DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Niza Anggi Marlitayani Rizki (016.06.0025)
Ulfa Fatimatuz Zuhra MS (017.06.0023)
Kadek Yulia Inggriani (017.06.0029)
Kinanti Puji Lestari (018.06.0028)
David Maulana Abdurrahman Q. (018.06.0029)
Mayditya Biman Surya (018.06.0033)
Aprilia Rahmawati (018.06.0034)
I Gde Sadhu Dharmika Utarayana (018.06.0035)
Kamila Safitri (018.06.0056)
Novi Ema Sri Wahyuni (018.06.0068)
Salma Rhihadatul Fitrah (018.06.0070)
Gusti Putu Satya Diva Pradana (018.06.0072)
Tutor : dr. Ronanarasafa S.Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 4 yang berjudul ‘SENDIKU’ dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 4 yang berjudul ‘’ meliputi seven jumps step yang dibagi menjadi dua sesi
diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari
berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. dr. Ronanarasafa S.Ked sebagai dosen fasilitator SGD 3 yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk
menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Masalah 2
1.3 Manfaat Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial 3
2.2 Skenario LBM 4 3
2.3 Pembahasan LBM 4 3
2.3.1 Klarifikasi Istilah 3
2.3.2 Identifikasi Masalah 4
2.3.3 Brain Stroming 5
2.3.4 Rangkuman Permasalahan 13
2.3.5 Learning Issue 13
2.3.6 Referensi 14
2.3.7 Pembahasan Learning Issue 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 33
DAFTAR PUSTAKA 34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
SENDIKU
Mario adalah seorang mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama. Ia
memiliki seorang adik perempuan berusia 13 tahun yang akan mengikuti
olimpiade sains tingkat nasional. Salah satu materi bimbingan olimpiade adalah
proses ossifikasi pada manusia dan peran system skeletal dan homeostasis. Adik
Mario belum memahami materi tersebut dan bertanya kepada kakaknya. Mario
menjawab pertanyaan adiknya dengan menjelaskan gambar-gambar berikut.
Dapatkah Anda menceritakan kembali penjelasan Mario setelah mengamati
gambar-gambar tersebut?
Anatomi Tulang
a. Tulang Panjang
b. Tulang Pendek
c. Tulang Pipih
Bagian dalam dan luar tulang ini terdiri atas lapisan tipis tulang
kompakta, disebut tabula, yang dipisahkan oleh selaput tipis tulang
spongiosa, disebut diploe. Scapula termasuk di dalam kelompok tulang
ini walaupun bentuknya iregular. Selain itu tulang pipih ditemukan
pada tempurung kepala seperti os frontale dan os parietale.
d. Tulang Iregular
e. Tulang Sesamoid
a. Osifikasi membranosa
b. Osifikasi Endokondral
Pembentukan tulang ini adalah bentuk tulang rawan yang terjadi pada
masa fetal dari mesenkim lalu diganti dengan tulang pada sebagian besar
jenis tulang (Moore dan Agur, 2002). Pusat pembentukan tulang yang
ditemukan pada corpus disebut diafisis, sedangkan pusat pada ujung-
ujung tulang disebut epifisis. Lempeng rawan pada masing-masing
ujung, yang terletak di antara epifisis dan diafisis pada tulang yang
sedang tumbuh disebut lempeng epifisis. Metafisis merupakan bagian
diafisis yang berbatasan dengan lempeng epifisis (Snell, 2012).
Penutupan dari ujung-ujung tulang atau dikenal dengan epifise line rerata
sampai usia 21 tahun, hal tersebut karena pusat kalsifikasi pada epifise
line akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap
tulang (Byers, 2008). Massa tulang bertambah sampai mencapai puncak
pada usia 30-35 tahun setelah itu akan menurun karena disebabkan
berkurangnya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas tetap
normal. Secara teratur tulang mengalami turn over yang dilaksanakan
melalui 2 proses yaitu modeling dan remodeling. Pada keadaan normal
jumlah tulang yang dibentuk remodeling sebanding dengan tulang yang
dirusak. Ini disebut positively coupled jadi masa tulang yang hilang nol.
Apabila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang
ini disebut negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut. Dengan
bertambahnya usia terdapat penurunan masa tulang secara linier yang
disebabkan kenaikan turn over pada tulang sehingga tulang lebih 17
rapuh. Pengurangan ini lebih nyata pada wanita, tulang yang hilang
kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun dari berat tulang pada wanita
pasca menopouse dan pada pria diatas 70 tahun, pengurangan tulang
lebih mengenai bagian trabekula dibanding dengan korteks.
SKELETAL
2.3.6 Referensi
Persendian atau artikulasi adalah hubungan antar tulang-tulang yang
membentuk sistem gerak pada manusia. Persendian berperan penting dalam
proses gerak yang dilakukan oleh manusia. Gerakan antara tulang yang satu
dengan tulang yang lainnya pada persendian di ikat oleh jaringan yang disebut
ligamen. Gerakan pada persendian dilapisi oleh minyak sendi, jika minyak sendi
pada tulang habis maka gerakan pada persendian akan menyebabkan rasa sakit
yang luar biasa. Jenis-jenis sendi
Jumlah tulang yang menyusun rangka tubuh manusia saat bayi yaitu
270 tulang, Namun setelah dewasa jumlahnya akan berkurang menjadi
206 tulang. Meskipun jumlah tulang saat bayi lebih banyak namun
umumnya tulang bayi belum berfungsi dengan sempurna untuk
menopang tubuhnya. Tulang bayi harus melalui osifikasi atau proses
pembentukan tulang agar dapat berfungsi seperti seharusnya. Lebih
lengkapnya, Osifikasi adalah proses dimana sel mesenkim dan kartilago
diubah menjadi tulang selama pengembangan. Proses pembentukan
tulang terjadi pada masa embrio. Ketika, masih dalam bentuk embrio,
rangka tubuh terdiri atas tulang rawan yang terbentuk dari sel-sel
mesenkim. Proses pembentukan tulang terjadi secara terus menerus dan
menyebabkan bertambah besarnya ukuran tulang. Sel yang berperan
dalam proses pembentukan tulang yaitu osteoblas dan osteoklas.
Osteoblas adalah sel pembentuk tulang keras yang ada dalam tulang
rawan, osteoblas ini mengisi jaringan disekelilingnya dengan
membentuk sel tulang secara konsentris. Setiap sel tulang akan
mengelilingi pembuluh darah dan serabut saraf membentuk sistem
Havers. Selanjutnya, di sekeliling tulang tersebut akan terbentuk
senyawa protein pembentuk matriks tulang yang akan mengeras karena
terdapat garam kapur dan garam fosfat. Di dalam tulang juga terdapat
osteklas yang berfungsi menyerap kembali sel tulang yang sudah rusak.
Adanya aktivitas sel osteoklas maka tulang akan memiliki rongga dan
nantinya akan terisi oleh sumsum tulang. Osteoklas membentuk rongga
dan osteoblas akan membentuk osteosit baru kearah permukaan luar
sehingga tulang akan membesar dan berongga.
1. Osifikasi Intramembran
Proses ini terjadi saat tulang rawan hilang dan digantikan oleh
jaringan tulang. Osifikasi endokondrium terjadi pada sebagian besar
tulang tubuh. Berikut ini adalah proses atau langkah-langkah osifikasi
endokondrium:
Berdasarkan Sifat :
Sinartosis (Synarthrosis) atau juga disebut dengan sendi mati ialah
hubungan pada antartulang yang tidak memungkinkan untuk dapat
terjadinya suatu gerakan, sebagai contohnya ialah pada persendian
tulang tengkorak.
Amfiartrosis (Amphiarthrosis) atau juga disebut dengan sendi kaku ialah
hubungan antartulang yang hanya sedikit dan memungkinkan untuk
dapat terjadinya gerakan. sebagai contohnya sendi kaku ialah pada
persendian pada tulang-tulang pergelangan suatu tangan, persendian
tulang pada pergelangan suatu kaki, dan lain lain.
Diartrosis atau juga disebut dengan sendi gerak ialah hubungan pada
antartulang yang memungkinkan untuk terjadinya suatu gerak, baik itu
gerak satu arah, dua arah, ataupun gerak ke segala arah.
Berdasarkan Strukturnya :
Sendi fibrosa ialah sendi yang terdiri dari serat-serat kolagen yang pada
sebagian besar ialah dari sendi fibrosa yang tidak dapat digerakkan sama
sekali disebabkan karena pada jarak antar tulang tesebut sangat dekat
yang juga dipisahkan oleh selapis jaringan ikat fibrosa. sebagai contoh
ialah sutura antara tulang tengkorak.
Sendi kartilaginosa ialah persendian yang pada arahnya gerakannya
tersebut kurang ataupun terbatas. sendi tersebut yang hubungkan oleh
tulang rawan hialin. sebagai contohnya ialah tulang iga.
Sendi sinovial ialah sendi yang arah gerakannya tersebut dapat leluasa
ataupun bebas, sendi sinovial tersebut ialah sendi yang paling banyak
dalam tubuh manusia. sebagai contohnya ialah sikut dan juga lutut,
bahu serta panggul, dan lain-lain.
Sistem gerak pada manusia dibedakan menjadi 2 macam yaitu: sistem
gerak aktif, dan sistem gerak pasif.
1. Sistem Gerak Aktif (Sistem Gerak Otot)
Otot merupakan alat gerak aktif. Menurut cara kerjanya, otot dibedaka
n menjadi otot sinergis dan otot antagonis.Otot sinergis adalah dua otot a
tau lebih yang tujuan kerjanya sama. Misalnya, otot- otot antara tulang
rusuk
yang bekerja sama saat terjadi pengambilan dan pengembusan nafas.
Sedangkan otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerja
nya berlawanan. Misalkan, otot bisap, dan otot trisep. Kedua otot tersebu
t dapat menimbulkan dua gerakan yaitu;
Gerak fleksi : terjadi karena otot bisep berkontraksi, sedangkan oto
t trisep relaksasi.
Gerak ekstensi: terjadikarena otot trisep berkontraksi, sedangkan ot
ot bisep berelaksasi.
2. Sistem Gerak Pasif (Sistem gerak Tulang)
Tulang disebut juga sebagai alat gerak pasif. Hubungan antara dua tul
ang atau lebih disebut persendian. Tipe persendian :
a. Diartosis
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan terjadinya gerak ya
ng sangat bebas. Diartosis dibedakan menjadi beberapa jenis, diantarany
a:
1. Sendi engsel, persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan k
e satu arah. Sebagai contoh: persendian pada tulang siku dan lutut.
2. Sendi pelana, persendian yang memungkinkan gerakan kedua arah.
Sebagai contoh: persendian antar tulang ibu jari dengan tulang telapak
tangan.
3. Sendi putar, persendian tulang yang satu mengitari tulang yang lain
sehinga menimbulkan gerak rotasi. Sebagai contoh: persendian antar len
gan atas dengan lengan bawah.
4. Sendi peluru, persendian ulang yang gerakannya paling bebas diant
ara per-sendian yang lainnya, yaitu dapat bergerak ke segala arah. Sebag
ai contoh: persendian antara tulang lengan atas dengan gelang bahu.
5. Sendi luncur, persendian yang memungkinkan pergerakan badan
melengkung ke depan, ke belakang, dan memutar. Sebagai contoh; perse
ndian pada pergelangan kaki.
6. Sendi geser, persendian yang gerakannya hanya menggeser.
Sebagai contoh: persendian pada hubungan antar ruas-
ruas tulang belakang.
B. Histologi Tulang
Tulang adalah jaringan
yang dinamis dan terus
menerus mengalami perubahan
untuk menyesuaikan dengan
tekanan yang
dialaminya.Tulang juga
merupakan struktur jaringan
utama untuk menyokong dan
melindungi organ tubuh,
termasuk otak dan korda
spinalis, serta struktur di dalam
rongga toraks.Tulang berfungsi
sebagai tuas bagi otot rangka
untuk melakukan gerak.Selain
itu, tulang merupakan tempat penyimpanan berbagai mineral di
dalam tubuh, seperti misalnya kalsium.Tulang memiliki rongga di
tengahnya, rongga sumsum, yang adalah tempat sumsum tulang,
suatu organ hemopoetik atau sebagai tempat diproduksinya sel darah.
Jaringan tulang mengandung matriks ekstraseluler yang
berlimpah dan tersebar secara luas pada sel. Matriks ekstraseluler
pada jaringan tulang terdiri atas 25% air, 25% serabut kolagen, dan
50% garam-garam mineral yang mengendap.
Garam mineral yang dominan berlimpah pada jaringan tulang adalah
kalsium fosfat [Ca3(PO4)2]. Kalsium fosfat bergabung dengan garam
mineral lain, yaitu kalsium hidroksida [Ca(OH)2], yang kemudian
akan mengendap.
Pada saat mengalami pengendapan, endapan ini bergabung
dengan garam mineral lain, yaitu kalsium karbonat (CaCO3), dan
ion-ion berupa magnesium, fluor, kalium, dan sulfat. Kemudian,
garam-garam mineral ini bekerjasama dengan serabut kolagen dan
menyebabkan jaringan mengeras. Proses ini disebut dengan
kalsifikasi, yaitu proses yang menginisiasi pembentukan sel-sel
tulang yang disebut osteoblas.
Tulang tertutup pada permukaan luarnya oleh periosteum,
kecuali pada sisi artikulasi sinovial.Periosteum terdiri atas jaringan
ikat padat fibrosa pada permukaan luarnya dan lapisan dalam yang
mengandung sel-sel osteoprgenitor (osteogenik).Rongga sumsum
dilapisi oleh endosteum, suatu jaringan ikat yang terdiri atas jaringan
ikat padat serta selapis sel-sel osteoprogenitor dan osteoblas.
Terdapat empat jenis sel tulang, yaitu:
1) Osteoprogenitor, terletak pada lapisan dalam periosteum, lapisan
kanal Havers, dan pada endosteum. Sel ini berpotensi untuk
berdiferensiasi menjadi osteoblas. Namun, pada saat kadar oksigen
rendah, sel-sel ini dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel kondrogenik.
Sel-sel osteoprogenitor berbentuk gelendong dan memiliki inti
lonjong dan terpulas pucat; sitoplasma sangat sedikit dan terpulas
pucat, mengandung RE kasar yang tersebar dan apparatus golgi yang
tidak berkembang, namun memiliki ribosom bebas yang berlimpah.
Sel-sel ini paling aktif selama masa pertumbuhan tulang yang intens.
2) Osteoblas, berasal dari sel-sel progenitor dan berkembang di bawah
pengaruh protein morfogenik tulang dan faktor-β penumbuh
transformasi. Osteoblas bertanggung jawab pada sintesis komponen
protein organik di matriks tulang, termasuk kolagen tipe I,
proteoglikans, dan glikoprotein. Osteoblas terdapat pada permukaan
tulang yang tersusun seperti selubung, yang terdiri atas sel kuboid
sampai kolumnar.
3) Osteosit, yang terdapat dalam rongga-rongga (lakuna) di antara
lapisan (lamela) matriks tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang matur
yang berasal dari osteoblas. Terdapat sampai 20.000 hingga 30.000
osteosit per mm3tulang. Terdapat salurang yang mengarah ke luar
dari lakuna; saluran ini sempit seperti terowongan, disebut
kanalikuli. Pada kanalikuli ini terdapat prosesus sitoplasmik dari
osteosit. Prosesus ini membentuk hubungan dengan prosesus dari
osteosit di sebelahnya, membentuk neksus/taut kedap (gap junction),
yang mana ion dan molekul kecil dapat berpindah di antara sel.
Kanalikuli juga mengandung cairan ekstraseluler yang membawa
nutrisi dan metabolit yang akan memberikan makanan bagi osteosit.
Inti sel osteosit datar, sitoplasma mengandung sedikit organel,
sedikit RE kasar, dan apparatus golgi yang sangat berkurang.
Osteosit berperan penting dalam menyekresikan substansi yang
penting bagi pemeliharaan tulang. Selain itu, berperan juga dalam
transduksi mekanik, dalam hal mereka berespons terhadap stimulus
berupa regangan pada tulang, dan akan melepaskan siklik adenosin
monofosfat (cAMP), osteoklansin, dan faktor penumbuh mirip
insulin. Pelepasan faktor-faktor ini akan memfasilitasi perekrutan
proasteoblas untuk membantu perombakan tulang (dengan
penambahan tulang), tidak hanya untuk pertumbuhan dan
perkembangan tulang, namun juga kekuatan yang diberikan tulang
untuk jangka panjang.
4) Osteoklas, berperan dalam penyerapan tulang, dan saat selesai
melakukan tugasnya, sel-sel ini kemungkinan mengalami apoptosis.
Osteoklas adalah sel yang besar, motil, berinti banyak, dengan
diameter 150 µm; mengandung sampai 50 inti dan memiliki
sitoplasma yang asidofilik.
Tulang Kompak
Tulang kompak tersusun atas lapisan tipis tulang, yaitu
lamela yang akan teratur dalam bentuk sistem lamelar yang khusus
terlihat jelas pada diafisis tulang panjang. Lamelar sistem adalah
lamela sirkumferens luar, lamela sikumferens dalam, dan osteon
(sistem kanal Havers), dan lamela interstitial.
Di tulang panjang, lamela sirkumferens luar terletak di bagian
dalam periosteum.Lamela sirkumferens dalam mengelilingi rongga
sumsum tulang.Osteon (sistem kanal Havers) mengelilingi saluran-
saluran dengan pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat
longgar.Ruang di osteon yang mengandung pembuluh darah dan
saraf adalah kanalis sentralis (Havers).Sebagian besar tulang kompak
terdiri dari osteon.Lakuna dengan osteosit dan terhubung melalui
kanalikuli ditemukan di antara lamela pada setiap osteon yaitu
lamela interstitial.
Tulang Spongiosa
Hal yang paling membedakan antara tulang kompak dan
tulang spongiosa adalah tulang spongiosa tidak mengandung
osteon.Tulang spongiosa mengandung lamela yang berbentuk tidak
teratur yang disebut trabekula, diatur dalam jaringan kisi-
kisi.Ruangan di antara trabekula membantu tulang terlihat lebih
cerah secara makroskopik dan kadang-kadang berisi sumsum tulang
merah, yang mana disini banyak mengandung pembuluh darah
kecil.Di antara trabekula terdapat lakuna, yang mengandung
osteosit.Osteosit menerima nutrir dari sirkulasi darah melalui
pembuluh-pembuluh darah pada ruangan trabekula (Tortora, 2009).
Jaringan tulang spongiosa menyebabkan interior jaringan ini
pendek, datar, dan tidak beraturan.Tulang spongiosa dibungkus oleh
lapisan tulang kompak sebagai pelindung (Tortora, 2009).
10. Bagaimana proses remodeling tulang?
Jawaban :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan, maka dapat kita ketahui
bahwa manusia memiliki sistem tubuh yang sangat berperan dalam membantu
manusia bertahan hidup. Secara khusus yang kita maksud disini adalah sistem
otot yang membantu manusia untuk bergerak. Otot sendiri terbagi menjadi
tiga yaitu otot polos, otot lurik dan otot jantung. Selain otot terdapat juga
persendian yang memungkan manusia dapat bergerak bebas dengan ketntuan
dari persendian yang terletak pada tiap-tiap bagian tubuh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
KBBI Online
Sherwood, L. 2016. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed-8. Jakarta: EGC.
Sobbota. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Paulsen. F & Waschke, J. 2012. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Ed-23. Jakarta:
EGC.
Tortora, GJ & Derrickson, B. 2014. Principles of Anatomy & Physiology. 14th Ed.
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.