Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 4


BLOK NEUROMUSKULOSKELETAL 1
“SENDIKU”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Niza Anggi Marlitayani Rizki (016.06.0025)
Ulfa Fatimatuz Zuhra MS (017.06.0023)
Kadek Yulia Inggriani (017.06.0029)
Kinanti Puji Lestari (018.06.0028)
David Maulana Abdurrahman Q. (018.06.0029)
Mayditya Biman Surya (018.06.0033)
Aprilia Rahmawati (018.06.0034)
I Gde Sadhu Dharmika Utarayana (018.06.0035)
Kamila Safitri (018.06.0056)
Novi Ema Sri Wahyuni (018.06.0068)
Salma Rhihadatul Fitrah (018.06.0070)
Gusti Putu Satya Diva Pradana (018.06.0072)
Tutor : dr. Ronanarasafa S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 4 yang berjudul ‘SENDIKU’ dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 4 yang berjudul ‘’ meliputi seven jumps step yang dibagi menjadi dua sesi
diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari
berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. dr. Ronanarasafa S.Ked sebagai dosen fasilitator SGD 3 yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk
menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 14 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Masalah 2
1.3 Manfaat Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial 3
2.2 Skenario LBM 4 3
2.3 Pembahasan LBM 4 3
2.3.1 Klarifikasi Istilah 3
2.3.2 Identifikasi Masalah 4
2.3.3 Brain Stroming 5
2.3.4 Rangkuman Permasalahan 13
2.3.5 Learning Issue 13
2.3.6 Referensi 14
2.3.7 Pembahasan Learning Issue 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 33
DAFTAR PUSTAKA 34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan merupakan hal yang sangat menakjubkan yang terus dikaji oleh
para ilmuan, baik itu asal usulnya, proses apa saja yang terkait di dalamnya dan
banyak hal lain yang sampai sekarang ini belum dapat dipecahkan. Berbicara
tentang kehidupan, tentulah kita ketahui bahwa ada yang bertahan dan ada yang
tidak mampu bertahan. Pada makhluk hidup, tentunya setiap makhluk hidup
melakukan sesuatu hal untuk bertahan hidup. Secara umum hal yang kita maksud
disini adalah kemampuan suatu makhluk hidup dalam mencari makanan.
Berbicara tentang bertahan hidup (survival) seperti yang telah dijelaskan di
atas, dimana yang kita angkat disini adalah kemampuan mencari makanan.
Kemampuan mencari makanan tentunya harus di dukung oleh kemampuan
organism tersebut. Dalam praktikum ini yang kita maksudkan adalah
kemampuan untuk bergerak dalam rangka bertahan hidup secara umum dan
keperluan-keperluan lainnya secara khusus misalnya mencari makanan seperti
yang kita angkat sebelumnya.

Pertanyaannya, apakah tulang tersebut bergerak begitu saja tanpa adanya


system lain yang mendukung atau menggerakkannya? Tentu kita pahami
bersama bahwa hal tersebut disebabkan karena adanya otot yang menempel pada
tulang tersebut. Kita ketahui secara bahwa secara umum otot terbagi atas tiga
jenis yaitu otot lurik, otot jantung dan otot halus. Telah kita paparkan diatas
mengani otot dan fungsinya yang sangat luar biasa, selain itu tentunya pada
hewan dan secara khusus pada manusia ada yang dikatakan sendi. Sendi sendiri
sangat besar fungsinya pada manusia dalam arah gerak tubuh manusia. Sistem
muskuloskeletal pada manusia terdiri dari tulang, otot dan persendian (dibantu
oleh tendon, ligamen dan tulang rawan). Sistem ini memungkinkan kita untuk
duduk, berdiri, berjalan atau melakukan kegiatan lainnya dalam kehidupan
sehari-hari. Selain sebagai penunjang dan pembentuk tubuh, tulang juga
berfungsi sebagai pelindung organ dalam. Tempat pertemuan 2 tulang disebut
dengan persendian, yang mana berperan dalam mempertahankan kelenturan
kerangka tubuh. Tanpa persendian, kita tidak mungkin bisa melakukan berbagai
gerakan.

Sendi merupakan hubungan antartulang sehingga tulang dapat digerakkan.


Hubungan atau persambungan antara dua tulang/lebih disebut persendian (sistem
artikulasi). Berdasarkan jangkauan gerakan yang dimiliki, persendian dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu: persendian fibrosa (sinartrosis), yaitu persendian yang
tidak dapat digerakkan, dimana letak tulang-tulangnya sangat berdekatan dan
hanya dipisahkan oleh selapis jaringan ikat fibrosa, contohnya sutura di antara
tulang-tulang tengkorak; persendian amfiartrosis, yaitu persendian yang
gerakannya terbatas, dimana tulang-tulangnya dihubungkan oleh tulang rawan
hialin, contohnya tulang iga; persendian sinovial (diartrosis), yaitu persendian
yang gerakannya bebas, merupakan bagian terbesar dari persendian pada tubuh
orang dewasa, contohnya sendi bahu dan panggul, sikut dan lutut, sendi pada
tulang-tulang jari tangan dan kaki, pergelangan tangan dan kaki.

1.2 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal.
2. Untuk mengetahui sistem kerja muskuloskeletal dan hal-hal terkait
didalamnya.
3. Untuk mengetahui hal-hal berkaitan dengan sistem muskuloskeletal
1.3 Manfaat Masalah
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem
muskuloskeletal.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja muskuloskeletal
dan hal-hal terkait didalamnya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami hal-hal berkaitan dengan
muskuloskeletal.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Hari/Tanggal Sesi I : Senin, 11 Maret 2019
Hari/Tanggal Sesi II : Raba, 13 Maret 2019
Tutor : dr. Ronanarasafa S.Ked.
Moderator : Novi Ema Sri Wahyuni
Sekretaris : Gusti Putu Satya Diva Pradana

2.2 Skenario LBM 4

SENDIKU
Mario adalah seorang mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama. Ia
memiliki seorang adik perempuan berusia 13 tahun yang akan mengikuti
olimpiade sains tingkat nasional. Salah satu materi bimbingan olimpiade adalah
proses ossifikasi pada manusia dan peran system skeletal dan homeostasis. Adik
Mario belum memahami materi tersebut dan bertanya kepada kakaknya. Mario
menjawab pertanyaan adiknya dengan menjelaskan gambar-gambar berikut.
Dapatkah Anda menceritakan kembali penjelasan Mario setelah mengamati
gambar-gambar tersebut?

2.3 Pembahasan LBM 1


2.3.1 Klarifikasi Masalah
NO TERMINILOGI PENJELASAN
1 Osifikasi : pembentukan tulang; penulangan.
(KBBI)
2 Homeostasis : keadaan dalam tubuh suatu makhluk
hidup yang mempertahankan
konsentrasi zat dalam tubuh,
khususnya darah agar tetap konstan.
(KBBI)
3 Sistem skeletal : Sistem skeletal adalah sistem yang
terdiri dari tulang (rangka) dan struktur
yang membangun hubungan (sendi) di
antara tulang - tulang tersebut.
4 Sains : 1.  Ilmu pengetahuan pada
umumnya
2. Iengetahuan sistematis tentang
alam dan dunia fisik, termasuk
di dalamnya, botani, fisika,
kimia, geologi, zoologi, dan
sebagainya; ilmu pengetahuan
alam
3. Pengetahuan sistematis yang
diperoleh dari suatu observasi,
penelitian, dan uji coba yang
mengarah pada penentuan sifat
dasar atau prinsip sesuatu yang
sedang diselidiki, dipelajari,
dan sebagainya. (KBBI)

5 Olimpiade : Festival yang mempertandingkan


sains, seni, matematika, dan
sebagainya yang melibatkan banyak
Negara. (KBBI)

2.3.2 Identifikasi Masalah


1. Apa saja klasifikasi tulang?
2. Apa itu ossifikasi dan proses ossifikasi?
3. Apa saja yang berperan dalam proses ossifikasi?
4. Bagaimana peran sistem skeletal pada sistem homeostasis?
2.3.3 Brain Stroming
1. Apa saja klasifikasi tulang?
Jawaban :
Tulang kerangka manusia dewasa terdiri dari 206 segmen tulang
yang sebagian besar berpasangan satu dengan yang lain yaitu sisi kiri
dan sisi kanan. Tulang kerangka pada bayi dan anak-anak lebih dari
206 segmen tulang karena beberapa tulang dulunya belum mengalami
penyatuan, misalnya tulang sacrum dan coxae pada tulang vertebra
(Tortora dan Derrickson, 2011). Kerangka aksial (kerangka sumbu
tubuh) terdiri dari 80 segmen tulang, beberapa diantaranya adalah
tulang kepala (cranium), tulang leher (os hyoideum dan vertebrae
cervicales), dan tulang batang tubuh (costae, sternum, vertebrae dan
sacrum). Kerangka apendikular yaitu kerangka tambahan terdiri dari
tulang-tulang ekstremitas baik ekstremitas atas maupun ekstremitas
bawah dengan total 126 segmen tulang (Moore dan Agur, 2002).
Sebuah tulang terdiri atas beberapa jaringan berbeda yaitu jaringan
osseus, tulang rawan (cartilago), jaringan penghubung, jaringan
adiposa, dan jaringan saraf yang tersusun menjadi satu. Keseluruhan
dari tulang beserta tulang rawan bersama ligamen dan tendon
membentuk sistem rangka (Tortora dan Derrickson, 2011).
Perbandingan antara tulang dan tulang rawan dalam kerangka berubah
seiring dengan pertumbuhan tubuh. Semakin muda usia seseorang,
semakin besar bagian kerangka yang berupa tulang rawan (Moore dan
Agur, 2002).

 Anatomi Tulang

Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah


apabila mendapat tekanan. Seperti jaringan ikat lain, tulang terdiri atas
sel-sel, serabut-serabut, dan matriks. Tulang bersifat keras oleh karena
matriks ekstraselularnya mengalami kalsifikasi, dan mempunyai derajat
elastisitas tertentu akibat adanya serabut-serabut organik (Snell, 2012).
Dapat dibedakan dua jenis tulang, yakni tulang kompakta dan tulang
spongiosa. Perbedaan antara kedua jenis tulang tadi ditentukan oleh
banyaknya bahan padat dan jumlah serta ukuran ruangan yang ada di
dalamnya. Semua tulang memiliki kulit luar dan lapisan substansia
spongiosa di sebelah dalam, kecuali apabila masa substansia spongiosa
diubah menjadi cavitas medullaris (rongga sumsum) (Moore dan Agur,
2002).

 Klasifikasi Tulang Berdasarkan Bentuk

a. Tulang Panjang

Pada tulang ini, panjangnya lebih besar daripada lebarnya.


Tulang ini mempunyai corpus berbentuk tubular, diafisis, dan biasanya
dijumpai epifisis pada ujung-ujungnya. Selama masa pertumbuhan,
diafisis dipisahkan dari epifisis oleh kartilago epifisis. Bagian diafisis
yang terletak berdekatan dengan kartilago epifisis disebut metafisis.
Corpus mempunyai cavitas medullaris di bagian tengah yang berisi
sumsum tulang. Bagian luar corpus terdiri atas tulang kompakta yang
diliputi oleh selubung jaringan ikat yaitu periosteum. Ujung-ujung
tulang panjang terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis
tipis tulang kompakta. Facies artikularis ujung-ujung tulang diliputi
oleh kartilago hialin. Tulang-tulang panjang yang ditemukan pada
ekstremitas antara lain tulang humerus, femur, ossa metacarpi, ossa
metatarsal dan phalanges.

b. Tulang Pendek

Tulang-tulang pendek ditemukan pada tangan dan kaki. Contoh


jenis tulang ini antara lain os Schapoideum, os lunatum,dan talus.
Tulang ini terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selaput
tipis tulang kompakta. Tulang-tulang pendek diliputi periosteum dan
facies articularis diliputi oleh kartilago hialin.

c. Tulang Pipih

Bagian dalam dan luar tulang ini terdiri atas lapisan tipis tulang
kompakta, disebut tabula, yang dipisahkan oleh selaput tipis tulang
spongiosa, disebut diploe. Scapula termasuk di dalam kelompok tulang
ini walaupun bentuknya iregular. Selain itu tulang pipih ditemukan
pada tempurung kepala seperti os frontale dan os parietale.

d. Tulang Iregular

Tulang-tulang iregular merupakan tulang yang tidak termasuk di


dalam kelompok yang telah disebutkan di atas (contoh, tulang- tulang
tengkorak, vertebrae, dan os coxae). Tulang ini tersusun oleh selapis
tipis tulang kompakta di bagian luarnya dan bagian dalamnya dibentuk
oleh tulang spongiosa.

e. Tulang Sesamoid

Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang ditemukan pada


tendo-tendo tertentu, tempat terdapat pergeseran tendo pada permukaan
tulang. Sebagian besar tulang sesamoid tertanam di dalam tendon dan
permukaan bebasnya ditutupi oleh kartilago. Tulang sesamoid yang
terbesar adalah patella, yang terdapat pada tendo musculus quadriceps
femoris. Contoh lain dapat ditemukan pada tendo musculus flexor
pollicis brevis dan musculus flexor hallucis brevis, fungsi tulang
sesamoid adalah mengurangi friksi pada tendo, dan merubah arah
tarikan tendo (Snell, 2012).

2. Apa itu osifikasi dan proses ossifikasi?


Jawaban :
Proses pembentukan tulang disebut osifikasi (ossi = tulang, fikasi =
pembuatan) atau disebut juga osteogenesis (Tortora dan Derrickson,
2011). Semua tulang berasal dari mesenkim, tetapi dibentuk melalui dua
cara yang berbeda. Tulang berkembang melalui dua cara, baik dengan
mengganti mesenkim atau dengan mengganti tulang rawan. Sususan
histologis tulang selalu bersifat sama, baik tulang itu berasal dari selaput
atau dari tulang rawan (Moore dan Agur, 2002)

a. Osifikasi membranosa

Osifikasi membranosa adalah osifikasi yang lebih sederhana diantara


dua cara pembentukan tulang. Tulang pipih pada tulang tengkorak,
sebagian tulang wajah, mandibula, dan bagian medial dari klavikula
dibentuk dengan cara ini. Juga bagian lembut yang membantu tengkorak
bayi dapat melewati jalan lahirnya yang kemudian mengeras dengan cara
osifikasi membranosa (Tortora dan Derrickson, 2011).

b. Osifikasi Endokondral

Pembentukan tulang ini adalah bentuk tulang rawan yang terjadi pada
masa fetal dari mesenkim lalu diganti dengan tulang pada sebagian besar
jenis tulang (Moore dan Agur, 2002). Pusat pembentukan tulang yang
ditemukan pada corpus disebut diafisis, sedangkan pusat pada ujung-
ujung tulang disebut epifisis. Lempeng rawan pada masing-masing
ujung, yang terletak di antara epifisis dan diafisis pada tulang yang
sedang tumbuh disebut lempeng epifisis. Metafisis merupakan bagian
diafisis yang berbatasan dengan lempeng epifisis (Snell, 2012).
Penutupan dari ujung-ujung tulang atau dikenal dengan epifise line rerata
sampai usia 21 tahun, hal tersebut karena pusat kalsifikasi pada epifise
line akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap
tulang (Byers, 2008). Massa tulang bertambah sampai mencapai puncak
pada usia 30-35 tahun setelah itu akan menurun karena disebabkan
berkurangnya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas tetap
normal. Secara teratur tulang mengalami turn over yang dilaksanakan
melalui 2 proses yaitu modeling dan remodeling. Pada keadaan normal
jumlah tulang yang dibentuk remodeling sebanding dengan tulang yang
dirusak. Ini disebut positively coupled jadi masa tulang yang hilang nol.
Apabila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang
ini disebut negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut. Dengan
bertambahnya usia terdapat penurunan masa tulang secara linier yang
disebabkan kenaikan turn over pada tulang sehingga tulang lebih 17
rapuh. Pengurangan ini lebih nyata pada wanita, tulang yang hilang
kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun dari berat tulang pada wanita
pasca menopouse dan pada pria diatas 70 tahun, pengurangan tulang
lebih mengenai bagian trabekula dibanding dengan korteks.

c. Osifikasi intra membrane

Proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi jaringan


tulang, contohnya pada proses pembentukan tulang pipih. Mesenkim
merupakan bagian dari lapisan mesoderm, yang kemudian berkembang
menjadi jaringan ikat dan darah. Tulang tengkorak berasal langsung dari
sel-sel mesenkim melalui proses osifikasi intrammebrane. Osifikasi ini
terjadi pada tulang pipih. Prosesnya:
Dibentuk langsung oleh sekelompok osteoblas yang terdapat di dalam
membran fibrosa,bagian sisi tulang dibentuk oleh kelompok sel yang
berbeda yang disebut trabekula ,trabekula membentuk jalinan seperti jala
sebagai tulang spons, tulang spons menjadi tulang kompak.

3. Apa saja yang berperan dalam proses ossifikasi?


Jawaban :

Dalam proses ossifikasi ada sel tulang yang memegang peranan


penting dalam prosesnya,yaitu berikut ini,
1. Osteoblas
Osteoblas terbentuk dari sel osteoprogenitor yang telah
berdiferensiasi. Dalam penelitian Reid (1996) ditemukan bahwa di
dalam osteoblas terdapat reseptor dari estrogen dan juga kalsitriol.
Osteoblas memiliki diameter antara 20- 30 μm dan terlihat sangat jelas
pada sekitar lapisan osteoid dimana tulang baru terbentuk. Membran
plasma osteoblas memiliki sifat khas yakni kaya akan enzim alkali
fostatase, yang konsentrasinya dalam serum digunakan sebagai indeks
dari adanya pembentukan tulang. Sel osteoblas yang telah matang
memiliki banyak aparatus golgi yang berkembang dengan baik yang
berfungsi sebagai sel sekretori, sitoplasma yang basofilik, dan banyak
sekali retikulum endopasma. Osteoblas merupakan sel yang berbentuk
kubus atau kolumnar dalam keadaan aktif sedangkan dalam keadaan
tidak aktif osteoblas akan berbentuk pipih. Osteoblas berasal dari sel
pluripoten mesenkim dan menyimpan osteoid, yakni matriks organik
yang tidak termineralisasi pada tulang. Osteoblas berfungsi untuk
menginisiasi dan mengontrol proses mineralisasi osteoid.
Osteoblas menghasilkan faktor pertumbuhan bersama dengan protein
tulang morfogenetik. Osteoblas berperan dalam sintesis protein,
glikosilasi, dan sekresi menghasilkan kolagen tipe I (90% dari total
protein), osteocalcin, protein yang bukan kolagen diantaranya
osteonectin, osteopontin, sialoprotein tulang, factor pertumbuhan tulang,
sitokin, dan tentunya reseptor dari hormon-hormon (Kierszenbaum
2002). Osteocalcin merupakan protein sekretori spesifik yang timbul
hanya pada akhir diferensiasi osteoblas di bawah pengaruh Cbfa1
(corebinding factor) (Kierszenbaum 2002). Osteocalcin banyak terdapat
pada protein nonkolagen berfungsi meregulasi kristal apetit pertumbuhan
dan mengikat hidroksiapatit. Osteonectin merupakan polipeptida rantai
tunggal yang terdapat pada beberapa jaringan karena ada saat awal
perkembangan tulang. Osteonectin terbentuk karena adesi osteoblas
yang mengikat hidroksiapatit. Sialoprotein tulang merupakan polipeptida
rantai tunggal pada tulang dan jaringan ikat termineralisasi berfungsi
mengikat sel melalui ikatan integrin dan hidroksiapatit.
2. Osteosit
Osteosit merupakan sel tulang yang telah dewasa dan sel utama pada
tulang yang berperan dalam mengatur metabolisme seperti pertukaran
nutrisi dan kotoran dengan darah. Osteosit berasal dari osteoblas yang
berdeferensiasi dan terdapat di dalam lacuna yang terletak diantara
lamela-lamela matriks pada saat pembentukan lapisan permukaan tulang
berlangsung. Jumlahnya 20.000 – 30.000 per mm3 dan sel-sel ini secara
aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang dan kematiannya
diikuti oleh resorpsi matriks tersebut sehingga osteosit lebih penting saat
perbaikan tulang daripada pembentukan tulang baru. Setelah
pembentukan tulang selesai, sebagian kecil (10-20%) dari osteoblas
melekat ke dalam bentuk baru dari matriks ekstraseluler dan kemudian
menjadi osteosit. Kanalikuli merupakan suatu kanal dimana terdapat
pembuluh darah yang berfungsi sebagai penyalur nutrisi dan pertukaran
gas yang akan digunakan oleh osteosit. Osteosit lebih kecil dari
osteoblas dan osteosit telah kehilangan banyak organel pada
sitoplasmanya. Osteosit muda lebih menyerupai osteoblas tetapi
merupakan sel dewasa yang memiliki aparatus golgi dan reticulum
endoplasma kasar yang sedikit lebih jelas tetapi memiliki jumlah lisosom
yang lebih banyak. Osteosit (Gambar 1) dapat berhubungan satu sama
lain melalui penjuluran sitoplasma yang melewati kanalikuli yang
berperan dalam membantu koordinasi respon tulang terhadap stres atau
deformasi.
3. Osteoklas
Osteoklas adalah sel raksasa hasil peleburan monosit (jenis sel darah
putih) yang terkonsentrasi di endosteum dan melepaskan enzim lisosom
untuk memecah protein dan mineral di matriks ekstraseluler. Osteoklas
memiliki progenitor yang berbeda dari sel tulang lainnya karena tidak
berasal dari sel mesenkim, melainkan dari jaringan mieloid yaitu
monosit atau makrofag pada sumsum tulang (Smith 1993; Ott 2002).
Osteoklas bersifat mirip dengan sel fagositik lainnya dan berperan aktif
dalam proses resorbsi tulang. Osteoklas merupakan sel fusi dari
beberapa monosit sehingga bersifat multinukleus dengan ukuran besar
dan berada di tulang kortikal atau tulang trabekula. Osteoklas berfungsi
dalam mekanisme osteoklastogenesis, aktivasi resorpsi kalsium tulang,
dan kartilago, dan merespon hormonal yang dapat menurunkan struktur
dan fungsi tulang (Boyle et al. 2003). Osteoklas dalam proses resorpsi
tulang mensekresi enzim kolagenase dan proteinase lainnya, asam laktat,
serta asam sitrat yang dapat melarutkan matriks tulang. Enzim-enzim ini
memecah atau melarutkan matriks organik tulang sedangkan asam akan
melarutkan garam-garam tulang. Melalui proses resorpsi tulang,
osteoklas ikut mempengaruhi sejumlah proses dalam tubuh yaitu dalam
mempertahankan keseimbangan kalsium darah, pertumbuhan dan
perkembangan tulang serta perbaikan tulang setelah mengalami fraktur.
Aktifitas osteoklas dipengaruhi oleh hormon sitokinin. Osteoklas
memiliki reseptor untuk kalsitokinin, yakni suatu hormon tiroid. Akan
tetapi osteoblas memiliki reseptor untuk hormon paratiroid dan begitu
teraktivasi oleh hormon ini, osteoblas akan memperoduksi suatu sitokin
yang disebut factor perangsang osteoklas. Osteoklas bersama hormon
parathyroid berperan dalam pengaturan kadar kalsium darah sehingga
dijadikan target pengobatan osteoporosis.

4. Bagaimana peran sistem skeletal pada sistem homeostasis?


Jawaban :

Tulang adalah jaringan hidup yang memiliki vaskularisasi yang baik,


dengan aliran darah total 200 - 400 mL/menit. Sel yang berperan dalam
pembentukan dan resorpsi tulang adalah osteoblas dan osteoklas
keduanya berasal dari sumsum tulang. Osteoblas sel pembentuk tulang,
osteosit memantau tekanan mekanis tulang. Struktur tulang
dipertahankan oleh protein dan mineral dalam jumlah yang adekuat.
Protein dan matriks tulang umumnya adalah kolagen tipe 1, yang juga
merupakan protein structurama utama di tendon dan kulit.
Tulang terdiri dari dua jenis yaitu tulang kompak atau kortikal, yang
menyusun lapisan luar dari hampir semua tulang dan merupakan 80%
dari tulang tubuh, dan tulang trabekular atau spongiosa di sebelah dalam
tulang kortikal yang menyusun 20% sisa tulang tubuh. Tulang
merupakan bentuk khusus jaringan ikat yang tersusun oleh kristal
mikroskopik fosfat kalsium yang tersusun didalam matriks kolagen.
Karena tingginya kandungan kalsium fosfat, maka tulang berperan
dalam homeostasis kalsium.
Homeostasis tulang dikontrol oleh siklus tulang yang berupa suatu
proses dua kegiatan antagonis yaitu pembentukan oleh osteoblas dan
resorbsi tulang oleh osteoklas. Proses homeostasis dimulai dengan
aktivasi osteoklas yang menggali terowongan kedalam tulang kortikal
diikuti pengisian rongga resorbsi tulang oleh osteoblas. Kedua sel ini
mensekresikan sejumlah besar kolagen tipe 1, protein matrik tulang
lainnya, dan alkali fosfatase. Osteoblas mensekresikan alkali fosfatase
yang menghidrolisis ester fosfat. Fosfat yang dibebaskan oleh hidrolisis
ester akan meningkatkan konsentrasi fosfat disekitar osteoblas dan dapat
menyebabkan kalsium fosfat mengendap.
Tulang yang baik dan sehat memerlukan kalsium dan vitamin
D.Kalsium diabsorbsi di usus dengan proses aktif dan pasif. Proses aktif
menjadi lebih penting pada situasi asupan kalsium dibawah optimal.
Kemampuan untuk merespon asupan kalsium terbatas dan absorbsi
kalsium secara aktif dapat mengkompensasi asupan kalsium yang rendah
tersebut, proses aktif tersebut memerlukan vitamin D.
Fungsi utama vitamin D adalah menjaga keseimbangan kadar normal
kalsium dan fosfat. Vitamin D terdiri dari vitamin D2 (ergokalsiferol)
dan vitamin D3 (kolekalsiferol), diabsorbsi di usus dari sumber
makanan. Vitamin D3 dibentuk kulit melalui proses fotosintesis 7-
dehidrokolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Pada hati, vitamin
D2 dan D3 mengalami hidroksilasi secara enzimatis menjadi 25-
Hydroxy vitamin D (25-OHD). Pada ginjal, bentuk ini kemudian akan
diubah menjadi 1,25-(OH)2D. Pembentukan 1.25 Dihydroxyl Vitamin D
(1.25-(OH)2D) membutuhkan hormon paratiroid (PHT) dan insulin like
growth factor-1 (IGF-1). Senyawa 1.25 (HO)2D merupakan metabolit
vitamin D yang aktif.

2.3.4 Rangkuman Permasalahan

SKELETAL

2.3.5 Learning Issue


1. Bagaiman identifikasi susunan anatomi tulang dan sendi?
2. Bagaimana klasifikasi susunan tulang?
3. Bagaimana identifikasi bone marking?
4. Bagaimana proses ossifikasi?
5. Bagaimana vaskularisasi dan inervasi dari tulang?
6. Bagaimana klasifikasi jenis persendian?
7. Bagaimana mekanisme gerak sendi?
8. Bagaimana vaskularisasi dan inervasi persendian?
9. Bagaimana histologi tulang dan komponen penyusun tulang?
10. Bagaimana proses remodeling tulang?
11. Bagaimana proses metabolism dan homeostasis kalsium?

2.3.6 Referensi
Persendian atau artikulasi adalah hubungan antar tulang-tulang yang
membentuk sistem gerak pada manusia. Persendian berperan penting dalam
proses gerak yang dilakukan oleh manusia. Gerakan antara tulang yang satu
dengan tulang yang lainnya pada persendian di ikat oleh jaringan yang disebut
ligamen. Gerakan pada persendian dilapisi oleh minyak sendi, jika minyak sendi
pada tulang habis maka gerakan pada persendian akan menyebabkan rasa sakit
yang luar biasa. Jenis-jenis sendi

Secara fungsional sendi dibagi menjadi :

1. Synarthrosis adalah sendi yang terdapat kesinambungan karena diantara


kedua ujung tulang yang bersendi terhadap suatu jaringan. Sendi ini
merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.

2. Dyarthrosis adalah sendi terdapat ketidaksinambungan karena di antara


tulang yang bersendi terdapat rongga (cavum articulare). Sendi ini
merupakan sendi yang pergerakannya bebas.

Diartrosis berdasarkan kemungkinan gerak dibagi menjadi :


1. Sendi kejur (amphiartrosis): kemampuan gerak sangat sedikit
-Symphysis; dihubungkan oleh fibro kartilago. Cth: intervertebral disc,
pubic symphysis.
2. Articulationes: kemampuan gerak luas
a. Sendi sumbu 1 :
1. Sendi engsel/ hinge joint (ginglymus): sumbu gerak tegak lurus pada
arah panjang tulang. Contoh: art.interphalangeae, humero- ulnaris
2. Sendi kisar/ pivot joint (art. trochoidea) : sumbu gerak kira-kira sesuai
dengan arah panjang tulang. Cth: art.radioulnaris, atlantodentalis.
b. Sendi sumbu 2: kedua sumbu gerak berpotongan tegak lurus.
1. Sendi telur/ ellipsoidal joint (art. Ellipsoidea) : kepala sendi cekung
berbentuk ellipsoid dengan sumbu panjang & sumbu pendek. Cth:
art.radiocarpae
2. Sendi pelana/saddle joint(art.sellaris): permukaan sendi berbentuk
pelana; arah sumbu yang satu permukaannya cembung dan arah sumbu
yang lain cembung. Contoh: art.carpo-metacarpea.
c. Sendi sumbu 3 (arthroida): kemampuan gerak paling luas; kepala
sendi berbentuk bola.
1. Sendi peluru/ ball dan socket joint (art. Globoidea): lekuk sendi
mencakup kurang dari setengah kepala sendi. Contoh: art.humeri.
2. Sendi buah pala (enarthrosis spheroidea) : lekuk sendi mencakup lebih
dari setengah kepala sendi. Contoh: art. Coxae.

2.3.7 Pembahasan Learning Issue


1. Bagaiman identifikasi susunan anatomi tulang dan sendi?
Jawaban :
Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagai tempat melekatnya
otot-otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi, pengganti
sel-sel yang rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak
pengendali, dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut.
Rangka manusia terdiri dari tulang-tulang yang menyokong tubuh
manusia yang terdiri atas tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang
anggota gerak.
Fungsi utama sistem musculoskeletal adalah untuk mendukung dan
melindungi tubuh dan organ-organnya serta untuk melakukan gerak.
Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing
substruktur harus berfungsi dengan normal. Enam substruktur utama
pembentuk sistem musculoskeletal antara lain: tendon, ligamen, fascia
(pembungkus), kartilago, tulang sendi dan otot. Tendon, ligamen, fascia
dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak. Sedangkan tulang sendi
diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh. Peran mereka dalam
musculoskeletal system keseluruhan sangatlah penting sehingga tulang
sendi sering disebut sebagai unit fungsional sistem musculoskeletal.
Dalam kaitannya dengan ergonomi, sistem otot dan rangka
merupakan alat gerak pada manusia dan berperan dalam membentuk
postur dalam bekerja. Sistem ini berguna dalam mendesain/ merancang
tempat kerja, peralatan kerja, dan produk baru yang harus disesuaikan
dengan karakteristik manusia (fitting job to the man). Sistem otot dan
rangka berpengaruh dalam kemampuan dan keterbatasan manusia dalam
melakukan suatu pekerjaan. Sistem syaraf 11 merupakan pengendali dari
semua kegiatan dan aktivitas termasuk gerakan system otot dan rangka.

2. Bagaimana klasifikasi susunan tulang?


Jawaban :
Tulang padat yang langsung di bawah periosteum disebut tulang
kompak; tulang kompak mendalam untuk tulang trabekula kecil atau
spikula dari tulang kanselus (atau spons).
■ Dalam tulang panjang dari anggota tubuh kedua jenis dari
jaringan tulang matur terjadi di kedua tonjolan, ujungnya bulat, yang
disebut epifisis, dan di batang intervensi atau diafisis.
■ Tulang imatur, yang disebut tulang primer (woven bone),
terbentuk selama osteogenesis atau perbaikan dan memiliki matriks
kalsifikasi dengan serat kolagen diatur secara acak.
■ Oleh aksi dari osteoklas dan osteoblas, tulang primer mengalami
perputaran yang cepat dan berubah menjadi tulang sekunder (lamellar
bone) dengan matriks baru disimpan di lapisan yang berbeda dengan
berkas-berkas kolagen paralel; baik tulang kompak dan tulang kanselus
merupakan tulang sekunder.
■ Tulang yang paling sekunder terdiri dari lamela diatur konsentris
sekitar kanal sentral kecil yang berisi pembuluh darah dan saraf;
organisasi ini disebut osteon atau sistem haversian.
■ Dalam setiap osteon lakuna osteosit terjadi antara lamela, dengan
kanalikuli memancar melalui lamela, yang memungkinkan semua sel
untuk berhubungan dengan kanal sentral.

3. Bagaimana identifikasi bone marking?


Jawaban :
a. Depressions and openings (tempat yang dilalui jaringan ikat lunak, seperti
saraf, pembuluh darah, ligamen, dan tendon) or formation of joints.
1) Fissura, lubang yang berbentuk celah.
2) Foramen, lubang yang dilalui oleh pembuluh darah, saraf, dan ligamen.
3) Fossa, lembah landai.
4) Sulcus, parit sepanjang permukaan tulang yang mengakomodasikan
pembuluh darah, saraf, tendon.
5) Meatus, liang untuk pembuluh darah dan saraf.
b. Prosessus (tonjolan pada tulang yang membentuk sendi atau tempat
pelekatan jaringan ikat lunak, seperti ligamen dan tendon).
1) Prosessus yang membentuk sendi
a) Kondilus, tonjolan yang bagian ujungnya membesar.
b) Facet/facies, dataran.
c) Caput, kepala.
2) Prosessus yang membentuk hubungan pada jaringan ikat lunak
a) Krista, rigi.
b) Epikondilus, penonjolan diatas kondilus.
c) Linea, panjang, garis pinggir (kurang menonjol dibanding krista).
d) Prosessus spinosus, tajam, tonjolan kecil.
e) Trochanter, tonjolan untuk bertumpu, sangat besar.
f) Tuberkulum, tonjolan kecil.
g) Tuberositas, tonjolan kasar.

4. Bagaimana proses ossifikasi?


Jawaban :

Proses Pembentukan Tulang (osifikasi)

Jumlah tulang yang menyusun rangka tubuh manusia saat bayi yaitu
270 tulang, Namun setelah dewasa jumlahnya akan berkurang menjadi
206 tulang. Meskipun jumlah tulang saat bayi lebih banyak namun
umumnya tulang bayi belum berfungsi dengan sempurna untuk
menopang tubuhnya. Tulang bayi harus melalui osifikasi atau proses
pembentukan tulang agar dapat berfungsi seperti seharusnya. Lebih
lengkapnya, Osifikasi adalah proses dimana sel mesenkim dan kartilago
diubah menjadi tulang selama pengembangan. Proses pembentukan
tulang terjadi pada masa embrio. Ketika, masih dalam bentuk embrio,
rangka tubuh terdiri atas tulang rawan yang terbentuk dari sel-sel
mesenkim. Proses pembentukan tulang terjadi secara terus menerus dan
menyebabkan bertambah besarnya ukuran tulang. Sel yang berperan
dalam proses pembentukan tulang yaitu osteoblas dan osteoklas.
Osteoblas adalah sel pembentuk tulang keras yang ada dalam tulang
rawan, osteoblas ini mengisi jaringan disekelilingnya dengan
membentuk sel tulang secara konsentris. Setiap sel tulang akan
mengelilingi pembuluh darah dan serabut saraf membentuk sistem
Havers. Selanjutnya, di sekeliling tulang tersebut akan terbentuk
senyawa protein pembentuk matriks tulang yang akan mengeras karena
terdapat garam kapur dan garam fosfat. Di dalam tulang juga terdapat
osteklas yang berfungsi menyerap kembali sel tulang yang sudah rusak.
Adanya aktivitas sel osteoklas maka tulang akan memiliki rongga dan
nantinya akan terisi oleh sumsum tulang. Osteoklas membentuk rongga
dan osteoblas akan membentuk osteosit baru kearah permukaan luar
sehingga tulang akan membesar dan berongga.

Terdapat 2 tahap dalam Osifikasi atau proses pembentukan tulang,


yaitu osifikasi intramembran dan endokondrium.

1. Osifikasi Intramembran

Proses osifikasi intramembran ini terjadi saat membran menyerabut


digantikan oleh jaringan tulang. Osifikasi intramembran hanya terjadi di
tulang pipih tertentu. Berikut proses osifikasi intra membran yang
diringkas dalam dua langkah dasar:

 Tulang spons mulai berkembang di pusat osifikasi yaitu tempat


dalam membran.
 Sumsum tulang merah terbentuk dalam jaringan spons, diikuti
dengan pembentukan tulang padat pada bagian luarnya.
2. Osifikasi Endokondrium

Proses ini terjadi saat tulang rawan hilang dan digantikan oleh
jaringan tulang. Osifikasi endokondrium terjadi pada sebagian besar
tulang tubuh. Berikut ini adalah proses atau langkah-langkah osifikasi
endokondrium:

 Pada pusat osifikasi primer, tulang rawan hialin pecah membentuk


rongga.
 Kuncup periosteum yang terdiri atas osteoblas, osteklas, sumsum
merah, saraf dan pembuluh darah limfa memasuki rongga. Osteoblas
menghasilkan jaringan tulang spons.
 Osteoklas memecah jaringan tulang spons yang baru terbentuk lalu
membentuk rongga medula. Rongga medula akan semakin besar saat
mengikuti penyebaran pusat osifikasi primer pada bagian ujung tulang.
 Tulang rawan akan digantikan oleh jaringan tulang padat pada
bagian luar tulang.
 Pusat osifikasi sekunder terbentuk dibagian epifisis dalam tulang
panjang. Kuncup periosteum terbentuk, namun jaringan tulang spons
yang nantinya berkembang tidak digantikan oleh rongga medula.
 Tulang rawan yang tersisa di luar epifisis akan membentuk tulang
rawan persendian. Sedangkan tulang rawan yang tersisa diantara pusat
pengembangan osifikasi primer dan sekunder yang membesar
membentuk lempeng epifisis.

5. Bagaimana vaskularisasi dan inervasi dari tulang?


Jawaban :

Tulang divaskularisasi melaui foramen nutrient yang terdapat di


bagian diaphyisis dari tulang. Foramen ini akan dilalui oleh arteri
nutrient. Arteri nutrient akan memberikan gizi untuk daerah ossifikasi
primer. Arteri nutrient akan terbagi menjadi dua, arteri nutrien distal dan
arteri nutrient proksimal. Inervasi dari tulang akan bersamaan dengan
vaskularisasi dari tulang. Untuk penebalan tulang vaskularisasi dari
tulang akan dibantu dengan periosteum, periosteum akan menyelimuti
daerah vaskularisasi yang akan dijadikan canal havers yang terdapat di
tulang.

6. Bagaimana klasifikasi jenis persendian?


Jawaban :

Berdasarkan Arah Gerakannya Antara Lain Ialah Sebagai Berikut :


 Sendi engsel ialah hubungan antartulang yang memungkinkan suatu
gerakan tersebut dapat satu arah maju ataupun mundur. sebagai contoh
sendi engsel ialah pada persendian pada siku dan juga lutut dan lain-
lain.
 Sendi peluru ialah hubungan antar tulang yang memungkinkan suatu
gerak ke segala arah atau bebas. sebagai contoh sendi peluru ialah pada
persendian antara tulang paha dan juga tulang gelang panggul dan lain-
lain.
 Sendi putar ialah hubungan antartulang yang dapat memungkinkan suatu
gerakan tulang yang satu mengelilingi dengan tulang lainnya ialah
sebagai poros.sebagai contoh sendi putar ialah pada persendian tulang
tengkorak dan juga pada tulang atlas dan lain-lain.
 Sendi geser ialah hubungan antartulang yang memungkinkan suatu
gerakan tulang yang satu dengan menggeser tulang yang lain. sebagia
contoh sendi geser ialah pada persendian antartulang karpal.
 Sendi pelana ialah sendi antartulang yang memungkinkan suatu gerakan
tulang ke dua arah yang saling tegak lurus. sebagai contoh sendi pelana
ialah persendian pada tulang tumit dan juga pada tulang kering.

Berdasarkan Sifat :
 Sinartosis (Synarthrosis) atau juga disebut dengan sendi mati ialah
hubungan pada antartulang yang tidak memungkinkan untuk dapat
terjadinya suatu gerakan, sebagai contohnya ialah pada persendian
tulang tengkorak.
 Amfiartrosis (Amphiarthrosis) atau juga disebut dengan sendi kaku ialah
hubungan antartulang yang hanya sedikit dan memungkinkan untuk
dapat terjadinya gerakan. sebagai contohnya sendi kaku ialah pada
persendian pada tulang-tulang pergelangan suatu tangan, persendian
tulang pada pergelangan suatu kaki, dan lain lain.
 Diartrosis atau juga disebut dengan sendi gerak ialah hubungan pada
antartulang yang memungkinkan untuk terjadinya suatu gerak, baik itu
gerak satu arah, dua arah, ataupun gerak ke segala arah.

Berdasarkan Strukturnya :
 Sendi fibrosa ialah sendi yang terdiri dari serat-serat kolagen yang pada
sebagian besar ialah dari sendi fibrosa yang tidak dapat digerakkan sama
sekali disebabkan karena pada jarak antar tulang tesebut sangat dekat
yang juga dipisahkan oleh selapis jaringan ikat fibrosa. sebagai contoh
ialah sutura antara tulang tengkorak.
 Sendi kartilaginosa ialah persendian yang pada arahnya gerakannya
tersebut kurang ataupun terbatas. sendi tersebut yang hubungkan oleh
tulang rawan hialin. sebagai contohnya ialah tulang iga.
 Sendi sinovial ialah sendi yang arah gerakannya tersebut dapat leluasa
ataupun bebas, sendi sinovial tersebut ialah sendi yang paling banyak
dalam tubuh manusia. sebagai contohnya ialah sikut dan juga lutut,
bahu serta panggul, dan lain-lain.

7. Bagaimana mekanisme gerak sendi?


Jawaban :

Sistem gerak pada manusia dibedakan menjadi 2 macam yaitu: sistem 
gerak aktif, dan sistem gerak pasif.

1. Sistem Gerak Aktif (Sistem Gerak Otot)

Otot merupakan alat gerak aktif. Menurut cara kerjanya, otot dibedaka
n menjadi otot sinergis dan otot antagonis.Otot sinergis adalah dua otot a
tau lebih yang tujuan kerjanya sama. Misalnya, otot- otot antara tulang
rusuk
yang bekerja sama saat terjadi pengambilan dan pengembusan nafas. 

Sedangkan otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerja
nya berlawanan. Misalkan, otot bisap, dan otot trisep. Kedua otot tersebu
t dapat menimbulkan dua gerakan yaitu;

 Gerak fleksi : terjadi karena otot bisep berkontraksi, sedangkan oto
t trisep relaksasi.
 Gerak ekstensi: terjadikarena otot trisep berkontraksi, sedangkan ot
ot bisep berelaksasi. 

2. Sistem Gerak Pasif (Sistem gerak Tulang)

Tulang disebut juga sebagai alat gerak pasif. Hubungan antara dua tul
ang atau lebih disebut persendian.  Tipe persendian :

a. Diartosis

Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan terjadinya gerak ya
ng sangat bebas. Diartosis dibedakan menjadi beberapa jenis, diantarany
a:

1. Sendi engsel, persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan k
e satu  arah. Sebagai contoh: persendian pada tulang siku dan lutut. 
2. Sendi pelana, persendian yang memungkinkan gerakan kedua arah.
Sebagai contoh: persendian antar tulang ibu jari dengan tulang telapak
tangan. 
3. Sendi putar, persendian tulang yang satu mengitari tulang yang lain
sehinga menimbulkan gerak rotasi. Sebagai contoh: persendian antar len
gan atas dengan lengan bawah. 
4. Sendi peluru, persendian ulang yang gerakannya paling bebas diant
ara per-sendian yang lainnya, yaitu dapat bergerak ke segala arah. Sebag
ai contoh: persendian antara tulang lengan atas dengan gelang bahu. 
5. Sendi luncur, persendian yang memungkinkan pergerakan badan
melengkung ke depan, ke belakang, dan memutar. Sebagai contoh; perse
ndian pada pergelangan kaki. 
6. Sendi geser, persendian yang gerakannya hanya menggeser.
Sebagai contoh: persendian pada hubungan antar ruas-
ruas tulang belakang. 

8. Bagaimana vaskularisasi dan inervasi persendian?


Jawaban :

Persendian akan divaskularisasi dengan vena dan arteri disekitarnya,


pembuluh darah di sekitar sendi akan menjadi tempat drainase dari
cairan synovial yang terdapat di dalam sendi synovial. Inervasi pada
sendi banyak menyarafi proprioceptor yang terdapat pada persendian.

9. Bagaimana histologi tulang dan komponen penyusun tulang?


Jawaban :
A. Histologi Tulang Rawan/Kartilago
Tulang rawan (kartilago) adalah bentuk khusus jaringan ikat
yang juga berasal dari mesenkim.Serupa dengan jaringan ikat, tulang
rawan terdiri atas sel dan matriks ekstraseluler yang terdiri dari serat
jaringan ikat dan substansia fundamentalis.Berbeda dari jaringan
ikat, tulang rawan bersifat nonvaskular dan menerima makanan
dengan difusi melalui matriks ekstraseluler.
Kolagen, asam hialuronat, proteoglikan, dan sejumlah kecil
glikoprotein adalah makromolekul utama yang terdapat di semua
jenis matriks tulang rawan.Terdapat perikondrium yang
menyelubungi jaringan ikat padat yang mengelilingi tulang rawan di
kebanyakan tempat, yang membentuk tempat pertemuan antara
tulang rawan dan jaringan yang disangga tulang rawan tersebut.
Terdapat tiga jenis sel yang berhubungan dengan kartilago,
yaitu :
1) Kondrogenik, yaitu sel berbentuk gelendong, kecil, yang berasal dari
sel-sel mesenkim. Mereka memiliki inti berbentuk ovoid dengan satu
atau dua anak inti. Sitoplasma tipis, apparatus golgi yang kecil,
sedikit mitokondria, beberapa retikulum endoplasma (RE) kasar, dan
ribosom yang sangat banyak. Sel-sel ini dapat berdiferensiasi sebagai
kondroblas dan sel-sel osteoprogenitor.
2) Kondroblas, yaitu sel yang berbentuk bulat, basofilik, dan terlihat
berbagai organel yang dibutuhkan dalam sintesis protein. Sel ini
banyak mengandung RE kasar, kompleks golgi yang berkembang
baik, beberapa mitokondria, dan vesikel sekretorik yang berlimpah.
3) Kondrosit, adalah kondroblas yang dikelilingi oleh matriks. Sel-sel
yang berada di perifer berbentuk ovoid, sedangkan yang berada pada
lapisan yang lebih dalam berbentuk lebih bulat, dengan diameter
antara 10-30 µm. kondrosit memiliki inti yang besar dan anak inti
yang menonjol, serta organel lainnya sebagaimana sel yang
mensekresikan protein. Kondrosit muda memiliki sitoplasma yang
terpulas pucat dengan banyak mitokondria, satu RE kasar yang
berkembang, apparatus golgi yang berkembang baik, dan glikogen.

a) Histologi Tulang Rawan/Kartilago Hialin


Tulang rawan atau kartilago hialin adalah substansi berwarna
abu-abu kebiruan, agak transparan, dan lentur, merupakan kartilago
yang paling banyak didapatkan di tubuh. Pada embrio, tulang rawan
hialin berfungsi sebagai model kebanyakan tulang. Seiring dengan
pertumbuhan, model tulang rawan secara bertahap diganti dengan
tulang melalui proses yang disebut osifikasi endokondral. Pada orang
dewasa, kebanyakan model tulang rawan hialin telah diganti dengan
tulang, kecuali tulang rawan permukaan sendi, ujung iga (tulang
rawan iga), hidung, laring, trakea, serta di bronki (Eroschenko,
2010). Tulang rawan ini juga ditemukan di lempeng epifisis, yang
berperan bagi pertumbuhan memanjang pada tulang.
Licinnya kartilago hialin dan kemampuannya untuk tahan
terhadap tekanan dan regangan sangat penting bagi fungsinya di
permukaan sendi.Karena kartilago bersifat avaskular, nutrisi dan
oksigen harus berdifusi melalui air yang terdapat di dalam
matriks.Hormon dan vitamin juga memiliki peran dalam
mempengaruhi perkembangan, pertumbuhan, dan fungsi kartilago.

b) Histologi Tulang Rawan/Kartilago Elastis


Tulang rawan elastis serupa dengan tulang rawan hialin, namun
memiliki lebih banyak serat elastis bercabang di dalam
matriksnya.Tulang rawan ini bersifat sangat lentur dan terdapat di
telinga luar, dinding tuba auditorius, epiglotis, dan laring .
Karena mengandung serat elastis, pada keadaan segar kartilago
ini berwarna kekuningan dan lebih buram daripada kartilago hialin.
Pada lapisan luar perikondrium mengandung banyak serat
elastis halus yang bercabang dan tersebar, bersama dengan kumpulan
serat kolagen tipe II, membuatnya lebih lentur dari matriks
kartilagohialin. .Kondrosit pada kartilago elastin lebih banyak
jumlahnya dan
berukuran lebih
besar dari
kondrosit pada
kartilago hialin.
Matriksnya tidak
sebanyak matriks
pada kartilago
hialin, dan
kumpulan serat
elastis pada
matriks
teritorium lebih
besar dan kasar
dari matriks
interteritorium.
c) Histologi Tulang Rawan Fibrosa/Fibrokartilago
Fibrokartilago atau kartilago fibrosa memiliki berkas-berkas
serat kolagen kasar yang padat dan tidak teratur dalam jumlah
besar.Berbeda dari tulang rawan hialin dan elastis, fibrokartilago
terdiri atas lapisan matriks tulang rawan diselingi lapisan serat
kolagen tipe I
padat.Serat
kolagen ini
berorientasi sesuai
arah tegangan
fungsional.

Fibrokartilago didapatkan pada diskus intervertabralis, simfisis


pubis, diskus antikular, dan perlekatan pada tulang. Fibrokartilago
dikaitkan dengan kartilago hialin karena memiliki kemiripan yaitu
terdapatnya jaringan penyambung padat.Fibrokartilago tidak
memiliki perikondrium. Kondrosit seringkali berada di tepi, tersusun
paralel, bersama dengan kumpulan serat kolagen yang tebal dan
kasar, yang paralel dengan kekuatan regangan yang didapat jaringan
ini.
Kondrosit pada fibrokartilago umumnya berasa dari fibroblas
yang mulai memproduksi proteoglikans.Ketika substansi dasar
mengelilingi fibroblas, sel terkurung di dalam matriksnya sendiri dan
berdiferensiasi menjadi kondrosit.
Diskus intervebralis merepresentasikan contoh fibrokartilago yang
tersusun rapi.Letaknya di antara kartilago hialin yang menutupi
permukaan sendi dari vertebra di bawahnya.Setiap diskus
mengandung substansi gelatinosa, disebut dengan nukleus pulposus,
yang terdiri atas sel-sel berasal dari notokord, terletak pada matriks
yang banyak mengandung asam
hialuronat.

B. Histologi Tulang
Tulang adalah jaringan
yang dinamis dan terus
menerus mengalami perubahan
untuk menyesuaikan dengan
tekanan yang
dialaminya.Tulang juga
merupakan struktur jaringan
utama untuk menyokong dan
melindungi organ tubuh,
termasuk otak dan korda
spinalis, serta struktur di dalam
rongga toraks.Tulang berfungsi
sebagai tuas bagi otot rangka
untuk melakukan gerak.Selain
itu, tulang merupakan tempat penyimpanan berbagai mineral di
dalam tubuh, seperti misalnya kalsium.Tulang memiliki rongga di
tengahnya, rongga sumsum, yang adalah tempat sumsum tulang,
suatu organ hemopoetik atau sebagai tempat diproduksinya sel darah.
Jaringan tulang mengandung matriks ekstraseluler yang
berlimpah dan tersebar secara luas pada sel. Matriks ekstraseluler
pada jaringan tulang terdiri atas 25% air, 25% serabut kolagen, dan
50% garam-garam mineral yang mengendap.
Garam mineral yang dominan berlimpah pada jaringan tulang adalah
kalsium fosfat [Ca3(PO4)2]. Kalsium fosfat bergabung dengan garam
mineral lain, yaitu kalsium hidroksida [Ca(OH)2], yang kemudian
akan mengendap.
Pada saat mengalami pengendapan, endapan ini bergabung
dengan garam mineral lain, yaitu kalsium karbonat (CaCO3), dan
ion-ion berupa magnesium, fluor, kalium, dan sulfat. Kemudian,
garam-garam mineral ini bekerjasama dengan serabut kolagen dan
menyebabkan jaringan mengeras. Proses ini disebut dengan
kalsifikasi, yaitu proses yang menginisiasi pembentukan sel-sel
tulang yang disebut osteoblas.
Tulang tertutup pada permukaan luarnya oleh periosteum,
kecuali pada sisi artikulasi sinovial.Periosteum terdiri atas jaringan
ikat padat fibrosa pada permukaan luarnya dan lapisan dalam yang
mengandung sel-sel osteoprgenitor (osteogenik).Rongga sumsum
dilapisi oleh endosteum, suatu jaringan ikat yang terdiri atas jaringan
ikat padat serta selapis sel-sel osteoprogenitor dan osteoblas.
Terdapat empat jenis sel tulang, yaitu:
1) Osteoprogenitor, terletak pada lapisan dalam periosteum, lapisan
kanal Havers, dan pada endosteum. Sel ini berpotensi untuk
berdiferensiasi menjadi osteoblas. Namun, pada saat kadar oksigen
rendah, sel-sel ini dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel kondrogenik.
Sel-sel osteoprogenitor berbentuk gelendong dan memiliki inti
lonjong dan terpulas pucat; sitoplasma sangat sedikit dan terpulas
pucat, mengandung RE kasar yang tersebar dan apparatus golgi yang
tidak berkembang, namun memiliki ribosom bebas yang berlimpah.
Sel-sel ini paling aktif selama masa pertumbuhan tulang yang intens.
2) Osteoblas, berasal dari sel-sel progenitor dan berkembang di bawah
pengaruh protein morfogenik tulang dan faktor-β penumbuh
transformasi. Osteoblas bertanggung jawab pada sintesis komponen
protein organik di matriks tulang, termasuk kolagen tipe I,
proteoglikans, dan glikoprotein. Osteoblas terdapat pada permukaan
tulang yang tersusun seperti selubung, yang terdiri atas sel kuboid
sampai kolumnar.
3) Osteosit, yang terdapat dalam rongga-rongga (lakuna) di antara
lapisan (lamela) matriks tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang matur
yang berasal dari osteoblas. Terdapat sampai 20.000 hingga 30.000
osteosit per mm3tulang. Terdapat salurang yang mengarah ke luar
dari lakuna; saluran ini sempit seperti terowongan, disebut
kanalikuli. Pada kanalikuli ini terdapat prosesus sitoplasmik dari
osteosit. Prosesus ini membentuk hubungan dengan prosesus dari
osteosit di sebelahnya, membentuk neksus/taut kedap (gap junction),
yang mana ion dan molekul kecil dapat berpindah di antara sel.
Kanalikuli juga mengandung cairan ekstraseluler yang membawa
nutrisi dan metabolit yang akan memberikan makanan bagi osteosit.
Inti sel osteosit datar, sitoplasma mengandung sedikit organel,
sedikit RE kasar, dan apparatus golgi yang sangat berkurang.
Osteosit berperan penting dalam menyekresikan substansi yang
penting bagi pemeliharaan tulang. Selain itu, berperan juga dalam
transduksi mekanik, dalam hal mereka berespons terhadap stimulus
berupa regangan pada tulang, dan akan melepaskan siklik adenosin
monofosfat (cAMP), osteoklansin, dan faktor penumbuh mirip
insulin. Pelepasan faktor-faktor ini akan memfasilitasi perekrutan
proasteoblas untuk membantu perombakan tulang (dengan
penambahan tulang), tidak hanya untuk pertumbuhan dan
perkembangan tulang, namun juga kekuatan yang diberikan tulang
untuk jangka panjang.
4) Osteoklas, berperan dalam penyerapan tulang, dan saat selesai
melakukan tugasnya, sel-sel ini kemungkinan mengalami apoptosis.
Osteoklas adalah sel yang besar, motil, berinti banyak, dengan
diameter 150 µm; mengandung sampai 50 inti dan memiliki
sitoplasma yang asidofilik.

Tulang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, antara lain:


(a) Tulang panjang menunjukkan tulang yang panjang, dan berlokasi di
antara dua kepala/ujung yang besar. Contohnya tibia.
(b) Tulang pipih berbentuk datar, tipis, dan seperti lempengan.
Contohnya tulang-tulang yang membentuk tengkorak.
(c) Tulang iregular memiliki bentuk yang iregular dan tidak termasuk di
dalam klasifikasi lainnya. Contohnya tulang sphenoid dan ethmoid di
dalam rongga tengkorak.
(d) Tulang sesamoid berkembang di dalam tendon, yang mana mereka
meningkatkan keuntungan mekanis bagi otot pada suatu sendi.
Contohnya patella.
Terdapat dua ciri struktur tulang yang berbeda, yaitu bagian
tulang yang sangat padat di sisi permukaan luar adalah tulang
padat/kompak, sementara bagian yang berpori yang melapisi rongga
sumsum tulang adalah tulang berongga atau spongiosa. Pada tulang
spongiosa terdapat percabangan trabekula tulang dan spikula yang
menjorok dari permukaan internal tulang kompak menuju rongga
sumsum tulang. Bagian ini berisi lakuna yang ditempati osteosit
yang mendapat nutrisi dari berdifusi pada rongga sumsum tulang,
yang berisi sumsum tulang.

 Tulang Kompak
Tulang kompak tersusun atas lapisan tipis tulang, yaitu
lamela yang akan teratur dalam bentuk sistem lamelar yang khusus
terlihat jelas pada diafisis tulang panjang. Lamelar sistem adalah
lamela sirkumferens luar, lamela sikumferens dalam, dan osteon
(sistem kanal Havers), dan lamela interstitial.
Di tulang panjang, lamela sirkumferens luar terletak di bagian
dalam periosteum.Lamela sirkumferens dalam mengelilingi rongga
sumsum tulang.Osteon (sistem kanal Havers) mengelilingi saluran-
saluran dengan pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat
longgar.Ruang di osteon yang mengandung pembuluh darah dan
saraf adalah kanalis sentralis (Havers).Sebagian besar tulang kompak
terdiri dari osteon.Lakuna dengan osteosit dan terhubung melalui
kanalikuli ditemukan di antara lamela pada setiap osteon yaitu
lamela interstitial.

 Tulang Spongiosa
Hal yang paling membedakan antara tulang kompak dan
tulang spongiosa adalah tulang spongiosa tidak mengandung
osteon.Tulang spongiosa mengandung lamela yang berbentuk tidak
teratur yang disebut trabekula, diatur dalam jaringan kisi-
kisi.Ruangan di antara trabekula membantu tulang terlihat lebih
cerah secara makroskopik dan kadang-kadang berisi sumsum tulang
merah, yang mana disini banyak mengandung pembuluh darah
kecil.Di antara trabekula terdapat lakuna, yang mengandung
osteosit.Osteosit menerima nutrir dari sirkulasi darah melalui
pembuluh-pembuluh darah pada ruangan trabekula (Tortora, 2009).
Jaringan tulang spongiosa menyebabkan interior jaringan ini
pendek, datar, dan tidak beraturan.Tulang spongiosa dibungkus oleh
lapisan tulang kompak sebagai pelindung (Tortora, 2009).
10. Bagaimana proses remodeling tulang?
Jawaban :

Pertumbuhan tukang (modeling) mengarah ke proses pengubahan


ukuran dan bentuk tulang. Pertumbuhan tersebut terjadi hingga akhir
pubertas, akan tetapi peningkatan kepadatan masih terjadi hingga
decade ke empat. Sedang remodeling adalah proses regenerasi yang
terjadi secara terus-menerus dengan mengganti tulang lama dengan
tulang yang baru. Kerangka tubuh ini mirip dengan sebuah bangunan
karena akan mengalami renovasi terus-menerus untuk memperbaiki
diri. Tempat dimana terjadi peristiwa remodeling diberi istilah basic
multicellular unit (BMUs) atau bone remodeling unit.
Proses remodeling meliputi dua aktifitas yaitu proses pembongkaran
tulang (bone resorpsion) yang diikuti oleh proses pembentukan tulang
baru (bone formation), proses yang pertama dikenal sebagai aktivitas
osteoklas sedang yang kedua dikenal sebagai aktivitas osteoblast.
Osteoblas adalah sel-sel tulang yang membentuk lapisan tulang baru
selama tahap pembentukan dalam proses remodeling tulang. Sel-sel ini
mengisi rongga dan terowongan yang dibuat oleh osteoklas. Osteoklas
adalah sel-sel penghilang tulang yang melarutkan dan mengikis tulang
selama tahap-tahap dari proses resorpsi remodeling tulang.
bone-remodelingPertama osteoklas akan mengikis dan membuat
rongga pada tulang yang dikenal dengan istilah resorpsi. Lalu osteoblast
akan sibuk membangun kembali lubang galian dengan tulang baru yang
lebih kuat (formation).
Remodeling berlangsung antara 2-8 minggu dimana waktu terjadinya
pembentukan tulang berlangsung lebih lama dibandingkan dengan
terjadinya resoprsi tulang. Terjadinya osteoporosis salah satunya karena
aktifitas resopsi tulang yang lebih cepat sedangkan pembentukan tulang
lebih lama, sehingga tulang menjadi keropos. Proses remodeling
berlangsung sejak pertumbuhan tulang sampai akhir proses kehidupan.
Tujuan remodeling tulang belum diketahui secara pasti, tetapi aktifitas
tersebut antara lain untuk :
 Mempertahankan kadar ion kalsium dan fosfat ekstraseluler.
 Memperbaiki kekuatan skeleton sebagai respon terhadap beban
mekanik.
 Memperbaiki kerusakan (repair fatique demage) tulang dan,
 Mencegah penuaan sel tulang

11. Bagaimana proses metabolismE dan homeostasis kalsium?


Jawaban :

Tulang merupakan tempat penyimpanan kalsium terbesar di dalam


tubuh, yaitu sebesar 99% dari jumlah kalsium di tubuh. Salah satu cara
agar kadar kalsium di dalam darah tetap seimbang adalah dengan
mengontrol resorpsi kalsium dari tulang ke darah dan deposisi kalsium
dari darah ke tulang. Sel otot dan saraf dapat bekerja bergantung dengan
kadar stabil dari ion kalsium (Ca2+) di cairan ekstraseluler (CES). Pada
proses penggumpalan darah juga membutuhkan Ca2+. Banyak enzim di
dalam tubuh yang kerjanya membutuhkan Ca2+ sebagai ko-faktor.
Akibatnya, kadar kalsium pada plasma darah harus dapat diregulasikan
antara 9 sampai 11 mg/100 mL. Peranan tulang pada homeostasis
kalsium adalah untuk membantu menyangga kadar Ca2+ dalam darah,
kemudian melepaskan Ca2+ ke plasma darah (menggunakan osteoklas)
saat kadarnya menurun, dan menyerap Ca2+ (menggunakan osteoblas)
apabila kadarnya meningkat (Tortora, 2009).

Perubahan kadar Ca2+ yang menurun di CES akan merangsang


sekresi hormon paratiroid (PTH) oleh kelenjar paratiroid. Hormon ini
bekerja secara langsung dan tidak langsung. Hormon ini bekerja secara
langsung terhadap organ ginjal, yang mana pada ginjal akan mengalami
dua macam sistem umpan balik (feedback system) yaitu positive
feedback system dan negative feedback system; serta tulang yang
meningkatkan resorpsi (pelepasan kalsium dari tulang ke darah) dengan
meningkatkan jumlah dan aktivitas osteoklas. Positive feedback yang
terjadi pada ginjal yaitu meningkatnya reabsorpsi (penyerapan kembali)
kalsium di tubulus distal dan kolektivus ginjal, sedangkan negative
feedback yang terjadi disini adalah dengan menurunkan ekskresi urin,
sehingga tidak banyak kalsium yang keluar. Selain itu, PTH juga
berperan dalam meningkatkan pembentukan kalsitriol (1,25-
dihidroksikolekalsiferol) di ginjal, yang mana kalsitriol merupakan
bentuk aktif dari vitamin D3 yang didapatkan dari matahari (sinar UVB).
Mekanisme sintesis vitamin D3 adalah sebagai berikut:

Di kulit terdapat senyawa kolesterol yaitu 7-dehidro kolesterol


(Provitamin D3)  Sinar UVB diserap oleh tubuh  Terbentuklah
Kolekalsiferol (Previtamin D3)  Beredar di dalam darah dan berikatan
dengan Vitamin D-binding protein  Dibawa ke hati dan disimpan 
Dihidroksilasi menjadi kalsidiol (25-hidroksikolekalsiferol)  Dibawa
ke ginjal  Diubah menjadi kalsitriol (1,25-dihidroksikolekalsiferol).
Kemudian, hormon kalsitriol ini akan bekerja pada usus untuk
meningkatkan absorpsi (penyerapan) kalsium. Setelah kadar kalsium
dalam darah sudah stabil, maka PTH akan non aktif (Tortora, GJ &
Derrickson,2014)

Hormon lain juga berperan dalam homeostasis kalsium, pada saat


kadar kalsium di dalam darah meningkat. Hormon ini adalah hormon
kalsitonin (CT) yang disekresikan oleh sel parafolikular di kelenjar
tiroid. CT akan menghambat aktivitas osteoklas, meningkatkan
kecepatan pengambilan Ca2+ oleh tulang, dan mempercepat proses
deposisi (penimbunan) kalsium di tulang. Sehingga, CT juga berperan
dalam pembentukan tulang dan penurunan kadar Ca2+ di dalam darah
(Tortora, GJ & Derrickson, B, 2009).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan, maka dapat kita ketahui
bahwa manusia memiliki sistem tubuh yang sangat berperan dalam membantu
manusia bertahan hidup. Secara khusus yang kita maksud disini adalah sistem
otot yang membantu manusia untuk bergerak. Otot sendiri terbagi menjadi
tiga yaitu otot polos, otot lurik dan otot jantung. Selain otot terdapat juga
persendian yang memungkan manusia dapat bergerak bebas dengan ketntuan
dari persendian yang terletak pada tiap-tiap bagian tubuh manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, V. 2016. Atlas Histologi difiore. Ed-12. Jakarta: EGC.

Gibson, J. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern. Jakarta: EGC.

Guyton & Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran. Ed-12. Jakarta: EGC.

KBBI Online

Langman. 2016. Embriologi Kedokteran. Ed-12. Jakarta: EGC.

Sherwood, L. 2016. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed-8. Jakarta: EGC.

Sobbota. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.

Paulsen. F & Waschke, J. 2012. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Ed-23. Jakarta:
EGC.

Tortora, GJ & Derrickson, B. 2014. Principles of Anatomy & Physiology. 14th Ed.
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai