutuhan irigasi permukaan rangka keberlanjutan penerapan teknologi
(Wiryawan, 2015). Menurut Peraturan Pemerintah tersebut. Dalam pelaksanaannya penerapan
tentang Irigasi No.20 Tahun 2006, irigasi air tanah teknologi, kadang kala menghadapi hambatan-
adalah salah satu jenis irigasi, setingkat/sama hambatan seperti permasalahan sosial yang
dengan irigasi permukaan, irigasi rawa, dan irigasi menjadi kendala dalam penerapan teknologi,
tambak. Dengan demikian pengertian irigasi air mengingat pentingnya penerapan teknologi
tanah adalah penyediaan, pembagian, pemberian, tersebut dalam pengembangan lahan kering. Untuk
itu perlu dikaji aspek-aspek yang menjadi b. Bagaimana strategi penaganan dalam rangka
penghambat kesiapan masyarakat dalam konteks keberlanjutan penerapan teknologi irigasi
penerapan teknologi irigasi tetes di Kecamatan tetes.
Pekat.
Untuk tulisan ini berusaha memberikan gambaran Dengan demikian, diharapkan dapat memberikan
tingkat kesiapan masyarakat dalam rangka alternatif kepada pengambil kebijakan dalam
penerapan teknologi irigasi tetes dengan menggambarkan tingkat kesiapan masyarakat
mengedepankan nilai-nilai scientific serta metode untuk penerapan teknologi irigasi tetes. Di
yang objektif yang diujicoba pada dua lokasi yang samping itu dapat memberikan gambaran secara
tingkat permasalahan sosialnya relatif tinggi. empiris di lapangan sekaligus dapat menjadi
Sehubungan dengan hal tersebut, permasalahan alternatif dasar dalam penerapan teknologi.
yang hendak dijawa dalam tulisan ini adalah: Berikut ini kerangka berpikir dari kajian
a. Bagaimana tingkat kesiapan masyarakat di penelitian:
lokasi penerapan teknologi irigasi tetes

Gambar 1. Kerangka Berpikir Kajian


Sumber : hasil analisis, 2017

Dari gambar 1 diatas dapat dijelaskan bahwa tanah, kemitraan dan kelembagaan) serta sumber
dalam penerapan teknologi irigasi tetes perlu daya. Hasil tingkat kesiapan masyarakat
dilihat kondisi kesiapan masyarakat, agar dalam memerlukan strategi penanganan dalam
pelaksanaan penerapan teknologi tersebut dapat penerapan teknologi melalui pemberdayaan
berjalan dengan baik. Adapun kesiapan masyarakat seperti sosialisasi dan sekolah lapang
masyarakat d fokuskan pada 5 dimensi yaitu agar keberlanjutan penerapan teknologi bisa
pengetahuan, kepemimpinan, iklim masyarakat, berjalan dengan baik.
pengetahuan terhadap issue (jaringan irigasi air

KAJIAN PUSTAKA

Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan sepanjang waktu. Penggunaan istilah lahan kering
lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi di Indonesia mengacu pada istilah unirrigated land
air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau yaitu lahan yang tidak memiliki fasilitas irigasi
meskipun begitu istilah ini tidak mengucilkan penerapan teknologi salah satunya teknologi
penggunaan lahan dengan sistem tadah hujan irigasi tetes. Penerapan teknologi irigasi tetes yang
(Notohadiprawiro, 2006). Pengertian tentang seharusnya menjadi solusi untuk meningkatkan
lahan kering juga didukung oleh undang-undang kesejahteraan masyarakat namun apabila tidak
nomer 41 Tahun 2009 Pasal 5 huruf C tentang dipersiapkan dengan baik bisa menjadi
perlindungan lahan pertanian pangan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
berkelanjutan, di mana lahan kering adalah lahan Oleh karena itu, kelancaran dan kesuksesan suatu
yang tidak beririgrasi. Menurut Wahyudin (dalam proses pembangunan perlu diawali dengan kondisi
Notohadiprawiro, 2006), karakteristik lahan yang mampu mendukung terciptanya
kering memiliki ketersediaan air semakin pembangunan yang benar-benar berguna dan
menurun, produktivitas lahan rendah, dan mampu dinikmati oleh masyarakatnya. Model
tanaman yang dapat ditanam sedikit. kesiapan masyarakat Tri-ethnic Center, Universitas
Untuk melihat, kajian tingkat kesiapan masyarakat Colorado menjelaskan bahwa terdapat 9 tahapan
merupakan salah satu indikator guna mengetahui kesiapan masyarakat dalam menghadapi kegiatan
bagaimana masyarakat siap dalam menyambut maupun kebijakan. Tahapan tersebut adalah:
sebuah kegiatan maupun kebijakan seperti

Gambar 2. Model kesiapan masyarakat Tri-ethnic Center

Sumber : Tri Ethnic for Prevention Center, 2014

Berdasarkan gambar 2, menjelaskan tingkatan (2014) mengukur kesiapan masyarakat melalui


kesiapan masyarakat yang digunakan untuk lima dimensi. Dimensi merupakan aspek yang
mengukur tingkat kesiapan masyarakat dalam dapat membantu mengarahkan masyarakat
rangka penerapan teknologi, sehingga kita meningkatkan tingkat kesiapan. Pada studi ini
mengetahui level berapa kesiapan masyarakat. dimensi kesiapan masyarakat diartikan sebagai:
Kesiapan masyarakat adalah derajat di mana
masyarakat bersedia dan siap untuk mengambil 1. Pengetahuan
suatu tindakan dalam menghadapi masalah (Tri- Tolak ukur pada dimensi ini adalah
Ethnic for Prevention Research, 2014). Model pengetahuan masyarakat atas program yang
kesiapan masyarakat yang dikembangkan oleh dilaksanakan di daerahnya. Program tersebut
peneliti di Tri-Ethnic for Prevention Research menggunakan teknologi untuk menangani
permasalahan yang ditimbulkan dari lahan tingkat partisipasi masyarakat. Sedangkan
kering. Dimensi ini untuk mengetahui sejauh menurut Asis Wahyudi. (2013), yang melakukan
mana pengetahuan masyarakat dalam penelitian mengenai penentukan tingkat kesiapan
menanggulangi permasalahan lahan kering masyarakat terhadap tsunami, mendeskripsikan
hubungan antara tingkat pendidikan dan umur
dengan tingkat kesiapan masyarakat terhadap
tsunami. Hasil dari penelitian tingkat pendidikan
dan umur berhubungan signifikan dengan tingkat
2. Kepemimpinan (Tokoh Masyarakat) kesiapan masyarakat terhadap bencana tsunami.
Dimensi ini ingin mengetahui bagaimana Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin
pemimpin atau tokoh masyarakat yang ada di tinggi pula tingkat kesiapan dan semakin rendah
daerahnya fokus pada permasalahan lahan umur penduduk pada usia produktif, maka
kering. Selain itu, dimensi ini ingin mengukur semakin tinggi tingkat kesiapan terhadap bencana
mengenai sikap pemimpin atau tokoh tsunami.
masyarakat atas penerapan teknologi Jaringan Menurut Fauzan et al. (2013), penelitian ini
Irigasi Air Tanah (JIAT) di daerahnya. Adanya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
penerapan teknologi JIAT diikuti oleh seberapa tingkat kesiapan masyarakat jasa
kemitraan dan kelembagaan untuk mendukung konstruksi, apabila pengadaan barang dan jasa
keberlanjutan dari JIAT tersebut. dilakukan secara eletronik (e-procurement)
diterapkan di Lhokseumawe. Berdasarkan hasil
3. Iklim Masyarakat penelitian Muhamad. (2015), mengenai menilai
Pada dimensi ini, yang menjadi tolak ukur dan mengukur tingkat kesiapan masyarakat lereng
adalah sejauh mana masyarakat mempercayai selatan Merapi setelah tahun 2010. Kesiapan
atau fokus pada permasalahan lahan kering dan pengelolaan lingkungan dan pariwisata berbasis
penerapan JIAT. Selain itu sejauh mana alam untuk mendekati nilai-nilai potensi lokal.
masyarakat mempercayai atau fokus pada Semakin tinggi tingkat kesiapan masyarakat dalam
kemitraan dan kelembagaan JIAT. mengelola lingkungan dan wisata alam tinggi
semakain tingkat kesiapan nilai indeks. Menurut
4. Pengetahuan terhadap issue (Jaringan Angga R Lintjewas. (2015), melakukan penelitian
Irigasi Air Tanah, Kemitraan dan mengenaipengembangan Kawasan Ekonomi
Kelembagaan) Khusus ditetapkan oleh pemerintah lewat Undang-
Berbeda dengan dimensi satu yang membahas Undang Republik no. 39 tahun 2009 tentang
mengenai pengetahuan umum program yang Kawasan Ekonomi Khusus, Kota Bitung Kecamatan
telah dilaksanakan secara lokal, dimensi ini Matuari, Kelurahan Tanjung Merah merupakan
ingin mengukur mengenai pengetahuan salah satu wilayah yang ditetapkan oleh
masyarakat tentang JIAT, kemitraan dan pemerintah sebagai Kawasan Ekonomi Khusus,
kelembagaan. lewat Peraturan Pemerintah RI No.32 Tahun 2014,
tujuan dari rencana pengembangan Kawasan
5. Sumberdaya Ekonomi Khusus adalah meningkatakan
Dimensi sumberdaya sendiri berhubungan kesejahteraan hidup masyarakat, namun seringkali
dengan kebijakan, atau variabel yang ingin masyarakat masih belum siap dalam
melihat mengenai issue lahan kering, Jaringan memanfaatkan kebijakkan yang ada oleh karena
Irigasi Air Tanah, kemitraan, dan kelembagaan kurangnya usaha pemerintah dalam melibatakan
yang didukung oleh sumber daya lokal dari masyarakat dalam proses rencana pengembangan
aspek pendanaan dan keterlibatan. Masing – Kawasan Ekonomi Khusus, untuk itu penelitian
masing dimensi menerima skor yang bila dirata untuk mengetahui tingkat kesiapan masyarakat
– ratakan menghasilkan tingkat kesiapan dalam menghadapi peluang, perubahan dan resiko
masyarakat. yang akan dihadapai dengan adanya rencana
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus ini di
Menurut Agus Nurkatamso.et.al. (2013), lingkungan mereka sehingga rencana
melakukan kajian mengenai tingkat partisipasi pengembangan tersebut dapat meningkatkan
masyarakat dalam program Fisik PNPM MP, kesejahteraan masyarakat.
mengetahui perbedaan partisipasi masyarakat Berdasarkan hasil kajian Anwar. (2011), yang
dalam pelaksanaan program fisik PNPM MP serta melihat tidak adanya kesiapan masyarakat serta
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belum adanya peringatan dan tidak dipahaminya
tanda-tanda alam yang menyebabkan gelombang pada penyelesian masalah pada kelima lokasi
tsunami telah menyebabkan banyaknya jatuh berada pada tingkat Partnership.
korban pada saat bencana tahun 2004 yang lalu. Menurut Yolla Rahmi, Arif Satria. (2013), yang
Kajian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu melakukan penelitian untuk mengidentifikasi
analisis kesiapan masyarakat yang terpapar oleh tingkat kerentanan masyarakat pesisir terhadap
bahaya tsunami di Kota Padang, dalam merespon bencana dilihat dari empat aspek kerentanan,
dan memahami peringatan dini bahaya tsunami. yaitu; sosial budaya, ekonomi, lingkungan, dan
Sedangkan menurut Kurniati et al.(2015), kelembagaan, mengidentifikasi upaya PRB yang
mengkaji untuk menilai tingkat kesiapan dilakukan oleh masyarakat pesisir serta
masyarakat, menilai faktor-faktor yang menganalisis hubungan antara tingkat kerentanan
mempengaruhi kesiapan masyarakat dan memilih masyarakat pesisir terhadap bencana dengan
alternatif strategi yang dapat dilakukan terkait upaya PRB.
dengan rencana kegiatan industri pertambangan Hasil kajian Hidayati et al. (2013), bertujuan untuk
marmer dengan melihat variabel dimensi kesiapan mengetahui tingkat partisipasi masyarakat
masyarakat yaitu usaha masyarakat, pengetahuan terhadap kesiapan tanggap bencana erupsi Gunung
masyarakat (terkait kegiatan), Kepemimpinan, Kelud, pemahaman masyarakat tentang bencana
kondisi masyarakat, pengetahuan masyarakat gunung api, serta pengalaman masyarakat
(terkait issue) dan sumber terkait permasalahan. terhadap bencana yang pernah terjadi pada waktu
Menurut Arifin Noor Asyikin, et.al. (2015) yang yang lampau. Berdasarkan beberapa penelitian
mengkaji mengenai desa-desa yang berada di tersebut, tampak bahwa selama ini belum banyak
Kalimantan selatan, didalam sistem pelayanan yang mengkaji tentang tingkat kesiapan
administrasi kependudukan desa masih banyak masyarakat serta mencari strategi penanganan
yang bersifat konvensional. Penelitian untuk dalam rangka memperbaiki level tingkat kesiapan
mengidentifikasi para pihak yang terlibat dan masyarakat dalam penerapan teknologi sumber
mengkaji tingkat kesiapan kelembagaan dan teknis daya air.
untuk implementasi REDD berdasarkan persepsi Menurut hasil kajian Andri Hakim, et al (2012),
para pihak. menjelaskan pembenahan sistem irigasi melalui
Hasil kegiatan penelitian Sri Wahyuni. (2012), program modernisasi irigasi perlu dilakukan agar
penelitian ini mengkaji mengenai tingkat terciptanya kondisi irigasi yang mampu
partisipasi masyarakat di 5 lokasi Program SLBM meningkatkan produktivitas pertanian. Akan
di Tulungagung. Berdasarkan hasil penelitian tetapi, sebelum program modernisasi irigasi
menunjukkan bahwa rata-rata ditemukan dilaksanakan diperlukan gambaran sosial ekonomi
Partisipasi masyarakat dalam fenomena prakarsa masyarakat petani dan tingkat kesiapan petani
pada tingkatan placation karena masyarakat dapat agar terjadi pencapaian tujuan yang diharapkan
mengusulkan kegiatan namun dalam beberapa hal secara maksimal. Sedangkan menurut Elias Wijaya
keputusan ada di tangan pemerintah, kecuali Beji Panggabean (2017), menjelaskan rendahnya
di tingkat Consultation, meskipun Pemerintah pemanfaatan produk hasil litbang dalam
minta ide masyarakat keputusan di Pemerintah, pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum
Sedangkan untuk kriteria pemetaan swadaya mengindikasikan belum siapnya teknologi untuk
berada pada level partnership atau kemitraan dimanfaatkan masyarakat. Dalam siklus litbang,
karena pada tahapan ini masyarakat dapat fase ujicoba skala penuh merupakan fase paling
melakukan kegiatan pemetaan swadaya sendiri krusial karena pada fase ini seringkali muncul
namun tetap mengikuti aturan yang ada. permasalahan yang berakibat tidak optimalnya
Sedangkan Partisipasi masyarakat dalam keberberlanjutan pemanfaatan teknologi. Hal ini
pembiayaan rata-rata berada pada tingkat mengindikasikan bahwa teknologi yang dirancang
consultation karena masyarakat mulai ikut belum siap untuk diterapkan. Salah satu upaya
membiayai meskipun dalam porsi yang masih untuk meningkatkan kesiapan teknologi adalah
sangat kecil. Partisipasi masyarakat dalam dengan menyusun instrumen penilaian kesiapan
mobilisasi tenaga pada saat rapat di Desa Beji dan teknologi yang dapat memandu periset
Karangwaru berada pada tingkat delegated power, mematangkan teknologi sebelum dimanfaatkan
sedangkan untuk Sembung dan Kampungdalem masyarakat. Kajian Penelitian Elias Wijaya (2013),
pada tingkat partnership.Sedangkan pada menjelaskan kondisi lahan gambut di Kalimantan
pelaksanan fisik pada kelima lokasi berada pada Tengah saat ini sudah rusak paska dibukanya
tingkat delegated power. Partisipasi masyarakat proyek lahan gambut sejuta hektar. Salah satu
upaya restorasi rawa gambut yang dilakukan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum adalah pembuatan pengembangan Desa Wisata Karanggeneng bagi
tanggul untuk mengendalikan aliran air dan muka peningkatan pendapatan masyarakat. Hasil Kajian
air tanah. Rencana pembuatan tanggul di Desa Sei Penelitian Ede Surya Darmawan. (2012),
Ahas, Kalimantan Tengah ternyata menghadapi menjelaskan pemberdayaan masyarakat adalah
hambatan-hambatan sosial yang erat kaitannya salah satu strategi dalam pembangunan kesehatan
dengan tingkat kesiapan masyarakat. Mengingat yang digunakan oleh pemerintah Indonesia.
pentingnya peranan tanggul dalam mendukung Pemberdayaan masyarakat ini menjadi salah satu
restorasi ekosistem rawa gambut, maka perlu fungsi puskemas yang wajib dijalankan oleh
dikaji aspek-aspek yang menghambat kesiapan seluruh puskesmas di tanah air. Walaupun strategi
masyarakat dalam menerima dan memanfaatkan pemberdayaanmasyarakat sudah lama digunakan,
tanggul. Menurut kajian penelitian Indartik et al sampai sekarang belum ada instrumen spesifik
(2010), menjelaskan pengetahuan tentang untuk mengukur tingkat pemberdayaan
kesiapan para pihak yang ingin berpartisipasi masyarakat pada sektor pembangunan kesehatan
dalam implementasi mekanisme REDD penting di Indonesia. Kajian penelitian ini bertujuan untuk
untuk mengetahui kebijakan atau perangkat teknis mengukur tingkat pemberdayaan masyarakat pada
yang diperlukan selama mekanisme REDD ini level komunitas sebagai wilayah kerja puskesmas
masih belum menjadi kesepakatan yang mengikat. di Depok dan Jakarta Selatan. Sedangkan menurut
Sampai sejauh ini informasi tentang kesiapan para Muhammad Fauzan (2013), menjelaskan
pihak dalam implementasi REDD, terutama untuk kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi
tingkat lokal (propinsi dan kabupaten) sangat membawa dampak yang sangat besar bagi
terbatas. Sedangkan Andreas dan Sunardi (2010), kehidupan manusia dalam semua aspek, baik itu
menjelaskan pertumbuhan penduduk yang pesat dampak yang positif maupun dampak yang negatif.
membawa konsekuensi pada peningkatan Salah satu aspek yang terkena dampak dengan
kebutuhan pangan. Keadaan inimemaksa kemajuan teknologi informasi adalah proses
pemerintah untuk melakukan ekstensifikasi lahan pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang dan
pertanian ke luar Jawa untuk menjaga jasa secara konvensional membuka dan
ketahananpangan namun, kendala yang dihadapi menimbulkan resiko beberapa hal buruk dalam
antara lain kualitas lahan dan keterbatasan pengadaan barang dan jasa seperti korupsi,
jaringan irigasi. Salahsatu upaya untuk mengatasi ketidakamanan berkas dan kecurangan-
keterbatasan jaringan irigasi adalah dengan kecurangan lain yang sering terjadi dalam
menerapkan irigasi springkler.Irigasi springkler ini pengadaan barang dan jasa secara konvensional.
relatif baru. Oleh karena itu, dibutuhkan kesiapan Karena itulah e-procurement menjadi solusi yang
masyarakat dalam pengoperasianspringkler tepat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
dilihat dari aspek sosial dan ekonomi. Menurut Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
Sekar Indah et al (2013), menjelaskan masalah mengetahui seberapa tinggi tingkat kesiapan
keterbatasan anggaran di bidang pariwisata juga masyarakat jasa konstruksi apabila pengadaan
merupakan masalah terhambatnya pengembangan barang jasa secara elektronik (e-procurement)
obyek wisata Danau Linting. Disamping itu, diterapkan di Lhokseumawe.
masyarakat lokal yang berada di sekitar kawasan Hasil kajian penelitian yang dilakukan Ingrid
juga tidak pernah diajak dalam rencana Margareth Possumah.et.al (2015), menjelaskan
pengembangan wisata alam ini. Ketiadaan rencana bahwa kesiapan masyarakat dalam pembangunan
pengembangan kawasan Danau Linting serta tidak hutan kemasyarakatan (HKm) dapat dipandang
adanya keterlibatan masyarakat semakin lama melalui persepsi dan sikap masyarakat serta
semakin mengancam kelestarian kawasan Danau melalui perilaku yang ditunjukkan. Persepsi dan
Linting itu sendiri. Karena semakin menjauhkan sikap memberikan gambaran tentang sejauh mana
masyarakat dari potensi manfaat yang seharusnya pengetahuan dan respon masyarakat terhadap
bisa diperoleh dari keberadaan Danau Linting itu pembangunanhutan kemasyarakatan (HKm).
sendiri baik dari sisi ekonomi, sosial, dan budaya. Selain itu, perilaku memberikan gambaran
Sedangkan menurut Eko Murdiyanto (2011), bagaimana masyarakat mempersiapkan dirinya
menjelaskan penelitian ini bertitik tolak dari terhadap pembangunan HKm tersebut. Atas dasar
asumsi bahwa perubahan suatu desa biasa menjadi uraian tersebut maka rumusan masalah penelitian
desa wisata memberi dampak baik aspek ekonomi ini adalah “Bagaimana kesiapan masyarakat
maupun sosial budaya. Oleh karena itu perlu dilihat terhadap pembangunan HKm“.
partisipasi masyarakat di Desa Wisata Karanggeng Hasil penelitian Ghita Nurfaridah Setia (2016),
dalam mengembangkan desa wisata dan arah penelitian ini untuk mengetahui kesiapsiagaan
masyarakat Wilayah Pesisir Kabupaten Sedangkan Yayat Dendy Hadiyat. (2013),
Tasikmalaya dalam meghadapi bencana gempa menjelaskan keberadaan Teknologi Informasi dan
bumi dan tsunami yang digambarkan melalui sikap Komunikasi merupakan salah satu alat untuk
dan perilaku masyarakat terhadap ancaman mengatasi kendala ini dan katalisator masyarakat
bencana. dalam mengakses informasi. Namun dengan
Menurut kajian penelitian Yudha P. Heston et al kondisi geografisnya, akses informasi melalui
(2013), menjelaskan dampak pada sektor air yang Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten
dipengaruhi perubahan iklim dapat Wakatobi tentunya berbeda dengan wilayah lain
mempengaruhi kehidupan sosial manusia. Kota yang berbentuk daratan. Sehingga kemudian
sebagai pusat aktivitas manusia menjadi suatu muncul permasalah penelitian ini yaitu bagaimana
wilayah yang rentan terhadap dampak perubahan kesiapan infrastruktur dan akses masyarakat
iklim. Kajian penelitian melihat bagaimana strategi terhadap informasi melalui teknologi informasi
yang dapat dilakukan komunitas masyarakat dari dan komunikasi di Kabupaten Wakatobi pada
berbagai kondisi dalamberadaptasi menghadapi tahun 2012.
perubahan iklim dalam ketersediaan air minum Menurut Chambers, (1995) pemberdayaan
sehingga penelitian ini untuk menemukan upaya masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
adaptasi terkait kesiapan masyarakat dalam ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
beradaptasi menghadapi perubahan iklim dalam Konsep ini mencerminkan paradigma baru
ketersediaan air bersih. Sedangkan menurut Yudha pembangunan, yakni yang bersifat “people centred,
P Heston et.al (2013), menjelaskan pembangunan participatory, empowering, and sustainable”.
jaringan irigasi pada lahan kering dapat tertunda Konsep pemberdayaan menekankan bahwa orang
pengoperasiannya dikarenakan belum adanya memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan
kelembagaan formal pada masyarakat yang kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
berpartisipasi untuk melakukan operasional kehidupannya dan kehidupan orang lain yang
pemeliharaan. Bagaimana bentuk kelembagaan menjadi perhatiannya (Pearson et al, 1994
operasi pemeliharaan irigasi yang sesuai dengan dalam Sukmaniar, 2007). Pemahaman mengenai
kondisi kearifan lokal daerah setempat sebagai konsep pemberdayaan tidak bisa dilepaskan dari
upaya peningkatan akses partisipasi masyarakat pemahaman mengenai siklus pemberdayaan itu
dalam pengelolaan sumber daya air adalah sendiri, karena pada hakikatnya pemberdayaan
permasalahan pada penelitian ini. adalah sebuah usaha berkesinambungan untuk
Menurut Kuswaji Dwi Priyono (2016), penelitian menempatkan masyarakat menjadi lebih proaktif
ini untuk mengetahui tingkat ancaman, dalam menentukan arah kemajuan dalam
kerentanan, dan kapasitas masyarakat terhadap komunitasnya sendiri. Artinya program
pengurangan risiko bencana di Kecamatan pemberdayaan tidak bisa hanya dilakukan dalam
Kotagede Kota Yogyakarta; danmengetahui satu siklus saja dan berhenti pada suatu tahapan
kesiapan masyarakat menghadapi bencana di tertentu, tetapi harus terus berkesinambungan dan
Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta dalam kualitasnya terus meningkat dari satu tahapan ke
upaya mengurangi risiko bencanaberbasis tahapan berikutnya (Mubarak, 2010).
komunitas.

METODOLOGI PENELITIAN

Kajian ini tingkat kesiapan menggunakan metode Adapun operasional konsep kajian ini sebagai
kuantitatif. Untuk mengumpulkan data, digunakan berikut:
teknik survei dengan instrument kuesioner.
Gambar 3. Operasional Konsep
Sumber : hasil analisis, 2017

konsep kesiapan masyarakat yang berasal dari


Gambar.3 berdasarkan konteks studi yang menjadi Mary Ann (Tri Ethnic for Prevention Center, 2014).
pokok permasalahan terdapat variabel yang Untuk lokasi penelitian di Desa Soritatanga dan
menjadi faktor penerapan teknologi Jaringan Desa Doropeti. Metode penelitian yang meliputi
Irigasi Air Tanah yang berkelanjutan. Faktor kunci pendekatan, metode pengumpulan data dan
tersebut adalah variabel kesiapan masyarakat. analisis data secara ringkas disusun dalam tabel.1
Kesiapan masyarakat dapat dilihat menggunakan di bawah ini:

Tabel 1. Metode Penelitian


1. Pendekatan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Metode
Intergratif)
2. Pengumpulan Data 1. Survei Sumber Data :
2. Wawancara mendalam - Survei: 61 RT Desa Doropeti dan 60 RT
3. Observasi Lapangan - Wawancara Mendalam :
4. Studi Literatur 1. Kepala Desa Soritatanga dan
Doropeti
2. Intansi Pemerintah Terkait:
Bappeda, Dinas PU, dll
3. Analisis Data 1.Kualitatif Memetakan kondisi sosial masyarakat
(profil masyarakat)
2. Kuantitatif Pengukuran tingkat kesiapan masyarakat
dan melakukan interprestasi terhadap
perhitungan tingkat kesiapan masyarakat
untuk mencari permasalahan/ kendala
dalam penerapan teknologi irigasi tetes.
Sumber: Hasil Penelitian, 2016

Penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah sebuah daerah administrasi yang disebut
kelompok petani yang potensial sebagai penerima kampung. Kampung yang menjadi unit analisis ini
manfaat teknologi Jaringan Irigasi Air Tanah di termasuk ke dalam Desa Doropeti dan Desa
Soritatanga. Total kelompok petani dihitung rumus Setelah didapatkan readiness stage per dimensi
Slovin untuk menentukan jumlah sampel, dengan kemudian dilakukan perhitungan rata – rata dari
confident’s level 90%. (Sevilla et al, 1993). semua skor dimensi. Rata – rata tersebut
Dalam menentukan skor di atas, selain perhitungan didapatkan dengan membagi total skor dengan
rata – rata juga dilakukan konsensus dua skorer jumlah dimensi.
yang sebelumnya telah menilai secara independen.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi penelitian
Secara administratif Kabupaten Dompu sebagian besar sungai – sungai kering (tidak
terbagi dalam 8 (delapan) Kecamatan, 79 berair). Potensi sumber mata air di Kabupaten
Desa dengan 8 Desa Persiapan, 9 Kelurahan, Dompu adalah sebanyak 37 buah yang
41 Lingkungan dan 348 Dusun, dengan luas tersebar di Kecamatan Hu’u 6 buah mata air,
wilayah yaitu seluas 2.324,55 km 2. Wilayah di Kecamatan Dompu 6 buah, di Kecamatan
Kecamatan yang terluas yaitu Kecamatan Kempo 17 dan Kecamatan Kilo 8 buah.
Pekat dengan luas 875, 17 km², sedangkan Pada musím kemarau suhu udara relatif
wilayah Kecamatan yang terkecil adalah rendah yaitu 20 - 30°C pada siang hari dan
Kecamatan Pajo yaitu seluas 135, 32 km². 20°C pada malam hari. Kabupaten Dompu
Kabupaten Dompu tergolong sebagai daerah memiliki iklim yang bertipe D, E dan F.
yang banyak dialiri sungai yaitu 124 sungai Kondisi suhu udara rata – rata bervariasi
dan pada umumnya dimanfaatkan untuk antara 22,5° - 31,4° C dengan suhu maksimum
pengairan lahan pertanian. Pada musim hujan rata – rata 32,2° C dan minimum 21,2° C.
debit air cukup besar, namun pada musim Berikut ini peta lokasi kegiatan penelitian
kemarau menurun hingga tersisa 25 % atau sebagai berikut :

Gambar 2: Peta Wilayah Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu

Gambar 4. Peta lokasi kegiatan penelitian


Sumber : hasil penelitian, 2016

Berdasarkan peta lokasi kegiatan penelitian sebesar 22% dibandingkan dengan tahun
di atas, penduduk Kecamatan Pekat tahun sebelumnya. Sedangkan kepadatan
2014 tercatat 33.100 jiwa terdiri dari laki- penduduk secara keseluruhan di Kecamatan
laki 16.765 jiwa dan perempuan 16.335 jiwa Pekat mencapai 38 63 jiwa/Km2 dengan
dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata tingkat hunian rumah tangga 4
jiwa per rumah tangga. Pertumbuhan muda. Tabel dibawah ini menjelaskan
penduduk yang tinggi menyebabkan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
tingginya jumlah penduduk yang berusia

Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk tahun 2014


Sumber: BPS Kecamatan Pekat, 2015
No Desa/Kelurahan Luas Area (Km2) Penduduk Kepadatan(Jiwa/Km2)
1. Beringin Jaya 41 1.682 41
2. Sorinomo 138 2.256 16
3. Pekat 206 5.500 30
4. Nangamiro 10 1.953 200
5. Kadindi 162 4.829 30
6. Doropeti 146 2.711 19
7. Tambora 11 2.250 212
8. Calabai 160 3.274 20
9. Kadindi Barat 68 4.100 60
10. Nangakara 9 1.158 131
11. Sori Tatanga 152 2.260 15
12. Karombo 16 1.126 69
Dengan luas wilayah sebesar 206 Km² yang Kesehatan lingkungan merupakan faktor
didiami oleh 33.099 orang penduduk, maka penting dalam kehidupan sosial
rata – rata tingkat kepadatan penduduk kemasyarakatan, bahkan merupakan salah
Kabupaten Dompu adalah 70,2 jiwa/Km². satu unsur penentu atau determinan dalam
Kecamatan yang memilki tingkat kepadatan kesejahteraan penduduk. Di mana
tertinggi adalah Desa Tambora yaitu 211,66 lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan
jiwa/Km², sedangkan yang paling rendah bukan hanya untuk meningkatkan derajat
adalah Sori Tatanga denga kepadatan 14,89 kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk
jiwa/Km². kenyamanan hidup dan meningkatkan
efisiensi kerja dan belajar.

Tabel.3 Luas Tanam dan Produksi Perkebunan di Kecamatan Pekat Tahun 2014-2015

Jenis 2014 2015


Tanaman Luas Area Produksi Luas Area Produksi
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
Kelapa 281 180,17 281 180
Kapuk - - - -
Pinang 1.150 0.24 1.15 3
Asam 4.178 2.8 3
Kemiri - -
Kopi 1.23 70.217 1.23 70
Jambu
8.234 80.069 8.234 80
Mete
Jumlah 15.073 150.286 11.073 333
Sumber: BPS Kecamatan Pekat, 2015

Komoditi sektor pertanian lain pada tahun mengalami kenaikan sebesar 3 % dari tahun
2015 yang cukup potensial adalah tanaman 2015, sedangkan untuk pohon pinang
perkebunan seperti kelapa yang memiliki memliki luas area sebesar 1.150 Ha dan
luas area sebesar 281 Ha dan mampu mampu memproduksi sebanyak 3 ton dalam
memproduksi 180 ton dalam setahun, satahun, mengalami penurunan produksi
sebesar 27 % dari tahun 2015. Sedangkan kemiri mengalami kenaikan produksi dari
pohon asam memiliki luas area sebesar 178 tahun 2015 Begitu juga tanaman kopi dan
Ha dan mampu memproduksi sebanyak 3 jambu mente masih mengalami penurunan
ton pada tahun 2015, mengalami penurunan produksi pada tahun 2015 dibandingkan
produksi sebesar 13 % dari tahun 2014, tahun 20114.

Tabel .4 Jumlah Rumah Tangga Menurut Pengguna Sumber Air di Kecamatan Pekat Tahun 2015
Sumur/ Sumur Sungai/
No Desa/Kelurahan PDAM Mata Air
Pompa Perigi Danau
1. Beringin Jaya - - - 499 0
2. Sorinomo - - - 611 0
3. Pekat - 35 - 1433 8
4. Nangamiro - 35 - 485 0
5. Kadindi - - - 1201 62
6. Doropeti - - - 713 0
7. Tambora - - - 518 84
8. Calabai - - - 871 0
9. Kandindi Barat - - - 1088 26
10. Nangakara - - 4 255 43
11. Soritatanga - - 12 508 64
12. Karombo - - 8 305 0
Sumber: BPS Kecamatan Pekat, 2015

Jumlah Rumah tangga pengguna PDAM di Berdasarkan konsep kesiapan masyarakat


kecamatan Pekat tahun 2015 tidak ada (tri-etnic center), maka dapat digunakan
Karena Dikecamatan Pekat Belum Ada untuk menjelaskan dan menganalisis
PDAM sementara. Jumlah rumah tangga tingkat kesiapan masyarakat. Secara
yang menggunakan sumur pompa pada kualitatif tingkat kesiapan masyarakat di 2
tahun 2015 mencapai 33 %, menurun desa sudah melewati tingkatan dasar yaitu
sebesar 0, 44 % dari tahun 2014. Jumlah no awareness. Masyarakat kedua desa
rumah tangga yang memakai sumur perigi sudah mengetahui kondisi lahan
pada tahun 2015 mencapai 20 %, sekitarnya
menurun sebesar 0, 67 % dari tahun 2014.
Jumlah rumah tangga yang memakai C.1. Tingkat Kesiapan Desa Doropeti
sungai pada tahun 2015 mencapai 3 %. Skor kesiapan masyarakat
Sedangkan jumlah rumah tangga yang didapatkan dari perhitungan rata–
memakai mata air pada tahun 2015 rata semua responden dalam satu
mencapai 87 %, menurun sebesar 0, 14 % desa dan konsensus dua skor yang
dari tahun 2014. sebelumnya telah menilai secara
independen. Skor akhir berasal dari
B. Tingkat Kesiapan Masyarakat Desa perhitungan rata-rata dari semua
Doropeti dan Desa Soritatanga skor dimensi dan dibagi dengan
jumlah dimensi.
Tabel 5. Tingkat Kesiapanper Dimensi Desa Doropeti
Dimensi Skor Readiness Stage
Pengetahuan tentang lahan kering 6.852 Initiaton
Kepemimpinan 4.607 Preplanning
Iklim Masyarakat 5.721 Preparation
Pengetahuan tentang teknologi Jaringan Irigasi Air Tanah, 2.082 Denial/Resistance
Kemitraan dan Kelembagaan
Sumber Daya 4.459 Preplanning
Total 23.721
Rata – rata 4.744 Preplanning
Sumber: Data Primer diolah, 2016

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat 4. Sumberdaya yang dapat


bahwa yang memiliki skor terendah dimanfaatkan untuk penerapan
adalah dimensi empat yaitu teknologi Jaringan Irigasi Air
pengetahuan tentang teknologi Tanah, kemitraan dan
Jaringan Irigasi Air Tanah, kemitraan kelembagaan terbatas untuk
dan kelembagaan. Sedangkan skor digunakan.
tertinggi adalah pengetahuan umum
terkait dengan program penanganan Berikut ini hasil analisis dan
lahan kering yang telah dilakukan di pembahasannya :
lokal.
Menurut tri ethnic for prevention C.1.1. Dimensi Pengetahuan
center (2014) pembulatan dilakukan tentang lahan kering
berdasarkan angka digit pertama. Skor yang dimiliki oleh Desa
Tingkat kesiapan Desa Doropeti Doropeti pada dimensi ini
berada pada skor 4,744 atau jika adalah 6.8 atau berada pada
dibulatkan menjadi skor empat tahap initiation. Berdasarkan
(preplanning). Berdasarkan pengertian dari Tri ethnic for
penjelasan setiap tahap kesiapan prevention center (2014), pada
masyarakat, tahap preplanning tahap ini banyak penduduk
memiliki arti sebagai berikut: yang pernah mendengar
1. Beberapa anggota masyarakat mengenai program
yang berada di Desa Doroperti penanganan lahan kering
pernah mendengar tentang menggunakan teknologi di
penanganan permasalahan daerahnya dan paham tujuan
lahan kering melalui teknologi dari program tsb. Setidaknya
Jaringan Irigasi Air Tanah dan beberapa penduduk
kemitraan namun pengetahuan mengetahui penerima manfaat
tersebut masih minim. dan bagaimana program tsb
2. Tokoh dan anggota masyarakat memberikan manfaat.
Desa Doropeti sudah menyadari Masyarakat Desa Doropeti
bahwa permasalahan lahan telah melakukan upaya dan
kering adalah penting dan harus menggunakan teknologi dalam
ditangani. menangani permasalahan
3. Masyarakat Desa Doropeti lahan kering di daerahnya
memiliki pengetahuan yang namun masih bersifat lokal.
terbatas tentang penanganan Beberapa upaya yang telah
lahan kering dengan teknologi dilakukan oleh masyarakat
Jaringan Irigasi Air Tanah, adalah menampung air hujan
kemitraan dan kelembagaan. dengan berbagai media seperti
jerigen dan terpal, membuat C.1.3. Iklim Masyarakat
bendungan dan penggunaan Dimensi ini memiliki skor
bor air. Baru sedikit yang 5.721 atau berada pada tahap
menggunakan teknologi preparation. Setidaknya
berupa bor air beberapa penduduk telah
swadaya.Manfaat terbesar berpartisipasi dalam
yang dirasakan masyarakat mengembangkan,
yaitu pemanfaatan air untuk meningkatkan, atau
kebutuhan rumah tangga. menerapkan kelembagaan
Sementara itu, manfaat lain untuk menangani lahan kering,
yang dapat dirasakan adalah mungkin menghadiri
peningkatan produktivitas dan pertemuan kelompok yang
memudahkan budidaya petani. dibentuk berdasarkan
kelembagaan.
C.1.2. Dimensi Kepemimpinan Hal penting yang perlu
Dimensi kepemimpinan diperhatikan mengenai
berada pada skor 4,744 atau penerapan teknologi Jaringan
berada pada tahap Irigasi Air Tanah (JIAT) adalah
preplanning. Pada tahap ini masyarakat. Dukungan
setidaknya ada beberapa tertinggi dari masyarakat Desa
tokoh masyarakat percaya Doropeti adalah bersedia
bahwa penanganan lahan menjadi penggerak atau
kering menggunakan menjadi faktor pendorong
teknologi menjadi perhatian di dalam perencanaan dan
masyarakat dan beberapa pengembangan upaya
upaya diperlukan untuk penanganan lahan kering. Hal
mengatasinya. Meskipun ini berhubungan dengan
beberapa mungkin setidaknya kebiasaan dari masyarakat
secara pasif mendukung upaya yang memiliki sifat gotong
saat ini, hanya sedikit dapat royong dan saling menghargai
berpartisipasi dalam antar suku.
mengembangkan,
meningkatkan, atau
menerapkan upaya C.1.4. Pengetahuan tentang
penanganan lahan kering. teknologi Jaringan Irigasi
Kepemimpinan yang berasal Air Tanah, Kemitraan dan
dari tokoh masyarakat adalah Kelembagaan
faktor penting yang harus Dimensi pengetahuan
dilibatkan dalam menerapkan mengenai Jaringan Irigasi Air
teknologi JIAT. Tokoh Tanah (JIAT), kemitraan dan
masyarakat di Desa Doropeti kelembagaan merupakan
terbagi ke dalam formal dimensi yang memiliki skor
maupun nonformal. Tokoh terendah. Masyarakat Desa
masyarakat formal terdiri dari Doropeti masih belum
tokoh yang berasal dari mengetahuitentang
pemerintahan desa, kelompok pengetahuan Jaringan Irigasi
tani dan Babinsa sedangkan Air Tanah (JIAT) dan
tokoh masyarakat yang membutuhkan peningkatan
berasal dari informal adalah pengetahuan sehingga dalam
tokoh/kepala adat dan meningkatkan pengetahuan
individu yang memiliki masyarakat diperlukan
pengaruh. kurikulum dan modul yang
intensif dan terencana.Bentuk
kemitraan merupakan sesuatu
hal yang baru di Desa Doropeti,
hal tersebut terlihat sebagian didalamnya adalah logistik
besar tidak tahu secara umum dan supply chain)
mengenai kemitraan. 4. SDM (sukarelawan dan tenaga
Meskipun sudah terjalinnya ahli)
kerjasama antara pihak 5. PPL secara aktif membantu
industri seperti (PT SMS) dan kepentingan petani
masyarakat Desa Doropeti Dimensi sumberdaya merupakan
mengenai kemitraan, dimensi kedua terendah dengan
masyarakat masih belum skor 4.459atau berada pada tahap
memiliki pengetahun yang 4 (preplanning). Pada tahap ini
cukup tentang kemitraan sudah ada beberapa sumberdaya
tersebut. yang diidentifikasi yang dapat
Pengetahuan tentang digunakan untuk upaya lebih
Kelembagaan yang dimaksud lanjut.Adapun permasalahan
adalah pembentukan utama yang berkaitan dengan
kelompok yang memiliki pengelolaan sumberdaya air
fungsi terkait pendanaan menurut masyarakat adalah
dalam operasi dan pembagian air tidak merata,
pemeliharaan teknologi irigasi belum memadai dan
Jaringan Irigasi Air Tanah sumber air yang kurang.Sumber
(JIAT) dalam pendanaan dari upaya yang
rangkamendukung dijalankan oleh masyarakat dalam
keberlanjutan dari teknologi menangani lahan kering adalah
Jaringan Irigasi Air Tanah hibah/bansos, sukarelawan dan
(JIAT) serta kepemilikan sedikit bantuan teknis dari ahli.
teknologi JIAT oleh kelompok
masyarakat. C.2. Tingkat Kesiapan Desa Sori
Tatanga
C.1.5. Sumber Daya Berdasarkan hasil analisis tingkat
Pada dimensi ini yang ingin kesiapan masyarakat Desa Sori Tatanga
diukur adalah ketersediaan memiliki skor terendah pada dimensi lima
dan potensi sumberdaya yang yaitu sumberdaya. Dimensi yang memiliki
ada di masyarakat. stage yang sama adalah dimensi iklim
Sumberdaya yang dimaksud masyarakat dan dimensi pengetahuan
adalah: terhadap Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT),
1. Modal kerja (donasi untuk kemitraan dan kelembagaan. Dimensi
usaha pertanian dan juga dengan skor tertinggi adalah dimensi
operasional) pengetahuan umum mengenai program
2. Investasi (donasi untuk yang telah dijalankan oleh masyarakat
usaha pertanian termasuk lokal. Berikut ini hasil tingkat kesiapan
pembelian teknologi) masyarakat per dimensi:
3. Pasar (akses terhadap
pasar termasuk
Tabel 6. Tingkat KesiapanMasyarakat per Dimensi
Dimension Readiness Level Readiness Stage
Pengetahuan 6.95 Initiaton
Kepemimpinan 4.617 Preplanning
Iklim Masyarakat 5.55 Preparation
Pengetahuan Terhadap Issue 5.817 Preparation
Sumber Daya 2.283 Denial/Resistance
Total 25.217
Rata – rata 5.043 Preparation
Sumber: Data Primer diolah, 2016
Berdasarkan tabel 3, tingkat kesiapanDesa menggunakan teknologi di
Sori Tatanga adalah 5.043 atau daerahnya. Masyarakat Desa Sori
mendapatkan skor tingkat kesiapan Tatanga melakukan berbagai upaya
masyarakat pada tingkatlima (Preparation). dan teknologi untuk menyiasati lahan
Arti dari tahap preparation adalah sebagai kering yang ada di daerahnya.
berikut: Beberapa upaya yang dilakukan
1. Hampir semua anggota masyarakat masyarakat Desa Sori Tatanga adalah
Desa Sori Tatanga pernah mendengar menggunakan pompa air yang
tentang penanganan lahan kering berasal dari sungai. Untuk
dengan teknologi Jaringan Irigasi Air penggunaan air dari pompa biasanya
Tanah (JIAT) dan kemitraan. digunakan untuk kebutuhan sehari –
2. Tokoh masyarakat yang berada di hari.
Desa Sori Tatanga aktif mendukung
kelanjutan dan peningkatan upaya C.1.2. Dimensi Kepemimpinan
penanganan lahan kering dengan Pada dimensi ini skor yang dimiliki
teknologi Jaringan Irigasi Air Tanah oleh Desa Sori Tatanga adalah 4.6
(JIAT), kemitraan dan kelembagaan. yang berada pada tahap preplanning.
Selain itu tokoh masyarakat Arti dari tahap ini adalah setidaknya
berkeinginan untuk mengembangkan ada beberapa tokoh masyarakat
upaya baru untuk menangani percaya bahwa penanganan lahan
masalah lahan kering. kering menggunakan teknologi
3. Sikap masyarakat Desa Sori Tatanga menjadi perhatian di masyarakat dan
adalah peduli terhadap penanganan beberapa upaya diperlukan untuk
masalah lahan kering melalui mengatasinya. Meskipun beberapa
Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT), mungkin setidaknya secara pasif
kemitraan dan kelembagaan dan mendukung upaya saat ini, hanya
berkeinginan untuk melakukan sedikit dapat berpartisipasi dalam
sesuatu mengenai hal tersebut. mengembangkan, meningkatkan,
4. Masyarakat Desa Sori Tatanga atau menerapkan upaya penanganan
memiliki pengetahuan mendasar lahan kering.
tentang Jaringan Irigasi Air Tanah Tokoh masyarakat yang memiliki
(JIAT), kemitraan dan kelembagaan pengaruh besar di Desa ini adalah
seperti penyebab, konsekuensi, tanda tokoh adat, tokoh agama dan aparat
dan gejala. desa. Dukungan yang diberikan oleh
5. Beberapa sumberdaya yang dapat tokoh masyarakat terhadap
digunakan untuk upaya yang lebih penanganan lahan kering.Penerapan
jauh dalam menangani permasalahan teknologi di Desa Sori Tatanga
lahan kering melalui Jaringan Irigasi membutuhkan dukungan dari
Air Tanah (JIAT), kemitraan dan pemimpin daerah setempat atau
kelembagaan. Anggota masyarakat tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat
dan tokoh masyarakat aktif bekerja yang memiliki pengaruh besar di
untuk mengamankan sumberdaya Desa ini adalah tokoh adat, tokoh
tersebut. agama dan aparat desa.

Berikut ini hasil analisis pembahasan dari C.1.3. Iklim Masyarakat.


setiap tingkat per dimensi: Skor yang dimiliki oleh Desa Sori
C.1.1. Dimensi Pengetahuan tentang Tatanga adalah 5.5 atau berada pada
lahan kering tahap preparation. Setidaknya
Pengetahuan masyarakat mengenai sebagian masyarakat telah
lahan kering di Desa Sori Tatanga berpartisipasi dalam
berada pada skor 6 atau berada pada mengembangkan, meningkatkan,
tahap initiation. Arti pada tahap ini atau menerapkan kelembagaan
adalah banyak penduduk yang untuk menangani lahan kering,
pernah mendengar mengenai mungkin menghadiri pertemuan
program penanganan lahan kering
kelompok masyarakat yang dibentuk Bentuk pengetahuan masyarakat
berdasarkan kelembagaan. Desa Sori Tatanga mengenai
Masyarakat Desa Sori Tatanga kemitraan juga lebih baik
merupakan pihak yang paling penting dibandingkan Desa Doropeti.
dari penerapan teknologi Jaringan Keinginan masyarakat untuk dapat
Irigasi Air Tanah (JIAT) karena membentuk kelompok sehingga
masyarakat adalah pengguna dari dapat menjalin kemitraan dengan
teknologi yang diterapkan serta Pemerintah Daerah atau industri
pihak yang menentukan dalam rangka penanganan lahan
keberlanjutan dari teknologi kering.Masyarakat Desa Sori Tatanga
tersebut. Bentuk dukungan dari sebagian besar sudah mengetahui
anggota masyarakat atas penerapan dampak yang ditimbulkan dari
teknologiadalah memainkan peran kelembagaan untuk keluarga dan
penting, baik sebagai pemimpin atau kerabat.
faktor pendorong dalam
perencanaan dan pengembangan C.1.5. Sumber Daya
teknologi Jaringan Irigasi Air Tanah Dimensi lima memiliki skor 2.283
(JIAT). Kelompok masyarakat atau berada pada skor 2
memberikan dukungan ikut serta (Denial/Resistance) yang memiliki
dalam mengembangkan, pengertian bahwa sumberdaya yang
meningkatkan atau dimiliki oleh Desa ini sangat terbatas.
mengimplementasinya serta Berdasarkan pengertian dari Tri
mendukung dan terlibat dalam Ethnic for Prevention Center (2014),
penerapan teknologi Jaringan Irigasi arti dari tahap ini adalah adanya
Air Tanah (JIAT) sumberdaya yang sangat
terbatas.Tidak ada tindakan untuk
C.1.4. Pengetahuan tentang teknologi mengalokasikan sumber daya ini
Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT), untuk penanganan lahan kering.
Kemitraan dan Kelembagaan Pendanaan bagi upaya saat ini tidak
Dimensi pengetahuan tentang stabil atau berkelanjutan.
teknologi JIAT, kemitraan dan Tidak adatindakan untuk
kelembagaan memiliki skor 5.8 atau mengalokasikan sumber daya ini
berada pada tahap preparation yang untuk penanganan lahan kering.
memiliki arti paling tidak ada Pendanaan bagi upaya saat ini tidak
beberapa penduduk yang tahu stabil atau berkelanjutan.
banyak tentang peluang teknologi Pembiayaan program-program
JIAT, kemitraan dan kelembagaan. selama ini dibiayai oleh hibah/bansos
Dimensi ini mengukur apakah yang mencapai nilai 93.3%.
masyarakat memerlukan teknologi Sumberdaya tersebut tidak stabil dan
JIAT, kemitraan dan memiliki peluang kecil untuk
kelembagaan.Konsekuensi dari berkelanjutan ke depannya.
adanya teknologi JIAT, kemitraan dan Sebanyak 83,3% responden
kelembagaan jika di menyatakan bahwa pembiayaan
implementasikan di daerah melalui hibah atau bansos tersebut
sekitarnya? tidak berkelanjutan di masa depan
Pengetahuan mengenai teknologi sementara 16,7% menyatakan bahwa
Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) pembiayaan tersebut berkelanjutan
masyarakat Desa Sori Tatanga di masa depan. Biaya sendiri
memiliki pengetahuan yang lebih merupakan permasalahan utama dari
baik daripada Desa Doropeti, pengelolaan sumberdaya air.
meskipun penjelasan pengetahuan
tentang teknologi Jaringan Irigasi Air Dalam kajian ini, dicoba untuk mengidentifikasikan
Teknologi perlu diperdalam karena perspektif strategi penanganan yang efektif dan
masih ada yang tidak tahu secara cocok sepertico production. Co production adalah
umum mengenai teknologi tersebut. meningkatkan kesiapan masyarakat untuk
mengadopsi teknologi Jaringan Irigasi tetes orang lain yang menjadi perhatiannya. Untuk itu
dimana pemerintah, masyarakat dan badan usaha maka dalam memperoleh ketrampilan dan
bekerja bersama–sama dalam kesetaraan, saling pengetahuan masyarakat melalui sosialisasi dan
berkonsultasi secara timbal balik dan dilibatkan sekolah lapangan kepada masyarakat. Pada
dalam pengembangan konsep, perancangan, hakekatnya pemberdayaan adalah sebuah usaha
implementasi dan pengelolaan Jaringan Irigasi berkesinambungan untuk menempatkan
tetes. Co production berbasis nilai tambah dengan masyarakat menjadi lebih proaktif dalam
menggunakan sumberdaya lokal dan pihak yang menentukan arah kemajuandalam komunitasnya
terbaik dalam mendesain penerapan Jaringan sendiri. Oleh karena itu bentuk dari pemberdayaan
Irigasi tetes adalah pihak yang menggunakan. masyarakat melalui sosialisasi dengan stakeholder
Dalam konsep pemberdayaan masyarakat yang terkait dan masyarakat yang memiliki lahan di
disampaikan oleh Pearson et al, 1994 menekankan lokasi penerapan teknologi irigasi tetes serta
bahwa orang memperoleh ketrampilan, pelaksanaan sekolah lapang yang memberikan
pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk ketrampilan dalam penguatan kelembagaan dan
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tetes.

KESIMPULAN DAN SARAN

Merujuk pada data dan analisis diatas dapat b. Desa Sori Tatanga adalah 5.043
disimpulkan sebagai berikut: (Preparation): memiliki keingintahuan
1. Dengan metode kuesioner, tingkat kesiapan mengenai sumberdaya lokal dari aspek
masyarakat yang dimiliki oleh Desa Doropeti pendanaan dan keterlibatan.
dan Sori Tatanga adalah : 2. Strategi penanganan penerapan teknologi
a. Desa Doropeti berada pada skor jaringan irigasi tetes melalui pemberdayaan
4,744(preplanning): memiliki sedikit masyarakat seperti sosialisasi dengan
kesadaran mengenai issue mengenai stakeholder dan masyarakat serta
pengetahuan tentang Jaringan Irigasi Air pelaksanaan sekolah lapang untuk
Tanah (JIAT), kemitraan dan ketrampilan masyarakat penerima penerapan
kelembagaan. irigasi tetes.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Pusat Puslitbang Sumber Daya Air dan Tim serta rekan-
Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT) dan rekan Tim penelitian yang telah membantu atas
Kepala Balai Litbang Peneterapan Teknologi terlaksanakannya penelitian ini.
Sumber Daya Airserta Kepala Balai Irigasi,
DAFTAR PUSTAKA

Angga R Lintjewas. 2015. Studi Kesiapan Masyarakat Terhadap Rencana Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
di Kota Bitung. E-journal.Unsrat.ac.id. Vol.2. No.1
Arifin Noor Asyikin, Rahimi Fitri, Agus Setiyo Budi N. 2015. Pengukuran Tingkat Kesiapan Kantor Pemerintah Desa
Dalam Penerapan Masterplan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Perkantoran Desa
Menggunakan Kerangka Kerja Cobit 4.1.Prosiding SNHP3M. (Lpkmv-untar.org)
Agus Nurkatamso, Umi Listyaningsih, 2013.Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Fisik Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Kecamatan Nanggulan Kabupaten
Nanggulan Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, Jurnal Bumi Indonesia Vol Nomor 2.
Asis Wahyudi.2013.Tingkat Kesiapan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Tsunami di Desa Sidoasri Kecamatan
Sumber manjing Wetan Kabupaten Malang. Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Malang.
Andreas dan Sunardi.2010.Kesiapan Masyarakat Dalam Implementasi Irigasi Springkler di Sulawesi Utara. Jurnal
Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum Vol 2, No.3.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Dompu Dalam Angka.
-----------------------------.2015. Kecamatan Pekat Dalam Angka.
Balai Litbang Penerapan Teknologi Sumber Daya Air. Strategi Penerapan Teknologi Sumber Daya Air Mendukung
Penanganan Lahan Kering, Laporan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran 2016.
Chamber, R. 1985. Rural Development: Putting the Last First.London; New York.
Eti Kurniati, Christia Meidiana, AgusDwi Wicaksono. (2015). Kajian Kesiapan Masyarakat Terkait Rencana Kegiatan
Industri Pertambangan Marmer (Studi Kasus di Kelurahan Oi Fo’o, Kota Bima-NTB). Jurnal Universitas
Brawijaya.Vol.4.No.1
Elias Wijaya.2013. Hambatan Kesiapan Masyarakat Desa Sei Ahas Dalam Pembangunan Canal Blocking Pada Rawa
Gambut, Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum, Vol 5 No.3.
Ede Surya Darmawan, Purnawan Junadi, Adang Bachtiar, Mardiati Najib.2012. Mengukur Tingkat Pemberdayaan
Masyarakat dalam Sektor Kesehatan.Jurnal Kesmas.Vol.7, No.2.
Elias W Pangabean.2011. Model Penilaian Kesiapan Teknologi Untuk Dimanfaatkan Secara Berkelanjutan, Jurnal
Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum Vol 3 No.3.
Eko Murdiyanto.2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Karanggeneng, Purwobinangun,
Pakem, Sleman. SEPA: Vol: 7 No.2.
Ghita Nurfaridah Setia.2016 .Identifikasi Kesiapsiagaan Masyarakat Wilayah Pesisir Kabupaten Tasikmalaya
Terhadap Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Skripsi (S1) Fakultas Teknik Universitas Pasundan.
Herryal Z Anwar. 2011. Fungsi Peringatan Dini Dan Kesiapan Masyarakat Dalam Pengurangan Resiko Bencana
Tsunami di Indonesia: Studi Kasus di Kota Padang. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan
LIPI.Vol.21.No.2
Hakim A, Suriadi A dan Masruri. 2012. Tingkat Kesiapan Masyarakat Petani terhadap Rencana Modernisasi Irigasi
(Studi Kasus di Daerah Irigasi Barugbug, Jawa Barat). Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum 4 (2): 67-78
Hidayati, Desi Nurul, Aida Kurniawati. 2013. Kesiapan Tanggap Bencana Masyarakat Kecamatan Ngancar Kabupaten
Kediri Terhadap Ancaman Erupsi Gunung Kelud."Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan 2, No.1.
Inggrid Margareth Possumah, Golar, Bau Toknok. 2015. Kesiapan Masyarakat Terhadap Pembangunan Hutan
Kemasyarakatan di Desa Kilo Poso Pesisir Utara. Jurnal Warta Rimba. Vol.3, No.2.
Indartik Indartik, Deden Djaenudin, Kirsfianti L. Ginoga. 2010. Tingkat Kesiapan Implemntasi REDD di Indonesia
Berdasarkan Persepsi Para Pihak: Studi Kasus Riau.Vol.7.No.4.e-Journal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan.
Kuswaji Dwi Priyono, Puspasari Dwi Nugraheni.2016.Kajian Kapasitas Masyarakat Dalam Upaya Pengurangan Risiko
Bencana Berbasis Komunitas di Kecamatan Kota Gede Kota Yogyakarta. Proceedings the 4th University
Research Coloquium 2016.
Keller J dan Bliesner RD. 1990. Sprinkle and Trickle Irrigation. AVI Book. New York. USA.
Laporan Penelitian 2016. Strategi Penerapan Teknologi Sumber Daya Air Mendukung Penaganan Lahan Kering. Balai
Litbang Penerapan Teknologi Sumber Daya Air.
Muhamad.2015.Tingkat Kesiapan Masyarakat Pengelolaan Lingkungan dan Kepariwisataan Alam Pasca-Erupsi 2010.
Jurnal Sosial dan Humaniora. Vol.5, No.2
Muhammad Fauzan, Mukhlis Mukhlis, Teuku Ricky Husni 2013. Tingkat Kesiapan Masyarakat Jasa Konstruksi Dalam
Penerapan E-Procurement di Lhokseumawe. Teras Jurnal (Jurnal Teknik Sipil).Vol, No.1
Mubarak, Z. 2010.Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Ditinjau Dari Proses Pengembangan Kapasitas Pada Program
PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Sastrodirjan Kabupaten Pekalongan. Tesis, Program Studi Magister Teknik
Pemberdayaan Wilayah dan Kota. Undip. Semarang.
Notohadiprawiro T. 2006. Pertanian Lahan Kering di Indonesia: Potensi, Prospek, Kendala, dan Pengembangannya.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi
Pearson, Talcot.1991. The Social System. Routledge is an imprint of Taylor & rancis, an informa Company
Sekar Indah Putri Barus, Pindi Patana, Yunus Afiffudin. 2013 Analisis Potensi Obyek Wisata dan Kesiapan Masyarakat
dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang.
Peronema Forestry Science Journal. Vol.2 No.2.
Sri Wahyuni.2012.Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat di Kabupaten Tulungagung. Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
"Meningkatkan Peran Stratetgis Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan dalam Pembangunan
Berkelanjutan" Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Undip.
Sukmaniar.2007.Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Program Pengembangan Kecamatan
(Ppk) Pasca Tsunami di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.Tesis. UNDIP. Semarang
Sevilla CG, J.A. Ochave, TG. Punsalam, B.P. Regala,dan G.G. Uriarte. 1993. An Introduction to Research Methods.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Yudha Pracastino Heston, Nur Alvira Pasa Wati DP.2013.Faktor Determinan Kesiapan Masyarakat Terkait Kapasitas
Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Air Minum. Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum. Vol.5 No.3.
Yayat Dendy Hadiyat.2013. Kesiapan Infrastruktur dan Akses Informasi Masyarakat Kabupaten Wakatobi (Studi
Kasus Tentang Akses Masyarakat Terhadap Informasi Melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi di
Kabupaten Wakatobi Tahun 2012. Thesis Universitas Gadjah Mada, 2013
Yudha P. Heston, Dessy Febrianty.2013.Adaptasi Masyarakat Menghadapi Perubahan Iklim Dalam Ketersediaan Air
Minum Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum. Vol 5, No.1
Yolla Rahmi, Arif Satria. 2013. Analisis Hubungan Tingkat Kerentanan Masyarakat Pesisir Terhadap Bencana Dengan
Upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Jurnal Penyuluhan.Vol.9.No.2
Tri Ethnic Center for Prevention Center. 2014. Community Readiness for Community Changes. Colorado US.
Wiryawan, Agus Gede Putra. 2015. Efektivitas Pengelolaan Irigasi dengan Sumur Pompa di Kecamatan Negara,
Kabupaten Jembrana. Tesis. Pascasarjana: Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai