Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGANTAR EKONOMI MAKRO


“INFLASI DAN PENGANGGURAN”

Disusun Oleh:
1. Zara Cahyamora Utami(172031SM)
2. Silvia Winata(172089SM)
3. Ni Putu Fertia Suwindasari(172033SM)
4. Devi Astuti(172043SM)
5. Arman Suwandi(172040SM)
6. Merlin Badri Lubis(172103SM)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM


Program Studi Manajemen 2017/2018
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ INFLASI DAN
PENGANGGURAN” dalam mata kuliah pengantar ekonomi makro.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas persentasi mata kuliah pengantar ekonomi makro.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini,
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amin.

Mataram, 1 Juni 2018

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR....................................................................................................1
DAFTAR ISI .................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................4
I Pengertian Inflasi..........................................................................................................5
A. Jenis-Jenis Inflasi................................................................................................5
B. Berdasarkan Sebabnya........................................................................................6
C. Berdasaran Asalnya............................................................................................6
D. Metode Pengukuran Inflasi.................................................................................7
E. Definisi Inflasi Merayap dan Hiperinflasi..........................................................8
F. Dampak dari Inflasi.............................................................................................8
G. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi...................................................................9
H. Cara Mencegah Inflasi........................................................................................9
II Pengertian Pengangguran............................................................................................10
I. Jenis-Jenis Pengangguran...................................................................................11
J. Akibat Pengangguran..........................................................................................12
K. Hubungan antara Inflasi dan Pengangguran.......................................................13
L. Tujuan Kebijakan Ekonomi................................................................................14
M. Tujuan Bersifat Sosial dan Politik......................................................................14
BAB III PENUTUP........................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah
inflasi dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat
saling berkaitan? Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung
pada berbagai ciri pasar tenaga kerja, seperti peraturan upah minimum, kekuasaan
pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan seberapa efektifnya proses
pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali bergantung pada jumlah
uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka
panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua masalah yang
saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu,
kebijakan moneter dan fiskal dapat memindahkan perekonomian sepanjang kurva
phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar, peningkatan pengeluaran pemerintah
atau pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat dan memindahkan
perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips dengan tingkat pengangguran yang
lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan
pemahaman ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi
dan penangguran kepada para pembuat kebijakan.

2. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat
rumusan masalah yaitu:

1) Bagaimana konsep dan pengaruh inflasi, deflasi dan stagflasi?


2) Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?

3. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh
inflasi, deflasi dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran

3
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.


Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus
menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap
awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah
barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat.
Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga secara
umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara
umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat
pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang
bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara
riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan
menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang
berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen
bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai.
Yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap
rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai
akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah, misalnya
efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau
ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini
pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar kestabilan harga-
harga dapat diwujudkan kembali.

4
A. Jenis-jenis Inflasi

 Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu sebagai
berikut:

 Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya


kurang dari 10% pertahun
• Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30%
pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara
cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut
inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
• Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
 Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh
naiknya harga secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada
kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya
merosot sangat tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

B. Berdasarkan Sebabnya
 Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan
keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi
telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya
adalah sesuai dengan hokum permintaan, bila permintaan banyak
sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal ini
berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan
adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga
kerja baru.
 Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena
naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena
tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang
bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri,

5
adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan
sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa
dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga
produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya
naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena
penurunan jumlah produksi.

C. Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang
berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit
dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.

Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu


harga-harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang
berkepanjangan dan sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar begeri.

Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami


inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi
relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut
maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.

D. Metode Pengukuran Inflasi


Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan
indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur
laju inflasi antara lain:

 ConsumerPriceIndex (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga
dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:

CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x


100%

6
 Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan
mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan
dengan indeks CPI.

 GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI,
dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam
hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks
diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%

E. Definisi Inflasi Merayap dan Hiperinflasi


Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya.
Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya
tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua
dari negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi
merayap
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang
menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang
singkat. Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500
persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat harga-
harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966.
Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah
dikendalikan. Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan
tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah.
Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10
persen. Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi rendah
atau moderate inflation.

7
F. Dampak dari inflasi
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam
perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa
dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan
bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat
dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain
sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun
positif dari inflasi adalah sebagai berikut.

 Dampak Negatif
1) Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan
panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada
masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang
tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam
kekacauan yang ditimbulkannya.
2) Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di
rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau
rendahnya dana investasi yang tersedia
3) Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.

 Dampak Positif
1) Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2) Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3) Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.

8
G. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas
perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat
bersaing di pasaran internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga
produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan
barang – barang impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor akan di
lakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah
menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca
pembayaran akan memburuk.

H. Cara mencegah inflasi


a) Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar.
Bank Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu : (1)
Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana pengendalian
jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau membeli surat-
surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual
surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang beredar, Bank
Sentral membeli surat-surat berharga ; (2) Penetapan Tingkat Diskonto (Discount
Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai
pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum;
Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu proporsi
cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan masyarakat
yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan
sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.

b) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah
serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total, sehingga inflasi dapat ditekan.

9
c) Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini
dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga
impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri cenderung
menurunkan harga.

d) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing


Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga
naik,gaji atu upah juga dinaikkan.

PENGANGGURAN

II. Pengertian Pengangguran


Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori orang
yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia
kerja dan masanya kerja. Usia kerja biasanya adalha usia yang tidak dalam masa
sekolah tetapi di atas usia anak-anak (relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa
pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih
sekolah dapatlah dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih
banyak yang memperdebatkannya.
Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran
berarti pemborosan dana. Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak
baik misalkan akan semakin meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran
moral. Akan tetapi, di sisi lain pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan
dengan suka rela, baik karena memilih pekerjaan, menunggur pekerjaan yang
sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru karena alasan
jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai
macam alasan lainnya.

10
I. Jenis-Jenis Pengangguran
Bedasarkan penyebab terjadinya :

1) Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu,


informasi dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran
pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang
dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.
2) Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya
siklus ekonomi.
3) Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
4) Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi
ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.
5) Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun
siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran
kerja.
6) Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga
manusia menjadi tenaga mesin.
7) Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi

 Berdasarkan Cirinya :
 Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat
pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan
tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak
jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperleh pekerjaan. Efek dari
keaadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak
melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan
sepenuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
 Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali
didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih
banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan
kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan

11
digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contoh –contohnya ialah,
pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan kluarga petani
dengan anggota kluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang
sangat kecil.
 Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di
sektor pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan
nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa
menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat
mengerjakan tanahnya. Di samping itu, pada umumnya para pesawah tidak
begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sudah menuai. Apabila
dalam masa di atas penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan
pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengnggur seperti ini
digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
 Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang penghijrahan
atau migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak
semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan
mudah. Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu
ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu,
dan jam kerja mereka adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka
mungkin hnya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga
empat jam sehari. Pekerja – pekerja yang mempunyai masa kerja seperti
yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam
bahasa Inggris : underemployed. Dan jenis penganggurannya dinamakan
underemplayment.

J. Akibat Pengangguran
Bagi perekonomian Indonesia :
1) Penurunan pendapatan perkapita.
2) Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.
3) Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.

Bagi masyarakat :
1) Menjadi beban psikologis dan psikis.

12
2) Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk bekerja.
3) Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya tindak
kriminalitas.

K. Hubungan Antara Inflasi dan Pengangguran


Arti inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas,
sebagaimana diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat
cenderung tidak ingin menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk
barang, baik barang yang siap dipakai atau harus melalui proses produksi (membuat
rumah misalnya). Sementara pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan
sedang mencari pekerjaan.
Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para
pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak
masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan
memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah produksinya
yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan
tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.
Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan
dampak yang negatif daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya.
Alasannya, sederhana saja karena banyak negara yang mengelola ekonominya tidak
efisien, hambatan investasi, dan masih tergantung sangat besar (baik dari segi
kualitas maupun kuantitas) pada bahan baku impor.
Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup
berhemat, banyak PHK dan penurunan jumlah produksi sehingga terjadi
kelangkaan barang di pasar, dan ini justru akan menjadi inflasi yang sudah tinggi
menjadi lebih tinggi.
Prof. A. W Phillips daro London School of Economic, inggris meneliti data
dari berbagai negara mengenai tingkat pengangguran dan inflasi. Secara empiris
tanpa didasari teori yang kuat ditemukan suatu bukti bahwa ada hubungan yang
terbalik antara tingkat inflasi dan pengangguran, dalam arti apabila inflasi naik,
maka pengangguran turun, sebaliknya apabila inflasi turun, maka pengangguran
naik.

13
Secara teori, Lipsey menerangkan hubungan antara tingkat inflasi dengan
pengangguran melalui teori pasar tenaga kerja. Menurutnya, upah tenaga kerja akan
cenderung turun bila pengangguran relatif banyak, karena banyaknya tingkat
pengangguran mencerminkan adanya kelebihan penawaran tenaga kerja.
Sebaliknya upah tenaga kerja naik bila tingkat pengangguran relatif rendah, karena
adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Namun, meskipun pada suatu kondisi
terdapat keseimbangan anatara permintaan dan penawaran tenaga kerja yang
memberikan tingkat upah tertentu, pengangguran masih saja tetap ada, hal ini
dikarenakan informasi yang kurang keahlian yang tidak sesuai dengan lowongan
dan sebagainya. Jadi menurut Lipsey, sehubungan dengan teori Phillips, penawaran
dan permintaan itu menentukan tingkat upah dan perubahan tingkat upah
tergantung dari adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian,
makin besar kelebihan permintaan tenaga kerja, maka tingkat upah akan semakin
besar, ini berarti tingkat pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena
hubungan antara kelebihan permintaan tenaga kerja sebanding dengan kenaikan
upah, maka berarti bila tingkat upah tinggi maka pengangguran rendah, sebaliknya
bila tingkat upah rendah, maka pengangguran tinggi. Namun, bila dibalik
pernyataannya menjadi bila tingkat pengangguran tinggi, maka upah rendah dan
bila pengangguran rendah, maka upah tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi dasar dari
teori ini adalah bahwa bila upah riil sama dengan upah nominal, dimana upah riil
adalah upah nominal dibagi dengan harga yang berlaku.
Yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara tingkat upah
dengan inflasi sehubungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah kembali salah satu
penyebab inflasi yang dijelaskan di atas, yaitu cost push inflation, dimana salah
satu penyebab naiknya harga barang adalah adanya tuntutan kenaikan upah,
sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan operasi, maka harga produk dijual
dengan harga relatif mahal dari sebelumnya (artinya manakala upah tinggi, maka
tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya)

L. Tujuan Kebijakan Pemerintah


Tujuan Bersifat Ekonomi
Tujuan untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan –
pertimbangan yang bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan

14
utama : untuk menyediakan lowongan pekerjaan baru, untuk meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat dan memperbaiki kesamarataan pembagian pendapatan.

 Menyediakan Lowongan Pekerjaan


Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena
jumlah penduduk yang selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga
kerja yang terus menerus. Maka, untuk menghindari masalah pengangguran yang
semakin serius, tambahan lowongwn pwkwrjaan yang cukup perlu disediakan dari
tahun ke tahun.
Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius, yaitu
ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa
seperti itu kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran
meningkat. Menghadapi keadaan yang seperti ini usaha – usaha pemerintah untuk
mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan.
 Meningkatkan Taraf Kemakmuran Masyarakat
Kenaikan kesempatan kerja dan penganguran sangat berhubungan dengan
pendapatn nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan
kerja menambah produksi nasional dan pendapatan nasional. Ukuran kasar dari
kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per kapita yang diperoleh dengan cara
membagikan pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Dengan demikian
kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang semakin
berkuran bukan saja menambah pendapatan nasional tetapi juga meningkatkan
pendapatan per kapita. Melalui perubahan ini kemakmuran masyarakat akan
bertambah.
 Memperbaiki Pembagian Pendapatan
Pengangguran yang semakin tinggi manimbulkan efek yang buruk kepada
kesamarataan pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh
pendapatan. Maka semakin besar pengangguran, semakin banyak golongan tenaga
kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya penganggran yang terlalu
besar cenderung untuk mengekalkan atau menurunkan upah golongan
berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan
kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat
disimpulakn bahwa usaha menaikkan kesempatan kerja dapat juga digunakan
sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.

15
M. Tujuan Bersifat Sosial dan Politik
Tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan politik tidak kalah pentingnya
dengan tujuan yang bersifat ekonomi. Tanpa kestabilan sosial dan politik, usaha –
usaha untuk mengatasi masalah ekonomi tidak dapat di capai dengan mudah.
Berikut ini diterangkan masalah sosial dan politik utama yang ingin diatasi melalui
kebijakan pemerintah mengurangi pengangguran.

 Meningkatkan Kemakmuran Keluarga dan kestabilan Keluarga


Ditinjau dari segi mikro, tujuan ini merupakan hal yang sangat penting.
Apabila kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak mempunyai
pekerjaan, berbagai masalah akan timbul. Pertama, keluarga tersebut mempunyai
kemampuan yang terbatas untuk melakukan perbelanjaan. Maka secara lansung
pengangguran mengurangi taraf kemakmuran kluarga. Seterusnya, pengangguran
mengurangi kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan anak – anaknya.
“Drop-out” di sekolah – sekolah angat berhubungan erat dengan masalah
kemiskinan. Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah diri,
khilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam kluarga, merupakn masalah lain
yang ditimbulakn oleh pengangguran.
 Menghindari Masalah Kejahatan
Di satu pihak pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan
pekerjaannya. Akan tetapi di lain pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi
kebutuhan untuk berbelanja. Seringkali yaitu apabila tidak ada tabungan dan
sumber pendapatan lain, pengangguran manggalakkan kegiatan kejahatan. Terdapat
perkaitan yang erat di antar masalah kejahatan dan masalah pengangguran, yaitu
semakin tinggi pengangguran, semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan demikian
usaha mengatasi pangangguran secara tak langsung menyebabkan pengurangan
dalm kejahatan.
 Mewujudkan Kestabilan Politik
Kestabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang diperlukan untuk
menaikkan taraf kemakmuran masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa
kstabilan politik tidak mungkin suatu negara dapat mencapai pertumbuhan yang

16
cepat dan terus – menerus. Pengangguran merupakan salah satu sumber / penyebab
dari ketidakstabilan politik. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak merasa
puas dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melakukan
tindakan yang cukup untuk masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat
penganggurannya tinggi masyarakat seringkali melakukan demonstrasi dan
mengemukakan kritik ke atas pemimpin – pemimpin pemerintah. Hal – hal seperti
itu akan menimbulkan halangan untuk melakukan investasi dan mengembangkan
kegiatan ekonomi. Sebagai akibatnya perkembangan ekonomi yang lambat semakin
berkepanjangan dan keadaan pengangguran semakin memburuk. Langkah
pemerintah untuk menghhindari masalh ini perlu dilakukan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-
harga pada umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai
uang.
2. Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau semakin
meningkatnya nilai uang.
3. Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan output ini
merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang disebabkan
oleh perubahan inflasi yang diharapkan.
4. Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi
tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin
tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.

Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran dan


inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi. Dalam
sistem pasar bebas, kdua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi.
Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu kedua masalah tersebut
timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi perlu

17
diperhatikan dengan lebih baik mengenai kdua masalah tersebut dan bentuk –
bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi kedua
masalah.
Ada dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah pengangguran. Yang pertama
adalah dengan melihar sumber dari wujud masalah tersebut dan yang kedua adalah
berdasarkan ciri – cirinya. Berdasarkan sumbernya pengangguran dibedakan
kepada : pengangguran normal/friksional, pengangguran siklikal (kunjungtur),
pengangguran berstruktur dan pengangguran teknologi. Berdasarkan ciri – cirinya
pengangguran dibedakan kepada : pengangguran terbuka, pengangguran
tersembunyi, pengangguran bermusim dan setengah menganggur.
Mengapakah pengangguran perlu diatasi? Kebijakan pemerintah untuk mengatasi
pengangguran didorong oleh tujuan bersifat ekonomi dan tujuan bersifat sosial dan
politik. Dari segi ekonomi tujuan mengatasi pengangguran adalah : Menyediakan
kesempatan kerja, meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat dan memperbaiki
distribusi pendapatan.

Saran
Menurut kami sebaiknya pemerintah dapat mengatasi pengangguran yang terjadi di
Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau menyediakan lapangan kerja.
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih
kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih
eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau
dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill,
mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global.

18

Anda mungkin juga menyukai