Askep Pada Anak DHF Fix
Askep Pada Anak DHF Fix
PENDAHULUAN
1
Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue
yang di sertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa
terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran
plasma. Keadaan ini di sebut dengue shock syndrome (DSS).
1.2 TUJUAN
1.2.1 Mahasiswa dapat menjelaskan Definisi penyakit DHF
1.2.2 Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi DHF
1.2.3 Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi system hematologi
1.2.4 Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi DHF
1.2.5 Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis DHF
1.2.6 Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit DHF
1.2.7 Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan penyakit DHF
1.2.8 Mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan penyakit DHF
1.2.9 Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
1) Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue
tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam
genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik
pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya
sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
(1) Vektor
3
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus).
Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990).
(2) Host
Seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990).
4
Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di
dalam cairan kuning yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas
90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormone, dan endapan
kotoran selain sel-sel darah.
Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit) dan keeping darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah putih di
sebut juga korpuskel
1) Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat.
45% darah tersusun atas sel darah merah yang di hasilkan di sumsum
tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel
darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata
umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh, kehilangan bentuk
dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga ukuran mula-mula.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi.
Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di serap dari
paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin
melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida.
Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-
partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua
dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati
mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian di angkut
oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah yang
baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat
bulan sekali.
2) Sel darah putih
Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah
jumlahnya dalam setiap 13 darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti sel
darah merah, sel darah putih memiliki inti (nucleus). Sebagian sel darah
putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat
melaksanakan tugas sebagai system ketahanan tubuh.
Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang
penting. Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil (+60%).
Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki
tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir didalam sel segera
5
melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan mencegah bakteri
berkembang biak.
Sel darah putih mengandung +5% eosinofil. Fungsinya adalah
memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan
membuang sisa-sisa sel yang rusak. Basofil yang menyusun 1% sel darah
putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di
dalam pembuluhnya. 20 s\d 30% kadungan sel darah putih adalah
trombosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibody, suatu protein yang
membantu tubuh memerangi penyakit. Monosit bertugas mengepung
bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih.
Tubuh mengatur banyak sel darah putih yang dihasilkan sesuai
dengan kebutuhan. Jika kita kehilangan darah, tubuh akan segera
membentuk sel-sel darah untuk menggantinya. Jika kita mengalami
infeksi, maka tubuh akan membentuk lebih banyak sel darah putih untuk
memeranginya.
2.1.3.2 Pembekuan darah
Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka
disebut hemostasis dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja
bersama-sama, yaitu : Spasme vaskuler : penyempitan lumen pembuluh darah
yang putus untuk mengurangi aliran darah yang hilang.
(1) Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran darah.
(2) Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk
merekat pembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya merapat
(Watson, 2001)
2.1.3.3 Fungsi darah
Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat
pengangkut (pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh. Peredaran
oksigen pada tubuh :
(1) Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah
(2) Darah yang di pompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru
melepaskan CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.
(3) O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri
(4) Dari bilik kiri O2 dibawa keseluruh tubuh oleh sel darah merah untuk
pembakaran (oksidasi)
6
(5) Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung
membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke
jantung membawa karbondioksida.
(6) Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa
karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen
dibawa ke jantung.
Jadi kesimpulannya, fungsi darah adalah:
(1) Mengedarkan sari-sari makanan keseluruh tubuh
(2) Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
(3) Mengangkut karbondioksida ke paru-paru
(4) Mengedarkan hormone
2.1.4 Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-
tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik
merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan
hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
7
pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia
dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh
tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
8
2.1.5 Manifestasi Klinis
1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 –7 hari kemudian turun menuju suhu
normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang
tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri
kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990).
2. Perdarahan
Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan
dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi
vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat
terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson,
1993). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang
hebat. (Ngastiyah, 1995 )
3. Hepatomegali Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada
penderita . (Soederita, 1995).
4. Renjatan (Syok) Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda–tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila
syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
(soedarto ; 1995)
2.1.6 Klasifikasi
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi
menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
1) Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umumtidak khas, uji tourniquet hasilnya positif
2) Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti
petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi
telinga dan sebagainya.
9
3) Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah
menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4) Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
10
2.1.7 Komplikasi
1) DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan
ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah
dan cairan serta menyebabkan kematian.
2) Ensepalopati.
3) Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
4) Disorientasi, prognosa buruk.
12
Belum atau tanpa renjatan:
(1) Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat I dan II
Dengan renjatan:
(2) Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat III
14
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA,
1994 ; 203 – 206 adalah.
1. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba
dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer
Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi
waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam
24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi
masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau yang
lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB
dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL
sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi
sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 ml/Kg BB/ 1 jam
keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang
maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membaik
dilanjutkan dengan cairan RL dengan perhitungan sebagai berikut : kebutuhan cairan
selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat
mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
15
(3) Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat IV
DP. 4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
22
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
masukan juga mencegah distensi gaster.
e. Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
23
2.2.4 IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun
tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, meliputi peningkatan kesehatan atau penceglahan penyakit, pemulihan
kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
2.2.5 EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk melengkapi
proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui
evaluasi memungkinkan perawat untukk memonitor kealpaan yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa perncanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap
evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, tetapi evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk
menetukan apakah realistis dapat dicapai dan efektif.
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama : An. “ N ”
Tempat Tgl Lahir / Usia : Makassar 5 April 1993 / 10 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Bumi Sudiang Permai
Tgl. Masuk : 21 Oktober 2003
Tgl. Pengkajian : 22 Oktober 2003
Diagnosa Medik : Observasi DHF
Rencana Therapi : Pemeriksaan Hb, Ht, pemasangan infus
B. Identitas Orang Tua
1. Ayah
Nama : Tn. “ F “
Usia : 28 Thn
Pendidkan : SMA
Pekerjaan : PNS
Agama : Kristen
Alamt : Bumi Sudiang Permai
2. Ibu
Nama : Ny. “ M “
Usia : 26 Thn
Pendidkan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen
Alamat : Bumi Sudiang Permai
25
3. Identitas Saudara Kandung
26
Kesimpulan :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau
penyakit lain yang dianggap berbahaya.
Klien tingal serumah dengan kedua orang tuanya.
A. Pemeriksaan fisik
1. Berat badan : 25 Kg
2. Tinggi badan : 130 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 6 bulan, tanggal gigi umur 4 tahun
V. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian Asi
1. pertama kali disusui : Sejak dilahirkan
2. Cara Pemberian : Menetek/Disusui langsung
27
3. Lama pemberian : Sampai anak usia 2 Tahun
B. Pemberian Susu Formula
1. Alasan pemberian : Pemberian asi sudah cukupo selama 2 tahun dan setelah itu
dilanjutkan dengan susu formula
2. Jumlah pemberian : 2 gelas / hari atau kira-kira 400 ml
3. Cara Pemberian : Dengan menggunakan gelas
C. Pemberian makanan tambahan
1. Pertama kali diberikan usia : 5 bulan
2. Jenis :Bubur lunak dan pisang
D. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai pada nutrisi saat ini :
28
XI. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit
Selera makan Baik Berkurang
Menu makan Nasi+Lauk+Sayur+Susu Nasi+Lauk+Sayur+Susu
Frekuensi makan 3 kali sehari 3 Kali Sehari tidak habis
Makanan yang disukai Bakso Tidak ada
Makanan pantangan Tidak ada Makanan yang keras
Pembatasan pola makan Tidak ada Makanan yang lunak
Cara Makan Makan sendiri Makan sendiri
Ritual saat makan Berdoa sebelum makan Berdoa sebelum makan
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit
Jenis minuman Air dan Juice Air putih
Frekuensi minum 10 Gelas 8 Gelas
Kebutuhan cairan 2500 ml 3000 ml
Cara pemenuhan Minum Minum + cairan infus
29
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Jam Tidur
Siang 13.00 – 15.30 13.00 – 15.30
Malam 21.00 – 06. 00 20.00 – 05.30
Pola Tidur Baik Baik
Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
E. Olahraga
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Program olahraga Tidak ada Tidak ada
Jenis dan frekuensi Tidak ada Tidak ada
Kondisi setelah olahraga Tidak ada Tidak ada
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Mandi
Cara Mandi sendiri Kompres badan
Frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari
Alat mandi Sabun dsan handuk Handuk + Air
Cuci Rambut
Frekuensi 3 kali seminggu Belum pernah
Cara Dengan shampo Tidak ada
Gunting Kuku
Frekuensi 2 kali sebulan Belum pernah
Cara Potong sendiri dgn gunting Tidak ada
Gosok gigi
Frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari
Cara Dilakukan sendiri dgn odol Dengan sikat gigi + Odol
G. Aktivitas/Mobilitas fisik
30
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Kegiatan Sehari-hari Sekolah + bermain Tidak ada
Pengaturan jadwal harian Tidak ada Tidak ada
Penggunaan alat bantu
aktifitas Tidak ada Tidak ada
Kesulitan pergerakan
tubuh Tidak ada Tertahan oleh infus
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Perasaan saat sekolah Senang dan gembira Tidak ada
Waktu luang Pada waktu hari libur Tidak ada
Perasaan setelah rekreasi Senang Tidak ada
Waktu senggang keluarga
Kegiatan hari libur Pada saat hari libur Tidak ada
X. pemeriksaan fisik
1. keadaan umum klien nampak lemah dan murung
2. Tanda-tanda vital :
Suhu : 37,5 O C
Nadi : 100 kali permenit
Tekanan darah : 120 kali permenit
Respirasi : 28 kali permenit.
3. Antropometri
Tinggi badan : 136 Cm
Berat badan : 26 kg
Lingkar lengan atas : 17 Cm
Lingkar kepala : 50 Cm
Lingkar dada : 58 Cm
Lingkar perut : 52 Cm
4. Sistem pernafasan
31
Hidung simetris kiri dan kanan tidak terdapat pernafasan cuping hidung, sekret dan polip,
tidak adas pembesaran kelenjar tiroiddan tumor. Bentuk dada normal. Perbandingan
ukuran antero posterior dengan transfersal 1 : 2, gerakan dada simetris pada saat otot bantu
pernafasan berfungsi. Tidak adsa suara nafas ronchi, whezing, sdtender dan rales.
5. Sistem kardiovasikuler
konjungtiva anemi, bibir pucat, ukuran jantung normal suara jantung S1 Lub, S2 Dub.
6. Sistem pencernaan
Sklera tidak ikterus, bibir agak kering, mulut tidak mengalami stomatitis, jumlah gigi 30
buah, kemampuan menelan bagus, tidak ada kesulitan, gaster tidak kembung, gerakan
peristaltik usus 13 kali permenit, tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen anus tidak
ada lecet
7. Sistem indra
Mata
Visus : Normal 6/6, lapang pandang normal, klien mampu melihat jari penunjuk
pemeriksa.
Hidung
Penciuman baik,mampu membedakan bau obat dengan bau parfum, tidak terdapat
sekret dihidung.
Telinga
Keadaan daun telinga baik, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat serumen,
fungsi pendengaran baik, mampu mendengar suara jam tangan pemeriksa terdekat
hinggajarak 30 cm..
8. Sistem syaraf
Fungsi serebral
Orientasi baik, klien sadar bahwa bahwa dirinya sedang berada dirumah sakit dan
mengalami perawatan, daya ingat klien baik, mampu mengingat nama-nama
temannya disekitarnya,serta mampu berbahasa Indonesia dengan baik. Kesadaran
baik dengan nilai GCS Score 15, bicara resiptiive.
Fungsi cranial
NI : mampu membedakan bau parfum denganbau obat.
NII : Visus 6/6, lapang pandang masih mampu melihat jari pemeriksa
hingga kurang lebih 30 o dari samping pemeriksa.
N III,IV,VI : Gerakan bola mata normal tidak ada isochor dan anisochor.
32
NV : Motorik yaitu mampu mengatup gigi, sensorik refleks kornea
baik.
VIII : mampu mendengar jam tangan pemeriksa hingga jarak 30 Cm.
N IX : Refleks menelan baik.
NX : Gerakan palatum normal bergerak.
N XI : Klien dapat mengangkat bahu dan memalingkan kepalanya ke
sisi yang ditahan pemeriksa.
XII : Klien mampu menggerakkan lidahnya dari satu sisi ke sisi yang
lain.
9. Sistem muskuloskletal
Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut.
Warna kulit sawomatang, temperatur hangat, tampak kotor, nampak bintik-bintik
merah pada kulit.
10. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Suhu tubuh tidak seimbang, biasa terlihat keringat.
Tidak ada riwayat air seni dikerumuni semut.
11. Sistem perkemihan
Tidak terdsapat edema palpebrae, moon face, edema anasarka, dan nocturia.
12. Sistem immun
Tidak ada riwayat alergi
DATA FOKUS
( CP. I 0 )
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
33
Klien mengeluh demam, sakit kepala, Selera makan berkurang dengan
mual, muntah, dan malas makan. frekuensi 3 kali sehari dan tudak
Klien mengeluh susah tidur dan dihabiskan.
jantungnya selalu berdebar-debar. Klien nampak lemah dan murung
Klien tidak tahu apa yang TTV :
menyebabkan dirinya sakit. S : 37,5 o C
Klien merasa cemas dan tidak ingin TD : 120/80 mmHg
berlama-lama dirumah sakit. R : 28 kali per menit
N : 100 kali permenit.
Konjungtifa anemi, bibir pucat, bibir
kering.
Kulit klien nampak kotor, dan terdapat
bintik-bintik merah pada kulit.
Kuku klien nampak kasar, kebersihan
kurang terpelihara.
ANALISA DATA
( CP. I B )
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Infeksi virus dengue Gangguan
Klien mengeluh Merangsang sistem immun tubuh pemenuhan
Dipersepsikan ke otak
demam, sakit kepala, Mempengaruhi pusast nutrisi
mual, muntah, dsan keseimbangan dan hipothalamus
Rangsang mual, muntah
malas makan.
DO :
Selera makan klien
berkurang dengan
frekuensi 3 kali perhari
dengan tidak dihabiskan
Konjungtiva anemi,
bibir pucat dan kering
Klien nampak lemah.
selalu berdebar-debar.
DO :
dirinya sakit.
DO :
Klien nampak lemah
dan murung.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
35
( CP.2 )
No Masalah/Diagnosa Tgl. Ditemukan Tgl. Teratasi
.
1. Gasngguan pemenuhan nutrisi s/d 22 Oktober 2003 23 Oktober 2003
intake yang tidak adekuat
2. Gangguan pola tidur s/d peningkatan 22 Oktober 2003 23 Oktober 2003
suhu tubuh
3. Kecemasan s/d Kondisi klien yang 22 Oktober 2003 23 Oktober 2003
memburuk dan kurang pengetahuan
Gangguan aktivitas perawatan diri
4. sehari-hari s/d kelemahan fisik 22 Oktober 2003 23 Oktober 2003
RENCANA KEPERAWATAN
( CP. 3 )
Tgl NDX dan data Tujuan Rencana tindakan Rasional
. penunjang
23 Gangguan Klien o Beri makanan o Dgn makanan yang
/10 pemenuhan menunjukkan yang lunak dan lunak dan lembek
/03 nutrisi s/d pola makan lembek dapat mem,udahkan
intake yang membaik dan o Beri makanan pencernaan hingga
tidak adekuat. klien berupa nasi beban keja usus
menghabiskan secara diet berkurang.
porsi makanan o Beri makanan o Makanan yang
dan klien dalam porsi kecil berfariasi dapat
nampak segar dan frekuensi merangsang nafsu
sering makan
o Kolaborasi untuk o Untuk mengganti
pemberian asupan makanan secara
vitamin. bertahap.
o Beri kompres o Dengan pemberian
hangat vitamin dapat
o Beri lingkungan membantu dalam
yang tenang dan merangsang nafsu
nyaman makan.
o Dapat membantu
menurunkan suhu
tubuh.
36
o Membantu klien untuk
dapat merasa lebih
tenang dan dapat
beristirahat tanpa
gangguan
23 Gangguan pola Klien
/10 tidur s/dmenunjukkan o Batasi masukan o Kafein dapat
/03 peningkatan pola tidur makanan dan memperlambat klien
suhu tubuh membaik dan minuman yang untuk tidur.
penurunan suhu mengandung o Dapat mengidentifikasi
tubuh kafein penyebab kecemasan
o Beri kesempatan klien
klien untuk o Agar klien dsapat tabah
mengungkapkan dan tegas menghadapi
perasaannya cobaan dari tuhan
o Beri dorongan
spiritual kepada
klien
o Agar klien dapat
23 Kecemasan s/d Klien mengerti tentang
/10 kondisi pasien mengatakan o Beri informasi proses penyakitnya.
/03 yang cemasnya kepada klien o Untuk mengidentifikasi
memburuk berkurang tentang penyakit masalah klien
dsan kurang yang dialaminya o Bantuan sangat
pengetahuan. serta proses diperlukan oleh klien
pengobatan yang padsa saat kondisinya
harus lemah dalam
dijalankannya pemenuhan
o Kaji kebutuhan kebutuhannya.
klien
o Bantu memenuhi
kebutuhan
aktifitas sehari-
hari
23 Gangguan Klien
/10 aktifitas melaporkan o Latih pasien o Mempercepat
/03 perawatan diri keadaan dirinya
untuk melakukan pemulihan kekakuan
sehari-hari s/d sudah membaik
kegiatannya otot akibat terlalu lama
kelemahan dsan dapat
secara mandiri beristirahat.
fisik melakukan
perawatan diri
secara mandiri
ataupun dengan
bantuan.
37
38
CATATAN TINDAKAN
( CP. 4 )
Tgl. NDX Jam Tindakan Keperawatan dan hasil
23 I 08.30 i. Memberi makanan sesuai kebutuhan dan diet dari rumah
/10 sakit.
/03 dengan hasil klien menghabiskan porsi makanannya.
08.45
ii. Menganjurkan kepada klien untuk makan makanan yang
bervaruasi seperti coklat, roti dan makanan yang lunak lainnya
dengan porsi kecil tapi frekuensi sering.
2 08.50
iii. Memberikan kompres hangat kepada klien dengan hasil suhu
tubuh 36,8 o C
09.00
iv. Menganjurkan kepada anggota keluarga klien untuk dapat
memberikan kesempatan klien agar dapat beristirahat dengan
hasil klien dapat beristirahat dengan tenang.
09.20
v. Mengajarkana kepada klien untuk mengkonsumsi makan
3 09.30 makanan dan miniuman yang tidak mengandung kafein
vi. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
keadaan yang ia alami dengan hasil klien merasa lega dan tidak
was-was.
10.00
vii. Memberika dorongan spiritual sesuai dengan agama dan
kepercayaan klien
10.15
viii. Memberikan HE kepada klien tentang penyakit yang ia
4 10.30 alami.
24/ 2 08.30 S : Klien mengatakan suhu badannya tidak sepanas kemarin dan
10/03 sudah bisa tidur dengan nyenyak
o
O : Klien kelihatan baru bangun tidur dan suhu badannya 36,5
C
A : Masalah teratasi
P:-
24/ 3 09.00 S : Klien mengatakan dirinya sudah lebih baik dsan merasa
10/03 tidak khawatir lagi
O : Wajah klien nampak berseri0seri
A : Masalah tereatasi
P:-
BAB IV
40
PENUTUP
I.1 KESIMPULAN
DHF adalah suatu penyakit yang di sebabkan virus dengue yang tergolong arbovirus dan
masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aides aegypt yang betina.
Penyakit DHF ini menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih
banyak menimbulkan korban pada anak – anak berusia di bawah 15 tahun. Nyamuk
Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue
dari penderita kepada orang lain. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air
bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti)
maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus).
Pengobatan pada penderita penyakit DHF yaitu kita harus bisa menyarankan untuk
mencegah keadaan syok/presyok,yaitu dengan menganjurkan penderita banyak minum
air putih sekitar 8gelas perhari, dan anjurkan para warga untuk melakukan tindakan 3M
yaitu: menguras,menutup,mengubur karena tindakan ini sangat bermanfaat bagi
lingkungan kita untuk memberantas sarang nyamuk. Kegiatan tersebut merupakan
tindakan pencegahan penyebaran demam berdarah yang dapat dilakukan secara mandiri.
I.2 SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang DHF dapat memberi ilmu dan
memberi pengetahuan tentang penyakit DHF dalam pendidikan dan praktik keperawatan
anak untuk itu kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
41
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI :
Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Suharso Darto (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. F.K. Universitas Airlangga. Surabaya.
(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran
42